Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 99617 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Heri Haryadi
"Volume harian transaksi valuta asing diseluruh penjuru dunia telah mencapai USD 1.5 trilliun dan sangat likuid. Volume perdagangan ini bahkan lebih besar dari GDP tahunan negara-negara maju. Hal ini menyisakan pertanyaan apakah suatu pasar dengan ukuran sebesar ini adalah sebuah pasar yang efisien.
Uncovered interest parity, yang dituturkan dari teori Fisher Effect, menyatakan bahwa selisih return dari investasi dalam mata uang domestik dengan return dalam mata yang asing akan sama besarnya dengan ekspektasi perubahan nilai tukar kedua mata uang tersebut.
Pada saat kondisi uncovered interest parity terpenuhi, seseorang tidak mungkin memperoleh laba yang bersifat spekulasi dengan melakukan carry trading yaitu mengambil posisi long untuk mata uang berbunga tinggi dan short untuk mata uang berbunga rendah, atau transaksi kebalikannya yang disebut reversal carry trading yaitu mengambil posisi long untuk mata uang berbunga rendah dan short untuk mata uang berbunga tinggi. Hal ini dikarenakan menurut teori uncovered interest parity perubahan kurs dua mata uang akan sama dengan perbedaan bunga kedua mata uang tersebut pada maturitas yang sama.
Metoda analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa statistik deskriptif dan analisa statistik inferensial. Pengujian laba spekulasi akan dilakukan dengan uji hipotesa selisih rata-rata dua populasi yang tidak bebas (atau berpasangan).
Beberapa penelitian sebelumnya menemukan selalu ada penyimpangan dari uncovered interest parity dan teori ini tidak selalu valid. Hal ini menciptakan peluang untuk melakukan transaksi yang bersifat spekulasi guna memperoleh laba.
Tesis ini menguji apakah mungkin untuk memperoleh laba yang bersifat spekulasi dalam pasar valuta asing melalui transaksi spekulasi yang bernama carry trading dan transaksi spekulasi kebalikannya yang bernama reversal carry trading. Untuk itu penulis melakukan pengujian validitas dari uncovered interest parity untuk beberapa kombinasi mata uang yang memiliki interest diferensial yang besar dan dalam maturitas satu bulan, yaitu antara IDR dengan tiga mata uang asing utama EUR, USD dan JPY.
Kesimpulan yang diperoleh adalah selama periode pengujian kondisi uncovered interest parity tidak terpenuhi untuk seluruh kombinasi mata uang yang diuji. Walau demikian pengujian apakah spekulasi melalui transaksi carry trading atau transaksi kebalikannya dapat menghasilkan laba menunjukan tidak cukup bukti untuk menyimpulkan transaksi tersebut secara rata-rata menghasilkan laba atau mengakibatkan kerugian.
Fluktuasi kurs yang ditunjukan dengan nilai standar deviasi perubahan kurs yang sangat besar menyebabkan pengujian tidak memberikan bukti yang menyatakan transaksi spekulasi tersebut akan menghasilkan laba walau pengujian uncovered interest parity menunjukan adanya peluang untuk melakukan spekulasi.
Namun, kesimpulan di atas tidak berarti spekulasi dalam pasar valuta asing harus dijauhi, peluang untuk meraih laba itu ada karena sudah terbukti bahwa kondisi uncovered interest parity tidak terpenuhi tetapi dalam pelaksanaannya memerlukan pemantauan yang kontinyu melalui kebijakan trading yang jelas, penguasaan tehnik dan pengalaman dalam forecasting kurs yang memadai dan tersedianya sistem informasi yang handal.

The foreign exchange market is a very large and liquid market in allover the world. Daily trading in foreign exchange amounts to USD 1.5 trillions which are larger than the annual GDP of several developed countries. The question remains if a market of this size and trading volume is in an efficient condition.
The uncovered interest parity, which is derived from Fisher Effect theory, states that any excess or shortage between return from investment in domestic currency and return from same investment in foreign currency will be exactly the same with the expectation of changes in exchange rate of domestic currency against the foreign currency over same period of maturity.
When the condition in uncovered interest parity is fulfilled, it would not be possible to obtain a speculative profit by engaging in a carry trading which is a speculative transaction by simultaneously having a long position in a high interest rate currency and a short position in a low interest rate currency, or a reverse position which is called reversal carry trading where one's is simultaneously having a long position in a low interest rate currency and a short position in a high interest rate currency. The uncovered interest parity theory has concluded that the change in exchange rate between two currencies will be exactly the same with their interest differential.
The analytical methods used in this thesis are analytical method through descriptive statistics and inferential statistics. The profit from speculation is tested through hypothesis testing mean differences of two interrelated populations.
Previous researches have shown that there are deviations from conditions stipulated under the uncovered interest parity theory since numerous tests has indicated that the theory does not always hold. This deviation would indicate that there are opportunities for making a speculative profit.
This thesis aims to test if it is possible to make a speculative profit in the foreign exchange market through so called carry trading or its reversal speculative transaction namely reversal carry trading. We test to what extent interest parity holds between several currencies with large interest differentials over one month maturity, the selected pairs of currencies are IDR with EUR, USD or JPY.
The conclusion is that during the tested period uncovered interest parity does not hold well for all selected pairs of currency. However, the results of the test on carry trading or its reversal transaction have also indicated that there is no sufficient evidence to support a conclusion that these speculative transactions would be in average generating profit or loss.
However, the above conclusion does not mean that a speculation in foreign exchange market should be avoided as we have seen the result of the test has indicated that the parity condition is not valid. This means that there is a possibility for making a profitable speculation. However, the speculation should be managed carefully through clear trading policies, sufficient knowledge and experience in exchange forecasting and reliable information system.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T17908
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sabar Warsini
"Penelitian ini merupakan studi tentang penilaian harga pasar saham dengan menggunakan pendekatan price earning ratio (PER). Model yang digunakan adalah model persamaan PER yang memperhatikan faktor-faktor fundamental yang disebut PER model ekonometrika. Penelitian dilakukan pada saham yang listed di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan mengambil sample 90 emiten atau sebesar 52 % dari jumlah emiten yang go public sampai dengan tahun 1993.
Tujuan yang ingin dicapai dalam studi ini adalah untuk melihat dan mengetahui apakah harga pasar saham di bursa telah menunjukkan harga yang wajar berdasarkan analisis PER serta untuk mengetahui bagaimana arah dan besarnya pengaruh faktor fundamental terhadap tinggi rendahnya PER.
Yang pertama--tama adalah dilakukan analisis terhadap laporan keuangan emiten, terutama laporan neraca dan laporan rugi-laba untuk mengetahui beberapa faktor fundamental seperti laba emiten beserta tingkat pertumbuhannya dari tahun ke tahun, besarnya earning per share dan porsi yang dibagikan sebagai dividen serta resiko yang menyertai perusahaan yang bersangkutan. Kemudian diadakan analisis regresi berganda dengan menggunakan PER rata-rata sebagai variabel terikat serta tiga variabel babas yaitu: tingkat pertumbuhan laba rata-rata, dividen payout ratio rata-rata serta standar penyimpangan pertumbuhan laba rata--rata. Variabel tingkat pertumbuhan laba dan dividen payout ratio dimaksudkan sebagai cermin dari prospek perusahaan, sedangkan standar penyimpangan pertumbuhan laba sebagai pengukur resiko perusahaan.
Hasil analisis mengungkapkan bahwa persamaan regresi linear berganda PER yang diperoleh adalah PER = 12,9609 + 8,8503g + 6,7264DP0 - 2,5581Q. Hal ini menyiratkan bahwa rata-rata PER di BEJ sebesar 12,9609 apabila tidak ada pertumbuhan laba, tidak ada pembayaran dividen serta tidak ada standar penyimpangan pertumbuhan laba. Uji t statistik terhadap koefisien regresi masing-masing variabel bebas menunjukkan bahwa hanya variabel DPO yang tidak signifikan dengan probabilitas kesalahan yang cukup rendah yaitu 28 %, sedangkan koefisien variabel g dan a sangat signifikan dengan probabilitas kesalahan mendekati 0. Namun demikian dari uji P statistik terungkap bahwa secara bersama-sama pengaruh ketiga variabel babas terhadap variabel terikat adalah sangat signifikan.
Hasil lain yang terungkap dari studi ini adalah persamaan regresi linear berganda PER tersebut telah memenuhi asumsi dasar klasik ordinary Least Square (OLS) sehingga model ini dapat dipergunakan dan estimator tidak akan bias, tetap konsisten serta efisien. Meskipun secara keseluruhan model hanyamampu menjelaskan 38,44 % (R2 adjusted). Setelah model diterapkan pada variabel bebas nyata pada tahun 1993 yaitu tingkat pertumbuhan laba riil , DPO rill dan a rill maka diperoleh PER calculated. Dengan membandingkan PER calculated dengan PER sesungguhnya pada tahun 1993 diperoleh hasil 5,5 % emiten mempunyai harga wajar, 24,4 % emiten telah overpriced dan sisanya 70,1 % emiten masih underpriced.
Kajian lain yang bisa diberikan berdasarkan hasil studi ini adalah bahwa kebijaksanaan pemerintah dalam hal ini Bapepam yang mengajurkan PER perdana tidak lebih dari angka 15 bukanlah merupakan kebijaksanaan yang sangat ketat, sehingga tidak menjadi alasan bagi calon emiten sebagai halangan untuk go public."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wawan Supriyanto
"Penelitian ini ditujukan untuk menguji hubungan dinamis antara arus modal asing, perubahan indeks harga saham dan pergerakan nilai tukar. Dengan tujuan ini, maka dilakukan serangkaian uji analisis dengan metode Vector Autoregression (VAR) menggunakan data time series harian untuk periode 1 Januari 2000 hingga 1 Desember 2005. Hasil uji menunjukkan bahwa ketiga variabel tidak stasioner pada level namun stasioner pada level satu (first difference). Meskipun mempunyai orde integrasi yang sama, dengan uji Johansen's Cointegration Test ternyata ketiga variabel tidak berkointegrasi. Dari uji Granger's Causality dinyatakan bahwa indeks harga saham menyebabkan arus modal asing dan nilai tukar. Hal ini didukung model VAR yang menyatakan bahwa indeks harga saham mempengaruhi arus modal asing dan nilai tukar.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa dalam jangka pendek, nilai tukar tidak hanya dipengaruhi oleh dinamika pergerakan masa lalunya tetapi juga dipengaruhi oleh indeks harga saham dan arus modal asing. Hal ini tidak berlaku sebaliknya, karena indeks harga saham ternyata hanya dipengaruhi oleh dinamika pergerakan indeks hari-hari sebelumnya. Sementara itu, arus modal asing, selain dipengaruhi oleh dinamika pergerakan masa lalunya juga dipengaruhi oleh dinamika pergerakan indeks harga saham sehari sebelumnya. Di sisi lain, arus modal asing mempengaruhi nilai tukar ini menandakan bahwa untuk periode penelitian ini, indeks harga saham dapat menjadi indikator awal bagi pergerakan nilai tukar dan arus modal asing.
Berdasarkan hasil penelitian ini, adanya gejolak mata uang harus disikapi dengan hati-hati oleh pemerintah. Kesalahan pengambilan kebijakan di bidang moneter justru tidak akan menarik modal asing masuk ke dalam perekonomian. Demikian pula dengan otoritas pasar modal, kesalahan dalam menyikapi pergerakan indeks harga saham akan berakibat pada gejolak nilai tukar. Oleh karena itu, pemerintah perlu menerapkan berbagai kebijakan agar gejolak nilai tukar tidak sampai menyebabkan krisis keuangan. Kebijakan-kebijakan yang dapat diterapkan, antara lain dengan Tobin tax, pemberlakuan minimum stay period bagi investasi asing, melakukan kerja sama internasional seperti kerja sama antar bank-bank sentral untuk reserve (SWAP), pendirian lembaga keuangan regional untuk lending of last resort bagi bank-bank sentral yang mengalami kesulitan likuiditas dan pemberlakuan aturan kehati-hatian (prudential regulation) untuk Banking, Non Banking Financial Institute dan dunia usaha.
Mengingat pentingnya model dinarnis dalam menjelaskan hubungan antara variabel-variabel yang pergerakannya dinamis, maka penelitian selanjutnya sangat mungkin untuk mengembangkan model ini menjadi model yang lebih komprehensif dengan memasukkan variabel-variabel lain yang memiliki karakteristik dinamis. Selain itu, perlu adanya pengelompokkan yang lebih spesifik atas saham baik pengelompokkan saham per sektor atau saham individual atau yang didasarkan pada saham dengan orientasi ekspor atau impor dan perlu juga mempertimbangkan market size , aktivitas short selling, dan tingkat efisiensi bursa."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T17083
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karyanto Wibowo
"ABSTRAK
Pembahasan tentang hukum pasar modal -atau yang lebih khusus lagi jual bell saham telah tuntas, setidaknya bagi MUI (Majelis Ulama Indonesia) dengan fatwa Dewan Syariah Nasional nomor 40IDSN-MUIIX12003 tentang Pasar Modal Dan Pedoman Umum Penerapan Syari'ah Di Bidang Pasar Modal. Setiap pasar modal mempunyai tingkat efisiensi sendiri-sendiri. dimana dikatakan pasar modal itu efisien apabila harga saham yang diperdagangkan didalamnya telah mengandung semua informasi yang relevan tentang saham tersebut.
Bursa Efek Jakarta, melalui beberapa penelitian masih berada pada tingkat efisiensi Iemah dan setengah kuat. Hal ini jika dikaji dalam hukum Islam tidak bisa dihukumi sebagai halal, karena tidak semua pelaku pasar modal mempunyai informasi yang sama baik itu segi isi informasi, kebenaran informasi maupun waktu sampainya informasi.
Disisi lain ada bagian dari perdagangan saham di Bursa Efek Jakarta yang mungkin lebih efisien dibanding dengan Bursa Efek Jakarta secara keseluruhan.

ABSTRAK
Solution about capital market law - or more special again share sales- have is complete, at least to WI with Council Moslem law National number religious advices 40IDSN-MUI/X12003 about Capital Market And Guidance Of Public Applying Of Syari'ah In Capital Market. Every capital market have own level efficiency, where told that efficient capital market if shares price which have contained all relevant information about the share.
Jakarta Stock Exchange, passing some research still in weak form and semi strong level efficiency. This matter if studied in Islamic law cannot punish as is halal, because all perpetrator of capital market have not same information of that goodness of facet fill information, truth of information and also timing that information.
Other side, there is part of commerce of share in Jakarta Stock Exchange which possible more efficient compared to with Jakarta Stock Exchange as a whole.
"
2007
T20519
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desyetti
"Dalam kegiatan di pasar modal, laporan keuangan perusahaan yang go publik merupakan salah satu informasi yang tersedia bagi investor dalam mengambil keputusan untuk membeli atau menjual saham perusahaan. Informasi mengenai laba akuntansi merupakan salah satu informasi yang dapat diperoleh dari laporan keuangan suatu perusahaan. Laba akuntansi yang sering digunakan oleh investor untuk menilai kinerja perusahaan adalah laba per lembar saham (earning per share).
Penelitian ini merupakan event study yang tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana reaksi harga saham dan volume perdagangan saham di sekitar waktu pengumuman laba akuntansi. Apabila pengumuman laba akuntansi mempunyai kandungan informasi yang relevan maka akan terjadi reaksi harga saham dan volume perdagangan saham disekitar waktu pengumuman. Dalam penelitian ini juga akan dilihat apakah ada hubungan yang positif antara besarnya laba tak terduga (unexpected EPS) dengan besarnya reaksi harga (abnormal return) dan antara perubahan harga saham dengan perubahan volume perdagangan. Penelitian terdahulu seperti yang dilakukan di luar negeri oleh Ball & Brown (1968), Beaver (1968), dan Dale Morse (1981), dan di dalam negeri oleh Affandi & Utama (1997), Husnan, Hanafi dan Wibowo (1995), menemukan bahwa disekitar pengumuman labs akuntansi terjadi perubahan harga saham dan volume perdagangan saham yang signifikan. Sedangkan penelitian oleh Linda Smith Bamber (1986&1987) serta Bamber & Atiase (1994), menemukan bahwa ada hubungan yang positif antara besarnya unexpected EPS dengan besarnya abnormal return dan antara perubahan harga dengan perubahan volume perdagangan.
Periode observasi dimulai tahun 1994 sampai tahun 1996 dengan mengambil sampel perusahaan go publik yang telah terdaftar di BEJ dan memenuhi beberapa kriteria yang telah ditetapkan. Laba akuntansi (EPS) dikelompokkan atas 2 yakni kelompok EPS naik dimana !aim aktual lebih besar dari !aim prediksi dan kelompok EPS turun dimana laba aktual lebih kecil dari laba prediksi. Laba prediksi diasumsikan sama dengan laba tahun sebelumnya. Ada 4 pendekatan yang digunakan untuk menentukan expected return yakni market model, aktual return, market adjusted return dan mean adjusted return serta 2 pendekatan untuk menentukan expected volume yakni pendekatan median dan pendekatan mean. Uji statistik yang digunakan selain uji parametrik juga menggunakan uji non parametrik.
Berdasarkan analisis hasil penelitian, dengan uji parametrik maupun non parametrik bahwa selama periode 1994-1996 dengan menggunakan empat pendekatan pengukuran abnormal return yang berbeda, pengumuman laba mengandung informasi yang relevan sehingga mempengaruhi harga saham dan menyebabkan investor memperoleh abnormal return. Hal ini terlihat dari nilai kumulatif abnormal return yang positif dan signifikan disekitar pengumuman kenaikan EPS dan kumulatif abnormal return yang negatif dan signifikan disekitar pengumuman penurunan EPS. Begitu juga halnya dengan volume perdagangan.
Informasi pengumuman laba akuntansi digunakan oleh investor untuk melakukan transaksi di pasar modal, sehingga disekitar waktu pengumuman laba akuntansi aktifitas perdagangan saham meningkat dan menyebabkan investor memperoleh abnormal volume. Akan tetapi reaksi harga dan volume perdagangan terhadap informasi tersebut terjadi secara lambat yakni sesudah pengumuman laba akuntansi.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Ball & Brown (1968), Beaver (1968), Dale Morse (1981), Affandi & Utama (1997) dan Husnan, Hanafi & Wibowo (1995), walaupun dipasar modal Indonesia reaksi harga dan volume perdagangan terhadap informasi tersebut terjadi secara lambat yakni sesudah pengumuman laba akuntansi.
Uji korelasi dengan korelasi spearman menunjukkan bahwa selama periode 1994-1996, membuktikan bahwa hubungan antara besarnya unexpected EPS dengan abnormal return adalah positif. Demikian juga halnya dengan uji korelasi pearson, kecuali untuk tahun 1994-1995, dimana tidak ada satupun koefisien korelasi yang signifikan.
Begitu juga dengan uji korelasi antara perubahan harga dan perubahan volume perdagangan, baik uji korelasi spearman maupun korelasi pearson menunjukkan adanya korelasi yang positif dan signifikan antara perubahan harga dengan perubahan volume perdagangan. Hasil penelitian juga sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Linda Smith Bamber (1986 &1987) dan Bamber & Atiase (1994)."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1998
T1536
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ign. Krisna Adi Wijaya
"Sering disebutkan bahwa pasar saham merupakan indikator perkembangan perekonomian sebuah negara. Pasar saham sexing dipergunakan oleh investor untuk melakukan analisis mengenai keputusan investasinya. Namun pasar saham tidak selalu bersifat stabil, adakalanya pasar saham menunjukkan aktifitas yang meningkat dimana ditandai dengan menaiknya indeks harga saham dan sebaliknya kadangkadang aktifitas pasar menurun yang ditandai dengan menurunnya indeks harga saham. Kenaikan aktifitas pasar tersebut sering disebut dengan kondisi pasar bullish dan penurunan aktifitas pasar disebut dengan kondisi pasar bearish. Karena fuktuasi pasar selalu terjadi maka panting bagi investor untuk rnengetahui saham-saham perusahaan yang bagaimana yang perlu dipertimbangkan untuk diperdagangkan untuk mendapatkan keuntungan yang lebih baik.
Penulisan tesis ini bertujuan untuk meneliti bagaimana pengaruh resiko yang diukur oleh beta dan ukuran perusahaan yang diukur oleh kapitalisasi saham mempengaruhi tingkat keuntungan. Setelah pengaruh beta dan kapitalisasi saham diketahui maka kemudian dapat disimpulkan beta dan kapitalisasi saham yang bagaimana yang dapat dimasukkan dalam pertimbangan memilih saham pada kedua kondisi pasar tersebut (bullish dan bearish). Penelltian juga memasukkan klasifikasi usaha yaitu industri dan keuangan dalam perhitungan. Dengan melibatkan kedua klasifikasi usaha ini maka akan dapat diketahui pula jenis klasifikasi usaha yang mana yang akan lebih baik mempengaruhi tingkat keuntungan.
Dad hasil penelitian dapat diketahui bahwa secara bersama-sama semua faktor yang dilibatkan mempengaruhi tingkat pengembalian saham pada kedua kondisi pasar. Pada kondisi pasar bullish, perusahaan yang memiliki resiko yang lebih besar dan ukuran perusahaan yang lebih kecil akan memberikan tingkat keuntungan yang lebih baik, dan sebaliknya pada kondisi pasar bearish perusahaan yang memiliki resiko yang lebih kecil dan ukuran perusahaan yang lebih besar akan memberikan keuntungan yang lebih baik. Mengenai jenis usaha, perusahaan industri umumnya memberikan keuntungan yang !ebih baik dibandingkan dengan perusahaan keuangan. Hal tersebut terlihat pada kedua kondisi pasar.
Dengan diketahuinya pengaruh faktor-faktor tersebut maka diharapkan investor dapat memakainya sebagai bahan pertimbangan untuk memilih saham-saham untuk mendapatkan tingkat keuntungan yang lebih baik.

Stock market is one of the indications of the condition of the economy of the state. Investors use this indication to analyze investment decision. But this stock market is not always stable, sometimes the stock market shows increasing activity where market index going up, and sometimes stock market shows decreasing activity where market index going down.
The increasing activity of the market is called bullish condition, and the decreasing of -the market activity is called bearish condition. Because market fluctuation is always happened then it is important to investors to indicate what stocks are needed to be considered to be traded in order to get profit.
The objective of this research is to understand how risk, which is accounted by beta, and company size, which is accounted by capitalization, affect stock return. After the effects of beta and capitalization can be understood then it can be concluded what kind of beta and capitalization can be considered to choose stocks at both of market condition (bullish and bearish). This research also involves business classification, i.e. industry and financial, as two additional variables. These variables are dummy variable. The objective of involving these two business classifications is to know which business classification will add stock return more.
The result of this research shows that simultaneously all variables which are involved can affect stock return at the two kind of market conditions. At the bullish market, company which has bigger risk and smaller company size will give better stock return, and in the other side at the bearish market, company which has smaller risk and bigger company size will give better stock return. Regarding to business classification, industrial company generally will give better stock return at both market conditions rather than financial company.
After knowing the effect of those factors, then investors can use them as a consideration material to choose stocks that will give them more profit.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T20158
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Mintarsih
"Keberhasilan perusahaan dilihat dari sisi pemegang saham, ditunjukkan dari keberhasilan dalam memaksimumkan kekayaan Pemegang Saham, yang dapat diukur dari tingkat pengembalian modal sendiri (ROE).
Penelitian ini bertujuan mengkonfirmasi faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan ROE di PT Brantas Abipraya dari tahun 1997 sampai dengan tahun 2002, dengan menggunakan analisis Du Pont.
Metode Penelitian yang dipakai adalah deskriptif dengan sumber data berupa laporan keuangan dari perusahaan dan MENEG BUMN, yang diolah menjadi rasio-rasio keuangan dan dianalisis secara trend analysis, comparative analysis (dengan 7 BUMN Jasa Konstuksi yang sejenis), common size analysis dan indeks analysis.
Hasil dari penelitian ini, ditemukan bahwa ROE tahun 1997 sampai dengan 2001 mengalami kenaikan, tetapi tahun 2002 mengalami penurunan yang sangat tajam. Kenaikan ROE tahun 1999 sampai dengan 2001 karena perusahaan berhasil dalam menekan biaya langsung (harga pokok penjualan), meskipun dari tahun ke tahun pendapatan kurang berkembang pesat, dan biaya tak langsung yang merupakan biaya tetap juga mengalami kenaikan yang sangat signifikan. Tahun 2002 ROE turun tajam karena biaya langsungnya tidak bisa ditekan lagi dan dipihak lain biaya tak lansungnya semakin meningkat.
Untuk menjaga agar ROE di tahun-tahun mendatang tidak mengalami penurunan yang dapat menimbulkan kerugian, maka perusahaan perlu perhatian untuk meningkatkan pendapatan dengan lebih berani melakukan penawaran harga yang lebih kompetitif agar dapat meningkatkan perolehan kontrak, sehingga nilai pendapatan dapat ditingkatkan. Disamping itu dalam setiap kebijakan penentuan biaya tak langsung sebaiknya rnempertimbangkan kenaikan pendapatan yang akan didapat. Dalam hal ini, analisis Break Even Point, dapat dipakai untuk merencanakan jumlah pendapatan dan biaya tak langsungnya.
Hal lain yang juga perlu mendapatkan perhatian untuk meningkatkan ROE adalah usaha menurunkan beban bunga dengan cara memperbaiki (mempercepat) penarikan piutang usaha, serta membina hubungan baik dengan mitra usaha (supplier dan sub kontraktor) agar bisa mendapatkan fasilitas pembayaran yang ringan, dan pendanaan lebih dahulu dari sub kontraktor. usaha ini dimaksudkan untuk membantu pendanaan agar dapat mengurangi hutang bank.

Return on Equity (Roe) Analysis Using Du Pont System Approach on PT Brantas Abipraya (A Case Study)The success of a company as seen from stock owners' viewpoint is shown from the company's performance in maximizing stock owners? wealth, which can be measured from the level of return on equity (ROE).
This research aims at confirming factors influencing the development of ROE at PT Brantas Abipraya during the period of 1997 to 2002, using Du Pont analysis.
The research employs descriptive method and uses financial reports from companies as well as the Ministry of State-Owned Corporations as its data source. The financial reports are then processed into financial ratios and analyzed using trend analysis, comparative analysis (compared with seven state-owned corporations dealing with construction work), common size analysis, and index analysis.
The research finds that the ROE increases from 1997 to 2001, but then decreases sharply in 2002. The increase from 1997 to 2001 is due to the company's ability to reduce direct cost, even though the year-by-year growth is relatively slow and the indirect cost (which is a constant cost) significantly increases. In 2002 the ROE decreases sharply as a result of increasing direct and indirect costs.
In order to prevent ROE in the following years from decreasing (which may result in loss of profit), companies need to pay more attention to increasing profit by offering more competitive price to gain more contracts, which may in turn result in higher profit. In addition to this, companies should also consider the increase of profit in every policy to decide indirect cost. In this case, the break even point analysis can be used to plan the amount of profit and the indirect cost.
Another thing to be put into consideration in the attempt to increase ROE is reducing interest burden by accelerating business debt withdrawal, and promoting good relations with business partner (suppliers and sub contractors) in order to gain better payment facilities and in-advance funding from sub contractors. These are all aimed at increasing funding in order to reduce debt from bank."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13734
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Peter Umar
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pasar modal syariah yang terbentuk melalui saham-saham syariah yang tercatat pada Jakarta Islamic Index (JII) sudah merupakan pasar modal yang efisien. Pasar modal yang efisien di mana harga yang terbentuk menyesuaikan secara cepat dengan informasi yang diterima merupakan pasar yang ideal yang sangat sesuai dengan syariah Islam.
Dalam penelitian ini dilakukan dengan metode event study dan kejadian atau informasi yang dilakukan pengamatan adalah tanggal pengumuman dividen oleh emiten yang terdaftar pada JII dan disebut tanggal kejadian (event date).
Hasil penelitian menunjukkan adanya pengumuman dividen yang dilakukan oleh emiten syariah tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap return dari saham-saham yang terdaftar pada Ill atau tidak terdapat abnormal return (excess return) yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa pasar modal syariah belum merupakan pasar modal yang efisien karena adanya informasi pengumuman dividen tidak tercermin dalam harga maupun return dari saham-saham yang terdaftar pada JII.
Dari tujuh emiten yang termasuk dalam sampel rata-rata abnormal return tertinggi hanya mencapai 1,01% yang dicapai pada hari ketiga setelah tanggaI kejadian dan kerugian terbesar yang terjadi mencapai sebesar 1,16% yang dicapai pada had kelima sebelum tanggal kejadian.
Dui 21 hari pengamatan hanya 10 hari mencatat adanya abnormal return sedangkan 11 hari justru mencatat kerugian. Sedangkan dari perhitungan terhadap cumulative abnormal return tercatat hanya 5 hari yang mencatat cumulative abnormal return positif sedangkan 16 hari lainnya tercatat negatif."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T17722
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Nawangsih
"ABSTRAK
Salah satu analisis fundamental yang sering digunakan untuk menilai harga saham adalah analisa Price to Book Value (PBV) yang merupakan perbandingan antara harga pasar saham dan nilai buku persaham.
Penelitian mengenai PBV telah banyak dilakukan baik diluar negeri maupun di Indonesia yang menyimpulkan bahwa nilai PBV saham sangat dipengaruhi oleh Return on Equity saham yang bersangkutan.
Untuk memaharai faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan trend tingkat ROE suatu perusahaan dari waktu ke waktu dan untuk melakukan pengukuran kinerja suatu perusahaan, Para analis sering melakukan pemecahan (dekomposisi) ROE ke dalam komponen-komponen yang masing-masing akan memberikan anti bagi analis untuk menentukan yang mana diantara komponen komponen tersebut yang paling besar pengaruhnya terhadap perubahan ROE juga terhadap nilai PBV saham suatu perusahaan.
Suatu analisa dekomposisi dari ROE tersebut sering disebut sebagai DU PONT Identity, yang memecah ROE kedalam tiga komponen pokok yaitu Operating Efficiency yang diukur dengan Net Profit Margin, Asset Use Efficiency yang diukur dengan Total Asset Turn Over dan Financial Leverage yang diukur dengan Equity Multiplier.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ROE yang dikomposisikan dalam komponen Net Profit Margin, Total Asset Turnover dan Equity Multiplier mempunyai pengaruh terhadap perubahan rasio PBV, Variabel rnanakah diantara komponen ROE tersebut yang paling dominan pengaruhnya terhadap variabilitas rasio PBV dan untuk mengetahui apakah dominasi variabel tersebut tetap stabil dari tahun ke tahun.
Model yang digunakan didalam penelitian ini adalah model regresi linear berganda yang menggunakan 4 (empat) variabel sebagai input, rasio Price to Book Value sebagai variabel dependen, dan tiga variabel lainnya yaitu Net Profit Margin (NPM), Total Asset Turnover (TATO), dan Equity Multiplier (EM) sebagai variabel eksplanatori.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta mulai periode observasi tahun 1993 sampai dengan tahun 1996 dengan kriteria perusahaan-perusahaan tersebut bukan merupakan bank atau lembaga keuangan lainnya.
Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa tiga variabel dipenden yaitu Net Profit Margin, Total Asset Turnover dan Equity Multiplier secara bersama-sama berpengaruh terhadap perubahan PBV. Pengaruh yang dapat dijelaskan oleh ketiga variabel tersebut sebesar 11,44% ski 25,48%. Dengan demikian sebesar 74,52% s/d. 88,56% perubahan PBV dipengaruhi oleh faktor lain diluar ketiga variabel tersebut.
Dari perhitungan koefisien beta tahun 1993 s/d 1996 menunjukkan bahwa variabel Equity Multiplier memberikan kontribusi terbesar didalam mempengaruhi perubahan nilai PBV dibandingkan dengan variabel lainnya. Dominasi variabel equity multiplier ini terhadap perubahan PBV dalam periode observasi bersifat stabil, yang menunjukkan bahwa selama tahun observasi tersebut investor di Indonesia secara umum memperhitungkan rasio antara aset perusahaan dengan modal sendiri (equity).
Akhirnya dengan menggunakan uji hipotesis dapat disimpulkan bahwa dalam periode observasi variabel net profit margin, asset turn over dan equity multiplier berpengaruh positif terhadap perubahan Price to Book Value."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Indroyono
"Untuk mengukur perekonomian suatu negara, salah satu tolok ukurnya adalah tingkat investasinya dimana makin banyak investasi yang dilakukan di negara tersebut makin tinggi pula tingkat perekonomiannya. Berbicara mengenai investasi, banyak cara yang dapat dilakukan untuk melkkukan investasi di pasar modal. Seperti deposito, saham, obligasi, kurs, dan banyak instrumen lainnya yang menawarkan keuntungan bagi para investor. Yang menjadi subyek penelitian pada penelitian ini adalah investasi pada saham khususnya saham pads sektor rokok.
Dari data-data harga saham sektor rokok pada Bursa Efek Jakarta, dapat dilakukan perhitungan regresi sehingga dapat dilihat perbandingannya terhadap Indeks Harga Saharn Gabungan (IHSG) untuk mengukur tingkat expected return dan risk dari suatu sekuritas. Salah satu caranya dengan menggunakan metode yang sudah cukup popular seperti CAPM. Metode CAPM dapat membantu menentukan tingkat return dan risk dan suatu saham. Capital Asset Pricing Model ( CAPM) adalah suatu model keseimbangan yang menentukan hubungan antara risiko dan tingkat return."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18209
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>