Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 124542 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gunawan Tedjo
"Akhir-akhir ini kita melihat semakin banyaknya perusahaan di Indonesia melakukan akuisisi, baik di dalam lingkungan grup perusahaan sendiri maupun di luar lingkungan grup perusahaan tersebut. Tujuan yang ingin dicapai dengan dilakukannya akuisisi tersebut adalah untuk meningkatkan kinerja perusahaan seperti memperkuat pangsa pasar yang ada, memperkuat struktur permodalan ataupun menguasai serta mempelajari teknologi dari pesaing. Istilah akuisisi mulai populer pada awal tahun 1990-an, ini bersamaan maraknya pasar modal di Indonesia, sungguhpun sebenarnya pelaksanaan akuisisi telah dijalankan jauh sebelumnya. Hanya pada waktu itu dipakai istilah yang berbeda seperti jual beli saham ataupun jual beli perusahaan. Peraturan mengenai akuisisi atau pengambilalihan baru secara jelas dan tegas dituangkan dalam perundang-undangan dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 Tentang Perseroan Terbatas (UUPT) khususnya di dalam Pasal 103 sampai dengan Pasal 106, dan Pasal 108, serta Pasal 109 mengenai pengambilalihan, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM) dalam Pasal 84. Dengan adanya arus globalisasi yang berpengaruh juga di Indonesia, semakin banyak perusahaan asing yang turut berperan aktif di dalam melakukan kegiatan usaha di Indonesia dan banyak berhubungan dengan perusahaan-perusahaan lokal. Praktik akuisisi semakin berkembang dan kompleks sehingga kecenderungan pengusaha saat ini adalah mencari celah hukum yang dapat dimanfaatkan. Hal itu terjadi karena masih lemahnya perangkat peraturan perundang-undangan yang mengatur akuisisi."
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T16671
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mustika Rosalina Putri
"Dalam setiap rumah susun terdapat bagian-bagian yang merupakan hak milik bersama, yaitu bagian bersama, benda bersama dan tanah bersama. Penggunaan dan pengelolaan bagian-bagian yang merupakan Milik bersama harus diatur dan dilakukan oleh suatu organisasi yang diberi wewenang dan tanggung jawab yaitu Perhimpunan Penghuni. Perhimpunan penghuni merupakan organisasi yang ditentukan oleh undang-undang untuk mengatur penggunaan dan pengelolaan hak bersama (tanah bersama, bagian bersama, dan benda bersama). Pengembang wajib bertindak sebagai perhimpunan penghuni sementara sebelum terbentuknya perhimpunan penghuni yang sebenarnya, dan wajib mewujudkan perhimpunan penghuni yang sebenarnya dalam waktu secepatnya. Pengembang wajib mengelola rumah susun dalam waktu minimal tiga bulan, paling lama setahun. Dalam pengelolaannya pengembang seringkali menyalahgunakan kewenangannya sehingga menyebabkan kerugian di pihak lain.

In each apartment there are parts that are common propoerty, that section together, piece together and land together. Use and management of parts that is owned together should be arranged and conducted by an organization that was given the authority and responsibility of Tenant Association. Tenant Association is an organization that is determined by law to regulate the use and management of common rights (land together, parts together, and shared objects). Development shall act as the tenant association before the the formation tenant association while the truth and the truth shall make tenant association in time as soon as possible. Development shall manage the towers in time minimal three months, the longest one year. Development in managing apartement often abuse their authority thus causing losses on the other party."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2010
T27445
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Heidy Irana
"Krisis moneter yang lalu menyebabkan rupiah mengalami depresiasi terhadap dollar, perubahan kepemimpinan, perubahan peraturan dan program berdampak besar terhadap industri farmasi Indonesia. PT. X merupakan suatu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan perusahaan terbuka yang bergerak di bidang farmasi. Jenis produk yang dihasilkan antara lain berupa obat-obatan beresep, bahan mentah, dan produk OTC. PT. X mengalami kesulitan karena struktur bahan bakumya 90% impor. Otonomi daerah yang diberlakukan pada tahun 2002 mengakibatkan perusahaan tidak mendapatkan inpres dan subsidi dari pemerintah, yang berakibat penurunan pada performance perusahaan secara menyeluruh, sehingga perusahaan harus menjalankan strategi mempertahankan pangsa pasar dan kembali fokus pads bisnis inti melalui restrukturisasi perusahaan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi proses restrukturisasi perusahaan yang lebih memfokuskan pada bisnis inti serta pengaruhnya terhadap kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan rasio likuiditas, solvabilitas, profitabilitas dan metode EVA. Metode EVA merupakan alat ukur kinerja yang menghitung penciptaan nilai bagi pemegang saham.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses restrukturisasi perusahaan yang meliputi: restrukturisasi bisnis/usaha, restrukturisasi organisasi dan restrukturisasi keuangan menunjukkan peningkatan kinerja perusahaan secara menyeluruh. Restrukturisasi usaha dengan membentuk dua anak perusahaan yaitu PT. X Trading & Distribusi dan PT. X.
Apotek mampu mengurangi kompleksitas jalur distribusi dan dapat meningkatkan kontribusi penjualan. Pengembangan dan strategi usaha yang dilakukan dengan merubah logo perusahaan, penataan struktur organisasi, pengembangan budaya dan nilai inti perusahaan, pengembangan sistem informasi dan sistem pelaporan akunting membuat karyawan dan manajemen lebih solid dalam melakukan pekerjaan.
Dapat disimpulkan bahwa setelah melakukan restrukturisasi perusahaan, rasio likuiditas, solvabilitas dan profitabilitas menunjukkan peningkatan kinerja perusahaan. Kinerja keuangan PT. X yang membaik ditandai dengan laba bersih setelah pajak yang tebih besar dari tahun sebelumnya. Hasil perhitungan menunjukkan nilai EVA yang negatif untuk tahun 2001-2003 dan tahun 2005 yang berarti manajemen perusahaan tidak berhasil menciptakan nilai pada tahun tersebut. Perusahaan belum memanfaatkan dana yang didapat baik melalui hutang maupun ekuitas. EVA tahun 2004 menunjukkan nilai positif namun nilai EVA ini Iebih dikarenakan penurunan cost of equity dari modal.
Manajemen PT. X masih harus meningkatkan efektifitas perusahaan di bidang R&D melalui diversifikasi produk yang nantinya dapat menghasilkan bahan baku obat berbiaya rendah atau dengan mengembangkan obat-obatan tradisional. Penulis menyarankan PT. X untuk melakukan peningkatan kerjasama yang saling menguntungkan dengan perusahaan farmasi nasional lainnya, agar dapat menghasilkan peningkatan penjualan dan profitabilitas perusahaan lebih cepat dimasa yang akan datang.

The past monetary crisis made rupiah currency depreciate to US Dollar, changing management, changing regulation and programs which caused a big impact to pharmaceutical industry in Indonesia. PT. A' is one of the state owned enterprises company (BUMN) and also public corporate, doing business in pharmacy sector. The product is prescription medicines (patent), raw material for pharmacy and 07C product. PT X has some difficulties in the raw material which structure mostly 90% are imported. Since 2002 when the regulation of the regional autonomy were validated, the company didn?t 't have any subsidized or president instruction regulation (Inpres) .from the central government, which caused decreasing of the company performance as a whole, so the company should maintain the remain market and totally focused to the core business by corporate restructuring.
The goal of this .final thesis is to evaluate the restructuring process of the company that give more focus to the core business and how far it influenced to the company performance by using liquidity ratio, solvability, and profitability and EVA method. EVA method is one of tools for company performance calculation and creates value for the stakeholders.
The result of the survey show that the process of the restructuring corporate consist of business restructuring, organization and finance restructuring are positive trend because there is an increasing of the company performance totally. Business restructuring by established two sister company, ogre is PT. X Trading & Distribution and the other is PT. X Apotek were able to minimized the complexity of distribution line and to increase the sales contribution. The development and strategy of the business also change the logo of the company, organization structure system, the development of behavior and the value of the company, the development of information system and accounting reporting system make the employee and management more solid as a team in running their task.
The conclusion after the company restructuring: the ratio of liquidity, solvability and profitability are increase and show the progress performance of the company. The financial performance of PT. X (Holding) also become much better where the net profit (after interest and tax) is bigger compare with a year before. The calculation also gives evidence that the EVA score is negative in the 2001-2003 and also in 2005, it means that the management can't create the value for the years mention above. The company didn?t 't used the fund yet, both credits or equity. EVA score in the year 2004 give the positive value, but this EVA value was caused by decreasing the cost of equity from financial capital.
The management of PT X (Holding) still to increase the company effectiveness by investment in the R & D and making a product diversification that can produced low cost of raw material medicine or by developing traditional medicine. The writer give some suggestion that PT X should try to increase a joint operation project with other national pharmacy company, hopefully it can improve or increasing sales and profit of the company faster in the near future.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18598
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1999
S10034
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marta Dewi Anggraini, Author
"ABSTRAK
Krisis moneter yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997 yang diawali dengan terdepresiasinya nilai rupiah terhadap mata uang asing menyebabkan hamper keseluruhan industri di Indonesia dihadapkan pada permasalahan yang cukup besar, apalagi bagi perusahaan yang memiliki hutang dalam bentuk mata uang asing. Industri penerbangan domestik merupakan salah satu industri yang sangat terpukul dengan depresiasi rupiah. Hal ini disebabkan oleh pengeluaran operasional perusahaan sebagian besar dalam bentuk mata uang asing namun penerimaan pendapatan dalam rupiah.
PT X sebagai salah satu perusahaan penerbangan di Indonesia yang 93% sahamnya dimiliki oleh pemerintah tak luput dari dampak krisis ekonomi. Dengan hutang yang sebagian besar dalam mata uang asing dan tidak dilakukan proteksi terhadap hutang serta struktur biaya operasional yang hampir 80% dalam USD atau sekitar USD 1,5 - 2 juta per bulan dan 95% lebih pendapatan diperoleh dalam rupiah mernbuat ekuitas PT X menjadi negatif.
Pada saat keadaan perekonomian Indonesia mulai berangsur membaik, kondisi keuangan PT X merasakan dampak perbaikan tersebut. Namun kondisi yang membaik ini tidak memadai bagi PT X yang hanya dapat meminimalisasi ekuitas negatif hingga 32% dalam kondisi modal kerja yang terbatas dan tanpa penambahan hut~ug yang signifikan. Hal ini dipengaruhi oleh persaingan di industri penerbangan Indonesia yang semakin kompetitif dan pengaruh dari deregulasi penerbangan, globalisasi dan AFT A. Berbagai program telah diterapkan PT X untuk membenahi permasalahan internal maupun eksternal, diantaranya adalah restrukturisasi yang terbagi dalam tiga kelompok besar yaitu restrukturisasi proses bisnis, restrukturisasi keuangan serta perubahan budaya kerja dan prilaku.
Proses restrukturisasi belum seluruhnya terlaksana sesuai program yang ditetapkan PT X sehingga belum dapat membuat ekuitas perusahaan menjadi positif Kondisi keuangan yang belum pulih secara optimal menyebabkan PT X kesulitan untuk memperoleh dana segar untuk melakukan lompatan besar menuju perbaikan yang signifikan. Dua dari tiga skenario yang dipersiapkan oleh PT X yaitu permohonan going concern letter dari pemerintah agar
perusahan bankable dan permohonan pinjaman Rekening Dana Investasi (RDI) tidak dapat
terealisasi dan akhirnya PT X atas persetujuan Pemerintah akan melaksanakan skenario yang
ketiga yaitu privatisasi. Berkaitan dengan strategi privatisasi, PT X harus mencari cara untuk
menarik perhatian investor yaitu dengan meningkatkan valuasi perusahaan.
Dengan kondisi yang kurang menguntungkan, PT X tidak dapat melaksanakan program restrukturisasi sesuai rencana yang pada akhirnya terbentuk dua alternatif program restrukturisasi lanjutan hasil perundingan dengan kreditor. Altematif pertama adalah mengkonversi hutang pada pemerintah dan PT F menjadi ekuitas, mengkonversi hutang pada PT A menjadi mandat01y convertible bond dengan kupon 3% dan YTM 18% serta penjadwalan 50% hutang jangka pendek pada Bank C menjadi hutang jangka panjang dan penjadwalan jatuh tempo hutang jangka panjang iima tahun kedepan. Sedangkan altematif kedua adalah mengkonversi seluruh hutang tersebut menjadi ekuitas. PT X harus memilih altematif yang paling optimal karena keberhasilan proses restmkturisasi dan proyeksi dimasa datang menjadi faktor penting untuk menunjang keberhasilan privatisasi.
Pemilihan alternatif tersebut dilakukan dengan membandingkan hasil proyeksi laporan keuangan perusahaan berdasarkan business plan PT X dari tahun 2005 hingga 2009, hasil analisis dampak dari alternatif tersebut terhadapa laporan keuangan dengan menggunakan analisa rasio keuangan dan membadingkan nilai pemsahaan yang dihasilkan dari setiap alternatif tersebut. Hasil dari analisis kedua alternatif tersebut menunjukkan bahwa alternatif kedua lebih baik dibandingkan alternatif pertama. Hal ini dibuktikan dari hasil proyeksi laporan keuangan, hasil analisis atas proyeksi laporan keuangan dan hasil valuasi perusahaan. Dari ketiga hasil tersebut alternatif kedua memiliki nilai yang lebih baik dibandingkan alternative pertama
"
2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"At the end of twentieth century there were acquisition dominated business transaction within national scale and also international scale. In the international term there is known acquisition across border. corporate acquisition is one amongst many business strategies for developing corporation within home country and abroad without necessitated to set up a new legal business entity. Acquisition becomes a faster and easier selection in getting financial return. A rampant acquisition of corporation at this moment need to be supervised closely and carefully by many parties since the trend of dominant acquisition many break Antimonopoly Law and Banking law as happening with Maybank acquisition of BII. There is indication that the acquisition of BII's shares have broken Bank Indonesia regulation concerning single presence policy on Indonesia Banking. Nevertheless until now, the growing activities of shares acquisition across border have not comprehensively been regulated yet into regulation of Limited Corporation Law, Antimonopoly Law and Indonesia Banking Law."
JUHUBIS
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ferinton
"Kondisi ekonomi dan moneter yang memburuk melanda negara-negara regional Asia Pasifik sejak awal tahun 1997, pada pertengahan bulan Juli 1997 melanda Indonesia. Dampak krisis yang berkelanjutan ini sangat besar terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Kecenderungan kenaikan biaya pendanaan yang tinggi secara umum sangat mempengaruhi kegiatan operasional dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban. Rupiah yang melemah sebagai akibat exchange rate yang sangat fluktuatif dan tinglat inflasi yang sangat tinggi menurunkan kapasitas permodalan perusahaan sehingga memerlukan strategi untuk terapi keuangan dengan melakukan restrukturisasi keuangan.
Dampak krisis yang berkelanjutan ini sangat besar terhadap kelangsungan hidup perusahaan, sehingga PT. X sangat perlu untuk mengambil langkah restrukturisasi kredit dengan pertimbangan sebagai berikut:
1. Agar kegiatan operasional dan pemenuhan kewajiban perusahaan tetap berkesinambungan
2. Prospek perusahaan masih cukup baik dengan pendapatan valas dan penjualan ekspor dapat dipergunakan langsung membayai kewajiban kredit dan kredit lain dalam valas.
3. Laporan keuangan perusahaan kurang mencerminkan keadaan perusahaan secara ril karena dibuat dengan menggunakan peraturan Pemyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang terlalu kaku.
Langkah-langkah sistematis proses restrukturisasi untuk menghadapi dainpak negatip dan krisis perekonomian dan moneter sebagai benikut:
1. Faktor intern dan ekstem dianalisa menggukan TOWS, keunggulan kompetitip dan opportunity yang ada dimanfaatkan serta memperkecil weakness dan threat.
2. Past Performance keuangan dianalisa sebagai dasar untuk menentukan asumsi-asumsi yang dipergunakan untuk proyeksi keuangan dan ratio-ratio proyeksi keuangan sebagai pedoman kemarnpuan keuangan perusahaan membayar seluruh kewajiban dimasa yang akan datang.
3. Dana yang seharusnya untuk membayar pokok kewajiban, setelah dilakukan restrukturisasi (rescheduling dan reconditioning) dapat dipergunakan untuk modal kerja operasional perusahaan.
Restrukturìsasi kredit akan sangat menguntungkan pihak perusahaan sebagai debitur maupun bank sebagai kreditur. Keuntungan restrukturisasi kredit terhadap perusahaan sebagai berikut:
1. Kewajiban perusahaan untuk membayar pokok kredit yang akan jatuh tempo dalam waktu dekat dapat diundur dengan direschedule kembali.
2. Kewajiban perusahaan hanya membayar bunga yang timbul pada setiap akhir bulan.
3. Dana yang seharusnya untuk membayar kewajiban pokok kredit dapat dipergunakan terlebih dahulu untuk keperluan yang mendesak dalam perusahaan terutama untuk keperluan yang produktip seperti modal kerja perusahaan.
4. Cash flow perusahaan dapat menjadi lebih baik.
Keuntungan restrukturisasi kredit terhadap bank sebagal berikut:
1. Pembayaran bunga menjadi lebih lancar.
2. Kolektibilitas Perusahaan yang menjadi debitur tetap lancar.
3. Penyediaan Penyisihan Aktiva Produktif (PPAP) menjadi lebih kecil yang berpengaruh terhadap ATMR yang merupakan komponen menghitung CAR."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T1893
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aji Satrio Nugroho
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2009
S24881
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Anni Shanti
"ABSTRAK
Kondisi perekonornian Indonesia yang sejak tahun 1997 mengalami krisis ekonomi hingga saat ini belum menunjukkan pemulihan yang berarti dalam hal tingginya suku bunga, ketatnya likuiditas dan lambatriya arus investasi asing. Hutang luar negeri Indonesia yang cukup besar sebagai dampak krisis ekonomi yang berkepanjangan mengakibatkan perlunya dilakukan restrukturisasi hutang oleh banyak perusahaan Indonesia dengan melakukan penjadwalan kembali pembayaran hutang hutangnya.
PT. X dengan lingkup kegiatan usahanya bergerak di bidang property perkantoran, perhotelan dan penyediaan fasilitas telekomunikasi juga turut terkena dampak krisis ekonomi. Depresiasi rupiah dan tingkat bunga yang tinggi mengakibatkan meningkatnya beban pinjaman dan hutang PT X sehingga perusahaan tidak mampu membayar hutang-hutangnya dan bunga hutang yang telah jatuh tempo. Selain itu PT . X juga telah menunda beberapa pembangunan proyeknya akibat meningkatnya biaya pembangunan properti dan tidak tersedianya dana yang mencukupi. Perusahaan mulai mengajukan permohonan restrukturisasi hutang kepada para kreditur pada tahun 1999 untuk memperoleh perpanjangan hutang.
Berdasarkan hasil proyeksi laporan keuangan PT X dari tahun 2002 sampai tahun 2008, kondisi likuiditas pada periode ini diproyeksikan belum mengalarni banyak perbaikan terlihat dari current ratio pada skenario I dan skenario II yang tetap berada di bawah angka 1 disebabkan besamya be ban hutang yang harus dibayar. Current ratio pada akhir periode proyeksi keuangan yaitu pada tahun 2008 bahkan mengalami penurunan dari 0.86 pada tahun 2007 menjadi 0.70, hal tersebut disebabkan adanya pokok hutang obligasi perusahaan yang jatuh tempo dalam jumlah besar pada tahun 2008. Net working capital perusahaan mengalami nilai negative sehingga PT X diperkirakan akan mengalami kesulitan jika harus segera melunasi kewajiban jangka pendeknya. Total debt to equity ratio periode tahun proyeksi 2002- 2008 masih belum membaik meskipun mengalami penurunan dibandingkan periode tahun 2000-2001 akibat besarnya pokok hutang berikut bunga yang harus dibayar PT X. Pada tahun 2007 debt to equity ratio perusahaan mencapai sebesar 0.78 dan pada
tahun 2008 sebesar 0.76. Time interest earned perusahaan juga menunjukkan penurunan pada tahun 2007 dan tahun 2008 akibat besarnya hutang yang jatuh tempo pada periode tersebut yaitu mencapai rasio 0.56 pada tahun 2007 dan pada tahun 2008 sebesar 0.15.
Adapun basil dari analisis keuangan model DuPont menunjukkan bahwa setelah restrukturisasi hutang dilakukan return on investment perusahaan diproyeksikan negatif disebabkan rendahnya profit margin akibat besarnya beban bunga hutang yang harus dibayar. Kontribusi penggunaan total asset perusahaan juga tidak mengalami banyak peningkatan akibat rendalmya penggunaan aset perusahaan seperti tanah, yang memang pengembangannya terhenti disebabkan dampak krisis ekonomi.
Meskipun pendapatan PT X diproyeksikan meningkat dari tahun ke tahun dari hasil kegiatan restrukturisasi hutang, namun perusahaan perlu mengupayakan sumber pendanaan lainnya seperti melakukan penawaran umum saham anak perusahaan atau menjual penyertaan sahamnya pada perusahaan asosiasi yang hasil penjualannya dapat digunakan untuk mengurangi kewajiban perusahaan dan meningkatkan posisi kas perusahaan. Disamping itu perusahaan dapat pula rnenjual asetnya, seperti tanah, untuk rnernbayar hutang-hutangnya yang jatuh tempo sehingga perusahaan dapat diselamatkan dan tetap rnendapat kepercayaan dari para kreditur.
"
2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>