Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 138426 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Azwar Djauhari
"ABSTRAK
lnfeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat selama seseorang berada di rumah sakit. Infeksi nosokomial tidak hanya menyerang yang dirawat tetapi juga penderita yang berobat dan setiap orang yang berada di rumah sakit. Dengan persyaratan pada waktu masuk rumah sakit penderita belum terinfeksi dan tidak berada dalam masa inkubasi penyakit tersebut.
Selain meyebabkan morbiditas dan mortalitas, infeksi nosokomial akan menambah beban tenaga dan biaya baik bagi rumah sakit maupun penderita dan keluarganya.
Ada empat macam infeksi nosokomial yang menonjol yaitu infeksi luka operasi (ILO), infeksi saluran kemih (ISK), infeksi saluran napas (ISN) dan bakteriemia.
Dari keempat macam infeksi nosokomial itu, 42% adalah infeksi nosokomial saluran kemih (INSK) dengan angka infeksi 2,39 per 100 kunjungan dan 47 - 75 persen infeksi nosokomial saluran kemih terjadi akibat tindakan urologik terutama sekali kateterisasi kandung kemih.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya infeksi nosokomial saluran kemih pada penderita yang memakai kateter kandung kemih di unit rawat inap RSUP Dr Sardjito Yogyakarta."
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yetty Kusmayati
"Infeksi nosokomial merupakan masalah global yang sering terjadi di negara-negara berkembang maupun di negara industri. Kepatuhan perawat dalam upaya pencegahan infeksi nosokomial menjadi perhatian penting, sebagai salah satu upaya menjaga mutu pelayanan di rumah sakit. Pada survey pendahuluan terhadap 30 orang perawat di Lantai IV Kanan, Lantai IV Kiri IRNA B RSUP Fatmawati didapatkan 93,3% perawat tidak mencuci tangan sebelum melakukan tindakan, 20% tidak cuci tangan sesudah melakukan tindakan dan, 56,7% tidak menggunakan sarung tangan saat melakukan tindakan. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah belum diketahuinya tingkat kepatuhan perawat pelaksana dalam upaya pencegahan infeksi nosokomial di ruang perawatan bedah Lantai IV Kanan, Lantai IV Kiri IRNA B dan Ruang Mawar IRNA C RSUP Fatmawati Jakarta Tahun 2004.
Penelitian ini termasuk penelitian jenis deskriptif korelasional yang besifat cross sectional, yang bertujuan mendapat gambaran hubungan fungsi manajemen dalam penyediaan sarana dan prasarana, pedoman kerja, pelatihan, pengawasan dan lingkungan kerja dengan kepatuhan perawat pelaksana dalam upaya pencegahan infeksi nosokomial. Sampel penelitian adalah total populasi yaitu 69 orang. Data yang diperoleh adalah data primer melalui kuesioner dan observasi.
Hasil analisis bivariat dengan uji kai kuadrat, didapatkan dari 5 komponen fungsi manajemen, dengan alpha 0,05 tidak ada yang berhubungan secara signifikan dengan kepatuhan perawat pelaksana. Namun pada analisis multivariat diperoleh satu variabel utama yang berhubungan secara signifikan yaitu lingkungan kerja (p = 0,021)_ Hasil analisis multivariat dengan uji regresi logistik diketahui bahwa 82,6% variasi kepatuhan perawat pelaksana dilantai IV kanan, Lantai IV kiri dan Ruang Mawar RSUP Fatmawati secara signifikan dapat dijelaskan oleh variabel fungsi manajemen dalam menciptakan lingkungan kerja dan unit kerja, dengan nilai G = 36,664 dan nilai p < 0,0005. Variabel yang paling dominan berkontribusi dengan kepatuhan perawat pelaksana adalah unit kerja, setelah dikoreksi variabel fungsi manajemen dalam menciptakan lingkungan kerja.
Hasil penelitian ini disimpulkan bahwa faktor yang paling dominan terhadap kepatuhan perawat pelaksana adalah lingkungan kerja setelah dikoreksi oleh unit kerja sebagai confounding. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan kepala ruangan dapat mengusulkan pemenuhan kebutuhan sarung tangan sesuai kebutuhan, mensosialisasikan pedoman kerja yang sudah ada kepada perawat baru, meningkatkan pengetahuan dan sikap perawat khususnya tentang upaya pencegahan infeksi nosokomial melalui CNE (Continuous Nursing Education), meningkatkan kemampuan manajerial kepala ruangan dengan mengikuti pelatihan manajemen ruang perawatan. Kepatuhan terhadap penerapan pedoman kerja agar ditingkatkan oleh perawat melalui PSBR (Problem Solving for Better Health). Untuk melengkapi penelitian ini, perlu dilakukan penelitian lebih mendalam tentang kepatuhan perawat pelaksana, baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif dengan menyempumakan instrumen penelitian.
Daftar Pustaka: 50 (1975 - 2004).

Relationship Between Management Functions and Nurse Compliance to Prevent Nosocomial Infection Occurred in Surgery Room of Fatmawati Hospital Jakarta 2004Nosocomial infection is a global problem occurred in both developing and developed countries. Nurse compliance in preventing nosocomial infection is important as a component to maintain health care quality by hospital. Preliminary survey involving 30 nurses in Floor IV Right and Left Fatmawati Hospital found 93.3% nurses who did not wash their hands before treating the patient and 20% did not wash their hands after treating patients, while 56.7% did not wear gloves during treating patients. The research problem is that no information on nurse compliance in Fatmawati Hospital was available,
The study was a descriptive correlation study with cross-sectional design aimed at obtaining information on the relationship between management functions (including facilities, work guidelines, training, monitoring, and work environment) and nurse compliance in preventing nosocomial infection take place in surgery room of Fatmawati Hospital Jakarta year 2004. Total population was included in the study, consisting of 69 nurses. Data obtained was primary data collected through questionnaire and observation. Bivariate analysis using chi-square shows that no component of management function was significantly related (at significance level of 0.05) to nurse compliance.
However, in multivariate analysis, there was one variable that significantly associated to nurse compliance, that was work environment (p=0.021). Logistic regression shows that 82.6% of variation of nurse compliance could be explained by management function in creating good work environment and work unit with G-36.664 and p'(0.0005. The most dominant variable was work unit after being corrected by management function in creating work environment.
Based on the study results, it is recommended to head of ward to add more gloves, to socialize work guidelines, to improve nurse's knowledge and attitude particularly on nosocomial infection through Continuous Nursing Education, to improve managerial skill of head of ward by management training. Compliance to work guidelines should be improved through Problem Solving for Better Health approach. To complement this study, further study is needed both qualitative and quantitative using better instrument.
References: 50 (1975-2004)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T12849
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lanjar Sugiyanto
"Mutu pelayanan rumah sakit dapat diukur dengan berbagai parameter, misalnya "rerata lama hari rawat", "angka kematian suatu penyakit", "angka kematian dalam kasus gawat darurat", "tingkat kepuasan pelanggan" dan sebagainya. Ada aspek lain yang tidak kalah penting artinya berkaitan dengan mutu pelayanan medis dan sudah menjadi salah satu parameter program akreditasi rumah sakit di Indonesia. Parameter tersebut adalah "terhindarnya pasien dari infeksi nosokomial" atau "tingkat kemampuan rumah sakit dalam upaya pengendalian infeksi nosokomial".
Menyimak masalah infeksi nosokomial, teridentifikasi adanya kecenderungan peningkatan insidens infeksi nosokomial saluran pernafasan dan paru (pneumonia nosokomial) pada pasien yang menggunakan bantuan pernafasan mekanik (ventilator) di ruang ICU RS Mitra Keluarga Jatinegara. Keadaan ini menyebabkan dikeluarkannya kebijakan manajemen untuk melakukan perubahan pada sistem perawatan saluran pernafasan secara terbuka (Open Ventilation Suction System OSN) yang sudah biasa digunakan, dengan sistem perawatan saluran pernafasan secara tertutup (Closed Ventilation Suction System, (VSN yang Baru diperkenalkan melalui Surat Direktur SDISOP/D7149199).
Penelitian ini merupakan studi komparatif observasional yang disertai analisis biaya - manfaat (cost cfg,ctivenesx unalycis'CE-A) yang bertujuan untuk mendapatkan Yuainbaran tingkat cost effectiveness dari masing - masing sistem perawatan saluran pernafasan tersebut. Sistem yang dinilai mempunyai tingkat cost effectiveness yang lebih baik; dari penelitian ini diharapkan dapat mendukung kebijakan manajemen untuk memberlakukan sistem tersebut sebagai standart perawatan saluran pernafasan bagi pasien dengan bantuan ventilator di ruang ICU RS Mitra Keluarga jatinegara.
Model penelitian ini berupa pengamatan terhadap timbulnya pneumonia nosokomial pada dua kelompok sampel yaitu kelompok sampel dengan (OVSS) dan kelompok lain dengan (CVn yang dilakukan dalam dua periode waktu yang berbeda, masing - masing sistem suction selama 3 bulan.
Hasil pengamatan kedua kelompok berupa perbandingan "angka insidens pneumonia nosokomial", "resiko relatif", dan perbandingan "tingkat cost - effectiveness. " masing -- masing sistem perawatan saluran pernafasan tersebut. Hasil penelitian didapatkan bahwa angka insider's pneumonia nosokomial kedua sistem berbeda secara bermakna menurut uji statistik X-Square yaitu 26,6% pada penggunaan C)tSS dan 4,0% pada penggunaan C'1!SS dengan p = 0,013 (cc < 0,05), resiko relatif penggunaan CUSS dibanding dengan penggunaan OVSS adalah 0,015, ini berarti CVSS dapat dianggap sebagai faktor pencegah terjadinya pneumonia nosokomial.
Pada analisis biaya - manfaat secara normatif dengan standarisasi biaya operasional untuk l minggu, masing - masing sistem mempunyai tingkat cost - e ffectiveness pads penggunaan OVSS adalah, 11.859.981 rupiah/pasien bebas pneumonia nosokomial pada penggunaan CJSS adalah 7.149.125 rupiahlpasien pasien bebas pneumonia nosokomial. Sedangkan secara aktual sesuai dengan hasil pengamatan di lapangan didapatkan, tingkat cost effectiveness pada penggunaan OVSS adalah 9119.943 rupiah/ pasien bebas pneumonia nosokomial, dan pada penggunaan adalah CVS 4,782.661 rupiah/pasien bebas pneumonia nosokomial.
Dari hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa penggunaan Sistem Perawatan Saluran Pernafasan Secara Tertutup memberikan tingkat cost effectiveness yang lebih baik dibandingkan dengan penggunaan Sistein Perawatan Saluran Pernafasan Secara Terbuka, oleh karena itu disarankan agar Sistem Perawatan Saluran Pernafasan Secara Tertutup ini dapat direkomemndasikan untuk digunakan sebagai standar perawatan pada pasien dengan bantuan ventilator perawat di ruang ICU khususnya di RS Mitra keluarga Jatinegara.

Cost - Effectiveness Analysis for Using "Closed Ventilation Suction System" on Nosocomial Infection Control in Intensive Care Unit of Mitra Keluarga Jatinegara HospitalThe performance of hospital services can be measured by many parameters. Among them are "average lenght of stay" (Av-LOS), "mortality rates on certain disease", ``mortality rate on emergency case", customers satisfaction level, etc. Another parameter with regard to medical services quality and has included in parameter of hospitals acreditation in Indonesia are nosocomial infection control capability and number of its infection.
With regard to this issue, it has been identified that there seems to be an increase on "pneumonia nosocomial on patient using ventilator in the ICU of Mitra Keluarga Jatinegara Hospital. This lead to a management decision to change the treatment method from "Open Ventilation Suction Systern/OVSS" to "Closed Ventilation Suction System/CVSS".
This study' is an observational comparative study with objective to get more clear level of cost effectiveness from each treatment as mentioned above. Benefit of this study is to support scientifically the management policy on the matter (Evaluative Policy Study).
Design of the study is observation study the two systems using two different "population" as samples on two different periods. We found that there is a significant difference on cummulative rate of pneumonia nosocomial incidence using X-Square statistical method. That is 26,7% on OVSS and 4,0% using CVSS (p = 0.013, OC < 0,05), with relative risk in the use of CVSS compare to OVSS is, meaning we can assured that CVSS method is more effective in preventing of pneumnia nosocomial, compared to OVSS.
Using "normative cost - effectiveness analysis" with a duration of one week, the two systems produce result of 13.087254 rupiahs per patient with free pneumonia nosocomial for OVSS, 7.763.160 rupiahs per patient with free pneumonia nosocomial. "Actual cost - effectiveness analysis" result of 9.119.943 rupiahs per patient with free pneumonia noscomial patient' for OVSS and 4.782.661 rupiahs per patient with free pneumonia nosocomial " for CVSS. It means that CVSS is more cost - effective method to be applied on pneumonia nosocomial control program.
Based on that above study, we suggest that the Closed Ventilation Suction System is to be continued as a standard treatment for patients using ventilator in the ICU of Mitra Keluarga Jatinegara Hospital."
Depok: Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leonardo Wibawa Permana
"Pelayanan Kesehatan Sint Carolus Jakarta sebagai sebuah rumah sakit non profit harus ikut memasuki era kompetisi dengan menjamurnya rumah sakit baru dan menjaga keberadaannya demi pelayanan kepada masyarakat. Salah satu upaya yang dilakukan adalah pelaksanaan pengendalian infeksi nosokomial yang dilaksanakan dalam karya Panitia Pengendalian Infeksi Nosokomial (Pandalin ) P.K. St. Carolus. Pengendahan Infeksi Nosokomial adalah salah satu tolok ukur sekaligus upaya meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.
Penelitian ini bertujuan menganalisis pelaksanaan tugas dan fungsi Panitia Pengendalian Infeksi Nosokomial ( Pandalin ) Pelayanan Kesehatan Sint Carolus Jakarta, untuk mengetahui sejauh mana Pandalin P.K. St. Carolus telah melaksanakan tugas dan fungsinya, kendala - kendala apa saja yang dihadapi, dan memberikan saran bagi semua kendala itu.
Janis penelitian ini adalah penelitian manajemen operasional dengan pendekatan kualitatif dengan 34 orang Informan. Pengumpulan data dilakukan melalui Wawancara Mendalam dan Focus Group Discussion, Penelitian IDokumen, dan Pengamatan. Untuk terjaminnya keabsahan data dilakukan triangulasi sumber. Hasil penelitian dan pembahasannya dilakukan berdasarkan masing - masing variabel menurut pendekatan masukan dan proses.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan tugas dan fungsi Pandalin P.K. St. Carolus Jakarta rendah. lni dibuktikan dengan pemahaman yang rendah tentang struktur organisasi. Pemahaman yang rendah tentang uraian tugas dan wewenang berakibat rendahnya pelaksanaan uraian tugas dan wewenang itu. Pelaksanaan pengembangan dan pendidikan star juga rendah. Pengetahuan dan keterlibatan anggota Pandalin dalam kegiatan pendanaan Pandalin, dalam pelaksanaan ketentuan yang berkaitan dengan organisasi dan manajemen Pandalin juga rendah. Pelaksanaan peran Komite Medik terhadap Pandalin- pun rendah.
Kendala - kendala yang ditemukan adalah tugas rangkap anggota Pandalin, belum adanya tenaga full rime, kurangnya pengetahuan dan pemahaman anggota Pandalin, kurangnva pelaksanaan pengembangan dan pendidikan staf pandalin, tidak tersedianya sekretariat dengan perlengkapannya, kurangnya referensi menyangkut pengendalian infeksi nosokomial, dan rotasi karyawan.
Beberapa saran untuk mengatasi berbagai kendala itu untuk optimalisasi pelaksanaan tugas dan fungsi Pandalin P.K. St. Carolus Jakarta, yaitu : restrukturisasi Pandalin, penyusunan ketentuan tentang reward / penghargaan bagi anggota Pandalin, sekretariat yang permanen dengan perlengkapannya, melengkapi referensi, dan pengaturan rotasi karyawan yang lebih baik melalui koordinasi antar direktorat.

As a non profit hospital, Jakarta Sint Carolus Health Care should keep its existence providing the health service to the community against the flourish of new hospitals in the competition era. So, one of efforts to do was to implement nosocomial infection control conducted by Nosocomial Infection Control Committee (Pandalin) of Jakarta Sint Carolus Health Care. Nosocomial Infection Control was one of indicators to increase service quality in hospital.
This study aimed to analyze the implementation of role and function for Nosocomial Infection Control Committee (Pandalin) at Jakarta Sint Carolus Health Care to assess how far it conducted its role and function and constraints, and to give recommendation to overcome the problem as well.
The study was an operational management research that used qualitative approach and involved 34 informants. In-depth interview, focus group discussion, documentary research, and observation were conducted as part of data collecting. Source triangulation was conducted in order to assure the authenticity of data. Its study result and discussion was done based on each variable according to input and process approach.
The result of study showed that implementation of role and function for Nosocomial Infection Control Committee (Pandalin) of Jakarta Sint Carolus Health Care was inadequate. It was showed by the lower recognition of organization structure. Lower recognition about job description and authority caused lower implementation of role and function. It also affected inadequate in some aspects: staff development and education, involvement and knowledge of committee member on fundraising, the rule related to its management and organization, and the role of medical committee against Pandalin.
Some constraints that found were job duplication of committee members, lack of full timer staff; inadequate knowledge and development and education of the members, lack of facilities (office and equipments) and references about nosocornial infection control, and employee rotation.
Some recommendations that proposed to overcome the problems above to achieve the optimal implementation of role and function for Nosocomial infection Control Committee (Pandalin) of Jakarta Sint Carolus Health Care were restructuring it, developing the reward system, completing references, and managing employee rotation better through inter-directorate coordination.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13103
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Rumah sakit merupakan suatu fasilitas umum yang tergolong vital. Jumlah kandungan bakteri di udara merupakan salah satu faktor risiko infeksi nosokomial. Ruang operasi merupakan salah satu tempat berisiko tinggi infeksi nosokomial. Penelitian yang menggunakan desain penelitian bentuk deskriptif ini bertujuan mengetahui jumlah konsentrasi mikroorganisme di ruang operasi IGD RSCM pada bulan Agustus 2009. Sampel dengan media agar nutrisi diambil dari 10 titik di ruangan tersebut menggunakan alat air sampler. Agar nutrisi akan diinkubasi selama 18-24 jam pada suhu 37o C kemudian dihitung menggunakan colony counter. Dari penelitian ini didapatkan jumlah konsentrasi mikroorganisme 569,3 CFU/m3. Hasil yang tinggi ini disebabkan oleh faktor manusia dan lingkungan (udara, cahaya, dan kebersihan)

Hospital is a vital public facility. The amount of air bacterias is a risk factor of nosocomial infection. It is found that in 10 teaching hospitals in Indonesia, the nosocomial incidence rate is as high as 6-16%, with a mean 9,8%. Operating room is a place with high risk nosocomial infection. This research which uses descriptive design is objected to measure microorganism concentration in operating room IGD RSCM on August 2009. The samples in nutrien were collected by using air sampler at 10 points then were incubated for 18-24 hours at 37oC and finally counted by colony counter. From this research, it is found that microorganism concentration in operating room 5 IGD RSCM on August 2009 is 569,3 CFU/m3. This high number is due to many factors such as man and inanimate environment."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nani Rohani
"Infeksi nosokomiaJ penting mendapatkan perhatian, karena infeksi nosokomial menjadi salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas. Menurut Thamrin (1993) penularan melalui tenaga perawat ditempatkan sebagai penyebab utama infek:si nosokomial. Karena itu kepatuban perawat dalam upaya pencegahan infeksi nosokomial sangat penting sebagai upaya menjaga mutu pelayanan di rumah sakit. Salah satu upaya pencegahan tersebut dilakukan dengan memutus malaran!al infeksi nosokomial melalui perllaku perawat yang lebih ascptik dan menerapkan tindakan keperawatan berdasarkan prinsip standard precaution.
Hasil penelitian infeksi nosokomial infeksi luka infus di RSUD Kota Bekasi tahun 2007 didapatkan angka kejadian infeksi nosokomial sangat tinggi yaitu rata-rata 15,2% sedangkan Depkes (2007) menetapkan angka infeksi nosokomial harus <1,5%. Rumusan masalah dalam penelitian ini bagaimana gambaran perilaku kepatuhan perawat dalam tindakan pencegahan INOK pada saat melak-ukan tindakan keperawatan di ruang rawat inap serta faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku tersebut.
Penelitian ini termasuk penelitian survei dengan desain cross sections dengan tujnan memperoleh informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuban perawat dalam pencegahan INOK di ruang rawat inap. Populasi meliputi semua perswat yang uktif beke!ja di 8 ruangan rawat inap kecuali kepala ruangan yang beijumiah 148 orang Sampel penelitian 80 orang.
Pengumpulan data diJakukan dengan wawancara melalui kuesioner untuk variabel independen dan untuk variabel dependen berupa observasi dengan mengunakan dalblr tilik. Variabel dependen adalah kepetuban perawat dalam upaya pencegahan infeksi nosokomial sedangkan variabel independen adalah fuktor predispesisi (pendidikan perawat, pengetahuan, siknp), fuktor pemungkin (ketersediaan sarana, ketersediaan pedaman/SOP INOK, lama kruja perawat), dan faktor penguat (pelatiban, supervisi dan sanksi).
Hasil penelitian menunjukkan proporsi perawat yang patuh terbndap upaya pencegaban INOK sebesar 52,5% dan yang tidak patuh 47,5%. Dari sembilan variabel yang dianalisis bivariat ada 4 {empat) variabel yang terbnkti secara statistik berhubungan dengan kepatuhan perawat yaitu pengetahan, ketersediaan sarana, ketersediaan pedoman/SOP INOK, dan supervisi. Sedangkan pada basil akhir analisis multivariat (mu!tivariat tahap II) dari 4 (empat) variabel didapstksn keempat variabel terbukti secara statistik berhubungan dengan kepatuhan perawat yaitu pengetahuan, ketersediaan sarana, ketersediaan pedoman/SOP INOK dan lama kerja. V ariabel lama keg a memiliki hubungan kearab negatif yaitu semakin lama bekerja semakin tidak patuh, sedangkan yang lainnya mcmiliki hubungan kearah positif. Dari keernpat variabel tersebut kerersediaan sarana terbukti sebagai faktor yang paling dominan berhubungan dengan perilaku kepatuban perawat ruang rawat inap dalam upaya pencegahan infeksi nosokomial di RSUD Kota Bekasi dengan p value= 0,008 dan nilal odd ratio 4,350 (CI 1,478 sd 12,804).
Hasil penelitian ini menunjukkan perlunya kornitmen dari Direksi RSUD Kota Bekasi terhadap pentingnya pengendalian dan pencegahan INOK dalam bentuk duknngan nyata berupa perbaikan sarana, kemudaban dalam mendapatkan instrumen dan baban habis paka1 dalam jumlah sesuai kebutuban, serta menyediakan alokasi anggaran program PPIN dengan prioritas program peningkatan pengetahuan perawat secara terns menerus dan berkesinambungan balk melalui pembuatan baku saku pencegaban INOK. pelatihan, seminar serta penyampaian informasi terbaru,dimana pengetahuan menjadi dasar dari berkelanjutannya suatu perilaku yang baik.

Nosocomial infection need to be noticed as the one of mortality and morbidity causes. According to Thamrin (1993}, the infection spreading via nurses is the main cause of Nosocomial infection. Therefore. adherence of the nurses in efforts to prevent nosocomial infection is very important to maintain the quality of hospital service. One of the efforts is to cut·off chain of nosocomial infection through improving aseptic behavior to the nurses and implementing actions based on the principle of standard precaution.
Research of the nosocomial infection (Nl) by intravenous feeding injury at Bekasi Hospital in 2007 have resulted that a number of nosocomial infection incidence was very high that the average was about 15.2% while the Ministry of Health (MOH-2007) set the number of nosocomial infection must be
This research included survey with cross sectional design and the purpose was to obtain information about factors related the adherence of the nurse in efforts to prevent NI at inpatient's room, Population including all active nurses who work in 8 Inpatient's rooms except the head of the room was 148 people nad 80 of them were used for sample.
Collecting data through interviews was conducted with the questionnaire and the independent and dependent variable through observations were conducted with list glance. Dependent variable was the adherence of the nurse in efforts to prevent nosocomial infection while independent variables are predisposition factors (education, knowledge, attitudes}, enabling factors (availability of theilities nad guidelines/ NI-SOP, long wurk), and lasing thetors (training. supervision and punishment).
The results have indicated that the proportion of dutiful nurses in efforts to prevent NI was 52.5% and 47.5% did not obey. From the nine variables, analyzed bivariate, have 4 (four) variables related statistically associated with compliance of the nlll'SCS; Knowledge, the availability of facilities and guidelines I NI-SOP and supervise. Meanwhile, the end result of Multivariate analysis (Multivariate phase II) from 4 (four) variables obtained that the four variables related statistically associated with tlte compliance of nu..-scs; Knowledge, availability of facilities and guidelines I Nl-SOP nad long work. Long working variable had a negative relation that longer work became less obey, while the other have positive relations. From the fourth variable, the availability of facilities became the dominant factor associated with the compliance of nurse behavior at Inpatient's room in efforts to prevent nosocomial infection at Bekasi Town Hospital with p value= 0.008 and the value of odd ratio 4.350 (CI 1.478 -12.804).
Results of this research showed the need of commitment from the Bekasi Town Hospitals government that the importance of prevention and controlling Nl are by improving facilities, the ease in getting the instruments and consumable materials as needed, and providing a budget a!location to the PPIN pregram with priority for increasing knowledge of nurses continuously through making pocket book of Nl prevention, training, seminars and the delivery of up to date information, while knowledge sustained a good behavior.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
T32498
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bella Rosita
"Healthcare Associated Infections (HAIs) merupakan peristiwa buruk yang paling sering terjadi dalam pelayanan kesehatan di seluruh dunia. Setiap tahunnya terdapat ratusan juta pasien terkena HAIs yang mengarah pada kematian secara signifikan dan menyebabkan kerugian finansial untuk sistem kesehatan. Di negara-negara berpenghasilan menengah dan rendah, frekuensi infeksi di ICU setidaknya 2-3 kali lebih tinggi daripada negara-negara berpenghasilan tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan hasil analisis tata laksana pencegahan dan pengendalian Health care-associated infections (HAIs) di unit perawatan intensif RSUD Koja menggunakan metode bow tie. Penelitian ini merupakan jenis penelitian operasional yang bersifat kualitatif. Metode yang digunakan adalah wawancara mendalam, telaah dokumen, dan observasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyebab angka HAIs di RSUD Koja masih diatas standar yakni adanya latent failure dalam upaya pencegahan dan pengendalian HAIs. Maka dari itu diperlukan perbaikan dalam beberapa variabel laten untuk memaksimalkan upaya pencegahan dan pengendalian HAIs, serta dibutuhkan penelitian yang membahas kondisi pasien sebagai ancaman dalam upaya pencegahan dan pengendalian HAIs di rumah sakit.

Healthcare Associated Infections (HAIs) are the most frequent adverse events in health services throughout the world. Every year there are hundreds of millions of patients affected by HAIs that lead to death significantly and cause financial losses to the health system. In middle and low-income countries, the frequency of infections in ICUs is at least 2-3 times higher than in high-income countries. The purpose of this study was to obtain the results of analysis of prevention and control of Health care-associated infections (HAIs) in the intensive care unit at Koja Disrict Hospital using the bow tie method. This research is a type of operational research that is used qualitative method. The methods used are in-depth interviews, document studies, and observations. The results of this study indicate that the cause of the number of HAIs in Koja District Hospital is still above the standard, namely the presence of latent failure in efforts to prevent and control HAIs. Therefore, improvements in some latent variables are needed to improve the effectiveness of HAIs prevention and control efforts, and research is needed to discuss the patients condition as a threat in preventing and controlling HAIs in the hospital.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sharon Gondodiputro
"Di rumah sakit pendidikan dengan kapasitas 925 tempat tidur, telah dilakukan program pengendalian infeksi nosokomial sejak tahun 1985. Tahun 1988 rumah sakit ini ditunjuk menjadi Rumah Sakit Model untuk pengembangan program pengendalian infeksi nosokomial di Indonesia.
Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor penyebab kegiatan Panitia Pengendalian Infeksi Nosokomial menurun sejak tahun 1990 dengan menitikberatkan pada faktor organisasi, sumber daya, dan kegiatan tim.
Adapun rancangan penelitiannya adalah deskriptif kualitatif dan berupa studi kasus dimana sasaran penelitian diambil secara purposif.
Hasil yang didapat adalah
Sejak akhir tahun 1990, rumah sakit ini memusatkan perhatiannya kepada persiapan " Rumah Sakit unit Swadana ", sehingga seluruh kegiatan dan penggunaan sumber daya baik sumber daya manusia, dana, sarana diarahkan dalam persiapan ini. Sedangkan program-program lainnya dipersiapkan untuk tahap berikutnya.
Menyadari pentingnya program pengendalian infeksi nosokomial, maka perlu adanya kesepakatan di tingkat pimpinan Rumah Sakit mengenai perlunya Panitia Pengendalian Infeksi Nosokomial diaktifkan kembali.
Struktur organisasi Panitia Pengendalian Infeksi Nosokomial sangatlah kompleks, sehingga perlu disederhanakan dan dibutuhkan uraian tugas yang jelas dan terperinci.
Susunan anggota Panitia Pengendalian Infeksi Nosokomial sebagian besar terdiri dari kalangan medis. Program Pengendalian Infeksi Nosokomial merupakan program terpadu, sehingga dibutuhkan anggota anggota yang berasal dari kalangan medis maupun penunjang medis. Selanjutnya ketua Panitia Pengendalian Infeksi Nosokomial dan anggota-anggotanya perlu dipilih yang dapat melaksanakan kegiatan program ini secara aktif dan mempunyai minat yang besar pada program ini.
Anggota-anggota program pengendalian infeksi nosokomial mau ikut serta secara aktif, tetapi mereka sadar akan kemampuan mereka yang terbatas, sehingga perlu terus menerus diberi pengarahan dan ilmu yang memadai.

Factors that Cause Activities of the Infection Control Committee Decline in " RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung"In a 925 bedded teaching hospital, Infection Control Program (ICP) was done since 1985 was chosen to be a model of developing infection control program for Indonesia.
The aim of this study is, to identify factors, that cause the activities of Infection Control Committee (ICC) declined since the end of 1990.
The result of this study , discovered :
Since the end of 1990 , Hospital attention has focused in preparing this hospital to become a " Rumah Sakit unit Swadana " which needed all the sources including human , financial and other facilities. Because ICP is very important, the hospital should be committed to this program.
The organization structure of ICC is very complex. Up till now, there are no detailed job descriptions.
The members of the ICC are only from the medical staff. Since ICP is a hospital wide program, its membership should have also representatives from other services/departments in the hospital. The chairman and all its members should be active involved and should have a special interest in this program.
In principal the members of ICC are willing to join this program, but they are aware, that they need much more information about infection control in the hospital.
References : 44 (1979-1996)
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T2002
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitra Yelda
"LATAR BELAKANG: lnfeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat di rumah sakit karena rumah sakit merupakan tempat penampungan pasien dengan berbagai mikroorganisme yang merupakan faktor predisposisi terjadinya infeksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko yang berpengaruh terhadap infeksi nosokomial di beberapa rumah sakit di DKI Jakarta.
METODE : Desain penelitian yang digunakan adalah kasus kontrol dengan menggunakan data sekunder. Jumlah kasus yang diperoleh pada penelitian ini adalah 50 dengan perbandingan control 1:2, sehingga kekuatan uji dari studi ini menjadi 60%. Analisis juga dilakukan mulai dari analisis univariat sampai analisis multivariate dan juga dilakukan berdasarkan jenis infeksi nosokomial yaitu infeksi saluran nafas dan infeksi non saluran nafas.
HASIL : Berdasarkan analisis diperoleh bahwa dari 11 variabel yang diteliti ternyata ada enam variabel yang mempunyai pengaruh yang bermakna antara lain lama hari rawat dengan OR=5,19 (95% CI 2,48-10,87), pemasangan kateter dalam waktu lama OR=5,95 (95% CI 2,55 - 13,91), pemasangan ventilator mekanik dalam waktu lama OR=27 (95% CI 5,88 - 123,99), Pemasangan infus dalam waktu lama OR=4,97 (95% CI 1,39 - 17,82), tindakan invasif lain OR= 3,22 (95% CI 1,37 - 7,58), dan penggunaan antibiotika aR=3,45 (95% CI 1,69 - 7,04). Dari ketiga analisis yang dilakukan ternyata variabel lama hari rawat selalu masuk menjadi salah satu prediktor.
SIMPULAN : lama hari rawat merupakan faktor penting yang mempengaruhi infeksi nosokomial.
Daftar pustaka 45 (1981;2004)

Risk Factors Affected to Nosocomial Infection at Some Hospitals In DKI Jakarta 2003BACKGROUND: Nosocomial infection is an infection got from hospital, because hospital represent place relocation of patients with various microorganisms representing predisposition factors of infection. The main purpose of this research is to identify risk factors which affect on nosocomial infection at some hospitals in DKI Jakarta.
METHOD: This Research is a case control study by using secondary data. The amount of obtained case at this research is 50 with control comparison 1:2, so the power of the test of this study becomes 60%. Data Analysis contains univariate analysis, bivariate analysis, and multivariate as well as conducted to nosocomial infection type that is respiratory infection and non-respiratory infection.
RESULT : According to the analysis, 6 variables from total 11 variable are significantly affected to Nosocomial Infection which are length of stay with OR=5,19 ( 95% CI 2,48-10,87), Long duration in cauterization OR=5,95 ( 95% CI 2,55 - 13,91), long duration in mechanic ventilator OR=27 ( 95% CI 5,88 - 123,99), Long duration in Infuse OR=4,97 ( 95% CI 1,39 - 17,82), other invasive action OR= 3,22 (95% CI 1,37 - 7,58), and usage of antibiotics OR=3,45 (95% CI 1,69 - 7,04). From the three types of analysis, length of stay is one of the predictor.
CONCLUSION: Length of stay representing important factor which influence nosocomiai infection.
Bibliography 45 ( 1981;2004)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13115
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mustafa Kamal
"Infeksi nosokomial adalah infeksi yang khas terjadi atau didapat di Rumah Sakit. Faktor risiko yang berhubungan dengan infeksi nosokomial di Ruang Perawatan RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo belum diketahui. Periode pengumpulan data dilakukan sejak tanggal 1 Juli 1996 sampai dengan 30 Juni 1997 dengan menggunakan desain kasus kontrol. Jumlah sampel kasus penelitian adalah 210 pasien dan jumlah kontrol 420 pasien. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa rata-rata usia pasien yang terkena infeksi nosokomial lebih tua daripada rata-rata pasien yang tidak terkena infeksi dan perbedaan ini secara statistik bermakna (P = 0,0079). Rata-rata lama hari rawat pasien yang terinfeksi lebih lama daripada pasien yang tidak terinfeksi dan perbedaan ini secara statstik bermakna (P = 0,0122). Kelas III lebih berisiko terkena infeksi nosokomial dibanding kelas I dan II (OR = 1,12, P = 0,6968). Komplikasi dan penyakit penyerta lebih berisiko terkena infeksi nosokomial dibanding tanpa komplikasi dan penyakit penyerta (OR = 1,37, P = 0,0805). Lama tindakan infus yang menggunakan waktu lebih lama lebih berisiko terkena infeksi nosokomial (OR > 3 hari. = 1,85 P = 0,0038). Tindakan operasi yang lamanya lebih dari satu jam lebih berisiko terkena infeksi nosokomial dibanding yang iamanya kurang atau sama dengan satu jam (OR>1 jam = 1,20, p = 0,3897). Tindakan kateter yang membutuhkan waktu lebih lama (lebih 3 hari) berisiko terkena infeksi nosokomial dibanding yang waktunya lebih singkat (kurang atau sama 3 hari) (OR > 3 hari = 2,77, P = 0,0000). Janis tindakan kateter lebih berisiko terkena infeksi nosokomial dibanding tidak dilakukan tindakan kateter (OR = 1,74, P = 0,0020). Pasien yang mendapat banyak tindakan ( > 3 tindakan) lebih berisiko terkena infeksi nosokomial dibanding kurang dari 3 tindakan (OR 3 tindakan = 1,5, P = 0,0329). Pada pemakaian antibiotika yang tidak sesuai dengan hasil kultur (OR = 5,53, P = 0,5186), pemakaian antibiotika irrasional (OR = 3,07, P = 0,0000) dan pemakaian satu/dua jenis antibiotika (0R = 148,8 / 99,46, P = 0,0000) lebih berisiko terkena infeksi nosokomial dibanding antibiotika yang sesuai, antibiotika rasional dan tanpa antibiotika. Faktor-faktor lainnya yang berefek kepada kejadian infeksi nosokomial adalah tindakan infus yang lebih lama, jenis tindakan kateter dan pemakaian antibiotika tidak sesuai dengan hasil kultur. Secara multivariat efek positif tertinggi terdapat pada pemakaian antibiotika tidak sesuai dengan hasil kultur (OR = 6,1848, P - 0,0332) dan efek negatif tertinggi pada pemakaian satu jenis antibiotika (OR.= 0,0095, P = 0,0000). Terdapat interaksi antara lama tindakan lain-lain dengan jenis tindakan kateter (OR = 0,2226, P = 0,0538), interaksi, antara lama tindakan lain-lain dengan pemeriksaan kultur (OR = 0,0209, P = 0,0264), interaksi antara jenis tindakan kateter dengan pemeriksaan kultur (OR. = 0,1353, P = 0,0224). Prevalensi infeksi nosokomial 4,65% sedangkan prevalensi .jenis infeksi luka infus 4,63%, perlu mendapatkan perhatian khusus tentang faktor risiko infeksi nosokomial.

Nosocomial Infection is an infection that specifically occurs or is found in hospitals. The risk factors related to nosocomial infection in the wards of RSUPtk Dr. Cipto Mangunkusumo are not yet known. Data was collected from 1 July 1996 up to 30 June 1997 using the control case design. 210 patients were used as case samples for the research and 420 patients for control. The results of the research show that average age of patients who were nosocomially infected is older than the average age of patients who were not infected and this difference is statistically significant (P = 0,0079i. The average length of stay of infected patients is longer than patients not infected and this difference is statistically significant (P = 0,0122). Class III patients have a higher risk of being infected nosocomially than Class I and II (OR = 1,12, P = 0,6968). Patients with Complications and other side effect diseases have a higher risk of getting infected compared to those without complication or side -- effect (OR = 1,37. A longer use of infusion procedures increases the risk of nosocomially infection (OR ) 3 days = 1,65, P = 0,0038). Operation of longer than one hour cause a higher risk of nosocomial infection compared to operations of one hour or less OR > 1 hour = 1,20, P = 0,3897). The extended use of a catheter (longer than 3 days) increases the risk of nosocomial infection compared to cases in which a chateter is not used (less than or equal to 3 days) (OR > 3 days = 2,77, P = 0,0000). Treatment using a chateter increases the risk of nosocomial infection compared to treatment not using a chateter (OR = 1,74, P = 0,0020). Patients who are treated with several different treatment c> 3 treatments) run a higher risk of getting nosocomial infection compared to those receiving less than 3 treatments (OR 3 treatments = 1,5, F' = 0,0329). The use of unsuitable antibiotics for the culture result (OR = 5,53. F' = 0,5186). an irrational use of antibiotics (OR= 3,07, P = 0,0000) or the use of one or two different antibiotics (OR = 146,8 / 99,46, P = 0,0000) increase the risk of nosocomial infection compared to the use of suitable, rational or no use of infusion, use of catheter and the use of unsuitable antibiotics for culture results. Other factors that influence the occurrence of nosocomial infection are longer use of infusion, use of catheter and the use of unsuitable antibiotics for culture result. In terms of multi-variant the highest positive effect occurs in the use of antibiotics that are not suitable for the culture result (OR = 6.1848,?P = 0,0332) and the highest negative effect is the use of one kind of antibiotic OR = 0,0095, P = 0,0000). There is an interaction between the duration of other treatments and the use of catheter (OR = 0,2228, P = 0,0538), an interaction between the duration of other treatment and culture examinations (OR = 0,0209, P = 0,0264), the interaction between treatment using a catheter and culture examinations (OR = 0,1353, P = 0,0224). The prevalence of nosocomial infection of 4.65% compared to the prevalence of infection caused by wounds induced by infusion needles of 4.63%, shows that special attention should be paid to nosocomial infection risk factors.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>