Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 149321 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rita Susanti
"Penelitian ini bertujuan untuk mencari faktor sosial budaya yang menentukan sebuah tuturan memohon bahasa Jepang diujarkan. Tuturan memohon bahasa Jepang tersebut diambil melalui skenario drama televisi Jepang, kemudian diidentifikasi, diklasifikasi, dan dideskripsikan. Faktor sosial budaya diteliti melalui pola interaksi masyarakat Jepang dan ranah situasi suatu tuturan, sehingga akan diperoleh gambaran yang lengkap mengenai tuturan memohon bahasa Jepang.
Sumber data penelitian ini adalah skenario drama televisi Jepang yang berjudul Love Story, karya Eriko Kitagawa. Dengan pemilihan sumber data ini akan diperoleh cara penggunaan tuturan memohon bahasa Jepang di dalam masyarakat Jepang.
Hasil analisis data menunjukkan situasi tuturan sangat mempengaruhi tuturan memohon tersebut diujarkan. Situasi tuturan mengacu pada keformalan dan ranah situasi yang terdiri atas akrab, ritual, dan acing. Faktor berikutnya yang mempengaruhi tuturan memohon bahasa Jepang adalan hubungan dengan petutur melalui pola interaksi masyarakat Jepang yang terdiri atas uchi mono, shitashii mono, dan Soto mono. Faktor lain yang menjadi pertimbangan adalah status sosial, hubungan sosial, dan usia petutur. Strategi dan ragam yang dipilih oleh penutur mengacu pada faktor sosial budaya dan maksud dari tuturan tersebut. Ragam yang banyak ditemukan oleh penutur ketika memohon di dalam sumber data adalah bentuk -te kudasai.

The research aims at searching social dan culture factors to determine a Japanese request. The reseach of Japanese request is based on drama scene, which, then is identified, classified, and describe in. Then social factors are examined through Japaneses society interaction type and situation domain, that's way the detail description of a Japanese request would be reached.
The researchs sources are Japanese television drama scene, tittle Love Story, written by Erika Kitagawa, by examining the source, the background of a Japanese request usage would be founded.
The data analytical result shows that three factors will impact a Japanese request. The first factor is situation. Situation request depend on formal and situation domain, which consist of intimate, ritual, and anomie. The second factor is relationship between speaker and hearer through Japaneses society interaction type, which consist of uchi mono, shitashii mono, and solo mono. The third factor is social status, social interaction, and age. The strategic and type chosen by speaker depand on social and cultural factor and the purpose of request -te kudasai is the most type used."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2007
T17554
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akhmad Saifudin
"Tesis ini membahas tindak tutur terima kasih dalam hubungannya dengan kesopanan dan faktor sosial budaya masyarakat Jepang. Tujuan penelitian ini adalah membuat identifikasi, klasifikasi, dan memberikan faktor sosial budaya dan kesopanan berbahasa dalam tindak tutur terima kasih. Penelitian ini menggunakan sumber data berupa skenario drama televisi berjudul beautiful life karya Kitagawa Erika. Dengan menggunakan paradigma kualitatif permasalahan tindak tutur terima kasih dibahas melalui kajian pragmatik dengan tujuan untuk mengungkapkan faktor-faktor sosial budaya yang melatarbelakangi pengungkapan tindak tutur terima kasih. Untuk dapat mengungkapkan faktor-faktor tersebut digunakan konsep sosiologi Nakane Chie, konsep perilaku budaya Takla Sugiyama Lebra, dan konsep kesopanan Ide Sachiko dan Okamoto Shigeko.
Hasil penelitian yang berupa analisis deskriptif menyimpulkan bahwa tindak tutur terima kasih adalah tindak tutur penutur yang ditujukan sebagai konsekuensi atas manfaat atau kebaikan yang ia peroleh dan sebagai bentuk penghargaan, empati, atau rasa hutang budi kepada petutur, di samping sebagai ekspresi rasa syukur dan rasa senang di pihak penutur. Pengungkapan tindak tutur terima kasih sangat bergantung pada faktor situasi tuturan. Faktor lain yang berpengaruh adalah faktor peserta tutur dan struktur objek terima kasih. Faktor situasi dan peserta tutur berpengaruh pada ragam kesopanan dan faktor struktur objek terima kasih berpengaruh pada pilihan jenis tindak tutur terima kasih. Adapun aspek-aspek sosial budaya Jepang yang dominan berpengaruh pada situasi tuturan adalah pembedaan uchi/soto-mono dan pembedaan jouge-kankei (hubungan tinggi rendah status sosial)."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T15217
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gita Nurhasanah
"ABSTRAK
Gita Nurhasanah. Tindak tutur mengeluh dalam bahasa Jepang. Skripsi ini menganalisis tindak tutur mengeluh dalam bahasa Jepang yang terdapat dalam drama seri Jepang yang berjudul Shokojo Seira. Tuturan mengeluh ini di teliti melalui pendekatan sosiolinguistik yang dikaitkan dengan konsep strategi mengeluh Anna Trosborg. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahuai strategi-strategi yang digunakan oleh penutur jati bahasa Jepang dalam mengungkapkan keluhannya tersebut. Dari penelitian ini diperoleh tiga strategi mengeluh, yaitu keluhan dengan isyarat, keluhan dengan menyatakan kekesalan, dan keluhan dengan cara menyalahkan. Hasil analisis data menunjukkan hubungan sosial yang terjalin antar peserta tutur mempengaruhi strategi mengeluh yang digunakan.

Abstract
This Undergraduate thesis focuses on the Japanese Speech Act of Complaint that is used in dorama (Japanese soap operas) tittle Shokojo Seira. This complaining utterance is analyzed by using sociopragmatic approach which is connected of complaining strategies by Anna Trosborg. The aim of this Research is to know some strategies that are used by the native speaker of Japanese in expressing their complaining act. The result show that there are three strategies of complaining act which are giving hint, stating annoyance, and blaming. And this research show that the social relationship among the member of speakers influences the uses of complaining strategies."
2010
S13618
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fachril Subhandian
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang tindak tutur persuasif untuk meyakinkan seseorang agar membeli produk yang ditawarkan, yang muncul dalam drama seri yang berjudul Yama Onna Kobe Onna. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana tuturan persuasif Bahasa Jepang yang dilakukan oleh pegawai toko dalam meyakinkan pengunjung. Penelitrian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif analisis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tuturanpersuasif pegawai toko, banyak dilakukan dengan cara memuji penampilan pengunjung, sesuai dengan prinsip persuasi Cialdini.

Abstract
The focus of this study is the Japanese speech act of persuasion in convincing someone to buy products which is used in Yama Onna Kabe Onna drama series. The purpose of this research is to know how the persuasive utterances be made by shop assistants to convince customers. This research_s result, in which using Cialdini_s principles of persuasion, showed that many of shop assistant_s persuasive utterances be made by praising customer."
2010
S13706
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mayda Nurbaeti
"Skripsi ini membahas tindak tutur penolakan terhadap proposisi dalam bahasa Jepang. Sebelumnya, telah dilakukan penelitian tentang realisasi penolakan dalam bahasa Jepang terhadap permohonan, penawaran, undangan, dan saran. Hasil penelitian-penelitian tersebut menunjukkan bahwa mayoritas orang Jepang mengguankan strategi secara tidak langsung atau dengan kesantunan negatif. Sementara itu, hasil analisis dalam tulisan ini, di mana penolakan dikaitkan dengan strategi kesantunan Brown dan Levinson, menunjukkan bahwa dalam bahasa Jepang dapat juga diungkapkan realisasi penolakan secara langsung meskipun hal tersebut dilakukan terhadap orang yang lebih tinggi statusnya (misalnya terhadap guru) atau orang yang lebih tua (misalnya terhadap kakak senior).

The focus of this study is the Japanese speech act of refusals of the proposition. Previously, there are many researches of refusals realization in Japanese about requests, offers, invitations, and suggestions. Those researches result is the majority of Japanese people choose to use indirect strategy or negative politeness strategy. While this research?s result, in which using Brown and Levinson?s politeness strategy, is that refusals realization in Japanese also can be done in direct strategy (bald on record), although that refusals are done toward the high status (teacher, for example) and toward the older person (such as the senior)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S13614
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Eldawati
"Skripsi ini merupakan suatu penelitian tentang Fungsi bahasa dalam tindak tutur tidak langsung. Bagian pertama berisi penjelasan tentang latar belakang tema, permasalahan, tujuan penelitian, metode penelitian, batasan penelitian, sumber data, prosedur kerja dan sistematika skripsi. Pada baglan kedua dikemukakan teori-teori yang digunakan untuk menganalisis data, yaitu teori pragmatik dad Leech dan Levinson, teori tindak tutur tidak langsung dari Searle. teori fungsi bahasa dari Jakobson dan teori implikatur dari Grice.
Data untuk skripsi ini berasal dari drama anak dan remaja Dicke Luft_. yang merupakan salah satu karya dari Grips Theater, Berlin. Data yang akan dianailsis dibatasi hanya pada tindak tutur tidak langsung yang bersifat direktif. Analisis data ditempatkan pada bab III. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pada tindak tutur tidak langsung direktif terdapat lebih dari satu fungsi bahasa, yaitu fungsi konatif dan fungsi emotif bahasa."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1998
S14646
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Filia
"ABSTRAK
Tuturan yang mengungkapkan tindakan merupakan salah satu fungsi bahasa sebagai instrumen tindakan. Austin (1962:12) mengatakan: "Say something is to do something; or in which by saying or in saying something we are doing something". Dengan demikian ketika seseorang melakukan tindakan dengan bahasa, secara bersamaan mengungkapkan tindak itu sendiri. Tindakan dalam bahasa disebut juga tindak tutur. Searle (1969) juga mengatakan bahwa tindak tutur itu sendiri merupakan tindakan.
Ada pelbagai tindak tutur, salah satu tindak tutur yang digunakan manusia dalam berinteraksi dengan sesama adalah tindak tutur meminta maaf. Tindakan meminta maaf dilakukan ketika ada prilaku yang melanggar norma sosial, antara lain apabila penutur berbuat sesuatu yang tidak menyenangkan atau telah melukai perasaan petutur. Jika hal ini terjadi hubungan kedua belah pihak menjadi tidak seimbang. Salah satu cara untuk memperbaiki ketidakseimbangan itu ialah dengan meminta maaf (Cohen dan Clshtain, 1983).
Jika hal itu dikaitkan dengan konsep muka yang dikemukakan Brown dan Levinson (1978;1987), meminta maaf merupakan salah satu upaya menghargai muka penutur (karena muka petutur terancam oleh tindakan penutur), akan tetapi di sisi lain muka penutur pun terancam. Untuk menyelamatkan muka kedua belah pihak, penutur dapat memilih cara atau strategi dalam mengungkapkan permintaan maaf.
Berkaitan dengan hal di atas, penulis memfokuskan penelitian tindak tutur meminta maaf dalam bahasa Jepang dan bahasa Indonesia. Memang, Jepang memiliki latar budaya yang berbeda dengan Indonesia. Nakane (1973: 31) mengatakan, dunia orang Jepang terbagi dalam tiga kategori, sempai (senior), kohai (junior), doryo (pangkat yang sama). Dengan demikian, ada perbedaan kadar perhatian orang atas kaidah-kaidah penghormatan rnenurut pribadi tiap-tiap orang (Nakane, 1973:37).
Indonesia terdiri dari beragam suku bangsa, tiap-tiap suku memiliki budayanya sendiri. Jika dalam masyarakat Jepang secara tegas dikatakan terdiri dari tiga kategori seperti yang telah dikemukakan di atas, tidak demikian halnya dengan masyarakat Indonesia"
2006
T16840
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riani Yulihana
"Penelitian ini menganalisis bentuk direktif bahasa Jepang langsung dan tidak langsung yang terjadi di perusahaan Jepang, yang diamati dari drama Hanzawa Naoki secara kualitatif yang didasari oleh tindak tutur tidak langsung Searle, batasan dari skala ketidaklangsungan Takahashi, dan dihubungkan dengan konsep Ie dan unsur-unsur sosial yang terkandung di dalamnya. Hasil menunjukkan bahwa pada perusahaan Jepang, direktif langsung lebih banyak digunakan daripada direktif tidak langsung. Akan tetapi karena dilatari oleh sistem sosial Ie, seorang subordinat tidak seperti superior, tidak memiliki bermacam pilihan pola direktif langsung untuk digunakan terhadap superior.

The focus of this study is Japanese directive forms, both direct and indirect that take place in workplaces in Japan, observed qualitatively from Japanese drama Hanzawa Naoki using Searle’s indirect speech act as the main reference, Takahashi's indirectness scale, and the concept of Ieincludes social norms consist in the concept of Ie. The result shows that in workplace in Japan direct directive is used more frequent than indirect directive. However, because of the social system of Ie, a subordinate cannot be like an superior, he/she doesn't have any direct directive form option except Ie kudasai to be expressed to his/her superior.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S56198
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Idah Hamidah
"Tesis ini memfokuskan din pads strategi kesantunan tindak tutur direktif dalam novel bahasa Jepang. Novel yang digunakan sebagai amber data adalah catatan harian penulisnya, berjudul Ichi Rittoru no Namida `One Litre of Tears' karya Kito Aya yang diterbitkan pads Februari 2005 (17 Heisei).Penelitian ini bertujuan menemukan strategi kesantunan direktif di dalam novel. Melalui ancangan kualitatif dengan metode analisis kontekstual, ditemukan lima strategi kesantunan untuk menyatakan direktif, sesuai dengan yang diaj ukan oleh Brown & Levinson (1987), antara lain: (1) bald on record (Iangsung), (2) on record dengan kompensasi kesantunan positif, (3) on record dengan kompensasi kesantunan negatif, (4) off record (samar-samar), dan (5) bertutur di dalam hati (diam).Strategi kesantunan direktif secara terus terang direalisasikan melalui pemarkah gramatikal [kudasai], [Â?te], dan [- to goran]; penggunaan fatis [ne] dan [yo]. Strategi kesantunan direktif dengan kompensasi kesantunan positif direalisasikan melalui promise, include both S & H in the activity, intensify interest to H, give reason, assert or presuppose S's knowledge of and concern for H's wants, dan give gift. Strategi kesantunan direktif dengan kompensasi kesantunan negatif direalisasikan melalui penggunaan questions & hedge, impersonal ae S & H, dan be conventionally indirect. Strategi kesantunan direktif secara samar-samar direalisasikan melalui use ellipsis, be vague, dan give hints. Kesantunan direktif dalam hati direalisasikan dengan diam. Dari kelima strategi kesantunan direktif tersebut, ditemukan bahwa strategi yang cenderung lebih banyak digunakan adalah kesantunan direktif positif. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan perbandingan untuk penelitian selanjutnya dalam bahasa Jepan.

This thesis focuses on politeness strategy of directive speech act in Japanese novel Ichi Rittoru no Namida (One Littre of Tears) written by Kito Aya. This primary data source is the writer's journal, published on February 2005 (17 Heisei). Applying qualitative approach and contextual analysis method, it is found out that there are five politeness strategies to perform directive speech act, as proposed by Brown & Levinson (1987). They are (1) bald on record, (2) positive politeness, (3) negative politeness, (4) off record, and (5) silent strategy. The first strategy is realized by grammatical marker [kudasai], He], and [Â?te goran]; phatic expression [ne] and [yo]. Second strategy is realized by making promise, including both S & H in the activity, intensifying interest to H, giving reason, asserting or presupposing S's knowledge of and concern for H's wants, and giving gift. Third strategy is realized by using hedge and questions, impersonalizing S & H, and being conventionally indirect. The fourth strategy is realized by using ellipsis, being vague, and giving hints. Silent strategy in directive politeness is realized by saying nothing. The finding shows that positive politeness tends to be used more frequently. The finding of this research serves as the synchronic linguistic data for further research in the topic."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
T25877
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Destin Nurafiati Ristanti
"Bahasa yang dipakai oleh suatu kelompok masyarakat belum tentu sama dengan yang dipakai oleh kelompok masyarakat lainnya. Salah satu kelompok masyarakat yang menggunakan kosa kata tertentu adalah kelompok masyarakat yakuza yang ada di Jepang. Kelompok masyarakat ini menggunakan kosa kata yang tidak sama dengan kosa kata yang digunakan oleh masyarakat pada umumnya dengan alasan menjaga rahasia yang ada di dalam kelompok mereka. Dengan tujuan ini, maka bahasa rahasia atau ingo (_B__) kemudian diciptakan. Bahasa rahasia ini kemudian digunakan secara luas oleh kelompok yang menciptakan bahasa rahasia tersebut. Yakuza dapat dilihat melalui cerita yang ada suatu drama televisi. Cerita yang diangkat ke dalam sebuah drama televisi Jepang ada kalanya terinpirasi dari kejadian yang sesungguhnya terjadi, begitupun halnya dengan cerita mengenai yakuza. Oleh karena itu, yakuza yang ada di dalam drama televisi sudah sewajarnya mengikuti hal-hal yang biasa dilakukan oleh yakuza yang sebenarnya.

Abstract
A language which is used by a society group is not similar with language used by other groups. One of the society groups using certain language is yakuza group which exist in Japan. This kind of society use different language in order to keep group`s secret from outside world. Therefore, hidden language or ingo (_B__) was created. A group which has created some hidden language speaks using this language commonly. Yakuza could be seen within drama stories in television. This story sometimes inspired by real things in a real life. The same thing also happens in yakuza story in television. Therefore, yakuza in drama television stories naturally imitate activity, language, and other things usually done by the real yakuza
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S13709
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>