Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 200957 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hilmi
"Penelitian yang dilakukan dalam rangka penulisan tesis ini adalah penelitian tentang implikatur berironi di dalam tindak tutur taklangsung yang terdapat pada delapan teks drama Inggris karya Oscar Wilde dan George Bernard Shaw. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan dan menggolongkan jenis-jenis ironi dalam implikatur yang terdapat di dalam tindak tutur tak langsung. Kemaknawian penelitian ini adalah memperlihatkan bagaimana ironi lewat implikatur percakapan yang ada pada tindak tutur taklangsung dalam drama inggris akhir abad ke-19 sampai dengan awal abad ke-20 dihasilkan secara pragmatis. Karena yang dianalisis adalah teks drama, maka penelitian ini adalah analisis wacana dengan menggunakan teori-teori pragmatik sebagai ancangan. Teori-teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah teori Tindak Tutur Taklangsung yang dikemukakan oleh Searle (1975), prinsip kerja sama yang dicetuskan oleh Grice (1975), dan prinsip kesantunan dan prinsip ironi yang diajukan oleh Leech (1983). Ancangan penelitian ini adalah studi kasus yang bersifat kualitatif. Teknik pengumpulan data yang dipakai adalah teknik riset kepustakaan. Data yang terkumpul dimasukkan ke dalam kartu data. Setelah tekumpul diketahui bahwa korpus data berjumlah 69. Data Ialu diproses untuk menentukan sampel. Teknik yang dipakai untuk menentukan sampel adalah teknik penentuan sampel acak sederhana dengan Cara undian. Hasilnya diperoleh 38 sampel. Data lalu diklasifikasikan menjadi (a) ironi berupa sarkasme, (b) ironi berupa litotes, (c) ironi berupa hiperbol, (d) ironi berupa sindiran, dan (e) ironi berupa satire. Berdasarkan klasifkasi tersebut data lalu dianalisis. Setelah data dianalisis diperoleh hasil (i) dari dua belas data ironi berupa sarkasme yang dianalisis ada 11 tindak tutur taklangsung berbentuk pernyataan dan 1 berbentuk pemyataan sekaligus pertanyaan. Ada 9 pelanggaran bidal kualitas dan 3 pelanggaran bidal cara dalam prinsip kerja sama. Pelanggaran itu dilakukan seluruhnya dengan cara mengabaikan bidal. Ada 7 pelanggaran bidal pujian, 1 pelanggaran bidal simpati, 1 pelanggaran bidal kesepakatan, dan 3 pelanggaran bidal pertimbangan dalam prinsip kesantunan; (ii) dari tiga data ironi berupa litotes yang dianalisis ada 2 tindak tutur taklangsung berbentuk pemyataan dan 1 berbentuk pemyataan sekaligus pertanyaan. Ada 3 pelanggaran bidal kualitas dalam prinsip kerja sama. 2 Pelanggaran dilakukan dengan cara melanggar bidal dan 1 pelanggaran dilakukan secara mengabaikan bidal, Ada 1 pelanggaran bidal pujian dan 1 pelanggaran bidaI kesepakatan dalam prinsip kesantunan. Ada 1 tuturan yang tidak melanggar prinsip kesantunan (iii) Dari satu data ironi berupa hiperbol yang dianalisis hanya ada 1 tindak tutur taklangsung berbentuk pernyataan Hanya ada 1 pelanggaran bidal cara dalam prinsip kerja sama. Pelanggaran itu dilakukan secara mengabaikan bidal. Hanya ada 1 pelanggaran bidal pujian dalam prinsip kesantunan; (iv) dari sebelas data ironi berupa sindiran yang dianalisis ada 8 tindak tutur taklangsung berbentuk pemyataan dan 3 berbentuk pertanyaan. Ada 6 pelanggaran bidal kualitas dan 5 pelanggaran bidal cara dalam prinsip kerja sama. Pelanggaran itu dilakukan seluruhnya dengan cara mengabaikan bidal. Ada 6 pelanggaran bidal pujian, 1 pelanggaran bidal simpati, dan 4 pelanggaran bidal pertimbangan dalam prinsip kesantunan; dan (v) Dari sebelas data yang dianalisis ada 10 tindak tutur taklangsung berbentuk pernyataan dan 1 berbentuk pertanyaan dan pernyataan sekaligus. Ada 7 pelanggaran bidaI kualitas dan 4 pelanggaran bidal cara dalam prinsip kerja sama. Pelanggaran itu dilakukan seluruhnya dengan cara mengabaikan bidal. Ada 4 pelanggaran bidal pujian, 4 pelanggaran bidal simpati, dan 3 pelanggaran bidal pertimbangan dalam prinsip kesantunan.

The topic of this research, which is meant for thesis writing, is irony by implicature in indirect speech act that found in eight English plays by Oscar Wilde and by George Bernard Shaw. The aim of this research is to find and to classify irony by implicature in indirect speech act. The significance of this research is showing how irony by implicature in indirect speech act that found in the late 19th until early 20th century English plays is generated pragmatically. This research is discourse analysis by using pragmatics theories as approach because what being analyzed are drama texts. The theories that used in this research are Searle's Indirect Speech Act (1975), Grice's Cooperative Principle (1975), Leech's Politeness Principle, and Leech's Irony Principle (1983). The approach of this research is qualitative case study. The data collecting technique that used in this research is library research. The data that been collected put in data card. There are 69 data corpus. And then data is processed to determine sample. The simple random sampling by raffle is used to determine sample. There are 38 samples. The data is classified into (a) irony as sarcasm, (b) irony as litotes, (c) irony as hyperbole, (d) irony as innuendo, and (e) irony as satire. After the analyzing the data it is found that (i) from 12 analyzed data of irony as sarcasm there are 11 indirect speech acts in form of statement and I in form of statement and question. There are 9 non-observances of maxim of quality and 3 non-observances of maxim of manner of the cooperative principle. The whole non-observances of the maxim are performed by flout a maxim. There are 7 violation of praise maxim, I violation of sympathy maxim, 1 violation of agreement maxim, and 3 violation of consideration maxim of the politeness principle; (ii) from 3 analyzed data of irony as litotes there are 2 indirect speech acts in form of statement and 1 in form of statement and question. There are 3 non-observances of maxim of quality of the cooperative principle. Two non-observances are performed by violate a maxim and one is performed by flout a maxim. There is only 1 violation of praise maxim and I violation of agreement maxim of the politeness principle. There is 1 utterance that not violates any maxim of politeness principle; (iii) from 1 analyzed data of irony as hyperbole there is only 1 indirect speech act in form of statement. There is only I non-observance of maxim of manner of the cooperative principle, which performed by flout maxim. And there is 1 violation of praise maxim of the politeness principle; (iv) from 11 analyzed data of irony as innuendo there are 8 indirect speech acts in form of statement and 3 in form of statement and question. There are 6 non-observances of maxim of quality and 5 of maxim of manner of the cooperative principle. The entire non-observances are performed by flout a maxim. There are 6 violated praise maxims, 1 violated sympathy maxim, and 4 violated of consideration maxims of the politeness principle; (v) from 11 analyzed data of irony as satire there are 10 indirect speech acts in form of statement and 1 in form of statement and question. There are 7 non-observances of quality and 4 of maxim of manner of the cooperative principle. The whole non-observances of the maxim are performed by flout a maxim. There are 4 violated praise maxims, 4 violated sympathy maxims, and 3 violated of consideration maxims of the politeness principle."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
T14933
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eldawati
"Skripsi ini merupakan suatu penelitian tentang Fungsi bahasa dalam tindak tutur tidak langsung. Bagian pertama berisi penjelasan tentang latar belakang tema, permasalahan, tujuan penelitian, metode penelitian, batasan penelitian, sumber data, prosedur kerja dan sistematika skripsi. Pada baglan kedua dikemukakan teori-teori yang digunakan untuk menganalisis data, yaitu teori pragmatik dad Leech dan Levinson, teori tindak tutur tidak langsung dari Searle. teori fungsi bahasa dari Jakobson dan teori implikatur dari Grice.
Data untuk skripsi ini berasal dari drama anak dan remaja Dicke Luft_. yang merupakan salah satu karya dari Grips Theater, Berlin. Data yang akan dianailsis dibatasi hanya pada tindak tutur tidak langsung yang bersifat direktif. Analisis data ditempatkan pada bab III. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pada tindak tutur tidak langsung direktif terdapat lebih dari satu fungsi bahasa, yaitu fungsi konatif dan fungsi emotif bahasa."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1998
S14646
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chesterton, Gilbert Keith, 1874-1936
New York: Devin-Adair , 1950
928.42 CHE g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Rima Muryantina
"Bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari tidak semata-mata digunakan hanya untuk menyampaikan makna tertentu pada pihak kawan bicara, tetapi juga untuk menunjukkan sikap kita terhadap kawan bicara dan topik pembicaraan. Tuturan yang mencerminkan tindakan pembicara terhadap seseorang atau sesuatu disebut "tindak tutur". Dalam tindak tutur manusia, terdapat daya pragmatik yang diharapkan terjadi setelah tuturan tersebut diujarkan. Daya pragmatik ini dapat disampaikan baik dengan cara langsung maupun tidak langsung. Dalam penuturan tidak langsung, sering terdapat implikasi makna yang sering kali tergantung pada elemen-elemen kontekstual. Salah satu konteks penting dalam memahami implikatur adalah kebudayaan.
Dalam film Everything is Illuminated (2005) terdapat banyak tindak tutur dan implikatur dalam dialog tokoh Alexander Perchov dan Jonathan Foer. Sering kali kedua tokoh ini saling tidak memahami tindak tutur dan implikatur yang mereka gunakan pada satu sama lain. Hal ini disebabkan karena mereka memiliki latar belakang budaya yang berbeda. Temuan dari penelitian ini adalah perbedaan kebudayaan antara kedua tokoh sangat berpengaruh terhadap proses pemahaman dan penggunaan tindak tutur dan implikatur.

Language, in daily use, doesn't only function as a medium to communicate meanings to the addressee, but also to show the speaker_s attitudes toward the addressee and the discussed topic. Utterances that indicate the speaker's attitude towards something or someone are usually called 'speech acts'. Each of these speech acts has a pragmatic force that expects something to happen when the speech act is uttered. This pragmatic force could be expressed directly and indirectly. In implied speech acts, there are implications of meanings that often depend on contextual elements. One of the important contextual elements to understand the implicatures is culture.
In the movie Everything is Illuminated (2005), there are so many speech acts and implicatures in Alexander Perchov dan Jonathan Foer's dialogues. Both characters often don_t understand each others speech acts and implicatures. These misunderstandings happen because they have different cultural backgrounds. The finding of the research is that the different cultural background of the speakers really influences the comprehension and the using of speech acts and implicatures
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S13961
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Pebriana
"Zusje edisi Online Werken adalah sebuah komik strip karya Gerrit de Jager yang dirilis melalui website pribadinya pada tahun 2020. Komik ini memuat lebih banyak percakapan antar para tokoh yang terjadi secara daring sebagai bentuk penggambaran situasi pada masa pandemi di Belanda. Sama halnya dengan percakapan luring, dalam percakapan daring juga terdapat tindak tutur dan kendala yang dapat menghambat prosesnya, seperti tidak terpenuhinya “Prinsip Kerja Sama” pada implikatur percakapan tersebut. Oleh karena itu, penulis mencoba mengkaji bagaimana tindak tutur yang terdapat pada percakapan daring di empat bagian cerita dari komik Zusje edisi Online Werken menggunakan teori tindak tutur dari J. L. Austin dan Searle. Selain itu, ketidakpatuhan maksim pada implikatur dalam percakapan daring ini juga turut dianalis dengan teori H. P. Grice. Penelitian ini mengkaji tuturan para tokoh menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan analisis-deskriptif. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa tindak tutur yang paling banyak ditemukan adalah tindak tutur asertif. Sedangkan dalam implikatur percakapan, terlihat bahwa ketidakpatuhan cenderung terjadi pada maksim kuantitas dan relevansi dengan jenis ketidakpatuhan berupa pengabaian pada maksim.

Zusje in Online Werken edition is a comic strip by Gerrit de Jager which was published on his personal website in 2020. This comic contains more conversations between the characters online as a form of describing the situation during the pandemic in the Netherlands. Similar to offline conversations, there are also speech acts and obstacles in online conversations that can hinder the process, such as not fulfilling the "Principles of Cooperation" in the conversation implicatures. Therefore, the author tries to examine how the speech acts contained in online conversations in the four parts of the story from the Zusje comics in the Online Werken edition use the speech act theory of J. L. Austin and Searle. In addition, non-observance maxims on implicature in online conversations is also analyzed with the theory according to H. P. Grice. This study examines the utterances of the characters using a qualitative method with an analytical-descriptive approach. Based on the results of the analysis, it is known that the most common speech acts found are assertive speech acts. Meanwhile, in conversational implicatures, it is seen that disobedients tend to occur in the maxim of quantity and relevance to the type of disobedient in the form of flouting a maxim."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Yuyuk Pujiastuti
"ABSTRAK
Tindak direktif tak langsung adalah tindak direktif yang dilakukan secara tidak langsung dengan cara melakukan tindak ilokusioner yang lain. Tindak direktif tak langsung ini sering menyebabkan kegagalan komunikasi karena apa yang dikatakan pembicara berbeda dengan tujuan penggunaan ujaran itu. Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk meneliti bagaimana pendengar dapat sampai kepada kesimpulan bahwa ujaran yang ditujukan kepadanya merupakan sebuah perintah (direktif).
Model analisis yang digunakan untuk menganalisis data adalah analisis heuristik. Menurut model analisis tersebut, pendengar menentukan daya pragmatik yang dikan_dung oleh suatu ujaran dengan cara membuat hipotesis-hipotesis. Hipotesis dibuat berdasarkan atas makna satuan-satuan linguistik di dalam ujaran, informasi latar (tentang konteks) dan asumsi latar (bahwa pembicara mem_perhatikan prinsip-prinsip percakapan). Data yang di_analisis merupakan kutipan dialog-dialog dalam drama A Streetcar Named Desire dan The Glass Menagerie karya Tennessee Williams.
Teori yang digunakan untuk menganalisis data ada_lah teori yang berhubungan dengan penggunaan bahasa, yaitu teori pragmatik terutama yang berkaitan dengan tindak tutur (Searle, 1976), implikatur percakapan (Grice, 1975) dan prinsip kesopanan (Leech, 1983).
Dari hasil analisis kita dapat mclihat bahwa dengan berpegang kepada prinsip-prinsip percakapan dan dengan mempertimbangkan konteks, pendengar dapat menarik kesimpulan bahwa ujaran yang ditujukan kepadanya merupakan suatu perintah (direktif). Selain itu kita juga da_pat mengetahui bahwa tindak direktif seperti permintaan, memperingatkan, mendesak, menganjurkan dapat dilakukan secara tidak langsung dengan melakukan tindak ilokusioner yang lainnya seperti pemberitahuan, pernyataan.

"
1990
S14019
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akhmad Saifudin
"Tesis ini membahas tindak tutur terima kasih dalam hubungannya dengan kesopanan dan faktor sosial budaya masyarakat Jepang. Tujuan penelitian ini adalah membuat identifikasi, klasifikasi, dan memberikan faktor sosial budaya dan kesopanan berbahasa dalam tindak tutur terima kasih. Penelitian ini menggunakan sumber data berupa skenario drama televisi berjudul beautiful life karya Kitagawa Erika. Dengan menggunakan paradigma kualitatif permasalahan tindak tutur terima kasih dibahas melalui kajian pragmatik dengan tujuan untuk mengungkapkan faktor-faktor sosial budaya yang melatarbelakangi pengungkapan tindak tutur terima kasih. Untuk dapat mengungkapkan faktor-faktor tersebut digunakan konsep sosiologi Nakane Chie, konsep perilaku budaya Takla Sugiyama Lebra, dan konsep kesopanan Ide Sachiko dan Okamoto Shigeko.
Hasil penelitian yang berupa analisis deskriptif menyimpulkan bahwa tindak tutur terima kasih adalah tindak tutur penutur yang ditujukan sebagai konsekuensi atas manfaat atau kebaikan yang ia peroleh dan sebagai bentuk penghargaan, empati, atau rasa hutang budi kepada petutur, di samping sebagai ekspresi rasa syukur dan rasa senang di pihak penutur. Pengungkapan tindak tutur terima kasih sangat bergantung pada faktor situasi tuturan. Faktor lain yang berpengaruh adalah faktor peserta tutur dan struktur objek terima kasih. Faktor situasi dan peserta tutur berpengaruh pada ragam kesopanan dan faktor struktur objek terima kasih berpengaruh pada pilihan jenis tindak tutur terima kasih. Adapun aspek-aspek sosial budaya Jepang yang dominan berpengaruh pada situasi tuturan adalah pembedaan uchi/soto-mono dan pembedaan jouge-kankei (hubungan tinggi rendah status sosial)."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T15217
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Holland, Vyvyan
New York: Thames & Hudson, 1988
828.809 HOL o
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
London : Collins, 1948
828.809 WOR
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Wilde, Oscar
London: Collins, 1954
820.8 WIL w
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>