Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 199896 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dina Indarsita
"Kesehatan reproduksi remaja adalah sualu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh bulcan hanya bebas dari penyakit atau kcacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi fungsi serta proses nya.
Saat ini kesehatan reproduksi remaja menjadi masalah karena menurut SDKI 1997 masih ada wanita yang melahirkan anak pertama di usia <15 tahun dan dampak globalisasi seperti pergaulan bebas, Ionggarnya norma sosial serta :mas informasi yang makin meningkal yang memungkinknn remaja. untuk berperilaku yang berisiko. Melihat kompleksnya permasalahan kesehataxl reproduksi serta dampaknya dalam ménentukan kualitas hidup remqia sehingga mendorong penulis untuk mengetahui sejauh manaperilalm remaja dalam hal kesehatan reproduksinya. Peuelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh infonnhsi tentang hubungan faktor internal dan ekstemal remaja dengan perilaku rcmaja dalam kesehatan reprodnksi di SLTPN Medan tahun 2002. Desain penelitian ini cross secffonal. Alat peugumpul data berupa kuesioner dengan sampel 107 orang siswa SLTPN 1, 37, 41 kelas 3. Hipotesis penelitian ini adalah adanya hubungan antam jenis kelamin, pengetahuau, sikap, pendidikan ayah, pendidikan ibu, pekerjaan ayah, pekerjaan ibu, komunikasi orangtua-anak, media kornunikasi massa dengan perilaku remqia dalam hal kesehatan reproduksi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 28% remaja berperilaku berisiko dalam hal kesehaizn reproduksinya dan 72% yang tidak berisiko. Dari hasil analisis bivariate dengan _pearson chi-square, sikap responden mempunyai hubungan bermakna dengan perilaku remaja dalam hal kesehatan reproduksi dengan p=0,010. Analisis multivadafe dengan regress! logisrfk juga diperoleh bahwa slkap responden dominan berhubungan terhadap perilaku remaja dalm hal kesehatan reproduksi dengan nilai p=0,012.
Berdasarkan hasil penelitian ini kepada institusi sekolah disarankan agar Iebih mengintensifkan program BK. (Bimbingan Konseling) untuk mencegah lerjadinya perilaku berisiko bagi rernaja dalam hal kesehatan refroduksi. Bagi peneliti Iain disarankan agar meneliti sejauh mana pengetahuan dan persepsi orangtua lentang kesehatan reproduksi serta kemampuannya berkomunikasi dengan remajanya. Dan bagi pemerintah disarankarn agar diadakan program pelalihan tentang kesehatan reproduksi bagi rernqa serta menyediakan informasi tentang kesehatan reproduksi melalui media cetak dan eleklronik agar pengetahuan responden bertambah baik sehingga sikap dan perilakunyajuga baik.

Reproductive health is a stage of complete physical, mental and social well being and not merely the absent of dease or iniirmity in all matters relating to the reproduktive system, and to its timctions and processes.
This time adolescent?s reproduktive is becoming serious problem because according to SDKI 1997 there are still have primi para under 15 year?s old and the impact of globalization for example free sex, loose of social?s norm and the increased current information that can make adolescent?s behaviour be risk. Considering the complexityt of reproductive health problems and the impact of quality-live?s adolescent, make the writer want to find out how far adolescent?s behaviour in their reproduktive?s health. The goal of this research is getting information about the relation between internal and extei-nal?s adolescent with behaviour?s adolescent in reproduktive health at yunior high school 2002. The design of this research is cross sectional. The questiouare is used to collect the data. There are 107 pupils (third class) in I, 37, 41 yunior high school Medan 2002. The hypothesis are existence relation between sex, knowledge, attitude, father and mother ?education, father and mother ?occupation, parents and adolescent? communication, communication mass media with behaviour?s adolescent in reproductive.
The result showed that 28% behaviour?s adolescent was risk and 72% behaviotn"s adolescent was non-risk in their behaviour reproductive?s health. The bivariate analysis with pearson chi-square shows that altitude have a signiiican correlation with behaviour?s adolescent in reproductive health with p = 0, 010. The multivariate analysis with regressi logistic be found that attitude is most dominant with behavior?s adolescent in reproductive health, p=0, 012.
According to this research is recommended to yunior high school?s institution have more intensive about counseling program for prevent the risk behaviour?s adolescent in reproductive health. For another reseacher is also recommended to research how far the knowledge and perception of parents about reproductive health and their commtmication ability. And for government is suggested to organize some training about reproductive health for adolescent and supply the information about reproductive health by using printed?s media and elektronic?s media, its makes knowledge?s adolescent getting better and iinally can make attitude and behaviour?s adolescent be good too.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T3162
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rangga Pusmaika
"Di usia remaja dengan keterampilan hidup yang belum memadai dapat menyebabkan remaja berperilaku seksual hingga melakukan hubungan seksual. Hal ini dapat menempatkan remaja pada risiko terinfeksi Human Immunodeficiency Virus HIV, Infeksi menular seksual IMS dan kehamilan yang tidak diinginkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh wilayah tempat tinggal terhadap perilaku seksual pada remaja di Indonesia dengan menganalisis data sekunder Survey Demografi Kesehatan Indonesia-Kesehatan reproduksi Remaja SDKI-KRR tahun 2012. Sampel sebanyak 19.868 remaja yang berusia 15-24 tahun dan belum menikah. Analisis yang digunakan yaitu analisis deskriptif dan multivariable regresi logistik . Hasil penelitian menunjukkan perilaku potensial seks berisiko pada remaja di Indonesia sebesar 19,65, hubungan seksual pertama kali 42,67 dilakukan di rumah rumah sendiri dan rumah pasangan, 90,27 melakukan hubungan seksual pertama kali dengan pacar. Hasil penelitian juga menunjukkan 20,94 remaja perkotaan berperilaku potensial berisiko cOR 0,82; OR; 0,95. Hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan wilayah tempat tinggal terhadap perilaku seksual remaja. Hasil analisis stratifikasi dengan status ekonomi keluarga menunjukkan bahwa Remaja di perkotaan dengan status ekonomi terbawah terdapat beda efek yang sangat kecil untuk berperilaku potensial seks berisiko dibandingkan remaja di perkotaan dengan status ekonomi teratas. Peningkatan keterlibatan pemerintah, dinas pendidikan dan kesehatan untuk dapat memberikan informasi terkait kesehatan reproduksi khusunya seksualitas yang tepat dan merata bagi remaja.
In adolescence with adequate life skills can cause adolecense sexual behavior to sexual intercourse. This can put them at risk of Human Immunodeficiency Virus HIV , Sexual Transmitted Infections STI, and unwanted pregnancies. The research analyzed the seconder data of Indonesia Demographic and Health Survey Adolescent Reproductive Health in 2012. The sample is 19,868 of teenagers in the age between 15 24 years old and single. It used descriptive analysis and multivariable logistic regression. The research results showed that 19.65 for risk sexual behavior amongst the adolescent in Indonesia, 42.67 for first sexual contact at home at home or in couple rsquo s home, 90.27 for first sexual contact with girlfriend boyfriend. It also showed that 20.94 of urban youth having risk sexual behavior cOR 0,82 OR 0,95. It showed that there no difference between the residential areas to the adolescent sexual behavior. The results of economic stratification status analysis with family showed that there small difference effect between the low level and high level economic teenagers who live in the rural that is potential for risk sexual. The increased engagement of the government, education service, and health service can give contribution for giving information about health reproduction, especially the right sexual behavior for teenager. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T47751
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sari Anggela
"Masa remaja merupakan suatu periode transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, merupakan waktu kematangan fisik, kognitif, sosial dan emosional yang cepat untuk mempersiapkan diri menjadi laki-laki dan perempuan dewasa. Permasalahan yang paling sering terjadi pada masa remaja saat ini adalah masalah kesehatan reproduksi. Metode yang tepat diperlukan untuk menyampaikan informasi tentang kesehatan reproduksi kepada remaja salah satunya dengan menggunakan smartphone. Aplikasi android merupakan salah satu fitur pada smartphone. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas aplikasi kesehatan reproduksi terhadap pengetahuan dan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi. Penelitian Quasi-eksperimental ini menggunakan pre-post dengan kelompok kontrol. Kelompok intervensi terdiri dari 42 responden sedangkan kelompok kontrol 59 responden. Sampel pada penelitian ini adalah siswa dari dua Sekolah Menengah Pertama di kota Depok. Teknik pengambilan sampling yang digunakan adalah simple random sampling. Data dianalisis menggunakan uji repeated anova,friedman, independent t test, Man whitney. Hasil uji statistic menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap remaja pada kelompok intervensi yang diberikan edukasi android dibandingkan kelompok kontrol (p<0,001). Edukasi kesehatan menggunakan aplikasi efektif dalam mempertahankan pengetahuan remaja setelah diberikan edukasi kesehatan tentang kesehatan reproduksi (p<0,001). 

Adolescence is a transition period between childhood and adulthood when physical, cognitive, social and emotional maturity grow rapidly to prepare for being adult men and women. The most common problem for existing adolescence is reproductive health problems. The effective method is needed to convey information about reproductive health to adolescents like using smartphone. Android application is one of the features on a smartphone. This study aims to determine the effectiveness of reproductive health applications on adolescent knowledge and attitudes about reproductive health. This quasi-experimental study uses pre-post with a control group. The intervention group consisted of 42 respondents while the control group 59 respondents. The sample in this study were students from two junior high schools in the city of Depok. The sampling technique used is simple random sampling. Data were analyzed using repeated anova test, Friedman test, independent t test, Man Whitney test. Statistical test results showed that there were significant differences between the knowledge and attitudes of adolescents in the intervention group given android education compared to the control group (p <0.001). Health education uses effective application in maintaining adolescent knowledge after being given health education about reproductive health (p <0.001)."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
G. Ayu Sindy Prabayuni
"Adanya kesenjangan antara perkembangan reproduksi remaja dengan informasi kesehatan reproduksi meningkatkan angka penyakit menular seksual dan kehamilan remaja. Tujuan dari penelitian ini ialah mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan kontrasepsi pada remaja seksual aktif di Indonesia tahun 2012.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional dengan menggunakan data sekunder SDKI-KRR 2012. Analisis univariat digunakan untuk melihat distribusi variabel-variabel penelitian. Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan variaben dependen. P value<0,05 menunjukkan hubungan bermakna secara statistik.
Hasil univariat menunjukkan remaja seksual aktif yang tidak menggunakan kontrasepsi ketika berhubungan seksual ialah 62,1%. Hasil bivariat menunjukkan adanya hubungan dengan penggunaan kontrasepsi, diantaranya jenis kelamin (OR= 0,519) pendidikan (OR= 1,517); pengetahuan (OR= 1,663); tempat tinggal (OR=1,536); keterpaparan informasi (OR=2,317); pengaruh teman sebaya (OR: 1,452).
Remaja perlu dibekali informasi dan konseling kesehatan reproduksi serta pelayanan kontrasepsi khusus bagi remaja seksual aktif. Selain itu, masyarakat juga perlu diberikan informasi mengenai kondisi riil remaja dewasa ini secara terus menerus agar turut dapat berperan dalam pencegahan perilaku berisiko remaja.

The gap between the development of the adolescent and reproductive health information will increase rates of sexually transmitted diseases and teenage pregnancy. This study is aimed to determine the factors associated with the use of contraception in sexually active adolescents in Indonesia, 2012.
The study was cross-sectional design and by using secondary data, SDKI-KRR 2012. Univariate analysis is used to see the distribution of the study variables. Bivariate analysis is used to examine the relationship between independent variables and the dependent variable. P values <0.05 indicates a statistically significant relationship.
Univariate results show that sexually active adolescents do not use contraception when sexual intercourse is 62.1%. Bivariate results indicate an association with the use of contraception, including gender (OR = 0.519); education (OR = 1.517); knowledge (OR = 1.663); residence (OR = 1.536); exposure information (OR = 2.317); peer influence (OR: 1.452).
The information and counseling of adolescent reproductive health need to be improved in order to prevent the risks of reproductive health. For sexually active adolescent, they need to get services from provider about the contraception. The society also need to be participated to prevent the adolescent’s risk behavior.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2015
S58515
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silvi Enggar Budiarti
"Pengetahuan kesehatan reproduksi sangat penting bagi remaja. Saat ini internetmerupakan media yang paling dekat dan digemari oleh remaja. Melalui internetremaja dapat mengakses informasi dengan cepat dan mudah. Tetapi informasikesehatan yang tidak difiltrasi dapat membahayakan dan mempengaruhi perilakukesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penggunaaninternet untuk informasi kesehatan, persepsi penggunaan internet untuk informasikesehatan, dan pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja. Penelitian inidilakukan dengan metode deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectionalmelalui pengisian sendiri dari kuesioner yang diberikan pada 131 siswa SMA ProAn Nizhomiyah Depok.
Hasil penelitian ini menunjukkan rata-rata frekuensi dandurasi mengakses internet untuk informasi kesehatan reproduksi dalam semingguyaitu 1,54 kali dan 43,71 menit; 63,4 siswa mempersepsikan internet berguna,40,6 mudah diakses, dan 53,5 merasa internet memberikan privasi ketikamencari informasi kesehatan reproduksi; pengetahuan pada siswa yang memakaiinternet tergolong baik dan yang tidak memakai tergolong rendah; dan terdapatperbedaan signifikan p=0,007 antara pengetahuan siswa yang menggunakaninternet dengan yang tidak menggunakan, sehingga potensi internet dalampendidikan dan promosi kesehatan reproduksi dapat dipertimbangkan dandimanfaatkan oleh sekolah.

Knowledge of reproductive health is very important for teenagers. Currently theinternet is the media closest and popular by teenagers. Through the internet teenscan access information quickly and easily. Unfiltered health information can beharmful and effect health behavior. This study aimed to describe of internet usefor health information, perceptions of internet use for reproductive healthinformation, and knowledge of reproductive helath in adolescents. This researchwas conducted by descriptive quantitative method with cross sectional approachthrough self filling from questionnaire given at 131 students of Pro AnNizhomiyah Depok.
The results of this study are the average frequency andduration of internet access for reproductive health information in a week that is1,54 times and 43,71 minutes 63.4 of students perceive internet is useful,40.6 easily accessible, and 53.5 feel the internet provides privacy whenseeking information on reproductive health and there are significant differences p 0.007 between the knowledge of students who use internet and those wo donot use, so that the potential of internet in education and promotion ofreproductive health can be considered and utilized by school.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S68791
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cluny Martina Mangkuayu
"Perilaku seksual berisiko adalah suatu aktivitas seksual yang dilakukan untuk mencapai kepuasan seksual dan berdampak pada masalah kesehatan reproduksi, diantaranya kehamilan yang tidak diinginkan dan Infeksi menular Seksual. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan pengetahuan kesehatan reproduksi dan pola asuh orang tua dengan perilaku seksual berisiko. Desain penelitian ini adalah analitik korelatif denganpendekatan cross sectionalpada 100 responden siswa SMA di Kota Tangerang menggunakan teknik convenience sampling. Instrumen yang digunakanmeliputi kuesioner pengetahuan kesehatan reproduksi, pola asuh, perilaku seksual berisiko, paparan media, dan pengaruh teman sebaya. Hasil penelitian ini menyatakan tidak terdapatnya hubungan yang bermakna antara pengetahuan kesehatan reproduksi dan pola asuh orang tua dengan perilaku seksual berisiko p value>0,05 . Meskipun demikian, peneliti merekomendasikan perlunya penyuluhan dan pendidikan kesehatan reproduksi dan pendekatan oleh perawat di puskesmas untuk mengaktifkan program PKPR dan BKR guna meningkatkan kesehatan reproduksi remaja dan mencegah perilaku seksual berisiko, mengingat terdapatnya 57 remaja di SMA Swasta Kota Tangerang yang memiliki perilaku seksual berisiko.

Risky sexual behavior is defined as sexual activities performed to gain sexual satisfaction which may affect health reproduction, such as unwanted pregnancy and Sexually Transmitted Infections. This study aimed to identify correlation between knowledge of reproductive health, parenting role, and risky sexual behavior. The study design was analytical with cross sectional approach and involving 100 high school students in Tangerang through convenience sampling technique. The instruments were questionnaires of knowledge of reproductive health, parenting role, risky sexual behavior, media exposure, and peer influence. The result showed no significant correlation between knowledge of reproductive health, parenting role, and risky sexual behavior p value 0,05 . Nonetheless, the study recommends for counseling and education of reproductive health as well as the approach of public health center nurses to implement PKPR and BKR in order to improve reproductive health for preventing risky sexual behavior, considering that 57 of adolescents in private high schools in Tangerang demonstrated risky sexual behaviors."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S68684
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Merry Sri Widyanti Kusumayarni
"Salah satu dampak dari penurunan TFR dan 1MR adalah perubahan struktur umur penduduk, diantaranya adalah terjadinya peningkatan jumlah penduduk usia remaja. Remaja yang berumur 15-24 tahun pada tahun pada tahun 2000 adalah seperlima dari seluruh penduduk Indonesia. Kesehatan reproduksi pada masa remaja menjadi penting karena akan berkaitan dengan kesehatan reproduksi di masa dewasanya. Oleh karena itu penting untuk mempelajari perilaku reproduksi remaja, seperti dalam perilaku pacaran berisiko, yang dapat berdampak pada kondisi kesehatan reproduksi. Deklarasi Kairn menyatakan bahwa isu kesehatan remaja termasuk kehamilan tidak diinginkan, aborsi yang tidak aman dan Penyakit Menular Seksual serta HIV/AIDS merupakan hal-hal yang harus diangkat dan dihindari dengan setiap negara diharuskan menjamin adanya perhatian dan program yang tidak membatasi remaja untuk mendapatkan akses terhadap informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor dan pengaruhnya pada perilaku pacaran remaja yang dalam studi ini menjadi variable terikat dengan kategori (1) risiko rendah (pegangan tangan), (2) risiko sedang (pelukan dan ciuman) serta (3) risiko tinggi (meraba alat kelamin dan melakukan hubungan seks). Faktor-faktor yang diduga mempengaruhinya atau variable bebas adalah kontak dengan media informasi yang memuat pornografi, informasi tentang teman sebaya pendidikan dan komunikasi antara anak dan orang tua. Selain itu diperhatikan pula karakteristik sosial demografis remaja seperti umur, jenis kelamin, tempat tinggal dan pendidikan. Data yang dipergunakan adalah hasil survai Kesehatan Reproduksi Remaja tahun 2002. Analisis yang dipergunakan adalah deskriptif dan inferensial. Analisis deskriptif berupa tabulasi silang antara variabel bebas dan variabel terikat. Analisis inferensial menggunakan model regresi multinomial logistik mengingat varibel terikat dalam studi ini terdiri dari tiga kategori.
Analisis deskriptif menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa remaja berperilaku pacaran risiko tinggi, yang pendidikan ibunya SLTP ke atas persentasenya lebih rendah dibandingkan remaja berperilaku sama yang ibunya berpendidikan lebih rendah. Remaja yang terpapar media pornografi persentase yang melakukan perilaku pacaran berisiko lebih tinggi dibanding yang tidak terpapar. Hasil regresi menunjukkan bahwa (1) media yang bermuatan pornografi (dalam hal ini adalah buku dan film), (2) pengetahuan teman yang lakukan seks-pra nikah, (3) berbicara dengan orang tua tentang kesehatan reproduksi, (4) daerah tempat tinggal remaja, (5) jenis kelamin remaja dan (6) umur remaja, keenam variabel ini memiliki pengaruh yang berarti pada perilaku pacaran remaja. Sedangkan pendidikan orang tua, pendidikan remaja, diskusi dengan teman, pengetahuan teman hamil pra nikah, orang tua sebagai sumber informasi akil baligh merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku remaja tetapi tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T18769
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Agustini
"Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan menggunakan teknik survey yang bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang pengetahuan, sikap dan penilaian remaja terhadap AIDS. Menurut data dari Ditjen Pemberantasan Penyakit Menular, Depkes RI , (1997), ada 527 orang yang dilaporkan mengidap HIV (+), yang dilihat dari golongan usia pengidapnya terbanyak adalah golongan usia 20-29th.. Pada saat ini dengan semakin maraknya kasus penggunaan narkoba di kalangan remaja, maka risiko peningkatan kasus AIDS ini akan menjadi semakin tinggi.
Ditilik dari faktor diri indivu remaja, masa pertumbuhan dan perkembangan mereka sedang dalam keadaan labil untuk menemukan jati diri, kondisi ini dapat menjadi faktor pendukung terjadinya insiden ini. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang pengetahuan, sikap, dan penilaian remaja terhadap AIDS. Data dianalisa dengan menghitung nilai mean (rata-rata) dari pernyataan yang dikelompokkan dalam variabel pengetahuan, sikap, dan penilaian. Kemudian berdasarkan skala penilaian yang sudah ditetapkan, hasil penghitungan nilai mean dikelompokkan untuk menilai level/tingkatannya.
Penelitian dilakukan di 4 SMU di wilayah Jakarta Utara yang diambil/ditentukan secara acak untuk mendapatkan responden sebanyak 160 orang. Dan data yang masuk didapatkan nilai mean 2,694 untuk variabel Pengetahuan yang dilihat dan skala menunjukkan berada pada tingkat sangat baik. Sedang nilai mean untuk variabel Sikap didapatkan 3,327 dan variabel perrilaian dengan mean 3,516, sesuai skala yang ditetapkan menggambarkan berada pada tingkat baik.
Hasil penelitian ini kurang menunjukkan hubungan yang berarti dengan fenomena yang ada sekarang ini, yaitu bahwa kejadian kasus AIDS cenderung terjadi peningkatan. Maka untuk menindaklanjuti penelitian ini diharapkan akan ada penelitian lebih lanjut untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi remaja dalam kaitannya dengan perilaku menyimpang dan peningkatan kasus AIDS."
Depok: Fakultas Ilmu Kperawatan Universitas Indonesia, 2000
LP 2000 18
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Sidabutar, Tetty Nurkayani
"Berdasarkan survei masalah kesehatan reproduksi dan perilaku beresiko pada remaja cenderung meningkat setiap tahunnya. Kota Depok merupakan salah satu kota yang berada di Jawa Barat yang menempati urutan ketiga kasus terinfeksi HIV di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang perkembangan seksual dan sikap terhadap kesehatan reproduksi pada remaja di kota Depok tahun 2020. Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan desain penelitian cross sectional dengan studi korelasi. Responden dipilih dengan metode convenience sampling dengan jumlah 84 responden. Hasil penelitian menemukan mayoritas tingkat pengetahuan tentang perkembangan seksual kategori sedang dan sikap positif terhadap kesehatan reproduksi. Hasil analisis data menggunakan uji statistic Somer’d menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan tentang perkembangan seksual dan sikap remaja terhadap kesehatan reproduksi. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi tenaga kesehatan untuk memberikan pendidikan kesehatan reproduksi bagi remaja.                                                   
      
Based on survey data on reproductive health problems and adolescent behaviors shown the risk were increased every year. Depok City in West Java is one of the top 3rd highest rank of of HIV-infected in Indonesia. This research aimed to determine the correlation between knowledge about sexual development and the attitude towards reproductive health in adolescents in the city of Depok in 2020. This research design was a cross sectional study. Respondents were selected by convenience sampling method with a total of 84 respondents. The results found the majority of respondent have enough level of knowledge about sexual development and positive attitude towards reproductive health. By using Somer’d statistic test, it was found that there was no significant correlation between knowledge about sexual development and attitudes towards reproductive health in adolescents. The results of this research can be used as a consideration for the health workers provide reproductive health education for adolescents."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astri Anggun Prinarti
"Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) semakin disadari telah menjadi masalah kesehatan dunia yang berdampak kepada laki-laki dan perempuan. Pada perempuan, ISR jauh lebih tinggi dibandingkan laki-laki (WHO, 2000). Di Poli Divisi Infeksi Menular Seksual Departemen Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Perjan RS Dr. Cipto Mangunkusumo, pada tahun 2004, Infeksi Genitalia Non Spesifik (IGNS) pada wanita merupakan penyakit yang terbanyak yaitu 104 dari 541 kunjungan baru pasien wanita (IDAI, 2013). Infeksi saluran reproduksi dapat terjadi tidak hanya ditemukan pada pekerja seks komersial seperti asumsi masyarakat kebanyakan namun sudah banyak ditemukan pada wanita remaja (Depkes, 2008). Tinggal di daerah tropis seperti Indonesia yang panas membuat kita sering berkeringat. Keringat ini membuat tubuh kita lembab, terutama pada organ seksual dan reproduksi yang tertutup dan berlipat. Akibatnya bakteri mudah berkembang biak dan eksosistem di vagina terganggu sehingga menimbulkan bau tak sedap serta infeksi. Untuk itulah kita perlu menjaga keseimbangan ekosistem vagina (Depkes, 2000).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilkau menjaga kebersihan organ saluran reproduksi pada remaja putri di Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan "A" Jakarta Utara. Perilaku yang termasuk didalam menjaga yaitu hygiene menstruasi, pencegahan infeksi dan pola kebiasaan sehari-hari remaja putri.Penelitian ini menggunakan analisis data pendekatan kuantitatif dengan analisis bivariat. Data yang dikumpulkan adalah data primer yang diperoleh dengan menyebarkan kuesioner. Pemilihan informan dilakukan dengan metode rapid survey dengan sampel klaster bertingkat.
Hasil penelitian diperoleh hasil yaitu jumlah responden yang berperilaku kurang baik dalam menjaga kebersihan organ saluran reproduksinya sebesar 137 responden dengan presentase 65%, dilihat dari rata-rata responden yang dapat menjawab dengan benar. Responden terpapar media tinggi memiliki peluang 1.3 kali berperilaku menjaga kebersihan organ saluran reproduksi yang benar dibandingkan dengan responden yang tidak terpapar media. Hasil dari kelengkapan sarana yaitu responden dengan sarana lengkap memiliki peluang 0.7 kali memiliki perilaku menjaga kebersihan organ saluran reproduksi benar dibandingkan responden dengan sarana tidak lengkap.

Reproductive Tract Infections (ISR) has become increasingly aware of health issues that affect the world of men and women. In women, the ISR is much higher than men (WHO, 2000). In the Division of Sexually Transmitted Infections Poly Department of Dermatology and Venereology Hospital Dr Testament. Cipto Mangunkusumo, in 2004, Genitalia Non Specific Infections (IGNS) in women is a disease that is 104 of the 541 most recent visit female patients (IDAI, 2013). Reproductive tract infections can occur not only found on commercial sex workers such assumptions, but most people are already common in adolescent women ( DepKes, 2008). Living in tropical regions such as Indonesia that heat makes us sweat often. Sweat makes our bodies moist, especially on sexual and reproductive organs were closed and folded. As a result, easy to breed bacteria in the vagina undisturbed ecosystems and causing odor and infection . For that we need to maintain the balance of the vaginal ecosystem (DepKes, 2000).
This study aims to determine perilkau maintain the cleanliness of the reproductive tract organs in girls at junior high schools in the District "A" North Jakarta . Behavior including menstrual hygiene in maintaining namely , prevention of infection and pattern of daily habits putri.Penelitian teen uses quantitative data analysis approach with bivariate analysis. The data collected is primary data obtained by distributing questionnaires. The selection of informants was conducted using a rapid survey with stratified cluster sample.
The research results that the number of respondents who behave poorly in maintaining the cleanliness of the reproductive tract organs by 137 respondents with a percentage of 65 %, judging from the average respondent to answer correctly. Respondents had a high media exposure opportunities hygiene 1.3 times behave correct reproductive tract organs as compared to respondents who were not exposed to the media. Results of completeness means that respondents with complete facilities had 0.7 times the chance of having behavior hygiene reproductive tract organs correctly than respondents with no means complete.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S53250
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>