Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 151539 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ade Alfian
"Kecamatan Krayan (Kabupaten Nunukan) adalah salah satu daerah tensolir di Kalimantan Timur yang berbatasan dengan Sabah (Malaysia) dan Brunei. Potensi utama daerah ini adalah Beras Krayan yang memilild rasa khas dan kualitas yang sangat baik. Pangsa pasar beras ini di daerah / kecamatan sekitarnya - terutama Malaysia dan Brunei - memiliki prospek yang baik.
Daerah ini dikelilingi hutan lindung dan medan yang bergunung-gunung. Sampai saat ini akses ke Krayan hanya bisa dicapai dengan menggunakan pesawat terbang. Masalah utama Krayan adalah terbatasnya kapasftas angkut pesawat terbang. Selain itu ongkos angkut pesawat terbang selama ini dirasakan relatif mahal. Akibatnya angkutan barang untuk kebutuhan penduduk dan pemasaran potensi hasil bumi menjadi terhambat.
Mengatasi kondisi ini diusulkan kepada pemerintah daerah untuk memiliki pesawat terbang sendiri sebagai sarana transportasi yang lebih murah. Fungsi utamanya adalah :
- Memasarkan potensi hasil bumi, terutama betas ke daerah sekitarnya dan Brunei,
- Memasok barang kebutuhan sehari-hari dari daerah sekitarnya ke Krayan
Walaupun ongkos angkut barang yang direncanakan relatif murah, bisnis angkutan udara ini diatas kertas tetap menguntungkan bagi pihak pengelola. Multiplier effect yang ditimbulkan diharapkan menggairahkan perekonomian masyarakat / petani dan meningkatkan produksi / penjualan potensi basil bumi selain beras."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T516
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Indonesia is the biggest archipelago country,Unfortunately, the result of national development has not yet evenly distributed to remote Islands along the borderlines
"
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fatimah
"ABSTRAK
Panas bumi adalah energi terbarukan dan berkelanjutan yang dapat digunakan untuk menggantikan energi fosil di masa depan. Energi panas bumi dapat digunakan, harus memenuhi sistem panas bumi, sistem panas bumi adalah istilah umum yang digunakan untuk membahas interaksi antara sistem batuan dengan suhu air yang tinggi. Indikasi sistem panas bumi biasanya ditandai dengan munculnya manifestasi permukaan, bisa termasuk sumber air panas, fumarol, kolam lumpur dll. Kehadiran mata air panas dan fumarol di kawasan Gunung Ungaran merupakan indikasi kuat potensi panas bumi bawah permukaan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui energi panas bumi di bawah permukaan dan membuat model sistem panas bumi berdasarkan analisis survei geologi, geokimia dan geomagnetik. Geologi Ungaran itu sendiri disusun oleh batuan vulkanik Tersier dari Miosen sampai Pleistosen, yang diduga sumber panas di Ungaran adalah sisa-sisa dari kaum muda Holosen Ungaran. Struktur di Ungaran dikendalikan oleh patahan yang mengarah ke barat daya - timur laut, yang merupakan bagian dari struktur keruntuhan, struktur ini diduga sebagai daerah pelepasan, sehingga cairan dan uap dari reservoir keluar melalui zona lemah dan muncul di permukaan. Analisis geokimia dengan pengambilan sampel fluida di Klepu dan Gedongsongo menunjukkan perbedaan, Gedongsongo menunjukkan kadar belerang (alkali) lebih tinggi. Dari peta Geomagnetik yang menunjukkan tingkat magnetik rendah berkisar antara -185 sampai -3,3 nT yang ditafsirkan sebagai sumber panas di Ungaran, setelah menggunakan penyaringan dengan distribusi perpanjangan ke atas sumber panas meluas ke utara Gedongsongo."
Yogyakarta: Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat (P3M) STTA, 2018
600 JIA X:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"Tulisan ini menguraikan tentang ungkapan kesukubangsaan pada Orang
Minangkabau dan Orang Batak yang muncul dalam persaingan mereka dibidang
transportasi atau angkutan umum. Ungkapan kesukubangsaan adalah pengaktifan
maupun pemanipulasian atribut-atribut sukubangsa dalam interaksi. Bila dilihat
dari kategori sukubangsa, maka ada sejumlah individu yang berbeda kategori
sukubangsanya, dan secara bersama-sama menekuni bisnis transportasi ini.
Sehingga persaingan yang muncul dalam bisnis transponasi ini makin tajam.
"
Jurnal Polisi Indonesia, 4 (2003) Mei : 44-57, 2003
JPI-4-Mei2003-44
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Astronomi tradisional di propinsi Kalimantan Timur"
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Kebudayaan. Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional. Proyek Inventarisasi dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya., 1991
520 AST
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Purity Sabila Ajiningrum
"Penelitian dilakukan pada masyarakat lokal Dayak Lundayeh dan Uma? lung di Kabupaten Malinau Kalimantan Timur. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data tentang keanekaragaman tumbuhan Hasil Hutan Nonkayu (HHNK) dan untuk sumber daya hayati dari perspektif lokal. Data dikumpulkan dari bulan Oktober 2010 sampai dengan Januari 2011 dengan menggunakan metode wawancara untuk mengumpulkan semua informasi tentang keanekaragaman tumbuhan HHNK dan penggunaan oleh masyarakat lokal berdasarkan persepsi mereka sendiri. Metode Multidisciplinary Landscape Assessment (MLA) telah digunakan secara intensif untuk mengidentifikasi nilainilai relatif spesies tumbuhan berdasarkan persepsi masyarakat. Untuk mengetahui sistem pengetahuan masyarakat lokal adalah dengan menganalisa nilai kepentingan budaya (ICS).
Berdasarkan wawancara dengan masyarakat setempat, pemanfaatan keanekaragaman jenis tumbuhan HHNK yang didokumentasikan dalam penelitian ini adalah untuk bahan pangan (109), bahan obat-obatan (183 spesies), bahan ritual (3 spesies), bahan kerajinan dan teknologi lokal (25 spesies), bahan racun dan anti racun (23 spesies), bahan pewarna (9 spesies) dan kayu bakar (11 spesies). Berdasarkan hasil perhitungan MLA, untuk setiap kategori kegunaan menunjukkan nilai pemanfaatan kepentingan jenis bahan pangan sebesar 5,32%, sayuran 4,9%, buah-buahan 3,74%, bahan obat-obatan 2,84%, teknologi lokal 7,5%, bahan racun dan anti racun 7,5%, bahan pewarna 1,98% dan kayu bakar 4,86%. Nilai tersebut menunjukkan bahwa seluruh jenis tumbuhan yang diketahui, telah dimanfaatkan masyarakat sebesar 38,64%. Untuk hasil ICS, nilai tertinggi adalah Eusideroxylon zwageri dengan nilai 65 dan pemanfaatan tumbuhan tertinggi adalah untuk tujuan medis (obat-obatan).

The study was conducted in the village of Dayak Lundayeh and Uma? lung in East Kalimantan. The aim of this study is to collect data on Non Timber Forest Products (NTFPs) plant use diversity and to know local knowledge system of Dayak Lundayeh and Uma' lung. The data was collected from October 2010 to January 2011 using interview method to gather all information on plant diversity and it usage by the local society based on their own perception. The method of Multidisciplinary Landscape Assessment (MLA) has been used intensively to identify relative values of plant species based on the community perception. To know local knowledge system of NTFPs is by analyzing the value of cultural interest or Index of Cultural Significance (ICS).
Based on interview with local society, utilization of NTFPs species diversity documented in this study are for, primary food (2 species), secondary food (109 species), medicine (183 species), craft materials and local technology (25 species), ritual ceremony (3 species), toxic substances and anti-poison (23 species), dyes (9 species) and firewood (11 species). The result indicated that local people utilizing plants is for primary foods (5,32%), vegetables (4,9%), fruits (3,74%), medicinal plant (2,84%), local technology (7,5%), toxic substances and anti poison (7,5%), dyes (1,98%) and firewood (4,86%). The total amount of utilizing plants is 38,64%. The results of the highest value ICS is Eusideroxylon zwageri with a value of 65 and the highest plant utilization is for medical purposes.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
T30133
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lily Kusnowati
"Keberadaan migran Tenaga Kerja Indonesia di daerah transit, merupakan suatu kenyataan yang ada di Nunukan, karena Nunukan merupakan pintu gerbang masuknya TKI untuk menuju Malaysia. Letak Nunukan sangat strategi, berdekatan dengan negara Tawau Malaysia. Ketertarikan para migran transito tersebut karena ingin bekerja di Malaysia dan mempunyai gaji yang besar, dan keberadaan kota di Malaysia karena adanya faktor pendorong yaitu di desa asal migran kehidupannya sangat sulit, lahan sempit dan peluang pekerjaan sangat terbatas. Banyaknya migran transito di Nunukan membawa perkembangan sosial ekonomi bagi masyarakat Nunukan.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perkembangan sosial ekonomi dan dampaknya banyaknya migran transito di daerah transit. Tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara/interview dan Studi Kepustakaan. Metode Analisis yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Lokasi penelitian dilaksanakan di Kecamatan Nunukan selama satu bulan . Wawancara dilakukan dengan para informan yang terdiri dari unsur pemerintah, migran transito, serta penduduk lokal yang ada di Nunukan.
Salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik migran transito. Hasil penelitian menunjukkan heterogennya migran dilihat dari daerah asal, keterampilan serta kedudukan sosialnya.
Banyaknya migran transito tersebut membawa keberuntungan masyarakat Nunukan karena terjadi perkembangan sosial ekonomi dalam berbagai bidang usaha, dan pengembangan wilayah dengan terbentuknya perkampungan-perkampungan dan perkotaan. Banyaknya migran transito tidak menjadi permasalahan bagi penduduk asli, karena migran sifatnya hanya sementara di Nunukan walaupun ada juga yang sudah menetap.
Sejumlah saran diajukan bagi Pemerintah Kabupaten Nunukan yaitu untuk memenuhi peluang pasar ekspor ke Tawau Malaysia agar pemerintah dapat lebih meningkatkan pembinaan dan pelatihan kerja agar produksi pertanian dan perkebunan dapat meningkat serta kualitas yang baik, membuka lahan perkebunan baru seperti kelapa sawit, karet, kakau dan lainnya, dengan mencari investor untuk menanamkan modalnya baik didalam maupun luar negeri.
Untuk mencegah terjadinya deportasi dan hukuman bagi tenaga kerja maka perlu diperketat pengurusan ijin dengan persyaratan yang lengkap sampai kepada keberangkatan / penerimaan kepada perusahaan yang akan menerima di Malaysia."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T11426
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Riza Abdullah
"PT Chevron Indonesia Company (CICo) mengalami perubahan organisasi yang sebelumnya termasuk dalam entitas PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) menjadi PT Pertamina Hulu Kalimantan Timur (PHKT) sebagai entitas terpisah. Proses perubahan organisasi juga dibarengi dengan proses migrasi aplikasi bisnis. Proses migrasi tersebut dilakukan dalam bentuk proyek-proyek tiap aplikasi bisnis. Tidak mungkin mencapai Kesuksesan 100% dalam pengerjaan proyek, tetapi dapat diteliti mengapa sebagian berhasil sebagian tidak. Setelah dilakukan gap analysis, didapat bahwa perlu mengidentifikasi critical success factor proyek pengembangan aplikasi bisnis, kemudian dilakukan pemeringkatan menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk menentukan prioritas perbaikan. Peringkat tertinggi untuk Project Success Criteria (PSC) adalah outcome/benefit/manfaat, dan peringkat tertinggi untuk untuk Critical Success Factor (CSF) adalah dukungan manajemen puncak. Rekomendasi perbaikan disusun berdasarkan permasalahan organisasi dan hasil penelitian.

PT Chevron Indonesia Company (CICo) underwent an organizational change that was previously included in the PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) entity to become PT Pertamina Hulu Kalimantan Timur (PHKT) as a separate entity. The process of organizational change is also accompanied by a process of migrating business applications. The migration process is carried out in the form of projects for each business application. It is impossible to achieve 100% success in working on the project, but it can be investigated why some succeed in part or not. After a gap analysis, it was found that it was necessary to identify the critical success factor of the business application development project, and then ranking using the Analytical Hierarchy Process (AHP) to determine the priority of improvement. The highest ranking for Project Success Criteria (PSC) is the outcome/benefit, and the highest ranking for Critical Success Factor (CSF) is top management support. Recommendations for improvement are based on organizational issues and research results.
"
Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2020
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
M. Arief Setiawan
"Undang-undang (UU) Nomor 1 Tahun 1967 jo. UU Nomor 11 Tahun 1970 merupakan dasar hukum Penanaman Modal Asing (PMA) 2 (dua) jenis investasi adalah investasi portofolio (pembelian saham untuk investasi melalui Bursa Efek) dan Foreign Direct Investment (FDI). Pembahasan tesis ini ditekankan kepada pengembangan FDI di Kawasan Timur Indonesia (KTI), dengan studi kasus di daerah terpencil di Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah sejak tahun 1967sampai 1997. Unsur-unsur PMA atau FDI antara lain adanya ?capitaI assets or accumulated goods, possesions, and assets, used fo r productions o f profit and wealth?, berbadan hukum Indonesia (bukan perseorangan), investor menanggung sendiri terhadap resiko modal yang ditanamnya sendiri, dan telah mendapat persetujuan investasi dari pemerintah setempat. Pembangunan nasional Indonesia yang bertumpu pada paradigma pertumbuhan (pembentukan pusatpusat pertumbuhan ekonomi), bukan pada pembentukan pusat-pusat pembangunan nasional yang merata dan sedikit melibatkan bidang-bidang lainnya, maka arah investasi cenderung ditentukan oleh expected raie o f returns dari investasi dengan syarat antara lain infrastruktur (sarana dan prasarana) yang telah tersedia, kestabilan politik yang mantap, tingkat kepercayaan yang baik terhadap pemerintah, birokrasi yang tidak berbeli-belit, tersedianya sumberdaya manusia dan alam, adanya kepastian hukum yang jelas, dan (dari pemerintah setempat diharapkan) adanya transfer tehnologi dan knowledge. Karenanya, arah kebijakan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional, yang menurut Regim Orde Baru dilandasi (Pasal 11) Ketetapan Nomor XXTTI/MPRS/1966, telah memperlihatkan proporsi investasi yang ditanam di Kawasan Barat Indonesia (KBI) lebih banyak dan besar dibandingkan di KTI. Tni semata-mata disebabkan posisi KBI sebagai growth generating regions lebih potensial dan posisi 'bargaining power' pihak investor asing lebih kuat dibandingkan pemerintah setempat atau mitra lokalnya.
Mempertimbangkan terjadinya ketertinggalan pembangunan nasional, pertumbuhan ekonomi, dan investasi, pembangunan KTI dilakukan dengan cara antara lain melalui dikeluarkannya berbagai produk hukum (termasuk deregulasi hukum) terkait bidang investasi, pemberian fasilitas investasi (fiskal maupun non fiskal), (secara perlahan-lahan) membangun prasarana dan sarana atau infrastruktur, promosi sumberdaya alamnya, pemberdayaan sumber daya manusianya, pembentukan Dewan Pengembangan KTI (Ketuanya adalah Presiden Republik Indonesia, Soeharto), direncanakan revisi kembali dan atau menambah flingsi Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dari birokrator dan regulator menjadi fasilitator, dan pembentukan 13 (tiga belas) Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET). Demi menjaga kelangsungan investor dalam negeri, kedaulatan negara, dan kejenuhan investasi, pemerintah Indonesia telah mengeluarkan proteksi atas penanaman modal untuk bidang-bidang tertentu yang sama atau favorit dan yang sekiranya masih dianggap vital bagi negara Indonesia melalui Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 1995 (sampai saat ini masih tetap berlaku). KTI (diluar propinsi di Kalimantan)9 menurut Keputusan Presiden Nomor 120 Tahun 1993 meliputi 9 propinsi yaitu Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Timor-Timur, Irian Jaya, Maluku, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara. Sejak tahun 1967 sampai 15 Juli 1997, secara kumulatif ternyata KBI telah menerima proyek investasi asing sebanyak mendekati 30 (tiga puluh) kali lebih banyak dari yang diterima KTI. Sedangkan besarnya nilai investasi yang diterima 10 (sepuluh) kali lebih banyak dari yang diterima KTI Besarnya persetujuan investasi asing tidaklah selalu sama pada saat realisasinya. Kumulatif persetujuan dibagi kedalam Sektor Primer, Sektor Sekunder, dan Sektor Tersier. Sejak 1967 sampai 15 Juli 1997 untuk investasi di Sulawesi Utara (Sulut), secara kumulatif Sektor Primer memegang ranking teratas (16 proyek) dalam hal banyak proyek investasi yang disetujui dengan nilai investasi US $ 502,612,000 (lima ratus dua juta enam ratus duabelas ribu dollar Amerika Serikat). Selanjutnya diikuti oleh Sektor Tersier dan Sektor Sekunder. Dilihat perbidangnya, maka Bidang Industri Makanan (Sektor Sekunder) memegang ranking pertama (10 proyek).
Selanjutnya diikuti oleh Bidang Hotel dan Restauran, Bidang Pertambangan, dan Bidang Perikanan. Sedangkan nilai investasi Australia di Sulut menduduki ranking teratas sebesar US $ 256,024,000 (dua ratus lima puluh enam juta dua puluh empat ribu dollar Amerika Serikat). Selanjutnya diikuti oleh Singapura, Filipina, Hongkong, dan Jepang. Sedangkan dilihat dari jumlah proyeknya, rangking pertama adalah Singapura (8 proyek). Selanjutnya diikuti oleh Jepang, Australia, Filipina, dan Taiwan. Jadi total nilai investasi asing (1967-15 Juli 1997) di Sulut adalah US $ 820,701,000 (delapan ratus dua puluh juta tujuh ratus satu ribu dollar Amerika Serikat) atau 0.44 % (nol koma empat puluh empat persen) dari total persetujuan nilai investasi asing untuk seluruh wilayah di Indonesia yang berjumlah US $ 185,968.1 juta (seratus delapan puluh lima miliar sembilan ratus enam puluh delapan juta seratus ribu dollar Amerika Serikat).
Sejak tahun 1967 sampai 15 Juli 1997, untuk investasi di Sulawesi Tengah (Sulteng), secara kumulatif Sektor Sekunder memegang ranking teratas (7 proyek) dalam hal banyak proyek investasi yang disetujui dengan nilai investasi US $ 88,737,000 (delapan puluh delapan juta tujuh ratus tiga puluh tujuh ribu dollar Amerika Serikat). Selanjutnya diikuti oleh Sektor Primer dan Sektor Tersier. Dilihat perbidangnya, maka Bidang Industri Kayu (Sektor Sekunder) memegang ranking pertama (5 proyek) Selanjutnya diikuti oleh Bidang Peternakan (Sektor Primer), dan Bidang Industri Makanan (Sektor Sekunder). Sedangkan nilai investasi Malaysia di Sulteng menduduki ranking teratas sebesar US $ 69,317,000 (enam puluh sembilan ju ta tiga ratus tujuh belas ribu doliar Amerika Serikat) Selanjutnya diikuti oleh Singapura, Jepang, Taiwan, dan Belanda. Sedangkan dilihat dari jumlah proyeknya, rangking pertama adalah Taiwan (6 proyek). Selanjutnya diikuti oleh Malaysia (2 proyek) dan Jepang (2 Proyek). Jadi total nilai investasi asing (1967-15 Juli 1997) di Sulteng adalah US $ 166,891,000 (seratus enam puluh enam juta delapan ratus sembilan puluh satu ribu doliar Amerika Serikat) atau 41.46 % (empat puluh satu koma empat puluh enam persen) dari total nilai investasi asing di Sulut atau 0.09 % (nol koma nol sembilan persen) dari total keseluruhan persetujuan nilai investasi asing untuk seluruh wilayah di Indonesia yang beijumlah US $ 185,968 1 juta (seratus delapan puluh lima miliar sembilan ratus enam puluh delapan juta seratus ribu doliar Amerika Serikat). Beberapa kendala minim atau kurangnya minat investasi asing di KTI antara lain faktor-faktor tingkat kesulitan di wilayah KTI, kurang memadainya prasarana dan sarana atau infrastruktur, kurangnya informasi peluang usaha di sektor potensial, terbatasnya kemampuan dunia usaha setempat memanfaatkan potensi disana, belum berkembangnya pola kemitraan usaha antara pelaku utama ekonomi dan industri dengan pemberdayaan pusat-pusat riset di Universitas setempat, hambatan birokrasi antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dengan pihak investor asing, dan kegiatan proyek investasi asing cenderung didominasi oleh Sektor Primer yang dapat menyebabkan high cost investment. Selain itu, krisis moneter berdampak pada penurunan daya saing produk Indonesia di pasaran internasional dan penurunan tingkat kepercayaan dan arus modal para investor asing yang akan menanamkan modalnya dalam bentuk FDI di Indonesia. Dari tanggal 1 Juli 1997 sampai 31 Desember 1997 tidak ada satupun persetujuan untuk investor asing yang akan menanamkan modalnya di Sulawesi Tengah Namun ada 2 (dua) persetujuan investasi asing untuk propinsi Sulawesi Utara dengan nilai US $ 347,000,000 (tiga ratus empat puluh tujuh juta doliar Amerika Serikat). Selain itu, dari tanggal 1 Januari 1998 sampai 30 April 1998, hanya ada 3 (tiga) persetujuan investasi asing di Sulawesi Tengah dengan nilai US S 2,350,000 (dua juta tiga ratus lima puluh ribu doliar Amerika Serikat). Sedangkan pada periode yang sama untuk Sulawesi Utara terdapat 6 persetujuan investasi asing dengan nilai US S 103,160,000 (seratus tiga juta seratus enam puluh ribu doliar Amerika Serikat) Kabinet Reformasi Pembangunan yang dipimpin oleh Presiden B.J. Habibie telah memprogram reformasi politik, ekonomi, dan hukum untuk mengatasi dampak krisis moneter di Indonesia. Reformasi hukum seharusnya bukan saja untuk hukum tertulis, namun merupakan reformasi budaya hukum Budaya hukum antara lain perilaku manusia, keyakinan hukum, kesadaran hukum, pendidikan hukum, penegakan hukum, pranata hukum dan lembagalembaga hukum, materi hukum, dan ?filling system? dari informasi hukum."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>