Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 70903 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Soenardi Moeslichan
"ABSTRAK
Perkemhangan transplantasi organ saat ini telah mencapai keberhasilan yang sangat memuaskan. Di dalam buku Transplantation Proceeding 1979 telah dibahas keberhasilan transplantasi ginjal, hati, pankreas, jantung, dan sumsum tulang. Dalam kegiatan tranpiantasi, disamping kemampuan ketrampilan yang diandalkan dari para ahli bedah dalam teknik operasi, maka kemampuan lain yang bersifat multidisiplin juga diperlukan (Cortesini, 1979; Rapaport, 1979).
Salah satu disipiin yang akan dikemukakan dalam penelitian ini adalah peran laboratorium HLA (Human Leukocyte Antigen). Peran utamanya adalah mencocokkan antigen jaringan donor dan resipien dengan cara pemeriksaan HLA. Hal tersebut didasari oleh penelitian van Rood dkk. pada tahun 1966 yang mengemukakan bahwa ketahanan transplantasi kulit di antara saudara, yang memiliki sistem HLA dan golongan darah ABO yang identik, secara bermakna akan berlangsung lebih lama, dibandingkan dengan yang tidak identik. Hal itu menggambarkan bahwa sistem HLA (ditambah dengan sistem golongan darah ABO) merupakan suatu sistem histokompatibilitas mayor (van Rood dkk., 1966). Demikian pula Mathe dkk. (1967) mengemukakan, bahwa untuk mencapai suatu keberhasilan transplantasi sumsum tulang diperlukan golongan HLA donor dan resipien yang identik. Selanjutnya data keberhasilan van Rood pada tahun 1967 yang menyatakan, bahwa keberhasilan transplantasi ginjal sangat dipengaruhi oleh kecocokan sistem HLA donor dan resipien. Atas dasar keberhasilan tersebut, maka van Rood pada tahun 1967 untuk pertama kalinya mendirikan suatu organisasi internasional Eurotransplant. Organisasi ini mengatur pertukaran organ tubuh manusia di bidang transplantasi, terutama transplantasi ginjal. Organisasi ini mencatat orang yang potensial akan menjadi resipien ginjal, dan orang yang mencatatkan diri sebagai donor ginjal. Mereka ditentukan sistem HLA-nya. Apabila terjadi sesuatu musibah sehingga seorang donor meninggal, maka organisasi mencarikan beherapa talon resipien yang cocok sistem HLA-nya melaiui komputer, untuk menerima transplantasi ginjal tersebut (van Rood, 1967).
Mengenai besarnya jumlah kasus yang mendambakan transplantasi organ di Jakarta tidak sedikit. Misalnya Wahidiyat pada tahun 1985 melaporkan terdapatnya 40 kasus bare talasemia mayor setiap tahun di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSCM-FKUI. Sebenarnya diperkirakan akan terdapal 115 kasus bare talasemia mayor setiap tahun. Semuanya itu mendambakan kualitas hidup yang lebih baik. Salah satu usaha pengobatannya yang diuiiai baik pada saat ini adalah transplantasi sumsum tulang (Thomas dkk., 1982; Modell dan Petrol] 1983; Markum dkk., 1987). Transplantasi ginjal telah tercatat 96 kali dilakukan di Jakarta sejak tahun 1977 sampai tahun 1989 (Suhardjono dkk., 1989). Angka tersebut jauh Iebih rendah daripada angka transplantasi ginjal yang tercatat di UCLA Kidney Transplant Registry, yaitu sebanyak 16.000 penderita sejak tahun 1982 sampai dengan 1985 (Tokunaga dkk., 1986). Rendahnya angka transplantasi ginjal di Jakarta mungkin disebabkan oleh karena biaya transplantasi yang masih belum terjangkau oleh rata-rata penduduk Indonesia (Sidabutar, 1989).
Sebenarnya usaha untuk memeriksa HLA tersebut telah mulai dirintis oleh Markum di Jakarta sejak tahun 1970, dengan menggunakan teknik leukoaglutinasi (Markum dkk., 1971). Teknik tersebut sudah ditinggalkan pada saat ini. Publikasi tentang frekuensi antigen HLA pada suatu populasi Indonesia di Jakarta juga telah dilaporkan oleh Abdulsalam dkk. (1975), tetapi sarana laboratorium yang digunakan pada saat itu adalah Laboratorium Imunohematologi St. Louis, Paris.
Baru pada tahun 1979 di Laboratorium Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM mulai dilakukan penelitian tentang HLA dengan menggunakan teknik mikrolimfositotoksisitas. Antiserum yang digunakan adalah sumbangan dari Akademische Ziekenhuis Leiden. Mula-mula dilakukan penyususun calon anggota panel antigen HLA yang terdiri dari para anggota staf pang-ajar dan peserta program studi Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM. Berbagai kesulitan dialami, terutama terbatasnya antiserum yang dimiliki, sehingga diperoleh kesan bahwa kelangsungan laboratorium HLA ini tidak terjamin apabila tidak ditunjang dengan kemampuan untuk memperoleh antibodi HLA secara mandiri.
Bantuan untuk mengupayakan antiserum diperoleh dari Cornain, sebagai Konselor Asia Oceania Histocompatibilily Workshop Conference (AOHWC). Pada tahun 1985 satu set baterai antiserum diperoleh dari AOHWC, dalam rangka keikutsertaan pada konperensi tersebut. Selanjutnya Colombani pada tahun 1986 telah ikut menyumbang baterai antiserum yang berasal dari Paris.
Sementara itu berbagai pihak mulai menggunakan sarana pemeriksaan HLA ini untuk berbagai pemeriksaan penunjang klinis, antara lain untuk keperluan transplantasi ginjal, pemeriksaan HLA-B27 dalam kaitannya dengan penyakit sendi, dan beberapa permintaan uji paterniti yang dapat menguji garis keturunan. Untuk pelayanan masyarakat tersebut antiserum yang digunakan adalah antiserum komersial dari Miring dan Biotest, Jarman Barat. Harga antiserum tersebut sangat mahal. Terbatasnya antiserum sumbangan dan mahalnya antiserum komersial, serta kebutuhan pemeriksaan yang kian meningkat, menimbulkan pemikiran untuk mulai meneliti kemungkinan memperoleh efisiensi dalam penyusunan baterai antiserum untuk pemeriksaan HLA pra-transplantasi. Untuk menunjang terlaksananya peningkatan tersebut, perlu diteliti kemungkinan memperoleh antibodi HLA secara mandiri."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1990
D217
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanna Zulfa Azizah
"ABSTRAK
Hukum positif Indonesia memperbolehkan dilakukannya transplantasi organ tubuh dalam hal upaya pengobatan. Keberhasilan dari dilakukannya transplantasi organ bagi penyembuhan penyakit, mengakibatkan timbulnya permasalahan baru yaitu jual-beli organ. Rumusan masalah dalam skripsi ini adalah bagaimana pengaturan transplantasi organ di Indonesia dan komersialisasi dalam transplantasi organ ditinjau berdasarkan hukum kesehatan, serta analisis terhadap Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No. 1015/Pid.B/PN.JKT.PST/2016. Bentuk penelitian dalam penulisan menggunakan penelitian hukum normatif yaitu penelitian yang dilakukan terhadap hukum positif tertulis. Tipe penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan analisis. Sanksi terhadap larangan komersialisasi transplantasi organ yang terdapat di Undang-Undang No. 36 tahun 2009 dan Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1981 tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta Transplantasi Alat atau Jaringan Tubuh Manusia, merupakan landasan bagi aparat penegak hukum untuk melakukan tindakan tegas bagi masyarakat yang melakukan komersialiasi dalam transplantasi organ. Sehingga diharapkan pemerintah dan aparat penegak hukum dapat lebih tegas dalam memberantasan komersialisasu dalam transplantasi organ.

ABSTRACT
Indonesia 39 s positive law allows for the transplantation of organs in the treatment effort. The success of an organ transplant for the cure of disease, resulting in the emergence of new problems of buying and selling organs. The formulation of the problem in this thesis is how the arrangement of organ transplants in Indonesia and commercialization in organ transplants are reviewed based on the health law, and analysis of the Central Jakarta District Court Decision No. 1015 Pid.B PN.JKT.PST 2016. The form of research in writing using normative legal research is research conducted on positive written law. Type of research used by researchers in this research is descriptive research and analysis. Sanctions against the ban on the commercialization of organ transplants contained in Law No. 36 of 2009 and Government Regulation No. 18 of 1981 on Clinical Surgery and Anatomical Surgery as well as Transplantation of Human Body Equipment or Network, is the basis for law enforcement officers to take firm action for communities committing commercialization in organ transplants. So hopefully the government and law enforcement officers can be more assertive in eradicating commercialisasu in organ transplants. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarasdewi Febryanti
"ABSTRAK
Tesis ini membahas tentang pembuatan akta notaris antara calon pendonor dan calon resipien dalam rangka mengadakan transplantasi organ. Permasalahan mengenai maraknya raktik perdagangan organ tubuh manusia yang banyak terjadi di Indonesia dengan berbagai modus, mulai dari persetujuan pendonor untuk mendonorkan organ tubuhnya, penipuan terhadap pendonor sampai dengan pembunuhan untuk mendapat organ tubuh tersebut. Oleh karena itu dibutuhkan pembuatan akta notaris antara calon pendonor dan calon resipien dalam rangka mengadakan transplantasi organ, agar kepentingan kedua belah pihak terlindungi. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian bersifat yuridis normatif. Pendekatan yuridis adalah suatu pendekatan yang mengacu pada hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, sedangkan pendekatan normatif adalah pendekatan yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder terhadap azas-azas hukum serta studi kasus yang dengan kata lain sering disebut sebagai penelitian hukum kepustakaan. Pendekatan yuridis normatif adalah pendekatan yang dilakukan berdasarkan bahan hukum utama dengan cara menelaah teori-teori, konsep-konsep, dan asas-asas hukum serta peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan penelitian ini. Pendekatan ini dikenal pula dengan pendekatan kepustakaan yakni dengan mempelajari buku-buku peraturan perundang-undangan dan dokumen lain yang berhubungan dengan penelitian ini. Hasil penelitian ini bahwa dalam setiap penyelenggaraan transplantasi organ diperlukan surat perjanjian dibuat antara calon Pendonor dan calon Resipien. Isi dari akta notaris tersebut adalah kehendak dari para pihak, contohnya seperti, hak dan kewajiban. Akta notaris antara calon pendonor dan calon resipien dalam mengadakan transplantasi organ mempunyai fungsi sebagai keabsahan terhadap pelaksanaan transplantasi organ dan memberikan perlindungan terhadap pendondor dan resipien.

ABSTRACT
This thesis discusses the making of notarial deed between the donor candidate and the recipient candidate for organs transplantation. The problem of the widespread practice of organ trafficking for the human body which often occurs in Indonesia with various motives, ranging from the approval of donors to donate organs, scamming the donors until committed a murder to get the organs. Therefore, it is required to make a notarial deed between the donor candidates and the recipients 39 candidates in order to transplant the organs, so that the interests of both parties are protected. The method used in this research is juridical normative. A juridical approach is an approach that refers to applicable laws and regulations, while the normative approach is done by examining library materials or secondary data on legal principles and case studies, in other words, are often referred as legal research literature. A normative juridical approach is an approach based on the main legal material by examining the theories, concepts, and legal principles as well as the laws and regulations relating to this research. This approach is also known as the literature approach by studying the books of legislation and other documents related to this research. The results of this research are in every organ transplant required a letter of an agreement made between candidates of the donors and the candidates of the recipients. The content of the notarial deed is the willingness of the parties, such as rights and obligations. Notarial deeds between candidates of the donors and the recipients for organs transplantation have a function as a validity of the implementation of organ transplants and provide protection against donors and recipients."
2018
T51477
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Febriansyah Sugiyono
"

Human Trafficking atau disebut juga dengan perdagangan orang atau tindak pidana perdagangan orang (TPPO) merupakan kejahatan yang secara konstan mengancam dunia dan diakui secara luas sebagai salah satu industri kejahatan transnasional terorganisasi yang berkembang dengan pesat secara global. Salah satu bentuk TPPO yang terus berkembang saat ini adalah untuk tujuan eksploitasi pengambilan organnya. Kejahatan tersebut dipandang dapat dicegah melalui penerapan tugas dan fungsi intelijen yang memegang peranan sangat penting dalam menjaga keamanan nasional. Intelijen memiliki kaitan erat dengan sistem peringatan dini yang dikenal sebagai early warning system dan memberikan perkiraan keadaan (forecasting). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ancaman, penyelenggaran fungsi intelijen keimigrasian dan strateginya dalam menghadapi TPPO pengambilan organ di TPI Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan pengumpulan bahan melalui wawancara mendalam terhadap narasumber berkompeten dan pengamatan langsung di lapangan serta pengumpulan data lain yang memiliki relavansi dengan penelitian. Hasil penelitian menunjukan bahwa secara umum pelaksanaan fungsi intelijen keimigrasian oleh Kantor Imigrasi Kelas I TPI Ngurah Rai sudah berjalan namun secara khusus implementasi dalam upaya pencegahan TPPO terhadap WNI yang akan berangkat ke luar negeri melalui di TPI Ngurah Rai dapat dikatakan belum optimal karena terdapat beberapa hambatan, sehingga dibutuhkan langkah-langkah untuk meningkatkan fungsi tersebut.


Human Trafficking, also known as trafficking in person, is a crime that constantly threatens the world and is widely recognized as one of the fastest growing transnational organized crime industries globally. One form of Human Trafficking that continues to grow today is for the purpose of organ removal. These crimes are considered preventable through the application of intelligence tasks and functions that plays a very important role in maintaining national security. Intelligence is closely related to the early warning system and provides forecasting. This research aims to analyze the threats, the implementation of immigration intelligence functions and its strategies to address trafficking in human beings for the purpose of organ removal at the Immigration checkpoint I Gusti Ngurah Rai international airport. The research method uses a descriptive qualitative approach, collecting materials through in-depth interviews with competent sources, direct field observations, and other relevant data collection. The results showed that in general the implementation of the immigration intelligence function by the Immigration Office Class I TPI Ngurah Rai has been running, but specifically the implementation in efforts to prevent human trafficking against Indonesian citizens who will leave abroad through Ngurah Rai immigration check point can be said to be not optimal because there are several obstacles, so steps are needed to improve the function. "
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Fujiyono
"Latar Belakang: Mayoritas kasus kebutaan kornea dapat direhabilitasi dengan tindakan transplantasi kornea. Akan tetapi, tingkat donor kornea di Indonesia dirasa masih kurang untuk memenuhi kebutuhan transplantasi kornea.
Tujuan: Mengetahui hubungan faktor sosiodemografi, pengetahuan, dan sikap terhadap perilaku masyarakat mengenai donor kornea.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian potong lintang (cross-sectional study) untuk menilai hubungan antara faktor sosiodemografi, pengetahuan, dan sikap terhadap perilaku donor kornea.
Hasil: Komponen sosiodemografi yang berhubungan terhadap perilaku (P < 0,05) antara lain kategori responden, jenis kelamin, agama, suku bangsa, tingkat pendidikan, dan pekerjaan. Pengetahan dan sikap juga memiliki hubungan terhadap perilaku. Berdasarkan analisis multivariat, jenis kelamin, kategori responden, agama, pengetahuan, dan sikap diduga mepengaruhi perilaku donor kornea. Sedangkan nilai OR terbesar yang diperoleh yaitu 7,305 pada variabel pengetahuan.
Kesimpulan: Tingkat pengetahuan sikap dan perilaku mengenai donor kornea relatif rendah pada subjek yang diamati. Tidak seluruh komponen sosiodemografi yang diamati berhubungan terhadap perilaku donor kornea. Pengetahuan dan sikap memiliki hubunngan terhadap perilaku. Pengetahuan merupakan variabel yang paling mempengaruhi perilaku donor kornea.

Background: The majority of cases of corneal blindness can be rehabilitated by a corneal transplant. However, the level of donor corneas in Indonesia is still insufficient to meet the needs for corneal transplants.
Objective: To determine the relationship between sociodemographic factors, knowledge, and attitudes towards people's behavior regarding corneal donors.
Methods: This study used a cross-sectional study design to assess the relationship between sociodemographic factors, knowledge, and attitudes towards corneal donor behavior.
Results: The sociodemographic components related to behavior (P < 0.05) included respondent categories, gender, religion, ethnicity, education level, and occupation. Knowledge and attitudes also have a relationship to behavior. Based on multivariate analysis, gender, respondent category, religion, knowledge, and attitudes are thought to influence the behavior of corneal donors. While the largest OR value obtained is 7.305 on the knowledge variable.
Conclusion: The level of knowledge, attitudes and behavior regarding corneal donors is relatively low in the subjects studied. Not all observed sociodemographic components are related to corneal donor behavior. Knowledge and attitudes have a relationship to behavior. Knowledge is the variable that most influences the behavior of corneal donors.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dearizka
"Transplantasi organ dan jaringan tubuh manusia menjadi salah satu primadona dalam bidang kedokteran karena dianggap sebagai metode pengobatan yang paling efektif untuk mengobati kerusakan atau kegagalan fungsi sel, jaringan, atau organ tubuh manusia. Tidak hanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, kemajuan dalam kebijakan, penegakkan, dan ketatnya pengawasan hukum juga menjadi beberapa faktor penunjang peningkatan kualitas serta kuantitas praktik transplantasi organ dan jaringan tubuh manusia. Pada umumnya, peraturan tentang transplantasi organ dan jaringan tubuh manusia di tiap negara berbeda-beda, begitu pun dengan yang berlaku di Indonesia dan di Tiongkok. Perbedaan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain perbedaan ideologi, budaya, serta sistem hukum yang kemudian memengaruhi penerapan hukum di kedua negara tersebut, termasuk dalam hukum perdata dan hukum kesehatan serta lebih khusus mengenai peraturan tentang transplantasi organ dan jaringan tubuh manusia. Skripsi ini memaparkan tentang perbandingan peraturan tentang transplantasi organ dan jaringan tubuh yang berlaku di Indonesia dan Tiongkok ditinjau hukum perdata untuk menemukan persamaan, perbedaan, serta implikasi dari penerapannya.

Organ and body tissue transplantation became one of the crucial method in the medical field since it is considered as the most effective treatment method to cure the damage or malfunction of human body?s cell, tissue, or organ. Not only the advancement of knowledge and technology, the improvement of policy, enforcement, and the establishment of law supervision are also becoming several supporting factors that incrases the quality and quantity of organ and body tissue transplantation practice. Generally, the regulation about organ and body tissue transplantation in each country is different, thus also applied between Indonesia and China. This difference determined by several factors such as differences in ideology, culture, and legal system that influences the law implementation in both countries, including in private law and health law, specifically in the human organ and body tissue transplantation regulation. This thesis explains about the comparison of organ and body tissue transplantation regulation in Indonesia and China from private law perspective in order to uncover the similarities, differences, and also the implications from its implementation.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2016
S65313
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suci Murniati
"ABSTRAK
Tindakan pembedahan dapat menimbulkan kecemasan pasien sebelum tindakan pembedahan. Kecemasan dapat diakibatkan karena ketidaktahuan akan prosedur pembedahan. Pemberian informasi kesehatan sebagai salah satu tindakan preoperatif bertujuan untuk memberi pemahaman bagi pasien tentang pembedahan yang akan dilakukan dan dukungan sosial yang diberikan dapat menimbulkan rasa nyaman. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pemberian informasi kesehatan, dukungan sosial dan tingkat kecemasan pasien yang akan menjalani transplantasi ginjal di RSUPN Dr. Ciptomangunkusumo Jakarta. Sampel berjumlah 32 responden yang didapat dengan menggunakan teknik total sampling. Desain penelitian adalah analitik korelasi dengan pendekatan Cross Sectional dan data dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuesioner pemberian informasi, Social Previsions Scale, dan kuesioner HAM-A. Hasil Analisis Chi Square diperoleh adanya hubungan antara pemberian informasi dan kecemasan p value = 0,013 dan terdapat hubungan pemberian dukungan sosial dan kecemasan p value = 0,014 . Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat meneliti lebih lanjut mengenai faktor-faktor lain yang berhubungan dengan tingkat kecemasan pasien preoperasi, dan intervensi yang dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan pasien.

ABSTRACT
Abstract Surgery may lead to preoperative anxiety for the patient. Anxiety may be caused by ignorance of surgical procedure. Providing health information as a preoperative intervention is aimed to facilitate patient rsquo s understanding of the procedure and social support may provide comfort. This study aimedto identify the relationship between providing health information, social support and patients rsquo anxiety level before kidney transplantation in RSUPN Dr. Ciptomangunkusumo Jakarta. This analytic descriptive study used cross sectional approach that involved 32 respondents. Questionnaire of information provision, Social Previsions Scale, and HAM A were used to collect the data. Result of chi square analysis indicated that there was a significant correlation between providing health information and anxiety pvalue 0,013 and there was a significant correlation between social support and anxiety p value 0,014 . The study suggests a further research for investigating other factors associated with anxiety in preoperative patient and methods used to relieve anxiety. "
2017
S68718
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harits Hadi Jananuraga
"Salah satu bidang yang berkembang pesat adalah bidang kesehatan. Kini zaman semakin maju, transplantasi bukanlah hal yang luar biasa. Transplantasi telah menjadi kebutuhan manusia dalam penyembuhan penyakit sehingga tidak salah apabila menjadi salah satu teknik penyembuhan populer di dunia kesehatan. Transplantasi organ dan jaringan tubuh dianggap sebagai tindakan yang sangat terpuji, bahkan dermawan karena dilaksanakan secara gratis dan bersifat nonprofit. Indonesia sebagai negara yang masih menganut pluralisme hukum, memiliki pandangan yang berbeda mengenai transplantasi organ dan jaringan tubuh ditinjau dari segi hukum perdata barat dan hukum Islam. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan permahaman secara jelas serta menelaah lebih jauh tentang hal-hal yang berhubungan dengan transplantasi organ dan jaringan tubuh. Perbandingan ini dapat dianalisis dari segi hukum perdata barat dan hukum Islam. Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa terdapat persamaan dan perbedaan yang cukup signifikan mengenai transplantasi organ dan jaringan tubuh dalam hukum perdata barat dan hukum Islam.

Health is one of the most important things in human’s life. As we can see, people’s health growing rapidly nowadays. Since the health industries has been emerging through the year, tranplantation of human’s bodies are a very common way and it is necessary for people’s health. There are many operation of tranplantation, such as heart or kidney(s) tranplantation to help somebody’s life. The doctors may have to do the tranplantation to curing their patients. Beside with the doctors, some patients wish for health people who want to discordant their organ to help them. For some people, human’s organ or body’s tissues transplantation is reputed as an honorable action because it is done for free and nonprofit. As a country which is still follow a pluralism law, Indonesia has a different side of doing organ transplantation based on west civil law and Islamic law. According to the explanation above, this research’s purposes are to elaborate and give the information about the organ transplantation more clearly and deeply. Thus, this research also shows the comparation about transplantation of human body between west civil law and Islamic Law. As an hypotesa, this research shows that there are some significant similarities and differences about transplantation opinion between west civil law and Islamic Law law.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2014
S54840
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joko Anom Suryawan
"ABSTRAK
Latar Belakang: Drainase temporer saluran kemih bagian atas dapat dilakukan dengan pemasangan stent ureter. Pemasangan DJ stent dapat memberikan keluhan rasa tidak nyaman pada pasien yang bervariasi dari seseorang ke orang yang lain dan bersifat idiosinkrasi
Tujuan: Untuk mengetahui faktor-faktor apa yang berpengaruh terhadap gejalagejala berkemih dan nyeri pada pasien-pasien yang terpasang DJ stent di RSUP Dr. Sardjito dan RSPAU Dr. Suhardi Hardjolukito Yogyakarta.
Metode: Penelitian prospektif ini dilakukan pada bulan Maret - Agustus. Semua pasien yang dipasang DJ stent diikutsertakan dalam penelitian ini. Kriteria eksklusi adalah pasien yang dipasang DJ stent dengan kasus keganasan, pasien yang menjalani pemasangan DJ stent,dan pasien dengan DJ stent bilateral.
Sebelum dan 1 bulan setelah dipasang DJ stent, yakni ketika pasien dijadwalkan lepas DJ stent, pasien kembali mengisi kuesioner IPSS, USSQ dan VAS. Data IPSS, komponen berkemih USSQ dan VAS dicatat dan dianalisis dengan Chi Square/ Fisher exact test, Pearson/Spearman dan Mann Whitney
Hasil: Dari 40 pasien, laki-laki 23 orang (57,5%) dan perempuan 17 orang
(42,5%), rerata usia 44,92 tahun dan lama pemasangan DJ stent 38,22 hari.
Berdasarkan hasil IPSS, terdapat hubungan bermakna antara IPSS total sebelum dan setelah pemasangan DJ stent (p <0,001; r = 0,628). Distribusi gejala berkemih yang sering muncul pada kuesioner USSQ adalah disuria (62,5%), frekuensi (55%), nokturia (52,5%), buang air kecil tidak lampias (47,5%), hematuria (35%), dan urgensi (15%). Pada analisis bivariate, posisi DJ stent berhubungan dengan timbulnya frekuensi (p <0,001), nokturia (<0,001), urgensi (p=0,002), buang air kecil tidak lampias (p=0,049), dysuria (p=0,030), hematuria (p=0,026) dan nyeri (p<0,001).
Kesimpulan: Gejala berkemih sebelum dipasang DJ stent dan posisi DJ stent
merupakan faktor yang mempengaruhi timbulnya gejala berkemih dan nyeri pada pemasangan DJ stent.

ABSTRACT
Background: Temporary drainage of upper urinary tract can be performed by ureteral stents. Stent discomfort can vary from one patient to another in an idiosyncratic manner.
Purpose: To study factors that influence urinary symptoms and pain related to stented ureter
Methode: This is prospectif study, from March 2014 to August 2014, to known factors that influence urinary symptoms and pain of patients with ureteral stent.
All patients were inserted ureteral stent participated in this study. Exclusion
criteria were patients with malignancy, patients who had history of DJ stent
placement previously, and patients with bilateral DJ stents. All patients completed IPSS questionnaire before inserted stents. After 1 month, when removal DJ stents performed, all patients completed IPSS,USSQ and VAS. All data was analized with Chi square/fisher exact test, pearson/spearman correlation and Mann Whitney.
Results: Fourty patients consist of 23 man (57.5%) and 17 women (42.5%)
completed this study. The mean age was 44.92 years old and length of stented
ureter was 38.22 days. There was significance correlation between IPSS of DJ
stent preinsertion and post insertion ( p<0.001; r = 0.628). Of the patients reported
dysuria (62.5%), frekuensi (55%), nocturia (52.5%), incomplete emptying
(47.5%), hematuria (35%) and ugency (15%). On bivariate analysis, there was
significance correlation between DJ stent position and frequency (p <0.001),
nocturia (<0.001), urgency (p=0.002), incomplete emptying (p=0.049), dysuria
(p=0.030), hematuria (p=0.026) and pain (p<0.001).
Conclusion: Previous urinary symptoms and DJ stent position were factors that influence urinary symptoms and pain related ureteral stent insertion."
2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Syeida Handoyo
"Latar belakang: Komplikasi vena hepatika merupakan komplikasi vaskular pascatransplantasi hati yang penting karena dapat mengakibatkan kongesti hati, sirosis dan kegagalan cangkok, dengan insidens lebih tinggi pada Transplantasi Donor Hidup (LDLT) dibandingkan teknik transplantasi lainnya.
Tujuan: Mengetahui parameter ultrasonografi (USG) Doppler vaskular vena hepatika periode awal pascatransplantasi yang dapat berperan sebagai prediktor komplikasi vena hepatika
Metode: Penelitian dilakukan pada 44 pasien pediatrik yang menjalani LDLT di RSUPN Dr. Ciptomangunkusumo dari tahun 2010 hingga Juli 2022 yang memiliki imaging USG Doppler vaskular pada hari pertama hingga ketiga pascatransplantasi. Kecepatan dan pola gelombang vena hepatika dari USG Doppler dievaluasi pada kelompok dengan dan tanpa komplikasi vena hepatika pada tahun pertama pascatransplantasi. Nilai titik potong kecepatan vena hepatika ditentukan menggunakan receiver operating curve.
Hasil: Kecepatan vena hepatika pada hari kedua pascaoperasi secara signifikan lebih rendah pada pasien dengan komplikasi vena hepatika, dengan nilai tengah 21,3 (16,6-23,3) cm/detik, dibandingkan 28,9 (10,7-75,0) cm/detik pada pasien tanpa komplikasi vena hepatika, (nilai p = 0,018). Nilai titik potong kecepatan vena hepatika hari kedua pascaoperasi dalam membedakan komplikasi dan tanpa komplikasi vena hepatika adalah 23,65 cm/detik, sensitivitas 100%, spesifisitas 76,3%, AUC 0,803 (IK95% 0,679-0,927), dan nilai p = 0,018. Tidak terdapat perbedaan proporsi pola gelombang monofasik vena hepatika antara pasien dengan komplikasi vena hepatika dibandingkan dengan pasien tanpa komplikasi vena hepatika.
Kesimpulan: Kecepatan vena hepatika yang rendah pada USG Doppler vaskular periode awal pascaoperasi terutama di hari kedua dapat membantu memprediksi komplikasi vena hepatika sehingga meningkatkan kewaspadaan dini terhadap komplikasi vena hepatika pada tahun pertama pascatransplantasi.

Background: Hepatic vein complication is an important postoperative complication in pediatric liver transplantation in which liver congestion may progress to cirrhosis and graft failure, with higher incidence in living donor liver transplantation (LDLT) compared to other liver transplantation technique.
Objective: This study aims to identify the role of Doppler ultrasound parameters of hepatic vein in early postoperative period of pediatric LDLT as predictors of hepatic vein complications.
Methods: From 2010 to July 2022, there were 44 pediatric LDLT patients in RSUPN Dr. Ciptomangunkusumo who had Doppler ultrasound imaging from first until third postoperative day. Hepatic vein velocity and waveform were compared in patients with and without hepatic vein complications in one year follow up. Cut off point of hepatic vein velocity is determined using receiver operating curve.
Results: Hepatic vein velocity in second postoperative day is significantly lower in patients with hepatic vein complication, with median of 21,3 (16,6-23,3) cm/s compared to 28,9 (10,7-75,0) cm/s in patients without hepatic vein complication (p value = 0,018), with cut off value to differentiate both group is 23,65 cm/s, sensitivity 100%, specificity 76,3%, AUC 0,803 (CI95% 0,679-0,927), and p value = 0,018. There is no difference in monophasic waveform proportion between patients with and without hepatic vein complication.
Conclusion: Lower hepatic vein velocity in early postoperative Doppler ultrasound of pediatric LDLT, especially in second postoperative day, may aid to predict hepatic vein complication in first year follow up. Such finding may increase awareness of hepatic vein complication in the first year after transplantation.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>