Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 147376 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ida Bagus Indra Gotama
"Dinas Kesehatan Kabupaten Bantaeng pada Desember 2004 melaporkan keluhan sejumlah petani rumput laut mengalami gangguan gatal-gatal terutama di punggung tangan, lengan, dan di sekitar leher. Menurut para penderita hal ini terjadi setelah melakukan budidaya rumput laut. Kasus ini merupakan hal baru karena selama perjalanan budidaya rumput laut di Indonesia kasus ini baru terjadi di Bantaeng. Berbagai dugaan penyebab gangguan ini yaitu dari aspek individu manusianya, proses kerjanya, dan aspek lingkungannya. Aspek lingkungannya meliputi rumput lautnya sendiri, organisme yang berasosiasi dengan rumput laut, air lautnya ataupun kondisi kesehatan petaninya.
Tujuan : Untuk mengetahui penyebab dan faktor risiko terjadinya dermatitis kontak iritan pada petani rumput laut di Kabupaten Bantaeng Sulawesi Selatan
Metodologi : Telah dilakukan penelitian dengan desain kasus-kontrol dari populasi petani rumput laut dengan mengadakan wawancara dan anamnesa terhadap 312 sampel kasus dan 217 sampel kontrol untuk mengetahui faktor-faktor risiko individu, proses kerja serta keadaan lingkungan petani. Dan untuk mengetahui penyebab gangguan gatal telah dilakukan pengamatan lapangan dan pemeriksaan laboratoriurn terhadap sampel rumput laut, biota ikutan yang berasosiasi, air laut dengan mengambil sample rumput laut, biota ikutan dan sample air laut di 12 titik di laut dan 4 titik di muara sungai. Terhadap rumput laut dan biota ikutannya juga telah dilakukan uji toksisitas dan uji tempel.
Hasil : Sebagian besar responden bertempat tinggal di kecamatan Pajukukang, jenis kelamin perempuan, berumur sama atau diatas 23 tahun, tingkat pendidikan rendah, berstatus kawin, dengan tingkat pengetahuan - dan perilaku mengenai penyakit kulit sebagian besar buruk. Menurut proses kerja sebagian besar adalah pemilik, bekerja lebih dan satu bagian proses kerja, dan bekerja pada pembibitan dan lainnya kurang dari 8 jam sehari. Faktor lingkungan menunjukkan lingkungan fisik sarana kesehatan lingkungan sebagian besar tidak ada, lingkungan sosial ekonomi sebagian besar sedang, lingkungan perairan kotor dan lingkungan biologi di perairan budidaya rumput laut ditemukan biota laut hidroid.
Penelitian menemukan variabel individu yang menjadi faktor risiko terjadinya dermatitis kontak iritan adalah tempat tinggal di kecanxatan Bantaeng (RO, j 10,79: (1K 95%: 5,43;21,42) dan Kecamatan Pajukukang (RO.n;,, 6,29 : OK 95%: 3,67;10,81), dan perilaku pencegahan dan pengobatan penyakit kulit buruk (RO,,°;°, 1,59: (1K 95%: 1,08;2,35). Sedangkan variabel proses kerja yang menjadi faktor risiko terjadinya dermatitis kontak iritan adalah gabungan proses kerja dan lama kerja : khusus pembibitan dan lama kerja > 8, jam sehari (RO an 4,93 :(IK 95%: 3,67;10,81). Pada lingkungan sosial ekonomi tidak ditemukan variabel yang menjadi faktor risiko dermatitis kontak iritan.
Penelitian menemukan hidroid salah satu kolas Coelenterata yang memiliki nematosista beracun yang berasosiasi pada rumput taut diduga kuat sebagai penyebab dermatitis kontak iritan pada petani rumput laut di Kabupaten Bantaeng.
Kesimpulan : Dermatitis kontak iritan pada petani rumput laut di Kabupaten Bantaeng disebabkan oleh hidroid yang berasosiasi pada rumput taut dengan faktor risiko tempat tinggal di Kecamatan Pajukukang dan Bantaeng, bekerja khusus pembibitan > 8 jam sehari, dan berperilaku buruk dalam pencegahan dan pengobatan penyakit kulit."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
D609
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melinda Sari
"

Latar Belakang : Terdapat perdebatan jangka panjang di antara dokter bedah plastik mengenai bahan benang yang ideal untuk penjahitan luka. Banyak dokter bedah berpendapat bahwa material monofilamen lebih baik dibandingkan dengan monofilamen karena lebih mudah dalam melakukan simpul, tidak mudah terbuka, dan menimbulkan reaksi radang yang minimal. Pendapat lain tidak keberatan dengan benang multifilamen dan menganggap hasil yang diberikan tidak lebih buruk dibandingkan dengan monofilamen Pasien dan Metode : Defek sekunder donor tandur kulit full-thickness di area inferior abdomen dijahit menggunakan Vicryl 4.0 untuk lapisan dalam, dan pada lapisan luar dibagi menjadi grup Vicryl 4.0 dan grup Nylon 4.0. Seluruh pasien dilakukan follow-up hingga enam bulan setelah tindakan operasi dan diukur nilai VAS masing-masing pasien terhadap bekas luka jahitan. Hasil : Terdapat total 20 pasien disertakan dalam penelitian ini. Setelah 6 bulan pasca operasi, skor VAS pada grup pasien multifilamen memiliki nilai rerata 6.8, sedangkan pada grup monofilamen nilai rerata 7. Komplikasi berupa infeksi, dehisens, dan peradangan ditemukan pada satu pasien dari setiap grup. Kesimpulan : Tidak didapatkan perbedaan signifikan antara bekas luka yang dihasilkan dan komplikasi yang terjadi pada luka yang dijahit menggunakan benang multifilamen dengan monofilamen.


Background : There is long-standing disagreement among plastic surgeons as to the ideal suture material for closing skin wounds. Many surgeons believe hat monofilament suture material is preferable, as it is easier to tie, is unlikely to break prematurely, and elicits a minimal inflammatory response. Others feel that these issues are of minor importance and prefer absorbable multifilament sutures because they do not have to be removed, thus saving the surgeon time and decreasing patient anxiety and discomfort. Patients and Methods: Full thickness skin graft were taken from inferior abdominal. All deep tissues were closed with 4.0 Vicryl, while on the subcuticular level one group was sutured using 4.0 Vicryl and the other with 4.0 Nylon. All patients were followed for up to 6 months after surgery and VAS score of the scar were recorded from each patient. Result : Twenty patients were included in this study and divided into two groups. After 6 months evaluation, the mean VAS score for the aesthetic perception of the scar from the multifilament suture group was 6.8 and from the monofilament group was 7. Infection, dehiscence, and inflammation were found on one patient from the multifilament group and hypertrophic scar on one patient from each group. Conclusion : There are no significant difference on scar formation and complication between FTSG donor defects that were sutured using multifilament and monofilament suture.

"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mia Ayu Dini Safitri
"Pendahuluan: Pekerjaan basah merupakan faktor risiko utama terjadinya dermatitis kontak akibat kerja (DKAK) pada tangan. Terdapat dua jenis faktor risiko DKAK yaitu faktor eksogen, seperti jenis pekerjaan dan jumlah jam kerja mingguan; dan faktor endogen, seperti jenis kelamin, usia, dan riwayat penyakit atopik. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian DKAK pada pekerja basah. Metode: Desain penelitian ini adalah cross-sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling. Jumlah sampel penelitian sebanyak 134 orang. Kriteria inklusi yaitu pekerja basah yang telah bekerja minimal 6 bulan dan tidak berganti pekerjaan minimal 6 bulan. Kriteria eksklusi yaitu pekerja basah yang mengalami dermatitis kontak bukan akibat kerja. Variabel independen yaitu jenis pekerjaan, jumlah jam kerja mingguan, usia, jenis kelamin, dan riwayat penyakit atopik. Variabel dependen yaitu DKAK. Hasil: Tidak ada hubungan antara jenis pekerjaan (p value = 0,283), jumlah jam kerja mingguan (p value = 0,313), jenis kelamin (p value = 0,652), dan usia (p value = 0,556) terhadap kejadian DKAK pada pekerja basah. Terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat atopi dengan kejadian DKAK pada pekerja basah. Riwayat atopi memiliki pengaruh terhadap hubungan antara jenis pekerjaan dengan DKAK (p value < 0,001). Pekerjaan sebagai tenaga kesehatan dapat mencegah kejadian DKAK sebesar 90,3% dibandingkan dengan pekerjaan sebagai non tenaga kesehatan setelah dikontrol dengan faktor risiko riwayat atopi. Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara jenis pekerjaan, jumlah jam kerja mingguan DKAK lebih tinggi pada tenaga non kesehatan dibandingkan tenaga kesehatan karena tenaga non kesehatan memiliki lebih banyak pajanan terhadap pekerjaan basah dan pajanan bahan iritan dibandingkan dengan tenaga kesehatan serta tindakan pencegahan terhadap kejadian DKAK yang dilakukan tenaga non kesehatan lebih sedikit dibandingkan oleh tenaga kesehatan. Terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat atopi dengan kejadian DKAK. Tenaga non kesehatan dengan riwayat atopi merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian DKAK pada pekerja basah.

Introduction: Wet work is the main risk factor for Occupational contact dermatitis (OCD) on the hands. Risk factors for OCD consist of two types: exogenous factors, such as type of occupation and number of weekly working hours; and endogenous factors, such as gender, age, and history of atopic disease. This study aims to analyze the factors related to the incidence of OCD in wet workers. Method: The study design is cross-sectional. The sampling technique used total sampling. There were 134 research samples. Inclusion criteria are wet workers who have worked for at least 6 months and have not changed occupations for at least 6 months. Exclusion criteria include wet workers who experience non-occupational contact dermatitis. The independent variables are type of occupation, number of weekly working hours, age, gender, and history of atopic disease. The dependent variable is OCD. Result: This study did not find any relationship between type of occupation (p value = 0,283), number of weekly working hours (p value = 0,313), gender (p value = 0,652), and age (p value = 0,556) on the incidence of OCD in wet workers. Meanwhile, this study found a significant relationship between history of atopic disease and incidence of OCD in wet workers. History of atopic disease has an influence on the relationship between type of occupation and OCD (p value < 0,001). An occupation as a health worker can prevent the incidence of OCD by 90,3% compared to an occupation as a non-health worker after being controlled by the risk factor of a history of atopic disease. Conclusion: There is no relationship between type of occupation, number of weekly working hours, gender and age to the incidence of OCD in wet workers. The proportion of OCD incidence is higher in non-health workers than health workers due to non-health workers having more exposure to wet work and irritant exposure than health workers. Besides that, the number of non-health workers who take preventive measures to prevent OCD incidence is less than health workers. There is a significant relationship between history of atopic disease and the incidence of OCD. Non-health workers with a history of atopic disease is the most influential factor in the incidence of OCD in wet workers."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jonathan Manuel
"Telah dilakukan penelitian terbadap pekerja industri logam informal di PIK. Jakarta. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui prevalensi dermatitis kontak tangan pada pekerja industri logam infol1llal di PIK. Jakarta, dan mengetahui hubungau umur, tingkat pendidikan, masa kerja, frekuensi penggunaan alat pelindung diri, kebersihan tangan setelah kerja, riwayat atopi diri, dan riwayat atopi keluarga terbadap dermaatitis kontak tangan. Metnde penelilian ini menggnnakan studi cross-sectional dengan uji statistik chi kuadrat (bivariat) dan analisa multivariat daugan logistik regresi. Dari 51 subyek yang menderita dermatitis kontak sebanyak II oraug (21,56%). Faktor-faktor yang mempunyai hubungan be!1llakea dengan teljadinya dermatitis kontak adalah masa kelja (p9),021) dan :frekuensi penggunaan sarung tangan (p9),028), sedangkan umur, tingkat pendidikan, kebersihan Iangan setetah kelja, riwayat atnpi diri, dan riwayat atopi keluarga tidak ditemukan mempunyai hubungan yang bermakna dengan terjadinya d0!1llatitis kontak.

A study was held to informal metal industry workers at P!K, Jakarta. The objective was to identify the prevalence of hand contact dermatitis in informal metal industry workers and the related factors i.e: age, level of education, length of work, frequency of hand gloves usage, personal hygiene, history of personal atopy, and history of handly atopy. The design used in this study was cross sectional methnd. Descriptive and analytic statistics were chi square (bivariate) and multivariate analysis with logistic regression function. From 51 subjects, II person (21,56%) were found with band contact dermatitis. The results showed that length of work (p=0.021) and frequency of hand gloves usage (p=0.028) have a significant relationship with hand contact dermatitis, however related factors i.e: age, level of education, personal hygiene, history of personal atopy,and history of fumily atopy have no significant relationship with band contact dermatitis."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2008
T21031
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Soma Somantri
"Indonesia merupakan negara kepulauan dengan 17.508 pulau, memiliki 5,8 juta km2 perairan laut (terluas di antara negara-negara Asia), serta memiliki 81.000 km garis pantai (terpanjang di dunia). Wilayah perairan Indonesia terdiri dari 0,3 juta km2 perairan Wilayah; 2,8 juta km2 perairan Pedalaman dan 2,7 km2 perairan Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEE). Wilayah perairan Indonesia mengandung potensi sumberdaya ikan yang sangat penting arti, peranan, dan manfaatnya sebagai modal dasar pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Potensi sumberdaya ikan laut, berdasarkan basil kajian Komisi Nasional Pengkajian Stok Sumberdaya Ikan Laut tahun 1998, adalah sebesar 6,258 juta ton/tahun di Perairan Indonesia dan sebesar 1,931 juta ton/tahun di perairan Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia. Namtun demikian, potensi sumberdaya perikanan laut yang demikian besar tersebut belum dimanfaatkan secara optimal. Realisasi produk.si ikan laut Indonesia masih jauh dari potensinya, yaitu 3,637 juta ton atau 58,85% pada tahun 1997 dan 4.069,42 juta ton atau 63,49% pada tahun 2001.
Visi pembangunan perikanan tangkap adalah mengembangkan usaha perikanan tangkap yang mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mempunyai daya saing, serta memanfaatkan sumberdaya secara efisien dan berkelanjutan. Selanjutnya visi tersebut dijabarkan kedalam 4 visi, yaitu : (1) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya nelayan; (2) Menjaga kelestarian sumberdaya ikan serta Iingkungannya; (3) Membangun usaha perikanan tangkap yang berdaya saing; dan (4) Meningkatkan peran Sub Sektor Perikanan Tangkap terhadap pembangunan perekonomian nasional."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T20142
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Indria Anggraini
"ABSTRAK
Latar belakang dan tujuan: Prevalensi xerosis pada lanjut usia (lansia) berkisar antara
30-85%. Tatalaksana xerosis yang tidak adekuat dapat menimbulkan komplikasi. Urea
sebagai humektan dan lanolin 10% dalam petrolatum yang bersifat oklusif dan emolien
mampu memperbaiki hidrasi kulit. Penelitian ini bertujuan membandingkan efektivitas
dan efek samping krim yang mengandung urea 10% dengan lanolin 10%/petrolatum
pada pengobatan xerosis lansia.
Metode: Penelitian uji klinis acak tersamar ganda dilakukan pada 35 orang penghuni
suatu panti lansia di Jakarta. Evaluasi skin capacitance (SC), specified symptoms sum
score (SSRC), dan derajat gatal dilakukan pada awal terapi, minggu kedua dan keempat.
Setelah prakondisi selama dua minggu, setiap subjek penelitian mendapatkan pelembap
yang berbeda secara acak pada kedua tungkai bawah.
Hasil: Persentase peningkatan nilai SC setelah empat minggu lebih besar pada tungkai
yang mendapat krim urea 10% dibandingkan lanolin 10%/petrolatum (64,54% vs.
58,98%; p=0,036). Persentase penurunan SSRC setelah empat minggu tidak berbeda
antara kedua kelompok perlakuan (100%; p=0,089). Derajat gatal pada minggu kedua
menurun pada kedua kelompok, hingga menjadi tidak gatal pada seluruh SP (100%)
setelah minggu keempat. Efek samping rasa lengket lebih banyak ditemukan pada
kelompok krim urea 10% daripada lanolin10%/petrolatum, tetapi tidak bermakna secara
statistik.
Kesimpulan: Pelembap yang mengandung urea 10% meningkatkan SC lebih besar
secara bermakna daripada lanolin 10%/petrolatum setelah empat minggu pengolesan
pada tungkai lansia yang xerotik. Efek samping tersering adalah rasa lengket yang lebih
sering ditemukan pada lanolin 10%/petrolatum, tetapi tidak berbeda antar kelompok perlakuan.ABSTRACT Background and objectives: The prevalence of xerosis among elderly is 30-85%.
Inadequate treatment may result in complications. Urea as a humectant and 10% lanolin
in petrolatum as an occlusive agent and emollient can restore skin hydration. This study
aimed at comparing the efficacy and side effects of cream containing 10% urea and 10%
lanolin/petrolatum in the treatment of xerosis in elderly
Methods: A randomized, double blind clinical trial was conducted in 35 elderly from a
nursing home in Jakarta. Evaluation of skin capacitance (SC), specified symptoms sum
score (SSRC), and pruritic degree were measured at baseline, week-2 and -4 after the
start of therapy. Following a 2-week precondition period, each subject received a
random moisturizer for each limb, to be applied twice daily.
Results: The percentage of SC increase at week-4 was significantly higher in limb
receiving cream containing 10% urea than 10% lanolin/petrolatum (64.54% vs. 58.98%;
p=0.036). The percentage of SSRC decrease at week-4 did not differ between groups
(100%; p=0.089). Pruritus was equally improved in both groups at week-2, and
completely diminished at week-4. Sticky feel was more frequent in
lanolin10%/petrolatum than 10% urea cream, although not statistically significant.
Conclusion: After four-week application, moisturizer containing 10% urea gave higher
percentage of SC increase than 10% lanolin/petrolatum in the xerotic limbs of the
elderly. Sticky feeling was more frequently found in 10% lanolin/petrolatum group, but statistically not significant."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Zainal Abidin Saleh
"ABSTRACT
Penelitian ini berjudul Kontribusi Usaha Budidaya Rumput Laut Dalam Memperluas Lapangan Kerja dan Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan. Rumusan masalah yang diangkat adalah bagaimana kontribusi usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan dalam rangka memperluas lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan faktor-faktor apa yang menghambat usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif-kualitatif. Hasil Penelitian menunjukan bahwa kontribusi usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan berdasarkan temuan yang didapat bahwa budidaya rumput laut dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan. Sehingga pemanfaatan rumput laut di Kabupaten Pangkajene kemudian bisa dikembangkan kearah komersial untuk diekspor dan diperdagangkan sebagai bahan mentah untuk pembuatan agar-agar atau karaginan (carageen). Faktor-faktor yang menghambat usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan adalah menyangkut menyediakan pembiayaan usaha alias modal usaha dan faktor alam karena budidaya rumput laut tergantung musim dan bibit yang tidak memadai sehingga dibutuhkan bibit dan modal agar budidaya rumput laut dapat terus dikembangkan."
Bogor: Universitas Pertahanan Indonesia, 2019
343.01 JPBN 9:1 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ayuddin
"ABSTRAK
Masyarakat Gorontalo pada umumnya masih mengandalkan fornitur meja dan kursi yang terbuat dari rotan, Namun seiring dengan perkembangan hasil produk meja dan kursi dari rotan tersebut sudah mulai ditinggalkan, salah satu penyebabnya adalah berkembangnya desain furnitur yang lebih meyakinkan dari bahan yang lain seperti kayu dan alumunium. Pengabdian masyarakat ini (IBM) akan memberikan solusi redesain untuk meja dan kursi yang terbuat dari rotan dengan memperhatikan tiga konsep utama, yaitu efesiensi, estetis, dan fungsional. Dengan konsep ini dapat menghasilkan produk meja dan kursi yang lebih inovatif, kuat, dan memiliki estetika yang lebih tinggi sehingga menjadi produk yang unggul dalam berkompetisi. Target khusus yang ingin dicapai adalah terjadinya peningkatan: 1) pengetahuan dan keterampilan tentang mendesain meja dan kursi dari rotan dengan menggunakan tiga konsep, yaitu efisiensi, estetis, dan fungsional, 2) peningkatan pendapatan pengrajin meja dan kursi dari rotan. Selain target tersebut, juga terjadinya perbaikan administrasi pengrajin dan manajemen pemasaran. Metode yang digunakan adalah pelatihan maupun pendampingan secara langsung kepada pengrajin tentang strategi dan teknik dalam pembuatan meja dan kursi yang terbuat dari rotan. Hasil yang diharapkan akan terjadinya peningkatan harga jual sehingga kesejahteraan pengrajin meja dan kursi menjadi lebih baik di masa yang akan datang."
Bandung: Unisba Pusat Penerbitan Universitas (P2U-LPPM), 2017
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yubitrie Mauren
"Tesis ini mengkaji peran Inovasi Merek dan Persepsi Kualitas dalam membentuk Nilai Persepsi di pasar Indonesia. Penelitian ini melibatkan partisipan dari semua jenis kelamin yang berusia di atas 18 tahun, yang diminta untuk mengidentifikasi merek yang memiliki hubungan erat dengan mereka, tanpa memandang industri atau kategori produknya. Data dari 231 responden dianalisis menggunakan perangkat lunak SmartPLS 3.2.9. Temuan penelitian menunjukkan bahwa Inovasi Merek berpengaruh positif terhadap Persepsi Kualitas dan Nilai Persepsi, sementara Persepsi Kualitas berpengaruh positif terhadap Nilai Persepsi. Namun, tidak ditemukan hubungan signifikan antara Pengalaman Merek, Kepribadian Merek, dan Nilai Persepsi. Hasil ini menyarankan bahwa merek-merek sebaiknya berfokus pada meningkatkan inovasi mereka untuk meningkatkan Persepsi Kualitas dan, akhirnya, Nilai Persepsi. Penelitian ini memberikan kontribusi dalam memahami persepsi konsumen dan memberikan wawasan bagi pemasar merek untuk mengembangkan strategi efektif di pasar Indonesia.

This thesis examines the role of Brand Innovativeness and Perceived Quality in shaping Perceived Value in the Indonesian market. The study includes participants of any gender above 18 years old who were asked to identify a brand they have a close connection to, regardless of industry or product category. Data from 231 respondents were analyzed using SmartPLS 3.2.9 software. The findings indicate that Brand Innovativeness positively influences Perceived Quality and Perceived Value, while Perceived Quality positively influences Perceived Value. However, no significant relationships were found between Brand Experience, Brand Personality, and Perceived Value. These results suggest that brands should focus on enhancing their innovativeness to improve Perceived Quality and, subsequently, Perceived Value. This research contributes to understanding consumer perceptions and provides insights for brand marketers to develop effective strategies in the Indonesian market. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ananda Arrahma Fesya
"Penggunaan merek selain untuk memperdagangkan produk pemilik merek yang berhak juga dapat digunakan sebagai petunjuk deskriptif untuk produk lain di e-commerce. Penggunaan merek sebagai petunjuk deskriptif dibagi menjadi dua yakni dengan itikad baik dan itikad tidak baik. Dalam skripsi ini, dibahas bahwa penggunaan merek sebagai petunjuk deskriptif dapat diduga sebagai pelanggaran jika adanya itikad buruk dalam hal bertujuan meniru, memalsukan, atau membonceng merek dan membingungkan pasar. Merek dilindungi berdasarkan peraturan perundang-undangan untuk perdagangan di platform e-commerce dan dapat dilakukan beberapa upaya berupa upaya hukum dan non-hukum berupa kebijakan penghapusan terhadap pihak yang menggunakan merek dengan itikad tidak baik.

The usage of a mark besides for selling products of the rightful brand owner can also be used as a descriptive guide for other products in e-commerce. The use of the mark as a descriptive guide is divided into two, namely in good faith and in bad faith. In this thesis, it is discussed that the use of a mark as a descriptive guide can be suspected as a violation if there is bad faith in terms of the aim of imitating, falsifying, or piggybacking on the brand and confusing the market. Marks are protected based on laws and regulations for trading on e-commerce platforms and several efforts can be made in the form of legal and non-legal efforts in the form of policies to remove those who use the mark in bad faith."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>