Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 131033 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dewi Latifah
"Penelitian ini berasal dari ketertarikan peneliti melihat fenomena yang terjadi di dalam masyarakat yaitu persahabatan lawan jenis yang terjadi pada individu yang sudah menikah. Untuk itu, masalah yang diangkat peneliti adalah bagaimana fungsi persahabatan dan dampak dari persahabatan lawan jenis terhadap kepuasan pemikahan, khususnya pada individu yang berada pada masa dewasa muda dan dewasa madya.
Penelitian dilakukan melalui metode wawancara terhadap 4 orang subjek. Dua orang subjek yang semuanya wanita berada pada masa dewasa muda dan dua orang subjek satu orang wanita dan satu orang pria berada pada masa dewasa madya.
Dari hasil penelitian terlihat bahwa keempat subjek di dalam penelitian ini merasakan kepuasan di dalam kehidupan pemikahan mereka. Pada umumnya mereka dapat menerima perubahan, mampu hidup dengan hal-hal yang tidak dapat mereka rubah, mampu menerima ketidaksempurnaan pasangan dan pernikahan, saling percaya, saling membutuhkan, dan menikmati ketersamaan.
Faktor-faktor yang mendukung subjek dapat merasakan kepuasan di dalam pernikahannya hampir semua memiliki kesamaan, seperti faktor-faktor yang mereka rasakan sebelum pernikahan misalnya pernikahan orangtua yang bahagia, kebahagiaan di masa kanak-kanak, disiplin, pendidikan seks, lamanya berpacaran, pendidikan, dan keyakinan untuk menikah. Perbedaan yang ada pada faktor ini adalah pada subjek AS yang tidak pemah mendapatkan disiplin langsung dari orangtuanya karena harus hidup berjauhan. Untuk pendidikan seks, pada umumnya subjek tidak mendapatkan langsung dari orangtuanya.
Sementara faktor-faktor yang mendukung kepuasan pemikahan mereka selama berjalannya pernikahan adalah komunikasi yang terbuka, ekspresi perasaan secara terbuka, saling percaya, tidak adanya dominasi pasangan, hubungan seksual yang memuaskan, kehidupan sosial, tempat tinggal, penghasilan yang cukup, anak, keyakinan beragama, dan hubungan dengan mertua/ipar. Perbedaan yang ada pada faktor selama pemikahan adalah pada subjek dewasa muda dan dewasa madya. Subjek dewasa madya tidak pernah mengekspresikan perasaannya secara terbuka sementara subjek dewasa muda melakukannya. Perbedaan lain yang ada pada subjek dewasa muda dan subjek dewasa madya adalah bahwa subjek dewasa muda pernah merasakan menurunnya kepuasan pemikahan ketika mereka memiliki anak di usia bayi sementara subjek dewasa madya tidak.
Hubungan persahabatan subjek dan sahabat lawan jenis pada umumnya sudah berlangsung lama dan persahabatan di antara mereka terbentuk sebelum mereka menikah, kecuali pada subjek M yang baru menjalani kehidupan persahabatan selama 3 tahun dan persahabatan itu terbentuk setelah M menikah.
Di dalam menjalani kehidupan persahabatan pada umumnya subjek mendapatkan semua fungsi persahabatan, kecuali pada subjek AS yang tidak mendapatkan fungsi social comparison dari persahabatannya. Dampak positif yang dirasakan oleh subjek pada umumnya sama, sementara dampak negatif dari bentuk persahabatan ini tidak dirasakan oleh subjek B.
Dari sejumlah fungsi persahabatan fungsi stimulation nampaknya menjadi faktor yang berpengaruh terhadap kepuasan pemikahan subjek, kecuali pada subjek AS. Subjek AS merasakan fungsi physical support terhadap kepuasan pernikahannya. Sementara dampak positif dari persahabatan lawan jenis yaitu lebih mendekatkan individu dengan pasangannya nampaknya yang berpengaruh terhadap kepuasan pemikahan subjek.
Mengenai kepuasan pemikahan subjek yang dirasakan dari persahabatannya dengan lawan jenis dapat diketahui bahwa dengan persahabatan lawan jenis, subjek dewasa muda bisa merasakan meningkatnya kepuasan pernikahan mereka, sementara subjek dewasa madya bisa tetap merasakan kepuasan pemikahannya dari bentuk persahabatan ini."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T18111
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Umaira Fotineri
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan positif yang signifikan antara sikap terhadap pernikahan dan kesiapan menikah pada dewasa muda dari keluarga bercerai. Pengukuran sikap terhadap pernikahan menggunakan alat ukur Marita Attitude Scale (MAS) (Braaten & Roosen, 1998), dan pengukuran kesiapan menikah dengan menggunakan alat ukur Modifikasi Inventori Kesiapan Menikah (Wiraysti, 2004). Jumlah sampel penelitian ini berjumlah total 55 orang yang merupakan dewasa muda dari keluarga bercerai. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara sikap terhadap pernikahan dan kesiapan menikah pada dewasa muda dari keluarga bercerai (r = 0.247, p < 0.05). Artinya semakin positif sikap terhadap pernikahan, maka semakin tinggi kesiapan menikahnya. Dalam penelitian ini, terdapat empat area dalam kesiapan menikah yang memiliki hubungan positif yang signifikan dengan sikap terhadap pernikahan, yaitu komunikasi, latar belakang pasangan dan relasi dengan keluarga besar, agama, serta minat dan pemanfaatan waktu luang. Berdasarkan hasil penelitian, usia, jender, tingkat pendidikan, usia ketika orang tua bercerai dan status pernikahan orang tua saat ini memberikan pengaruh kepada sikap anak terhadap pernikahan.

This research was conducted to determine the significant positive relationship between attitudes toward marriage and readiness for marriage in young adult whose parents divorced. The measurement of attitudes toward marriage use Marital Attitude Scale (MAS) (Braaten & Roosen, 1998), and the measurement of readiness for marriage use Modifikasi Inventori Kesiapan Menikah (Wiryasti, 2004). The sample size for the research are 55 young adults whose parents divorced. The result of these research indicate that there is a significant positive relationship between attitudes toward marriage and readiness for marriage in young adults whose parents divorced (r = 0.247, p < 0.05). The result means that the more positive attitudes toward marriage, the higher the readiness for marriage. In this research, there are four areas of readiness for marriage which has a significant positive relationship with attitudes toward marriage. Those are communication, family background and relationships with family, religion, also the interest in and use of leisure time. Based on the result of the research, age, gender, educational level, age when parents divorced and marital status of parents today give impact to children?s attitudes toward marriage.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S44770
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Mentari Namira Pertiwi Isma
"Tesis ini membahas peran trait kepribadian Openness to Experience, Conscientiousness, Extraversion, Agreeableness, dan Neuroticism serta kepuasan pernikahan dalam memprediksi sikap terhadap infidelity. Penelitian dilakukan pada 438 partisipan berusia 22-40 tahun M=31.02, SD=4.3 yang telah menikah. Pengukuran menggunakan NEO-FFI, ENRICH Marital Satisfaction Scale dan Attitudes towards Infidelity Scale menunjukkan bahwa sikap terhadap infidelity dapat diprediksi secara signifikan oleh trait Neuroticism dan Conscientiouness, serta kepuasan pernikahan dan jenis kelamin partisipan. Berdasarkan hasil tersebut, didapatkan gambaran bahwa infidelity dapat diprediksi melalui faktor demografis, intrapersonal, dan interpersonal.

This study investigates the role of personality traits Openness to Experience, Conscientiousness, Extraversion, Agreeableness, and Neuroticism and marital satisfaction in predicting attitudes toward infidelity. The participants of the study are 438 married 22 40 years old M 31.02, SD 4.3 men and women. The result from the NEO FFI, ENRICH Marital Satisfaction Scale and Attitudes towards Infidelity Scale indicates that Conscientiousness and Neuroticism, followed by marital satisfaction and gender, are significant predictors of attitudes towards infidelity. From this result, it can be concluded that attitudes towards infidelity can be predicted by the demographic, interpersonal, and intrapersonal factors.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
T48073
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Neysa Oktanina
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara komitmen kerja dan kesiapan menikah pada wanita dewasa muda yang bekerja. Pengukuran komitmen kerja dilakukan menggunakan alat ukur Occupational Commitment, sedangkan pengukuran kesiapan menikah dengan menggunakan alat ukur Modifikasi Inventori Kesiapan Menikah. Partisipan pada penelitian ini berjumlah 96 orang yang merupakan wanita dewasa muda yang bekerja.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara komitmen kerja dengan kesiapan menikah (r = 0.387, p < 0.01). Artinya, semakin tinggi komitmen kerja, maka semakin tinggi pula kesiapan menikah, begitu pula sebaliknya. Dalam penelitian ini, terdapat tiga area dalam kesiapan menikah yang memiliki hubungan positif yang signifikan dengan komitmen kerja, yaitu keuangan, anak dan pengasuhan, serta perubahan pada pasangan dan pola hidup.
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa usia, tingkat pendidikan, lama bekerja, lama berpacaran, dan rencana pelaksanaan pernikahan tidak memberikan pengaruh terhadap komitmen kerja dan kesiapan menikah.

This study examined the relationship between occupational commitment and readiness for marriage in young adult working women. Occupational commitment was measured by Occupational Commitment Scale, whereas the readiness for marriage was measured by Modifikasi Inventori Kesiapan Menikah. The respondents of this study were 96 young adult working women.
The result of this study shows that there is a significant, positive relationship between occupational commitment and readiness for marriage (r = 0.387, p < 0.01). It indicates that the higher occupational commitment, the higher the readiness for marriage, and vice versa. In this study, there are three areas of readiness for marriage which are found to have positive relationship with occupational commitment. Those are finance, children and parenting, also changes in partner and lifestyle.
Based on this result, age, educational level, organizational tenure, length of dating, and years of the implementation of marriage do not give impact to occupational commitment and readiness for marriage.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S46494
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Charina Septyandari
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara perencanaan karir dan kesiapan menikah pada wanita dewasa muda yang bekerja. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain korelasional. Pengukuran perencanaan karir menggunakan alat ukur Career Planning Scale (CPS) yang dikembangkan oleh Gould (1979) dan pengukuran kesiapan menikah menggunakan alat ukur Modifikasi Inventori Kesiapan Menikah (Wiryasti, 2004). Sampel dalam penelitian ini berjumlah 100 orang yang merupakan wanita dewasa muda yang bekerja. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara perencanaan karir dan kesiapan menikah pada wanita dewasa muda yang bekerja (r = 0.241, (p < 0.05). Artinya, semakin baik perencanaan karir individu, maka semakin baik pula kesiapan menikahnya. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa terdapat dua area dalam kesiapan menikah yang memiliki hubungan positif yang signifikan dengan perencanaan karir, yaitu keuangan dan pembagian peran suami-istri. Diketahui pula bahwa area minat dan pemanfaatan waktu luang merupakan area yang menjadi prioritas utama sampel dalam penelitian ini. Aspek demografis seperti usia, pendidikan, pekerjaan, lama bekerja, lama berpacaran, dan rencana menikah diketahui tidak berkorelasi secara signifikan terhadap perencanaan karir dan kesiapan menikah.

This study was conducted to determine the relationship between career planning and readiness for marriage among young adults working women. This research is quantitative study with correlational design. The measurement of career planning use Career Planning Scale (CPS) which developed by Gould in 1979, and the measurement of readiness for marriage use Modifikasi Inventori Kesiapan Menikah (Wiryasti, 2004). The sample of this study are 100 young adults working women. The result of this study indicate that there is a significant positive correlation between career planning and readiness for marriage among young adults working women (r = 0.241, (p < 0.05). It means that the better individual career planning, the higher readiness for marriage too. Based on the result of this study, it is known that there are two areas of readiness for marriage which had a significant positive correlation with career planning. Those are finances and spousal roles. It is also known that the area of interest and the use of leisure time is a priority area for the sample in this study. The demographic aspects such as age, education, occupation, duration of work, duration of dating, and marriage plan are known to be not significantly correlated to career planning and readiness for marriage."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S46493
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Husna Raditya
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara attachment dan kesiapan menikah pada dewasa muda yang sedang menjalani hubungan jarak jauh. Adult Attachment Scale (AAS) (Collins & Read, 1990) digunakan untuk mengukur attachment dan Modifikasi Inventori Kesiapan Menikah (Wiryasti, 2004) digunakan untuk mengukur kesiapan menikah. Jumlah sampel penelitian ini adalah 102 individu yang merupakan dewasa muda yang sedang menjalani hubungan jarak jauh.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) terdapat hubungan positif yang signifikan antara secure attachment style dan kesiapan menikah pada dewasa muda yang sedang menjalani hubungan jarak jauh (r=0.237, p<0.05), 2) terdapat hubungan negatif yang signifikan antara avoidant attachment style dan kesiapan menikah pada dewasa muda yang sedang menjalani hubungan jarak jauh jauh (r=-0.341, p<0.01), dan 3) terdapat hubungan negatif yang signifikan antara anxious attachment style dan kesiapan menikah pada dewasa muda yang sedang menjalani hubungan jarak jauh (r=-0.375, p<0.01).
Dalam penelitian ini, secure merupakan attachment style yang paling banyak dimiliki oleh dewasa muda yang sedang menjalani hubungan jarak jauh dan area yang diprioritaskan dalam kesiapan menikah adalah minat dan pemanfaatan waktu luang.

This research was conducted to determine the relationship between attachment and readiness for marriage in young adults who are having a long-distance relationship. Adult Attachment Scale (AAS) (Collins & Read, 1990) was used to measure attachment and Modifikasi Inventori Kesiapan Menikah (Wiryasti, 2004) was used to measure readiness for marriage. The sample size for this research was 102 young adults who are having a long distance relationship.
The result of this research indicated that 1) there is a significant positive relationship between secure attachment style and readiness for marriage in young adults who are having a long-distance relationship (r=0.237, p<0.05), 2) there is a significant negative relationship between avoidant attachment style and readiness for marriage in young adults who are having a long-distance relationship (r=-0.341, p<0.01), and 3) there is a significant negative relationship between anxious attachment style and readiness for marriage in young adults who are having a long-distance relationship (r=-0.375, p<0.01).
In this research, secure was the attachment style which was the most widely owned by young adults who are having a longdistance relationship and an area of eight readiness for marriage areas being a priority was the interested in and the use of leisure time.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S47098
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Larasati
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan preferensi pemilihan pasangan hidup pada wanita dewasa muda yang bekerja dan tidak bekerja. Preferensi pemilihan pasangan hidup adalah kriteria yang umumnya dipertimbangkan, diinginkan, dan diprioritaskan individu dalam memilih pasangan hidup. Penelitian ini menggunakan pendekatan evolusioner yang menjelaskan bahwa pria cenderung memilih pasangan berdasarkan bentuk fisik, sedangkan wanita cenderung memilih pasangan berdasarkan status sosial ekonomi yang dimiliki (Buss, 1989; Townsend, 1989). Preferensi pemilihan pasangan hidup merupakan hal yang penting sebagai acuan untuk melanjutkan ke jenjang pernikahan.
Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 264 orang dengan rincian: 123 orang adalah wanita dewasa muda yang bekerja dan 141 orang adalah wanita dewasa muda yang tidak bekerja. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan menggunakan alat ukur Nine Mate-Selection Question adaptasi dari penelitian Townsend (1993). Data yang diperoleh dalam penelitian ini diolah dengan menggunakan Independent Sample T-test. Hasil penelitian menunjukkan preferensi pemilihan pasangan hidup pada wanita bekerja memiliki mean skor yang lebih tinggi dibandingkan wanita tidak bekerja. Artinya, wanita bekerja memiliki preferensi pemilihan pasangan hidup yang lebih tinggi dibandingkan dengan wanita tidak bekerja.

The aim of this study is to investigate the differences of mate selection preferences of working and non-working young adult woman. Mate selection preference criteria are generally considered, desirable, and prioritized the individual in choosing a spouse. This study uses an evolutionary approach to explain that men tend to choose mates based on physical shape, while women tend to choose mates based on socioeconomic status-owned (Buss, 1989; Townsend, 1989). Mate selection preferences is important as a reference to continue the marriage.
Participants of this study are 264 young adulthood: 123 respondents are working young adult woman and 141 respondents are non-working young adult woman. This study is a quantitative research method using Nine Mate-Selection Question from Townsend (1993). Data gathered in this study were calculated using Independent sample T-test. This study found that the selection of mate preference in working women has a mean score higher than non-working women. That is, the mate selection preference of working women higher than mate selection preference of non-working women.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hendra Surya
Jakarta: Gramedia, 2006
306.81 HEN a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Vivi Amalia
"One man lI1l crtujuan unluk melihal hubungan antara kepuasan pernikahan dengan kecenderungan berselingkuh pada kelompok suami dan istri yang bertempat linggal di Jabodetabek. Metode penelitian ini bcrupa Studi kuanlitatif yang menggunakan kuesioner Inventori Kcpuasan Pemikahan yang terdiri alas 1 1 domain yang disusun oleh Herfianti (2005) dan kucsioner Ir;/Edeliry Scale yang disusun olch Drigotas (1999), yang mengukur 3 _ienis persclingkuhan. Respondcn pcnelilian scbanyak 84 orang yang terdiri alas 43 laki-laki dan 41 pcrcmpuan yang berusia 27-56 tahun.
Hasil penclitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kepuasan pemikahan dengan kecenderungan perselingkuhan emosional dan emosional fisik. Domain kepuasan pemikahan yang berkorelasi signifikan dengan kecenderungan pcrselingkuhan cmosional adalah hubungan interpersonal. kesamaan minat, kesesuaian pcran dan harapan, hubungan dengan mcrlua dan ipar. serla kekuasaan dan sikap terhadap pvzmikahan. Domain kepuasan pcmikahan yang berkorclasi signifikan dcngan perseiingkuluan cmosional fisik adalah kesamaan minat, hubungan dengan merlua dan ipar_ scrta kekuasaan dan sikap terhadap pemikahzm. Aspek hubungan dengan mcrtua dan ipar merupakan aspek yang memiliki kontribusi lebih besar mcmpengaruhi kccendcrungan seseorang untuk berselingkuh.

The purpose of this study is to iind out the relationship between marital satisfaction and tendency in infidelity among husbands and wives who live in Jabodetabek. This study is a quantitative approach using lnvcntori Kepuasan Pernikahan consists of ll domains which were constructed by Herfianti (2005) and infidelity Scale measuring 3 types of infidelity which was constructed by Drigotas (l999). The samples of this research are 43 males and 4| females between the ages of 27 and 56 years.
The results showed that there are a relationship between marital satisfaction and emotional, and emotional physical infidelity. Interpersonal relationship, mutual interest, Congruency between role and hope, relationship with in laws, and power and attitudes toward marriage are the domains of marital satisfaction which have a significant relationship with emotional infidelity. The domains mutual interest, relationship with in laws, and power and attitudes toward marriage found have a significant relationship with emostional physical infidelity. Among all those domains, relationship with in laws has more contribution affected tendency in infidelity.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2010
T34058
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>