Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 216490 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Amalia
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat apakah laba sebelum beban bunga dan pajak (EBIT), cashflow dan deviden dapat mempengaruhi harga saham. Penelitian dilakukan pada perusahaan-perusahaan go publik di BEJ dengan periode waktu penelitian tahun 1999-2003, dimana perusahaan tersebut harus mengeluarkan deviden tunai secara kontinyu dari tahun 1999-2003. Data diperoleh dari laporan keuangan yang sudah diaudit dari masing-masing perusahaan yang menjadi objek penelitian, JSX statistical annual report dan Indonesian Capital Market Directory.
Model regresi berganda yang digunakan memiliki 3 variabel bebas dan 1 variabel terikat. Teori dan penelitian-penelitian terdahulu juga dicantumkan untuk mendukung penelitian ini. Hasil penelilian ini mengindikasikan bahwa EBIT, Cashflow dan deviden mempunyai pengaruh terhadap harga saham, dimana pengaruh tersebut bisa negatif maupun positif.

The purpose of this research is to seeing factors that effect stock prices in the market. These factors include earnings before interests and tax (EBIT), cash flow dan dividend in indonesian market, represented by Jakarta Stock Exchange.
The proposed model is multivariate regression with one dependent variable and three independent variables. This research uses ordinary least square with the estimated model parameters which veryied by statistical test. The data used is taken from JSX Statistical Annual Report, Annual financing Report and Indonesian Capital Market Directory (ICMD) 2002 and 2004. Theories and earlier research to these factors are provided in order to give a sound background. This research indicates that EBIT cash flow dan dividend are affected to stock prices.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T17786
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joko Sukendro
"ABSTRAK
Perkembangan pasar modal yang semakin meningkat mendarang semakin pentingnya peranan informasi keuangan perusahaan-perusahaan yang telah go public di pasar modal. Informasi mengenai besarnya dividen dan besarnya earning merupakan salah satu informasi yang dapat diperoleh dari laporan keuangan perusahaan. Dari laporan keuangan tersebut para investor dapat menilai prospek perusahaan di waktu yang akan datang dan sangat berguna dalam rangka menginvestasikan dananya.
Investor yang menginvestasikan dana pada perusahaan yang mempunyai prospek yang baik akan memperoleh capital gain dalam bentuk perubahan harga yang positif dan dividen yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang relatif kurang menguntungkan.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui reaksi return saham disekitar waktu pengumuman dividen dan pengumuman earning dan bila pengumuman tersebut mempunyai kandungan informasi yang relevan maka akan terjadi reaksi harga saham. Apabila reaksi harga saham terjadi pada saat pengumuman dividen dan pengumuman earning dengan poly yang lama dari pengumuman tersebut, dan setelah pengumuman harga menyesuaikan kembali dan tidak berfluktuasi maka hal ini bisa mencerminkan kondisi pasar modal tersebut termasuk pasar modal yang efisien dalam bentuk setengah kuat
Penelitian yang berkaitan dengan pengumuman dividen dan pengumuman earning di Luar Negeri dilakukan oleh Pattel, JM dan MA Walfson (1984), Friend & Puckett (1964), Watts (1978) dan Aharony dan Swary (1980), yang hasil penelitiannya menunjukkan bahwa perubahan besarnya dividen dan pengumuman earning mempunyai pengaruh terhadap harga saham.
Berdasarkan analisis hasil penelitian dengan menggunakan analisis regresi terhadap variabel besarnya dividen dan besarnya perubahan retained earning terhadap harga saham menunjukkan hasil yang tidak signifikan. Kemudian dengan menggunakan uji beda terhadap rata-rata return saham dan rata rata abnormal return saham di sekitar pengumuman dividen dan pengumuman earning juga menunjukkan bahwa variabel pengumuman dividen dan pengumuman earning ternyata tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham, hal ini terlihat dari nilai rata - rata return harian maupun rata rata abnormal return sebelum, pada saat dan sesudah pengumuman dividen dan pengumuman earning naik, turun maupun tetap, meskipun mengalami perubahan tetapi tidak ada yang menunjukkan nilai yang signifikan. Dengan demikian berarti ada ketidak konsistenan mengenai kandungan informasi dari pengumuman dividen dan pengumuman earning naik, turun dan tetap, dan hal ini merupakan cermin mengenai kondisi pasar modal di Indonesia, khususnya Bursa Efek Jakarta ternyata belum elision dalam bentuk setengah kuat. Oleh karena itu kedua informasi ini tidak dapat sepenuhnya digunakan oleh investor untuk menilai prospek perusahaan di waktu yang akan datang dalam rangka menginvestasikan dananya dengan membeli saham di pasar modal. "
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Galih Satwiko
"Fokus penelitian yang dilakukan dalam tesis ini ialah untuk mempelajari bagaimana kebijakan dividen perusahaan-perusahaan yang listing di Bursa Efek Jakarta (BEJ) Indonesia. Kebijakan dividen yang ingin diteliti ialah: perbedaan besaran dividen antar sektor, strategi dividen yang dipilih, dan stabilitas dividen.
Perbedaan besaran dividen antar sektor dianalisis menggunakan teknik descriptive statistics (mean dan standard deviation), terhadap data dividend payout ratio 134 perusahaan yang menjadi sampel, selama periode 1992 -- 2002. Pengujian signifikansi perbedaan dividend payout ratio antar sektor dilakukan dengan uji Kruskal-Wallis, sementara uji signifikansi perbedaan dividend. payout ratio antar tahun dilakukan dengan Friedman Chi-Square. Hasil pengujian rnenunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dividend payout ratio baik antar sektor maupun antar tahun. Sektor yang secara rata-rata memiliki dividend payout ratio tertinggi ialah sektor Industri Barang Konsumsi yaitu sebesar 23,88% per tahun. Sementara sektor yang terendah ialah sektor Properti dan Real Estat, yaitu sebesar 11,51%.
Penelitian alas strategi dividen yang dipilih (berdasarkan perubahan labs tertentu), dilakukan dengan menggunakan metode multinomial logit. Data direorganisasi menjadi perubahan dividend per share dan perubahan earnings per share. Perubahan dividend per share dikelompokkan dalam 4 (empat) kelompok: naik, tetap, turun, dan tidak membayar dividen. Sementara perubahan labs (earnings per share) dikelompokkan dalam 3 (tiga) kategori: naik, turun, dan negatif. HasiI regresi multinomial logit menunjukkan bahwa jika earnings per share naik, kebijakan dividen yang paling banyak dipilih ialah meningkatkan dividend per share, diikuti dengan tidak membayar dividen. Jika earnings per share turun, kebijakan dividen yang paling banyak dipilih ialah menurunkan dividend per share, diikuti dengan tidak membayar dividen. Selanjutnya, jika earnings per share negatif, kebijakan dividen yang paling banyak dipilih ialah tidak membayar dividen, diikuti dengan meningkatkan dividen per share.
Kebijakan dividen dalam hal stabilitas dividen, dilakukan dengan menerapkan model Lintner. Stabilitas dividen diukur dan seberapa cepat tingkat penyesuaian terhadap target dividend payout ratio (sesuai model Lintner). Metode statistik yang digunakan ialah data panel. Hasil regresi dengan teknik data panel menunjukkan bahwa secara umum pooled data (OLS method) adalah model yang terbaik. Sektor yang menganut kebijakan dividen paling stabil (relatif terhadap sektor lain) ialah sektor Perdagangan, Jasa, dan Investasi. Sementara sektor yang menganut kebijakan dividen paling tidak stabil ialah sektor Aneka industri. Secara keseluruhan, tingkat stabilitas dividen perusahaan-perusahaan yang listing di BEJ sebesar 0,7814. Tingkat stabilitas dividen setinggi itu menunjukkan bahwa secara rata-rata, perusahaan-perusahaan yang listing di BEJ menganut kebijakan dividen yang tidak stabiI. Hasil ini konsisten dengan hasil penelitian di negara lain yang secara umum menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan di negara berkembang cenderung menganut kebijakan dividen yang tidak stabil.

Focus of the research conducted in this thesis is to study the dividend policy of listed companies in Jakarta Stock Exchange (JSX). Dividend policy will be examined in lights of its magnitudes, strategy and stability.
Difference in magnitudes of dividend payment between sectors will be analyzed using descriptive statistics (mean and standard deviation). Significance test of the difference between sectors will be conducted using Kruskal-Wallis test, while the difference between years will be tested using Friedman Chi-Square. The result shows that, of all 134 companies being sampled during 1992 - 2002, there is significant differences of dividend payment between sectors and between years. Sector that on average gave the highest dividend payout ratio is Consumption Goods (23,88%), while that of the Iowest is Property and Real Estate (11,51N).
Research to study which dividend strategy will be chosen upon changes in earnings, is conducted using multinomial logistic model. Available dividend per share and earnings per share data will be reorganized to become changes in dividend per share and changes in earnings per share. Changes in dividend per share will be divided into 4 groups: increase, no change, decrease, and omitting dividend, while changes in earnings per share will be divided into 3 groups: increase, decrease and negative. The result shows that when there is an increase in earnings per share, the most selected dividend policy is to increase dividend per share followed by omitting dividend. When there is a decrease in earnings per share, the most selected dividend policy is to decrease dividend per share followed by omitting dividend. And if there is a negative earnings per share (loss), most companies will choose omitting dividend, followed by increasing dividend per share.
Dividend stability will be examined using panel data applied to Lintner Model (1956). According to Lintner Model, dividend stability is measured from adjustment factor toward target dividend payout ratio. Panel data regression and testing shows that of all 3 models in panel data (pooled, fixed effect, and random effect), pooled data is the best model to represent the result. Sector that follows the most stable dividend policy is Trade, Service and Investment sector. On the other hand, sector that follows the most unstable dividend policy is Various Industry sector. Overall, the level of dividend stability in JSX turns out to be 0,7814. This number shows that on average, the companies listed in JSX follow unstable dividend policy. This result consistent with the result from previous researches conducted in other countries, that companies in underdeveloped countries generally follow unstable dividend policy.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T20241
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Rustam
"Dengan semakin berkembangnya pasar modal di Indonesia, maka semakin banyak penelitian-penelitian yang dilatation khususnya dari kalangan perguraan tinggi. Oleh karena itu dalam penelitian ini penulis mencoba untuk mengamati kebijakan dividen melalui hubungan antara rasio-rasio finansial yang secara rutin dipublikasikan terhadap perubahan dividen yang terjadi pada perusahaan-perusahaan gopublic di Bursa Efek Jakarta. Pengamatan dilakukan dari tahun 1992 sampai dengan 1996, Rasio-rasio financial yang digunakan adalah yang dianggap relevan dan terdiri atas beberapa rasio antara lain adalah dividend per share, net profit margin, earrings per share, return on equity, return on investment, retention ratio, debt to equity, current ratio, dan total assets.
Dari hasil pengujian dengan menggunakan model regress linier berganda menunjukkan bahwa faktor yang paling signifikan dan konsisten adalah variabel earnings per share. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan dividen dari peruiahaan-perusahaan yang go public di Bursa Efek Jakarta sangat dipengaruhi oleh laba bersih yang diperoleh, sedangkan faktor-faldor yang iainnya masih bersifat temporer atau volatile; artinya dalam keadaan tertentu dapat mennpengaruhi kebijakan dividen, namun pada kesempatan yang lain dapat terjadi tidak signifikan.
Di samping itu faktor-faktor lingkungan eksternal walaupun tidak dilakukan pengujian tentunya juga sedikit banyak akan berpengaruh terhadap kebijakan divider. Hal tersebut mengakibatkan hasil pengujian dapat memberikan tanda atau arah yang tidak memenuhi harapan hipotesis, terutama pada variabel perubahan return on equity yang mempunyai hubungan yang negatif terhadap perubahan dividend per share."
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ang Manda Milliani.
"Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk memahami bagaimana pengaruh dari pengumuman deviden tehadap return, volume dan frekuensi perdagangan saham perusahaan. Penelitian dilakukan untuk tahun 2007 dengan menggunakan data pengumuman deviden saham-saham perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Periode observasi selama 21 hari yaitu 10 hari sebelum tanggal exdeviden hingga 10 hari setelah tanggal ex-deviden. Sampel penelitian terdiri dari 88 perusahaan dengan total observasi sebanyak 102 pengumuman deviden. Metode event study digunakan untuk mengetahui bagaimana dampak dari keputusan yang dibuat oleh investor pada sekitar periode observasi. Temuan menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan pengumuman deviden yang diproksikan dengan dividend per share terhadap return, volume dan frekuensi perdagangan saham di sekitar periode observasi. Didukung pula oleh hasil temuan tidak terdapat perbedaan average abnormal return, average abnormal volume, dan average frequency yang signifikan sebelum dan sesudah tanggal ex-deviden baik untuk pengumuman kenaikan deviden ataupun penurunan deviden. Namun hasil pengujian tambahan membuktikan bahwa pengumuman perubahan deviden menghasilkan nilai cumulative abnormal return, cumulative abnormal volume, dan cumulative frequency yang lebih rendah dibandingkan dengan pengumuman deviden tetap.

This research is aimed to examine the influence of dividend announcement on stock returns, trading volume, and also trading frequency. The analysis uses data from firms listed in Indonesia Stock Exchange who declare dividend announcement in the year 2007. Obs ervation period was 21 days, which is 10 days before ex-dividend date and 10 days after ex-dividend date. Sample consist of 88 firms with total observation 102 dividend announcement. An event study is used to determine the effect of the decision that was made by investors during observation period. The results show that there is no significant effect of dividend announcement to stock returns, trading volume, and trading frequency around observation period. The average of abnormal return, abnormal volume, and trading frequency before the ex-dividend date are not significantly different with those after ex-dividend date for both dividend increases announcement and dividend decreases announcement. The additional test results show that dividend change announcement create lower cumulative abnormal return, cumulative abnormal volume, and cumulative frequency than netral dividend announcement."
Depok: Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
T27220
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Artikel ini menganalisis pengaruh rasio keuangan terhadap kebijakan deviden dan merupakan hasil penelitian ini yang telah dilakukan terhadap perusahaan real estate dan properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penarikan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dan ditentukan 47 perusahaan sebagai sampel. Data yang digunakan adalah data tahun 2009 sampai dengan tahun 2011. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi lineier berganda. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa Return on investment, Debt to total assets, dan Earning per share berpengaruh signifikan terhadap divident payout ratio pada perusahaan real estate dan properti di Bursa Efek Indonesia. Total asset turnover ditemukan tidak berpengaruh terhadap dividend payout ratio. Implikasi dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan dividend payout ratio, perusahaan real estate dan property di Bursa Efek Indonesia hendaknya lebih memperhatikan return on investment, debt to total assets dan earning per share. Perusahaan real estate dan properti di Bursa Efek Indonesia agar lebih memperhatikan efisiensi dari pemakaian asetnya untuk memaksimalkan keuntungan perusahaan. "
JOMUT 10:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Djatmika Krisna Santoso
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pengumuman deviden tunai terhadap harga saham dan untuk mengukur pengaruh pengumuman deviden tunai terhadap harga saham (signifikan atau tidak. Metodologi penelitian dilakukan dengan; Mengumpulkan data sekunder dari BEJ dan sumber lain yang relevan dan kompeten; Menentukan populasi dan sampel tertentu dengan kriteria yang telah ditentukan; Menentukan variabel penelitian yang terdiri dari harga saham sampel, IHSG dan deviden tunai; Analisis data dilakukan dalam dua tahap, analisis grafis dan Pengujian statistik. Hasil penelitian tahap pertama memperlihatkan : pengumuman deviden dengan jumlah yang berbeda dari periode sebelumnya mempengaruhi harga pasar dengan segera; selanjutnya, besar kecilnya perubahan berhubungan positif dengan jelas tidaknya gerakan reaksi investor; kemudian, investor lebih tertarik kepada besarnyaperubahan di bandingkan dengan magnitude perubahan yang terakhir, pengumuman deviden dengan jumlah yang berbeda memberikan keuntungan di atas normal untuk kenaikan deviden dan kerugian di atas normal untuk penurunan deviden. Analisis Tahap Kedua yang dilakukan dengan uji statistik menunjukkan bahwa rata-rata daily abnormal return sesudah pengumuman deviden tidak berbeda secara signifikan dengan kata lain, perbedaan yang terjadi tidak signifikan. Jadi secara keseluruhan, penelitian ini tidak menunjukkan bahwa pengumuman deviden tunai dengan jumlah yang berbeda tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Dengan kata lain, penelitian ini memperlihatkan bahwa hipotesa pertanda tidak berlaku di Bursa Efek Jakarta untuk periode 1994. Meskipun bukti-bukti penelitian ini menunjukkan tidak berlakunya hipotesa pertanda, namun tidak tertutup kemungkinan untuk melakukan penelitian maupun analisa lebih lanjut mengenai subyek yang sama."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1996
S18871
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosalfa
"Belum lagi negara kita pulih dari krisis ekonomi, banyak mal dan pusat perbelanjaan muncul di Jakarta dan kota-kota besar lain di Indonesia sejak tahun 2000. Yang mengejutkan, meskipun secara umum masyarakat kita belum bangkit dari krisis, retailer yang mengisi pusat-pusat perbelanjaan tersebut ramai diminati masyarakat dan lnasih dapat meraup keuntungan yang tidak sedikit. Fenomena tersebut seolah-olah mengatakan kepada investor bahwa bisnis ritel tidak terlalu terpengaruh oleh krisis ekonomi dan semakin giatnya retailer berekspansi akan semakin baik prospek bagi investor yang menanamkan dananya (membeli saham) pada perusahaan-perusahaan yang bergerak di bisnis ritel ini.
Salah satu strategi yang digunakan investor yang menanamkan dananya pada saham adalah membeli saham pada saat harganya rendah dan menjualnya pada saat harganya tinggi (buy low sell high). Permasalahannya adalah bahwa seorang investor tidak akan benar-benar tahu apakah harga suatu saham sedang rendah atau tinggi. Investor hanya dapat membuat estimasi harga, antara lain, dengan Cara menghitung estimasi harga wajar (nilai intrinsik) saham kemudian membandingkannya dengan harga pasarnya. Dari hasiI perbandingan tersebut diketahui bila nilai intrinsik lebih besar daripada harga pasar berarti harga saham tersebut rendah (underpriced) dan bila nilai intrinsik lebih kecil daripada harga pasar berarti saham tersebut tinggi (overpriced).
Nilai saham suatu perusahaan tergantung dari kemampuan perusahaan tersebut dalam menghasilkan arus kas di masa mendatang. Salah satu arus kas yang diterima oleh investor adalah dividen. Oleh karena itu dividen digunakan dalam Model Diskon Dividen untuk menghitung nilai intrinsik saham. Jika dividen yang dibagikan kepada investor tidak tumbuh (zero growth dividend) maka nilai saham perusahaan akan sama dengan simple perpetuity dari dividen yaituVo = D1/k. Harga saham perusahaan merupakan jumlah dari nilai perusahaan tanpa pertumbuhan dan nilai kini (present value) dari arus kas yang dihasilkan perusahaan atau yang disebut Present Value of Growth Opportunity (PVGO). Dengan demikian:
PVGO = Harga saham per lembar - Nilai tanpa pertumbuhan per lembar
sehingga:
%Kesempatan pertumbuhan = {(Nilai pasar saham - Nilai tanpa pertumbuhan)/ Nilai pasar saham}x 100%
dimana PVGO dan persentase kesempatan pertumbuhan bisa positif dan bisa negatif. Yang menarik untuk kita ketahui adalah bagaimana pengaruh dan hubungan kesempatan pertumbuhan tersebut terhadap imbal basil saham. Dengan mengetahui pengaruh dan hubungannya, seorang investor dapat memutuskan apakah layak berinvestasi di saham ritel dengan memperhatikan kesempatan pertumbuhannya.
Dengan semakin terintegrasinya perekonomian dunia sebagai akibat globalisasi, maka perekonomian suatu negara tidak akan dapat terhindar dari pengaruh perubahan perekonomian negara lain. Selain banyaknya pilihan investasi antar negara, investor juga dihadapkan pada persoalan nilai tukar mata uang asing dan pengaruhnya terhadap investasi serta berbagai kebijakan ekonomi makro suatu negara.
Dampak krisis terhadap pasar saham adalah merosotnya harga saham dan hal tersebut menunjukkan meningkatnya risiko dan turunnya ekspektasi imbal hasil saham. Namun demikian, selain terdapat saham yang harganya turun, justru ada harga saham yang meningkat bersamaan dengan melemahnya Rupiah terhadap Dolar. Hal yang menarik untuk diteliti adalah faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja (imbal hasil) saham dalam situasi berubahnya nilai tukar dan beberapa indikator makro lainnya yaitu perubahan tingkat bunga, tingkat inflasi, dan perubahan imbal basil pasar selain kesempatan pertumbuhan.
Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan ritel yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada tanggal 31 Desember 2003. Data keuangan yang digunakan adalah: harga penutupan saham, indeks harga saham gabungan BEJ, divider, jumlah saham beredar, dan laba per saham. Sementara itu variabel makro yang digunakan adalah saku bunga SBI, tingkat inflasi, nilai tukar mata uang asing yang diwakili oleh dolar Amerika Serikat, dan imbal hasil pasar yang dicerminkan oleh IHSG. Semua data tersebut adalah data tahun 1999-2003.
Dengan melakukan regresi antara imbal hasil saham, kesempatan pertumbuhan dan variabel makro ekonomi yang terdiri dari: tingkat bunga SBI, tingkat inflasi, nilai tukar mata uang asing, dan imbal hasil pasar yang diwakiii dengan IHSG, maka akan diketahui korelasi dan hubungan antara variabel-variabel tersebut.
Berdasarkan hasil regresi diperoleh hasil bahwa:
Hubungan antara imbal hasil saham ritel dengan kesempatan pertumbuhan adalah lemah dan negatif. Kesempatan pertumbuhan juga tidak signifikan dalam menjelaskan imbal hasil saham ritel.
Hubungan antara imbal hasil saham dan variabel makro beragam, dengan inflasi: kuat dan negatif; dengan suku bunga SBI: kuat dan negatif; dengan IHSG sedang dan positif; dengan nilai tukar: sedang dan negatif. Secara bersama-sama, kesempatan pertumbuhan dan variabel makro merupakan variabel yang signifikan dalam menjelaskan imbal hasil saham ritel.
Berdasarkan hasil di atas, sebaiknya jika seorang investor ingin menanamkan dana pada saham ritel tidak hanya mempertirnbangkan kesempatan pertumbuhannya tetapi juga variabel makro."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T15611
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mira Octavia
"Menurut Kenneth Lahn dan Anil K. Makhija dalam tulisannya yang berjudul ?EVA & MVA as Performance Measures and Signals For Strategic Change?, pengukuran kinerja perusahaan berdasarkan nilai buku pada laporan keuangan seperti Return on Equity (ROE), tidak dapat mengukur penciptaan nilai perusahaan. Dengan kata lain, ROE tidak dapat menggambarkan penciptaan value bagi shareholders secara eksplisit. Kondisi ini yang menyebabkan kesulitan dalam mengambil kebijakan yang dapat memuaskan manajer maupun shareholders. Di satu sisi, manajer merasa tidak mendapat insentif yang sesuai dengan kinerjanya sehingga timbul kekecewaan yang dapat memicu moral hazard. Sedangkan di sisi lain, penilaian atau persepsi yang keliru dari shareholders terhadap kinerja perusahaan dapat mengakibatkan terganggunya laju kenaikan nilai saham perusahaan.
Pengukuran kinerja yang dipercaya mampu mengatasi hal tersebut adalah Economic Value Added (EVA). EVA dianggap mampu karena EVA dapat mengukur penciptaan nilai bagi kekayaan shareholders. Manajer akan dihargai sesuai dengan kemampuannya dalam menambah penciptaan value bagi shareholders sehingga memacu manajer dalam bertindak seolah-olah sebagai shareholders untuk selalu berusaha menambah penciptaan value perusahaan. Hal ini menguntungkan shareholders dengan memperoleh return yang terus meningkat.
Hal tersebut juga didukung adanya penelitian yang dilakukan Kenneth Lehn dan Anil K. Makhija (1996) bahwa EVA berkorelasi positif dengan tingkat pengembalian investasi dalam saham dengan korelasi yang lebih tinggi dibanding ROA (Return on Asset), ROE, dan ROS (Return on Sales) yang digunakan sebagai alat ukur kinerja perusahaan.
Pada tesis ini dipilih industri perbankan karena perbankan mempunyai peranan yang strategis dalam mendukung pembangunan dan pertumbuhan ekonomi nasional. Oleh karena itu, perbankan harus sehat agar dapat menjalankan fungsi dan peranannya sebagai bank seperti menghimpun dana (giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, serta tabungan); memberikan kredit, menerbitkan surat pengakuan utang; membeli; menjual atau menjamin surat-surat berharga, dan sebagainya.
Untuk mengetahui apakah, bank tersebut sehat atau tidak, maka bank wajib mengumumkan neraca dan perhitungan laba rugi. Pengumuman neraca dan perhitungan laba rugi merupakan cerminan dari kinerja bank pada periode waktu yang tertera dalam laporan tersebut sedangkan bagaimana pengukuran penciptaan value bagi shareholders masih merupakan masalah karena bank masih menggunakan pengukuran kinerja yang tradisional. Oleh karena itu, EVA diyakini mampu memberikan solusi terhadap permasalahan tersebut.
Sehubungan dengan hal tersebut, penelitian dalam thesis ini ingin menguji tiga hal. Pertama, apakah EVA perbankan yang telah go public berkorelasi dengan return sahamnya. Kedua, apakah terdapat pengaruh dari ROE terhadap return sahamnya. Ketiga, apakah benar pengaruh EVA lebih signifikan dibanding ROE terhadap return sahamnya. Penelitian mengambil sampel pada perbankan yang telah melakukan emisi dan terdaftar sebagai emiten secara berkelanjutan di Bursa Efek Jakarta selama 5 periode yaitu dari 1999 sampai dengan 2003. Data sekunder lainnya selain laporan keuangan yang telah diaudit adalah harga penutupan harian harga saham masing-masing perbankan dengan periode tahun yang sarna, Indeks Harga Saham Gabungan, suku bunga Sertifikat Bank Indonesia, dan country risk premium.
Berkenaan dengan hal pertama, pengujian dilakukan dengan tingkat keyakinan sebesar 95% dengan menggunakan analisis korelasi antara EVA dengan return sahamnya. Sedangkan pengujian untuk hal kedua dan ketiga adalah dengan menggunakan Multiple Linier Regression dan tingkat keyakinan sebesar 95%.
Setelah melakukan pengujian, maka didapat hasil sebagai berikut guna menjawab permasalahan dalam penelitian:
1. Sebanyak 2/5 dari 5 tahun penelitian membuktikan bahwa tidak ada korelasi antara EVA perbankan yang telah go public dengan return sahamnya. 3/5-nya membuktikan bahwa korelasi antara EVA perbankan yang telah go public dengan return sahamnya adalah negatif. Oleh karena itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat korelasi antara EVA perbankan yang telah go public dengan return sahamnya, dimana korelasi tersebut adalah negatif.
2. Sebanyak 3/5 dari 5 tahun penelitian membuktikan bahwa tidak ada pengaruh dari ROE terhadap return sahamnya. Sedangkan sisanya, yaitu 2/5 membuktikan bahwa terdapat pengaruh dari ROE terhadap return sahamnya. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh dari ROE terhadap return sahamnya.
3. Sebanyak 2/5 dari 5 tahun penelitian menunjukan bahwa EVA lebih signifikan dibanding ROE terhadap return sahamnya. Sedangkan masing-masing sisanya, yaitu 1/5-nya menunjukan bahwa EVA dan ROE tidak signifikan terhadap return sahamnya, ROE lebih signifikan dibanding EVA terhadap return sahamnya, dan EVA dan ROE sama-lama signifikan terhadap return sahamnya Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa EVA lebih signifikan dibanding ROE terhadap return sahamnya.
Hasil penelitian tersebut bukanlah sesuatu yang absolut, mengingat penelitian ini hanya menggunakan 11 bank sebagai sampel. Hal ini dikarenakan hanya terdapat 11 bank yang telah melakukan emisi dan terdaftar sebagai emiten berkelanjutan di BEJ selama 5 periode dari 1999-2003 sesuai dengan jangka waktu pengamatan. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperbanyak sampel penelitian dan jangka waktu penelitian yang lebih panjang. Alasannya, dengan mendapatkan sampel yang lebih banyak dan jangka waktu pengamatan yang lebih panjang akan menghasilkan kesimpulan yang lebih baik. Kesimpulan tersebut dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan yang lebih baik bagi pihakpihak yang berkompeten.
Selain itu, industri yang dipilih untuk penelitian selanjutnya tidak terbatas pada industri perbankan saja. Hal ini bertujuan untuk membuktikan apakah EVA akan berkorelasi positif dengan return saham dan masing-masing perusahaan yang telah go public yang berada dalam industri yang berbeda."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T15680
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Raksitrianawan
"ABSTRAK
Kecepatan reaksi harga saham terhadap suatu peristiwa menggambarkan tingkat efisiensi suatu pasar. Semakin efisien suatu pasar. maka semakin cepat pula informasi tersebut terefleksi dalam harga saham. Dalam konsep Efficient Market Hypothesis, suatu pasar dikatakan efisien jika harga saham secara cepat menggambarkan sepenuhnya seluruh informasi baru dan relevan yang tersedia (Fama, 1991 ).
Pada karya akhir ini akan dilakukan penelitian mengenai event study atas pengumuman dividen tunai untuk mengetahui respons pasar atau kecepatan pasar menangkap informasi tersebut yang kemudian merefleksikannya dalam pergerakan harga saham. Saham-saham yang digunakan dalam penelitian ini adalah saham-saham yang membagikan dividen tunai terus menerus secara konsisten baik itu yang
mengalami kenaikan, penurunan maupun yang bervariasi selama kurun waktu tahun 1999 sampai dengan tahun 2002. Dari proses pengumpulan data terdapat 31 emiten yang secara konsisten selalu membagikan dividen tunai sejak tahun 1999 sampai dengan tahun 2002.
Metodologi yang digunakan terdiri dari dua tahapan yaitu: tahapan time series dan tahapan event study. Pada tahapan time series digunakan untuk pembentukan model peramalan expected return sebagai dasar pengukuran abnorrnai return. Selanjutnya yang dilakukan adalah tahapan event study yang berguna untuk memperoleh informasi mengenai respons pasar terhadap event pengumuman dividen dan mengetahui keberadaan abnormal return selama periode penelitian.
Periode penelitian terbagi menjadi 2 periode, yaitu periode estimasi (estimation window) dan periode event (event window), dimana penulis menetapkan untuk masingmasing periode adalah 101 hari perdagangan yang mendahului periode event untuk periode estimasi dan 21 hari perdagangan untuk periode event, dimana 10 hari perdagangan mendahului hari event, dan 10 hari mengikuti hari event maka hal tersebut dianggap sebagai periode pre-event dan post event, sedangkan untuk hari event yaitu satu hari, t=0.
Hasil penelitian empiris event study agregat untuk 31 emiten yang secara konsisten terus menerus membagikan dividen selama periode tahun 1999 sampai tahun 2002 adalah sebagai berikut: selama periode pre-event (sepuluh hari sebelum hari event), menunjukkan bahwa AAR (Average Abnormal Return) atau respons pasar positif dan signifikan; kemudian pada hari event (t=O) respons pasar negatif dan signifikan; dan selama periode post event (sepuluh hari setelah hari event) respons pasar berfluktuasi dengan kecenderungan negatif sampai akhir periode event. Nilai CAAR (Cumulative Average Abnormal Return) bergerak positif pada periode pre-event (sepuluh hari sebelurn hari event) dan kemudian bergerak negatif sampai akhir periode post event.
Hasil penelitian empiris event study untuk kelompok emiten yang dividennya naik terus menerus selama periode tahun 1999 sampai tahun 2002 adalah sebagai berikut: selama periode pre-event, respons pasar negatif dan signifikan; kemudian pada hari event (t=0) respons pasar negatif namun tidak signifikan; dan selanjutnya selama periode post event (sepuluh hari setelah hari event) respons pasar negatif dan signifikan. Sedangkan besaran nilai CAAR secara keseluruhan berada pada posisi negatif.
Hasil penelitian empiris event study untuk kelompok saham yang dividennya turun terus menerus selama tahun 1999 sampai dengan 2002 adalah sebagai berikut: selama periode pre-event respons pasar berfluktuasi antara negatif dan positif secara signifikan; dan kemudian pada hari event (t=O) respons pasar negatif dan signifikan; selanjutnya pada periode post event respons pasar kembali bergerak fluktuatif antara negatif dan positif secara signifikan. Namun secara keseluruhan besaran nilai CAAR bergerak negatif.
Hasil penelitian empiris event study menunjukkan adanya beberapa temuan. Pertama, secara agregat respons pasar negatif dan signifikan terhadap saham-saham yang mengumumkan dividen selama periode tahun 1999 sampai dengan tahun 2002. Kedua, untuk kelompok saham yang dividennya naik terus menerus, respons pasar negatif yaitu sama dengan respons pasar untuk kelompok yang dividennya turun terus menerus. Ketiga, besaran nilai CAAR (-0,149) untuk kelompok saham yang dividennya
naik terus menerus lebih besar jika dibandingkan dengan nilai CAAR (-0,057) untuk kelompok saham yang dividennya turun terus menerus. Kenyataan ini bertentangan dengan efficient market theory (Efficient market hypothesis-EMH).
"
2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>