Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 224546 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Banu Susanto
"ABSTRAK
Studi yang dilakukan dalam rangka penyusunan tesis ini mengkaji tentang kerjasama dari para peneliti di Lembaga Pemerintah Non-departemen bidang Riset dan Teknologi di bawah Menteri Negara Riset dan Teknologi dalam melakukan kegiatan penelitian. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kolaborasi dilakukan oleh para peneliti di Lembaga Pemerintah Non-departemen bidang Riset dan Teknologi; apakah tingkat kolaborasi dari beberapa lembaga yang ada besamya sama?; dan apakah tingkat kolaborasi untuk semua bidang kajian dalam penelitian yang dilakukan besarnya sama?
Subyek dari penelitian ini adalah "Abstrak hasil penelitian LPND Ristek 1991-1992", buku 1 sampai buku 3; dan "Abstracts of science and technology in Indonesia 1989-1992"; yang diterbitkan oleh Staf Perencanaan Umum Menteri Negara Riset dan Teknologi, yang merupakan kumpulan abstrak hasil penelitian yang dilakukan oleh para peneliti di Lembaga Pemerintah Non-departemen Riset dan Teknologi.
Data diambil secara keseluruhan dengan beberapa batasan, antara lain bahwa hasil penelitiannya bersifat nasional. Dari data yang ada dikelompokkan dalam dua bagian, yaitu berdasarkan lembaga dan bidang kajian. Untuk lembaga terbagai dalam empat lembaga, yaitu Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia; Badan Tenaga Atom Nasional; Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional; dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Sedang bidang kajian yang ada adalah bidang Kebutuhan Dasar Manusia; Sumber daya Alam dan Energi; Industrialisasi; Pertahanan dan Keamanan; dan Sosial, Ekonomi, Budaya, Falsafah, Hukum dan Perundang-undangan. Secara keseluruhan data terkumpul berdasarkan lembaga sebanyak 836 hasil penelitian dengan 859 orang peneliti; sedang berdasarkan bidang kajian sebanyak 957 hasil peneliti dengan 984 orang peneliti.
Analisis data dilakukan dengan menggunakan kajian bibliometrika, antara lain untuk menentukan tingkat kolaborasi menggunakan rumus yang dikembangkan oleh L. Egghe (1991), kemudian untuk menguji kesamaan nilai dari tingkat kolaborasi yang dihasilkan digunakan uji statistik non-parametrik dengan uji Kruskal-Wallis. Sedang analisis data untuk mengetahui pengaruh kolaborasi dengan produktivitasnya dilakukan dengan aplikasi komunikasi graf.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kolaborasi yang terjadi berdasarkan lembaga dan bidang kajian nilainya sangat keciil jauh dibawah 0,5; sedangkan prosentase karya kolaborasi sekitar 50%. Uji hipotesis 1, yang berbunyi `tingkat kolaborasi semua lembaga pemerintah Non-departemen, untuk semua bidang kajian, besarnya sama', menghasilkan bahwa hipotesis 1 ditolak sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat lembaga yang berbeda tingkat kolaborasinya dengan lembaga lainnya. Uji hipotesis 2, yang berbunyi `tingkat kolaborasi untuk semua bidang kajian pada lembaga pemerintah Non-departemen bidang riset dan teknologi besarnya sama', menghasilkan hipotesis 2 diterima sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat kolaborasi untuk semua bidang kajian besarnya sama. Uji hipotesis 3 yang berbunyi `peneliti yang sering berkolaborasi merupakan peneliti yang lebih produktif dibandingkan dengan peneliti yang tidak sering berkolaborasi', dihasilkan bahwa hipotesis 3 berdasarkan lembaga dan bidang kajian ditolak. Dalam hal ini masih terdapat peneliti yang mempunyai produktivitas lebih tinggi merupakan bukan titik sintetis dibandingkan dengan peneliti yang mempunyai produktivitas lebih rendah merupakan titik sintetis.
Nilai tingkat kolaborasi baik untuk lembaga maupun bidang kajian sangat kecil, hal ini sangat dipengaruhi oleh banyaknya peneliti yang terlibat dari hasil penelitian yang ada, serta banyaknya hasil penelitian yang merupakan karya kolaborasi dilakukan oleh pasangan yang bervariasi.

This thesis evaluates the cooperations in their researches among the researchers in the Non-departmental Institution for Research and Technology under Minister of State for Research and Technology. The aim of this study is to discover how far the collaboration conducted by the researchers in the Non-departmental Institution for Research and Technology; how is the level of collaboration amongst the available institutions?; how is the level of collaboration for all field of researches performed by the researchers also about the same?.
The subject of this study is "Abstrak hasil peneIitian LPND Ristek 1991-1992", book 1-thru book 3; and "Abstracts of science and technology in Indonesia 1989-1997'; published by Staff Assistant of General Planning State Minister for Research and Technology, a compilation of research abstract produced by the researchers of the Non-departemental Institution for Research and Technology.
The data taken is restricted to the researches of national level. The available data were then divided in two groups; i.e. based on institutions and based on field of research. The institution based group then is divided again in four institutions i.e. Institution of Science of Indonesia, National Institution of Atom Energy, National Institution of Aviation and Space, and Institution of Technological Research and Implementation. The other group consists of Basic Human Needs; Natural Resources and Energy; Industrialization; Defense and Security; and Social, Economy, Culture, Philosophy, Law and Legislation. The institutions based data consist of 836 researches with 859 researchers, whill the data on field of researches consist 957 researches with 984 researchers.
Data analysis were conducted by using bibliometric system, among others to determine level of collaboration based on formula promoted by L. Egghe (1991), and value comparison of level of collaboration is tested by using with nonparametric statistic test with Kruskal-Wallis test, while the analysis to determine collaboration effect and productivity is performed with graph communication application.
The result of the research shows that the value of both level collaborations based on the institutions and field of researches are very low, far under 0.5; while percentage of products performed by collaboration is about 50%.
Hypothesis test I stated that "level of collaboration of all non-departmental institutions for all field of researches are equal", is rejected, which means that the level of collaboration amongst institutions are not equal. Hypothesis test 2 stated that the "level of collaboration for all field of researches in the Non-departmental Institution for Research and Technology are equal", is accepted, so it can be considered that level of collaboration for all field researches are about equal. Hypothesis test 3 stated that the "researchers who are usually collaborating are more productive than those who rarely collaborating', is not accepted. In these aspects, there are researchers who have higher productivity records but represent non-synthetic point compared to researchers with low productivity in synthetic point.
The value of collaboration levels, both among institutions and field of researches, are very low. Such condition is closely related to the fact that too many researchers were involved in the available researches and too many collaborated researches were performed by pairs in variety.
"
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ichsan Malik
"Variasi individu-individu anggota kelompok kerja serta interaksi individu di dalam kelompok diyakini merupakan faktor yang mempengaruhi produktifitas kelompok. Studi ini berupaya untuk melakukan identifikasi dan mendeskripsikan tentang pengaruh dari keanekaragaman atau neterogenitas. Keragaman atau nomogenitas anggota kelompok kerja serta keterikatan individu-individu untuk tetap berinteraksi di dalam kelompok atau kohesititas kelompok ternadap produktifitas kelompok.
Pada studi ini, 30 orang aktifis Lembaga Swadaya Masyarakat yang berasal dari 8 organisasi yang bergerak dalam kegiatan penanggulangan masalan remaja dan pengembangan masyarakat di Bandung, Jawa Barat digunakan sebagai subyek. Mereka merupakan pengurus inti dari organisasi dan telah 1 tahun atau lebih, aktif mengembangkan program di organisasi.
Studi dilakukan dengan metoda eksperimen lapangan. Data dianaiisa dengan menggunakan analisa statistik non parametik. Hasil anaiisis varian ranking satu arah menunjukkan, bahwa keanekaragaman anggota kelompok kerja Serta keterikatan individu-individu untuk tetap berinteraksi di dalam kelompok berpengaruh secara signifikan terhadap produktiritas kelompok kerja.
Hasil analisis ranking bertanda untuk data berpasangan mendapatkan, bahwa kelompok kerja heterogen kohesif secara signifikan lebih produktif dibandingkan kelompok kerja homogen yang kohesit. Hasil ini menunjukkan bahwa kelompok kerja yang keanggotaannya beraneka ragam, anggota kelompoknya berasal dari beberapa organisasi, Serta merasa terikat untuk tetap berinteraksi guna mencapai tujuan kelompok, akan jauh lebih produktif dibandingkan kelompok kerja yang anggota kelompoknya berasal dari satu organisasi.
Ada satu hal yang menarik sebagai hasil dari penelitian ini yaitu faktor kohesifitas kelompok ternyata tidak berpengaruh terhadap produktiiitas yang anggota-anggota kelompoknya berasal dari satu organisasi.Namun Studi ini masih perlu lebin dipertajam dan diperluas, dimana kelompok kerja yang diteliti diperbanyak dan di bandingkan kelompok kerja yang misi dan programnya juga berbeda-beda."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emiral Ghifari Risnadi
"Artikel ini membahas terkait pembinaan pemain muda sepak bola nasional dalam program binatama pada tahun 1979-1981. Terdapat permasalahan dalam sepak bola Indonesia tahun 1970-an, seperti pemain tim nasional yang sudah memasuki era pensiun dan kebutuhan pelatih yang berkualitas. DR. B. Edward Rahantoknam menyampaikan bahwa kualitas, kuantitas dan akreditasi pelatih nasional belum memadai sedangkan kebutuhan pemain berkualitas terus dibutuhkan. Permasalahan tersebut mengakibatkan prestasi sepak bola nasional terus menurun. Maka dari itu, PSSI melakukan terobosan dalam program pembinaan binatama dengan mengirimkan 24 pemain ke Brazil untuk mengadaptasi sistem sepak bola modern ala Amerika Latin. Melalui binatama, diharapkan kebutuhan pemain dan pelatih berkualitas yang diiringi dengan konsep pelatihan modern dapat terpenuhi dan diimplementasikan dalam pembinaan sepak bola Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian yaitu metode sejarah dengan tahapan heuristik, kritik, intepretasi, dan historiografi dengan pendekatan deskriptif analitis. Binatama berdampak pada pengembangan individu pemain meskipun dalam pelaksanaannya diwarnai dengan serangkaian permasalahan internal dan eksternal.

This article discuss about developing young players of national football team in Binatama program in 1979-1981. There were in Indonesian football in the 1970s, such as national team players entered in retirement times and needed for quality coaches. DR. B. Edward Rahantokam said that quality, quantity, and accreditation of national football team coach is insufficient, however needs of quality player keeps required. These problems have impact on declined in Indonesian football performance. So therefore, PSSI is doing breakthrough by sending 24 players to Brazil for adapting Latin American modern football. Through Binatama, It is hoped that the needs of quality players and coaches accompanied by modern training concepts can be fulfilled and implemented in the development of Indonesian football. The method used in this research is historical method which is Heuristik, critics, interpretation, and historiography with analytics descriptive approach. Binatama development is impacting individual development despite being filled with many internal and external problems."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Maharani Puspasari
"Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan feedback environment para anggota tim yang nantinya diharapkan akan dapat meningkatkan kualitas team member exchange sehingga nantinya diharapkan kerjasama antar anggota dalam tim meningkat. Berdasarkan data awal yang diperoleh, diketahui bahwa kerjasama tim pada PT.X masih perlu untuk ditingkatkan. Salah satu hal yang dapat menyebabkannya adalah feedback environment yang belum mendukung terjadinya pertukaran umpan balik antar anggota tim, sehingga dapat menyebabkan kualitas hubungan antar anggota tim menjadi kurang baik, hal ini dapat mengarah kepada kinerja tim yang kurang optimal. Untuk mengetahui apakah asumsi peneliti benar, dilakukan penelitian untuk melihat korelasi antara feedback environment dengan kualitas team member exchange.
Hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara feedback environment dan kualitas team member exchange. Berdasarkan hal tersebut, peneliti berusaha untuk meningkatkan feedback environment melalui pemberian pelatihan team building. Untuk mengetahui efek dari pelatihan team building ini, peneliti membandingkan skor alat ukur feedback environment (Steelman, Levy & Snell, 2004) dan kualitas team member exchange (Seers, Petty & Cashman, 1995) antara sebelum dan setelah pelatihan team building. Hasil menunjukkan bahwa pelatihan team building yang diberikan belum berhasil untuk meningkatkan feedback environment dan kualitas team member exchange.

This research is aimed to improve feedback environment poses by team member. By improving feedback environment, researcher assume there will be improvement on team member exchange quality, so team performance will improve also. Based on initial data, result showed that at PT.X, the teamwork still need to improve. One of the reason is the feedback environment poses by team member didn't support feedback exchange between team members, thus it can cause poor team member exchange quality which affect poor team performance. To determine whether the assumption is true, researcher correlates the feedback environment and team member exchange quality.
Result showed that there is a significant and positive correlation between feedback environment and team member exchange quality. Therefore, the researcher improves the feedback environment by giving team building training for PT.X employees. To determine the effect of the training, researcher compare the feedback environment (Steelman, Levy & Snell, 2004) and team member exchange (Seers, Petty & Cashman, 1995) inventory score of before and after the training. Result showed that the training haven't improve whether the feedback environment nor team member exchange quality.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
T31841
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Shabrina Izazi Anwar
"Karya tulis ini meneliti bagaimana budaya dapat mempengaruhi manusia dalam memiliki preferensi tertentu untuk bekerja dalam tim. Untuk lebih spesifik, apakah kolektivisme kelompok anggota dalam memiliki efek pada preferensi untuk kerjasama tim dengan kelompok anggota luar. Salah satu sifat kepribadian, yaitu keterbukaan pikiran, dianggap dapat memoderasi hubungan ini. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan mahasiswa internasional dari University of Groningen dan Universitas Indonesia sebagai sampel. Setelah analisis dijalankan, terungkap bahwa budaya dan sifat kepribadian tidak berpengaruh terhadap preferensi untuk memilih anggota tim. Dengan demikian, hasil penelitian ini dapat memberi implikasi untuk praktek manajerial, salah satunya adalah manajer harus melihat lebih jauh dari factor budaya dan kepribadian dalam mengelola tim multikultural.

This research examined how culture might affect people in having certain preference for teamwork. To be specific, whether collectivism in in groups members has an effect on the preference for teamwork with out groups members. A personality trait, which is open mindedness, is considered to moderate this relationship. The study was conducted using international university students of University of Groningen and University of Indonesia as samples. After the analysis was run, it is disclosed that culture and personality trait does not matter in selecting teamwork members. Thus, this has implications for managerial purpose, one of them being managers should look further from cultural and personality factors in managing multicultural teams.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
S68169
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Guntur Sulis Dwi Cahyo
"Due to an increase in market competition, companies in various industries are expected to be responsive to their dynamic environment. The service industry is no exception. This paper aims to identify the effective internal factors of a cross-functional team in technological-based service company: NSIAPay in order to keep the value among employees while facing a fast-changing business world. A case study from technological-based service company helps to characterize several factors that influenced the effectiveness of the cross-functional team through shared leadership, cohesion and internal team environment with its antecedent factors. This research used Structured Equation Modelling and only carried out in financial technology company, NSIAPay. Through this research, it shows the influence of internal team environment, cohesion and Shared Leadership towards cross-functional team effectiveness. The higher the level of internal team environment and partially mediated by Cohesion will give positive influence towards Cross-Functional team effectiveness. The relationship between internal team environment mediated by shared leadership does not have a positive influence towards cross-functional team effectiveness.

Karena meningkatnya persaingan pasar, perusahaan di berbagai industri diharapkan responsif terhadap lingkungan dinamis mereka. Industri jasa tidak terkecuali. Makalah ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor internal yang efektif dari tim lintasfungsional di perusahaan layanan berbasis teknologi: NSIAPay untuk menjaga nilai di antara karyawan saat menghadapi dunia bisnis yang cepat berubah. Sebuah studi kasus dari perusahaan jasa berbasis teknologi membantu untuk mengkarakterisasi beberapa faktor yang memengaruhi efektivitas tim lintas fungsi melalui kepemimpinan bersama, kohesi, dan lingkungan tim internal dengan faktor pendahulunya. Penelitian ini menggunakan Structured Equation Modeling dan hanya dilakukan di perusahaan teknologi keuangan, NSIAPay. Melalui penelitian ini, ini menunjukkan pengaruh lingkungan tim internal, kohesi dan Kepemimpinan Bersama terhadap efektivitas tim lintas fungsional. Semakin tinggi tingkat lingkungan tim internal dan sebagian dimediasi oleh Kohesi akan memberikan pengaruh positif terhadap efektivitas tim CrossFungsional. Hubungan antara lingkungan tim internal yang dimediasi oleh kepemimpinan bersama tidak memiliki pengaruh positif terhadap efektivitas tim lintas fungsional.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T53555
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sancka Stella Ganiasnda Sihura
"Perencanaan Pemulangan Pasien (P3) menjadi salah satu standar yang harus dipenuhi dalam standar nasional akreditasi rumah sakit. Namun, pelaksanaan dan pendokumentasian P3 belum optimal. Perlu adanya peningkatan pengetahuan terkait P3, yang salah satunya didapat dari aktivitas belajar mandiri dalam dunia kerja (workplace learning). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan kesiapan penerapan self-directed learning dengan pengetahuan perawat pelaksana dalam P3 di RSUP Fatmawati Jakarta.
Desain penelitian menggunakan deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional pada 110 perawat yang dipilih dengan purposive sampling. Alat ukur menggunakan Self Directed Learning Readiness Scale (SDLRS) untuk mengukur kesiapan penerapan SDL, dan Kuesioner Pengetahuan Perawat Pelaksana dalam P3.
Hasil uji statistik menyatakan bahwa kesiapan penerapan SDL dengan pengetahuan perawat dalam P3 memiliki hubungan yang signifikan (p value 0.005). Perawat pelaksana yang mempunyai kesiapan SDL yang negatif berpeluang untuk berpengetahuan baik sebesar 6 kali dibandingkan dengan perawat yang memiliki kesiapan pembelajaran mandiri yang positif (95% CI OR 1.780;19,275). Besaran koefisien determinan diketahui bahwa kesiapan penerapan SDL berpengaruh sebesar 13.3% terhadap pengetahuan perawat pelaksana dalam P3, dan sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
Rekomendasi diberikan agar manajer keperawatan meyakini seorang perawat sebagai long-life learner, meningkatkan peran dan fungsi manajemen, serta menciptakan lingkungan, budaya dan iklim organisasi untuk melakukan pembelajaran mandiri di dalam dunia kerja.

Discharge Planning is one of the standard that must be found in hospital accreditation. However, the implementation and documentation of discharge planning is not optimal. There needs to be an increase in knowledge related to discharge planning, one of which is obtained from self-learning activities in the workplace (workplace learning). This study aims to identify the relationship of self-directed learning readiness with the knowledge of discharge planning at Fatmawati Hospital, Jakarta.
The study design used descriptive correlation with cross sectional approach on 110 nurses selected by purposive sampling. Instrument uses the Self Directed Learning Readiness Scale (SDLRS) and the Implementing Nurse Knowledge Questionnaire in discharge planning.
The results of the statistical test stated that the readiness to implement SDL with nurses knowledge in discharge planning had a significant relationship (p value 0.005). Implementing nurses who have negative SDLRS readiness have the opportunity to have good knowledge 6 times compared to nurses who have positive SDLRS (95% CI OR 1,780; 19,275). SDLRS has an effect of 13.3% on the knowledge of nurse implementers in discharge planning, and the remainder is influenced by other factors.
Recommendations are given so that nursing managers believe in a nurse as a long-life learner, enhance the role and function of management, and create an organizational environment, culture and climate to conduct independent learning in the world of work.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
T54392
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nazaruddin
"Pelaksanaan kegiatan TRIAS UKS yang meliputi Pendidikan Kesehatan, Pelayanan Kesehatan dan Lingkungan sekolah sehat di sekolah yang dibina oleh Tim Pembina UKS secara berjenjang mulai dari TP UKS Kecamatan, TP UKS Kabupaten/Kota, TP UKS Propinsi dan TP UKS Pusat, merupakan kegiatan lintas program dan lintas sektor yang harus dikoordinasikan secara baik.
Pada kenyataannya TP UKS Propinsi Sumatera Barat terdapat masalah dalam melaksanakan koordinasi TP UKS. Untuk itu penulis ingin mengetahui gambaran pelaksanaan koordinasi TP UKS Propinsi Sumatera Barat dalam pembinaan dan pengembangan program UKS tahun 2000.
Penelitian ini merupakan studi kasus dengan menggunakan pendekatan kualitatif, Data diperoleh melalui penelusuran data yang terdokumentasi, observasi dan wawancara mendalam terhadap 13 informan TP UKS dan Sekretariat TP UKS Propinsi Sumatera Barat. Informan ini adalah orang-orang yang masuk namanya dalam 5K No.441.5-119-1999 tentang Tim Pembina UKS Propinsi dan memahami serta mengetahui TP UKS dan Sekretariat.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan koordinasi TP UKS Propinsi Sumatera Barat dalam pembinaan dan pengembangan program UKS belum efektif. Mengingat koordinasi antar sektor terkait dalam wadah TP UKS Propinsi belum mencapai hasil yang efektif, maka untuk memperoleh daya guna dan hasil guna kegiatan TP UKS Propinsi yang maksimal, disarankan untuk dapat melakukan penyempurnaan SK TP UKS dan Sekretariat serta mengajak para ketua untuk selalu ikut berpartisipasi aktif dalam semua kegiatan TP UKS Propinsi, karena disadari bahwa peran ketua merupakan salah satu kunci keberhasilan koordinasi. Dalam rangka otonomi daerah, tentu diperlukan tenaga profesional dari masing-masing instansi terkait untuk duduk di TP UKS Sekretariat.

Analysis Coordination of Health School Advisory Team Province in Health School Guidance and Improvement, West Sumatera Province, 2000School Health Program activities consist of health education, health services and healthy school environment. Hierarchical advisory teams supervise implementation of these activities according to level of administration, i.e. central, province, district and subdistrict. As an integrated activity, School Health Program needs a close of both inter-programs and inter-sectors coordination.
Implementation of School Health Program in West Sumatera province shows provincial advisory team's lack of coordination. The researcher intends to explore thoroughly coordination aspects of the School Health Program in West Sumatera province during the year 2000.
Design of this research is a case study by using qualitative approach. Data was collected from several sources such as documented reports, observations and in-depth interviews to thirteen informants who were member of advisory team and/or secretariate of the School Health Program of West Sumatera Province. Those informants are listed in governor decree as stated in SK. No. 441.5-119-1999 with regard to Advisory Team of the School Health Program of West Sumatera Province. They know very well the program activities as well team's performance.
This study reveals an ineffectiveness of implementation and development of the School Program in West Sumatera Province. Lack of inter-sectors coordination within West Sumatera Province School Health Program advisory team has been the major cause of this less optimum program effectiveness. To overcome the problem, it is recommended to revise the governor decree and to update the advisory team member. In addition, it is very important to motivate better involvement of the school head in the program. The school head play a major role in program success. Tn the day of a greater local autonomy, the School Health Program demands a lot of professionals staff of many relevant disciplines to organize Secretariate of West Sumatera Province School Health Program Advisory Team."
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T5095
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adrian Hanif Widodo
"Komposisi dari Top Management Team (TMT) merupakan salah satu pendorong kinerja perusahaan. Salah satu aspek kunci dalam komposisi TMT adalah pendidikan. Pendidikan dalam TMT merupakan pendorong kinerja perusahaan karena itu mendorong inovasi perusahaan dan merupakan bakat TMT untuk mengatasi tantangan yang dihadapi oleh perusahaan .Keragaman pendidikan dapat membantu kinerja perusahaan karena memberikan pemahaman yang luas untuk situasi yang kompleks. Sedikit penelitian telah dilakukan dalam memahami hubungan antara keragaman pendidikan dan kinerja perusahaan. Saya merancang hipotesis saya berdasarkan penelitian sebelumnya, dengan teori Upper Echelon sebagai landasan saya. Untuk lebih memperjelas hasil, saya memilih masa jabatan CEO sebagai variabel moderator. Untuk menjawab pertanyaan penelitian, saya merancang data set dengan Tingkat Pengembalian Aset dan komposisi TMT tahun 2017 dari 96 perusahaan Indonesia yang terdaftar dalam indeks komposit Kompas100 dan menganalisis data dengan regresi linier berganda. Walaupun hasilnya tidak dapat menunjukkan bahwa keragaman pendidikan TMT yang tinggi mengarah pada kinerja perusahaan yang lebih baik, ini berimplikasi bahwa pendidikan TMT dan masa jabatan CEO memiliki pengaruh terhadap kinerja perusahaan.

Top Management Team (TMT) composition is a driver in firm performance. One key aspect in TMT composition is education. Education in TMT is a driver in firm performance as it drives the firm`s innovation and is a resource for the TMTs to face the challenges of the firm. Education diversity can help the firm performance as it gives a wide array of understanding for complex situations. Little research has been conducted in understanding the relationship between education diversity and firm performance. I designed my hypothesis based on previous research, with Upper Echelon Theory as my foundation. To better explain the results, I chose CEO tenure as a moderating variable. To address the research question, I designed a dataset with the 2017 Return on Assets and the TMT composition of 96 Indonesian firms listed in the Kompas100 composite index and analyzed the data with multiple linear regression. While the result could not show that high TMT education diversity does lead towards a better firm performance, it has implications that TMT education and CEO Tenure does have an effect on firm performance. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Renitha S. Tarbin
"Perkembangan Komite Medik rumah sakit di Indonesia didasarkan kepada Keputusan Menteri Kesehatan No.983/Menkes/SK/XI/92 yang bertujuan untuk mempertahankan profesioanalisme tenaga medic dan mengembangkan mutu pelayanan rumah sakit di Indonesia. Konsep Komite Medik rumah sakit di Indonesia merupakan adopsi dari Medical Staff Organization rumah sakit di Amerika. Medical Staff Organization rumah sakit di Amerika adalah grup dokter yang berkaitan dengan struktur organisasi dan fungsi khusus organisasi, terbentuk dalam jalinan hubungan dokter dengan Governing Body. Komite Medik bertanggung lawab kepada Direktur rumah sakit dan mempunyai fungsi sebagai berikut : menyusun standar pelayanan dan memantau pelaksanaannya, membina etika profesi, mengatur kewenangan profesi anggota dan memantau pelaksanaannya, mengembangkan program pelayanan, mengembangkan program pendidikan dan latihan, mengembangkan penelitian dan pengembangan. Penelitian yang dilakukan di RSUD Serang untuk melakukan analisa terhadap fungsi Komite Medik melaiui pelaksanaan tugas Sub-Sub Komitenya. Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah pelaksanaan tugas di Sub Sub Komite yang belum optimal. Penelitian ini dibatasi kepada 3 Sub Komite yaitu Sub Komite Audit Maternal dan Perinatal, Sub Komite Rekam Medik serta Sub Komite Farmasi dan Terapi, atas dasar adanya data yang tersedia di ke 3 Sub Komite tersebut, yang dapat mendukung penelitian ini, karena kegiatan Audit Maternal dan Perinatal, Rekam Medik maupun Farmasi dan Terapi memang sudah ada sebelum dibentuknya Sub-Sub Komite tersebut, meskipun belum tertata dengan baik. Metode penelitiannya adalah studi kasus dengan pendekatan sistim dan bertujuan menghasilkan suatu analisa kualitatif deskriptif mengenai fungsi Komite Medik di RSUD Serang. Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor waktu merupakan kendala terbesar dalam pelaksanaan tugas, disusul faktor motivasi serta terakhir faktor biaya. Terhadap kendala-kendala tersebut dicarikan solusinya agar pelaksanaan operasional Komite Medik / Sub Komite dapat berjalan optimal."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1998
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>