Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 148361 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Imam Rulyawan
"Rumah Sakit Pendidikan pada sistem kesehatan nasional mempunyai kedudukan yang sangat penting, yaitu selain sebagai pusat rujukan regional dan nasional, juga merupakan tempat dihasilkannya sumber daya manusia di bidang kesehatan, khususnya menjadi sarana pendidikan untuk melaksanakan dan membina sikap keterampilan profesional kedokteran. Dengan posisi yang penting serta misi strategis yang diembannya rumah sakit pendidikan senantiasa perlu diupayakan pengembangannya sehingga dapat berfungsi lebih baik lagi.
Berdasarkan hasil pertemuan CHS, Sirektur RS Pendidikan, Dekan Fakultas Kedokteran seluruh Indonesia serta Depkes pada tahun 1996, disusunlan Standar RS Pendidikan Tingkat Pengembangan Awal, untuk memberikan kejelasan arti dan strategi bagi sebuah rumah sakit pendidikan dalam rangka menunjang dan meningkat fungsi Rumah Sakit Pendidikan. Tetapi Standar tersebut hanya mempersiapkan instrumen apa Saja yang dibutuhkan oleh suatu Rumah Sakit apabila mengembangkan dirinya menjadi RS Pendidikan Tingkat Awal saja, belum untuk tingkatan yang selanjutnya. Standar tersebut juga belum memperlihatkan bagaimana aspek organisasi dan manajemen dari suatu organisasi RS Pendidikan yang dilihat dengan cara pendekatan sistem.
Standar RS Pendidikan yang dilihat berdasarkan konsep pendekatan sistem yaitu dari input, proses dan outputnya menjadi sangat penting untuk menjawab dan mengantisipasi masalahah-masalah yang timbul akibat adanya perubahan yang terjadi seiring dengan berjalannya waktu. Penelitian ini bermaksud untuk menganalisis input dari sistem manajemen pelayanan dan pendidilian dokter di RSUPN Cipto Mangunkusomo dan FKUI sebagai institusipelayanan dan pendidnkan dokter.
Desain penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Peneliti membatasi diri hanya untuk mendapatkan gambaran input dari sistem manajemen pelayanan / pendidikan dokter Rumah Sakit RSUPN/FKUI dengan analisis thematic approach untuk melihat kecukupan dan kesesuaian faktor input tersebut. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dengan cara pengumpulan data sekunder dan wawancara mendalam sebanyak 8 informa.
Hasil penelitian mem[erlihatkan bahwa input RSUPN yang sudah cukup dan sesuai dengan berdasarkan Standar RS Pendidikan yang ada, dengan tujuan dan renstra rumah sakit serta dari kepustakaan yang ada adalah dokter, sarana dan prasaranan serta kerjasama antara RSUPN dan FKUI tetapi dari segi keuangannya kerjasama ini sudah tidak sesuai lagi bagi RSUPN, sementara input RSUPN yang masih belum cukup dan sesuai adalah peraturan, keuangan dan pasien. Sedangkan input dari FKUI yang sudah cukup dan sesuai adalah dari peraturanm star pengajar, sarana dan prasarana, mahasiswa serta kurikulum. Keuangan untuk proses pelaksanaan program PPDU masih belum cukup sehingga masih harus disubsidi dana yang bersumber dari PPDS dan program D3 FKUI.
Kesimpulan hasil penelitian memperlihatkan bahwa ada sebagian input yang dimiliki RSUPN dan FKUI ternyata sulit dipisahkan. Input tersebut adalah dokter dan staf pengajarnya, serta sarana dan prasarana RSUPN dan FKUI. Melihat hubungan antara RSUPN dan FKUI yang sudah berlangsung cukup lama sekali (77 tahun) apabila kedua institusi tersebut akan pisahkan seharusnya dengan berdasarkan status badan hukumnya masing-masing, akan menjadi sangal sulit.
Saran dari hasil penelitian ini adalah perlunya peninjauan ulang kerjasama RSUPN dan FKUI yang lebih bcrdasarkan pada fakta, memperkuat hubungan antara RSUPN dan FKUI dengan mengoptimalkan inputnya masing-masing dan perlunya penyempurnaan Standar RS Pendidikan yang Iebih baik lagi. Sehingga penelitian ini perlu dilanjutkan oleh peneliti lain dengan melihat proses dan output dari sistem rumah sakit pendidikhn yang ada, sehingga diharapkan mendapat masukan yang lebih lengkap lagi dan berguna bagi penyusunan konsep Sistem Rumah Sakit Pendidikan."
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T6333
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adsty Anggraeni
"Sebagai salah satu industri kesehatan, rumah sakit telah mengalami berbagai peningkatan yang dapat dilihat dengan bertambah banyaknya jumlah dan jenis rumah sakit, khususnya di kota Jakarta. Kondisi demikian menimbulkan persaingan di antara pengelola rumah sakit untuk mendapatkan pangsa pasar konsumen yang lebih besar. Orientasi rumah sakit tidak lagi hanya sebatas fungsi sosial, tetapi bahkan beberapa rumah sakit cenderung menuju ke arah pencapaian profit. Pada umumnya kalangan konsumen yang mereka bidik adalah konsumen dengan kelas sosial ekonomi menengah ke atas, karena aliran keuntungan yang didapatkan bisa lebih cepat. Hal ini membuat masing-masing pihak manajemen mulai membenahi sistem pelayanannya menjadi yang terbaik sesuai dengan keinginan konsumen, salah satunya yaitu dengan mengetahui karakteristik konsumen yang menjadi pasiennya agar pihak manajemen rumah sakit dapat lebih tepat menyusun strategi manajemennya terhadap para pesaingnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasikan efektifitas dan efisiensi kualitas pelayanan rumah sakit, mengidentifikasikan prilaku pasien yang sedang menggunakan jasa pelayanan Instalasi, mengidentifikasikan atribut-atribut apa saja yang dapat mempengaruhi pasien dalam memilih rumah sakit, mengetahui segmentasi pasien rumah sakit terhadap atribut yang perlu dimiliki oleh rumah sakit, dan mengidentifikasikan proses pengambilan keputusan yang sebaiknya dijalankan oleh pihak rumah sakit.

As one of the medical industries, hospital has undergone many improvements which can be seen from the increase of numbers and types of hospitals, especially in Jakarta. This condition emerges competition between hospital manager to get bigger consumer market. Hospital`s orientation is no longer only social functions, some hospitals even tend to get profit. Generally, consumers they are looking for is consumers with middle to high social economic class. This makes every management start to improve the service system to suit the consumer`s demand better, one of the improvements is by knowing consumer`s characteristic who will be the patient so that hospital management can be more accurate in making it`s management strategy to it`s competitors. This research aims to identify effectivity and efficiency hospital`s service quality, identify patient`s habits who use hospital service, identify essential atributes which can influence patient in choosing hospital, know hospital patient`s segmentation based to atributes which must be owned by hospital, and identify decision making process which should be run be hospital."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
T26369
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Alicia Adriati Nurprassanti Lestari
"RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo (RSUPN-CM) merupakan satuan kerja yang berada di bawah Departemen Kesehatan. Sesuai dengan PP no. 23 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan BLU, rumah sakit ini melakukan pencatatan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK), tetapi karena tidak terpisah dari Departemen Kesehatan, maka laporan keuangan RSUPN-CM kemudian akan dikonsolidasikan ke laporan keuangan Departemen Kesehatan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Penelitian ini memfokuskan pada penerapan manajemen aset tetap dan penerapan SABMN untuk aset tetap di RSUPN-CM. Penerapan Manajemen Aset Tetap di RSUPN-CM meliputi inventarisasi, legal audit, penilaian aset, optimalisasi aset serta pengawasan dan pengendalian. Dalam menjalankan Sistem Akuntansi BMN (SABMN) untuk aset tetap, RSUPN-CM menggunakan aplikasi SIMAK-BMN yang dikeluarkan oleh Departemen Keuangan. Secara umum, RSUPN-CM telah melakukan manajemen aset tetap kecuali optimalisasi aset dan penerapan SABMN untuk aset tetap di RSUPN-CM juga telah sesuai dengan PSAK 16 dan PSAP 07 kecuali untuk penyusutan aset tetap.

RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo (RSUPN-CM) is working unit of Ministry of Health. According to PP no. 23 tahun 2005 about ?Pengelolaan Keuangan BLU?, this hospital records their transanctions under Financial Accounting Standard (SAK), but since they are impartial from Ministry of Health, their financial statemnt then will be consolidated to the ministry using Government Accounting Standard (SAP). This research focused on their fixed asset management and the application of SABMN for fixed asset on RSUPN-CM. This research is done by interviewing some key officers and compare their apliication of SABMN with the regulations. On RSUPN-CM, asset management includes asset inventorization, legal audit, appraisement of asset, asset ptimalization and asset planning and control. On the application of SABMN, RSUPN-CM uses SIMAK-BMN application launched by Ministry of Finance. Generally, RSUPN-CM has done all the fixed asset management process except asset optimalization and their SABMN application for fixed asset has complied with PSAK 16 and PSAP 07 except for the depreciation."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
6540
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aprida
"Pendahuluan: Jumlah penyandang epilepsi semakin meningkat, namun tidak disertai dengan edukasi sehingga masih terdapat stigma dan diskriminasi yang dapat menurunkan kualitas hidup orang dengan epilepsi (ODE). Dengan demikian perlu dilakukan penelitian sikap mahasiswa kedokteran preinternship, peserta program pendidikan dokter spesialis (PPDS) dan perawat karena mereka merupakan sumber penting pengetahuan tentang epilepsi dan dapat memberikan contoh bagi masyarakat.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dari Juni 2020 hingga Januari 2021. Sampel penelitian yaitu mahasiswa kedokteran preintership, peserta PPDS dan perawat di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Penelitian ini menggunakan kuesioner Public Attitude Toward Epilepsy (PATE) versi Bahasa Indonesia yang telah divalidasi.
Hasil: Mahasiswa kedokteran preinternship, peserta PPDS dan perawat memberikan sikap positif pada pertanyaan yang bersifat umum, namun hal sebaliknya didapatkan sikap negatif pada pertanyaan yang bersifat pribadi yakni berkencan, menikah ataupun memberikan saran kepada keluarga untuk menikah dengan ODE. Faktor sosiodemografi tidak mempengaruhi sikap terhadap epilepsi.
Kesimpulan: Mahasiswa kedokteran preinternship, peserta PPDS dan perawat memberikan sikap yang negatif dalam hal berkencan maupun menikah dengan ODE.

Background: The number of people with epilepsy is increasing, but this not followed by education so that there is still stigma and discrimination that can reduce the quality of life of people with epilepsy (PWE). Thus, it is necessary to conduct research on the attitudes of preintership medical students, residents and nurses because they are an important source of knowledge about epilepsy and can provide an example for the community.
Method: This study used a cross sectional design from June 2020 until Januari 2021. The research sample were preintership medical students, residents and nurses at Cipto Mangunkusumo Hospital. The study was conducted using a validated Indonesian version of the PATE questionnaire.
Results: Preintership medical students, residents and nurses gave a positive attitude to general questions, but on the contrary, a negative attitude was found on questions related to personalities, namely dating, getting married or giving advice to families to marry people with epilepsy. Sociodemographic factors did not influence attitude towards epilepsy.
Conclusion: Preintership medical students, residents and nurses give negative attitudes in dating and marrying PWE.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Idayanti Palgunadi
"ASBTRAK
Instalasi Rawat Inap A (IRNA A) adalah salah satu unit rawat gabung di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) dengan sistem pelayanan terpadu dengan kapasitas 374 tempat tidur. Pada saat ini ada 2 (dua) jenis pelayanan farmasi di IRNA A meliputi : manajemen pemerintah (350 tempat tidur) dan manajemen swasta (24 tempat tidur). Dengan adanya dua prosedur pelayanan farmasi yang berbeda di dalam IRNA A, secara teoritis tentunya dapat menimbulkan berbagai masalah baik dalam pelaksanaan pelayanan maupun pendapatan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pelaksanaan prosedur pelayanan obat dan alat kesebatan di IRNA A, mengkaji perbedaan prosedur yang berlaku baik terhadap kualitas pelayanan maupun pendapatan., serta kendalalhambatan dalam melaksanakan prosudur pelayanan obat dan alat kesehatan.
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode telaah kasus dengan pendekatan deskriptif analitis dengan menggunakan data primer yaitu observasi di depo farmasi dan wawancara langsung dengan pejabat sruktural dan fungsional., dan data sekunder diperoleh dengan cara survey di lapangan dan dari data penunjang lainnya. Sebagai unit analisa adalah resep IRNA A lantai 6 dan lantai 7 pada bulan Januari 1996. Dan data yang diperoleh dihitung masing-masing prosentase variabel penelitian ( bentuk instruksi, jumlah instruksi, jenis instruksi, alur penyediaan, alur pengadaan, alur distribusi). Di samping itu dengan menggunakan program Billing Farmasi diperoleh data pemakaian serta biaya obat dan alat kesehatan yang merupakan target income IRNA A.
Penelitian ini meyimpulkan bahwa : Pelayanan farmasi dasar baik di IRNA A lantai 6 maupun IRNA A Iantai 7 sudah berjalan sesuai SOP, efisiensi pemakaian obat dan alat kesehatan dasar IRNA A lantai 7 lebih tinggi dari IRNA A lantai 6. Pelayanan obat dan alat kesehatan non dasar di lantai 7 sudah berjalan sesuai SOP sehingga seluruh obat dan alat kesehatan di IRNA A lantai 7 pengadaan dan pendistribusiannya sudah melalui depo, sedangkan lantai 6 belum sepenuhnya mengikuti SOP, akibatnya petugas di depo farmasi lantai 6 sulit mendapatkan informasi tentang asal 1 sumber, jenis, jumlah maupun harga obat dan alat kesehatan yang digunakan, karena hanya 3,96 % penyediaan dan 36,44 % pendistribusian yang melalui depo farmasi.
Sebagai saran perlu modifikasi prosedur pelayanan obat dan alat kesehatan di IRNA A lantai 6, sehingga ada kemiripan dengan prosedur yang berlaku di IRNA A lantai 7 dengan mempertimbangkan adanya peluang dan hambatan kendala.
Daftar Pustaka : 22 (1980 - 1995)

ABSTRACT
IRNA A (Instalasi Rawat Inap A) is an integrated ward in Cipto Mangunkusumo Hospital with 374 bed-capacity. In providing health services, including pharmacy service, the ward implements two different management's : government-managed (350 beds) and private- managed (24 beds). It is assumed that implementing two different systems in one unit will rise problems, in terms of revenue and operational problems.
The purposes of the study were to review the implementation of pharmacy service in the above systems which include the effect of such systems in quality of service and revenue ; and to find out the obstacles. In the hope to enhance the role of Pharmacy Department in health service.
The method applied was analytical descriptive using primary data ; observation at satellites and interview with management officer and health professionals (physicians, pharmacist and nurses) ; and secondary data : total prescriptions at 6th and 7th floor in January 1996. Data was then analyzed in terms of type and number of prescription, and flow of procurement and distribution. In addition, the cost of medications was also calculated.
The result showed that pharmacy service for essential supplies both in 6th and 7th floor run well in accordance with Standard Operating Procedure (SOP). However, efficiency of the utilization of supplies in 7th floor was better than another. While for non essential supplies, SOP was fully performed in 7th floor, whereas only part of it in 6th floor. In 7th floor all medications were supplied and distributed by pharmacy satellite. Whereas in 6th floor only 3,96 %, and 36,4 % of it was supplied and distributed by pharmacy satellite, respectively.. By doing so, pharmacy workers in 6th floor were poorly-informed regarding the origin, quality and quantity of medications used.
It is suggested to modify the procedures of services in drugs and health supplies provision in 6th floor IRNA A so that to be similar to the one in 7th IRNA A.
Bibliography : 22 ( 1980 - 1995)
"
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rezaalka Helto
"Latar Belakang: malformasi arteri-vena (MAV) adalah struktur abnormal yang menyebabkan fistula antara arteri dan vena tanpa perantara kapiler. MAV serebral memiliki risiko ruptur yang tinggi, dimana keadaan ruptur dapat menyebabkan kondisi katastrofik bagi pasien. Terdapat berbagai modalitas penatalaksanaan dalam manajemen MAV, seperti reseksi, embolisasi endovaskular, pembedahan stereotaktik, atau kombinasi tindakan-tindakan tersebut. Penelitian mengenai MAV sudah banyak dilakukan di luar negeri, namun masih sedikit dilakukan di Indonesia.
Tujuan: memperoleh data profil klinis, manajemen, luaran, dan gambaran pembiayaan pasien MAV serebral di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, serta memperoleh hubungan antara variabel tersebut.
Metode: penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif dengan memperoleh data dari rekam medis pasien sejak tahun 2012 hingga 2021.
Hasil: sebanyak 128 tindakan dilakukan pada pasien MAV serebral di RSCM. Jenis tindakan terbanyak adalah DSA diagnostik, disusul dengan GKRS dan embolisasi. Pada tindakan embolisasi,  luaran klinis yang memiliki perbedaan signifikan atara pra dan pasca operasi adalah kejang, nyeri kepala, dan penurunan kesadaran. Pada tindakan GKRS, luaran klinis yang memiliki perbedaan signifikan pra dan pasca operasi adalah kejang, nyeri kepala, mual muntah, penurunan kesadaran, hemiparesis, dan hemihipestesia. Median persentase obliterasi GKRS adalah 51,86%. Data tindakan reseksi tidak dianalisis karena jumlah sampel tidak mencukupi. Biaya tindakan paling tinggi adalah tindakan GKRS, dengan rerata pembiayaan tindakan sebesar Rp. 134.878.643,00.
Kesimpulan: dibandingkan dengan embolisasi dan reseksi, tindakan GKRS menunjukkan luaran klinis yang lebih baik dengan nilai median obliterasi 51,86%, namun merupakan tindakan dengan pembiayaan paling tinggi dan tidak ditanggung oleh asuransi negara.

Backgrounds: Arteriovenous malformation (AVM) is an abnormal structure that causes fistulas between arteries and veins without capillary intermediaries. Cerebral AVM has a high risk of rupture, where the state of rupture can cause catastrophic conditions for the patient. There are various treatment modalities in the management of AVM, such as resection, endovascular embolization, stereotactic surgery, or a combination of the treatments above. Many researches on AVM have been carried out abroad, but little has been done in Indonesia.
Objective: to obtain data on clinical profiles, management, outcomes, and costs of cerebral AVM patients at Dr. Cipto Mangunkusumo, and to obtain the relationship between the variables.
Method: this study is a descriptive observational study by extracting data from patient medical records from 2012 to 2021.
Results: a total of 128 procedures were performed on cerebral AVM patients at RSCM. The most common type of procedure was diagnostic DSA, followed by GKRS and embolization. In the embolization procedure, the clinical outcomes that had a significant difference between pre and post-procedure were seizures, headache, and decreased consciousness. In the GKRS procedure, the clinical outcomes that had significant differences before and after the procedure were seizures, headache, nausea and vomiting, decreased consciousness, hemiparesis, and hemihypesthesia. The median percentage of GKRS obliteration was 51.86%. Resection data were not analyzed because the number of samples was insufficient. The highest cost of procedure is GKRS, with an average cost of action of Rp. 134,878,643.00.
Conclusion: compared to embolization and resection, the GKRS procedure showed a better clinical outcome with a median obliteration value of 51.86%, but it was the procedure with the highest cost and was not covered by national health coverage.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Saida
"Pelayanan instalasi gawat darurat merupakan tolok ukur kwalitas pelayanan rumah sakit, karena merupakan Ujung tombak pelayanan rumah sakit, yang memberikan pelayanan khusus kepada pasien gawat darurat secara terus menerus selama 24 jam setiap hari. Karena itu pelayanan di IGD harus diupayakan seoptimal mungkin. Untuk itu diperlukan kualitas SDM profesional termasuk tenaga keperawatannya.
Sehubungan dengan tuntutan kualitas pelayanan tersebut aspek penghargaan baik material maupun non material merupakan aspek penting untuk mendorong motivasi kerja perawat.. Pengembangan karier adalah salah satu aspek yang terpenting dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan di IGD RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.
Kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa sampai saat ini kemampuan SDM keperawatan yang ada belum'memadai, belum sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Berdasarkan hal tersebut, permasalahan dalam penelitian ini adalah belum terlaksananya pengembangan karier fungsional keperawatan yang berkesinambungan baik melalui pendidikan formal maupun tidak formal dalam upaya meningkatkan pelayanan yang profesional, berkualitas, aman dan nyaman.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui diskusi kelompok terarah, wawancara mendalam dan observasi.
Dari hasil penelitian terlihat bahwa pelatihan yang dilakukan belum merupakan bagian dari pengembangan karier staf, serta jenjang karier perawat belum ada, sehingga tugas dan tanggung jawab untuk semua perawat sama. Demikian juga tentang penyediaan dana untuk pendidikan dan pelatihan terbatas.
Untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatann di IGD, maka IGD diharapkan mampu merumuskan jenjang karier keperawatan, dengan usulan semua perawat melewati fase-fase yang telah ditentukan sesuai peringkat fungsi, sehingga akan memberikan kejelasan peran dan fungsi untuk setiap tenaga keperawatan di IGD.
Saran penelitian adalah pembentukan tim pengembangan keperawatan untuk 1) menyusun kurikulum; 2) menyusun proposal; 3) mengkaji kebutuhan pendidikan dan pelatihan; 4) pemberian penghargaan yang memadai, sehingga tenaga keperawatan dapat mengembangkan profesinya dengan optimal.
Daftar bacaan : 30 (1980 - 1997)

The health services of emergency care unit is considered as one of the quality indicators of hospital services because this unit provides a specialized service to the emergency patients continuously 24 hours a day, therefore the emergency care unit services should be facilitated optimally which is mainly determined by the qualified nursing personnel.
In relation to the demand for high quality of nursing services, the material and nonmaterial reward system need to be taken into consideration in motivating a better working performance of nurses. Career development as one of important aspects in improving the quality of emergency care at Dr:.Cipto Mangunkusumo National Hospital.
The existing performance of nursing personnel is still not adequate and do not meet the standard of nursing care. Based on this siuation , the research problems was to answer the need of a well established nursing functional career development either through a formal or non formal education as an effort to improve a professional, and high quality of services by providing a safe, quick, and appropriate interventions.
This research study utilized a descriptive explorative design with a qualitative research methodology. The data was collected using a focus group discussion, interview and observation methods. The research study revealed that the existing training was not as an a part of career development system of nursing staffs, and even there was no career ladder for nurses, as a consequences, the tasks and responsibilities for all nurses were the same. In addition, there was lack of financial support for education and training of nurses.
In order to improve the quality of nursing services at the emergency care unit, it's expected and required that the career ladder should be formulated and proposed that all nurses should follow the stages of a standardized career development based on the factional Levels, so that there will be a clear roles and factions for each emergency care unit nursing personnel.
Based on the result of this study, it is recommended: 1) to develop a training curriculum; 2) to formulate a, training proposal; 3) to conduct a need assessment for education and training/ and 4) to provide an adequate and appropriate reward, which will optimally facilitate the personal and professional growth for each nursing personnel.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T8223
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Saida
"The health services of emergency care unit is considered as one of the quality indicators of hospital services because this unit provides a specialized service to the emergency patients continuosly 24 hours a day, therefore the emergency care unit services should be facilitated optimally which is mainly determined by the qualified nursing personnel. In relation to the demand forhigh quality of nursing services, the material and nonmaterial reward system need to be taken into consideration in motivating a better working performance of nurses. Career development as one of important aspects in improving the quality of emergency care at D.Cipto Mangunkusumo National Hospital. The existing performance of nursing personnel is still not adequate and do not meet the standard of nursing care. Based on this sivation ; the research problems was to answer the need of a well established nursing functional career development either through a formal or non formal education as an effort to improve a professional, and high quality of services by providing a safe, quick, and appropriate interventions. This research study utilized a descriptive explorative design with a qualitative research mehtodology. The data was collected using a focus group discussion, interview and observation methods.
The research study revealed that the existing training was not as an a part of career development system of nursing staffs, and even there was no career ladder for nurses, as a consequences, the tasks and responsibilities for all nurses were the same. In addition, there was lack of financial support for education and training of nurses. In order to improve the qualtiy of nursing services at the emergency care unit, it s expected and required that the career ladder should be formulated and proposed that all nurses should follow the stages of a standardized career development based on the fuctional levels, so that there will be a clear roles and fuctions for .each emergency care unit nursing persnonnel. Based on the result of this study, it is recommended: 1) to develop a training curriculum; 2) to formulate a training proposal; 3) to conduct a need assessment for education and traning/ and 4) to provide an adequate and appropriate reward, which will optimally facilitate the personal and professional growth for each nursing personnel.

Pelayanan instalasi gawat darurat merupakan tolok ukur kwalitas pelayanan rumah sakit, karena merupakan ujung tombak pelayanan rumah sakit, yang memberikan pelayanan khusus kepada pasien gawat arurat secara terus menerus selama 24 jam setiap han. Karena itu pelayanan di IGD hams diupayakan seoptimal rnungkin. Untuk itu diperlukan kualitas SDM profesional termasuk tenaga keperawatannya. Sehubungan dengan tuntutan kualitas pelayanan tersebut aspek penghargaán baik material maupun non. material merupakan aspek penting untuk mendorong motivasi kerja perawat. Pengembangan karidr adalah salah satu aspek yang terpenting dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan di IGD RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa sampai saat mi kemampuan SDM keperawatan yang ada belum themadai, bilum sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Berdasarkan hal tersebut, permasalahan dalain penelitian mi adalah belum terlaksananya pengembangan karier fungsional keperawatan yang berkesinambungan baik melalui pendidikan formal maupun tidak formal dalam upaya meningkatkan pelayanan yang profesional, berkualitas, aman dan nyaman. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui diskusi kelompok terarah, wawancara mendalam dan observasi.
Dari hasil penelitian terlihat bahwa pelatihan yang dilakukan belum merupakan bagian dari pengembangan karier staf, sertajenjang karier perawat belum ada, sehingga tugas dan tanggung jawab untuk semua perawat sama. Demikian juga tentang penyediaan dana untuk pendidikan dan pelatihan terbatas. Untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatann di IGD, maka IGD diharapkan mampu merumuskan jenjang kanier keperawatan, dengan usulan semua perawat melewati fase-fase yang telah ditentukan sesuai peringkat fungsi, sehingga akan memberikan kejelasan peran dan fungsi untuk setiap tenaga keperawatan di IGD. Saran penelitian adalah pembentukan tim pengembangan keperawatan untuk 1) menyusun kurikulum; 2) menyusun proposal; 3) mengkaji kebutuhan pendidikan dan pelatihan; 4) pemberian penghargaan yang memadai, sehingga tenaga keperawatan dapat mengembangkan profesinya dengan optimal."
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Avid Wijaya
"ABSTRAK
Kanker merupakan penyakit tidak menular yang menjadi salah satu perhatian dunia.
Perbedaan jenis dan stadium kanker mempengaruhi terapi pengobatan seperti operasi,
radiasi, kemoterapi, terapi hormone, terapi kekebalan dan terapi yang ditargetkan. Terapi
yang paling sering dilakukan adalah kemoterapi. Namun secara global, layanan terhadap
manajemen kemoterapi belum maksimal, baik dari intern Rumah Sakit maupun
pelayanan terhadap pasien. Dengan memanfaatkan pesatnya berkembangan teknologi,
maka layanan manajemen kemoterapi berbasis web dan android dapat menjadi solusinya.
Penelitian ini bertujuan untuk merancang dan membuat sebuah prototipe sistem
informasi manajemen kemoterapi yang berfungsi untuk menentukan jadwal kemoterapi
dan manajemennya yang berbasis web dan android sebagai layanan otomatis bagi
petugas kemoterapi dan pasiennya. Metode pengembangan system yang digunakan yaitu
prototyping yang didalamanya mencakup identifikasi kebutuhan, pembuatan prototipe,
pengujian prototipe, memperbaiki prototipe, dan mengembangkan versi produksi.
Analisis sistem dilakukan dengan metode kualitatif menggunakan analisis PIECES
(Performance, Information, Economy, Control, Efficiency, Service). Hasil dari penelitian
ini adalah sebuah prototipe sistem informasi manejemen kemoterapi dengan
menggunakan aplikasi berbasis android maupun web. Aplikasi sistem informasi ini
digunakan antara pasien dengan dokter atau perawat sehingga dapat meningkatkan
pelayanan dan meminimalisir kekhawatiran efek samping yang dirasakan pasien. Jadwal
kemoterapi ditentukan secara otomatis dan pasien akan mendapatkan notifikasi ketika
mendekati jadwal kemoterapi tersebut. Secara keseluruhan, aplikasi ini sangat
bermanfaat bagi pasien dan tenaga kesehatan sehingga pelayanan kemoterapi dapat
terkontrol oleh sistem informasi manajemen ini.

ABSTRACT
Cancer is a non-communicable disease that is one of the world's attentions. Different
types and stages of cancer affect treatment therapies such as surgery, radiation,
chemotherapy, hormone therapy, immune therapy and targeted therapies. While the most
frequent therapy is chemotherapy. But globally, the service to chemotherapy
management has not been maximal, either from internal hospital or patient service. By
leveraging the rapid development of technology, web-based and android-based
chemotherapy management services can be the solution. This study aims to design and
create a prototype chemotherapy management information system that serves to
determine chemotherapy and management schedule based web and android as an
automatic service for chemotherapy officers and patients. The system development
method used is prototyping which includes identification of needs, prototype
manufacture, prototype testing, prototype fixing, and developing production version.
While to identify the system needs done by qualitative method using PIECES analysis
(Performance, Information, Economy, Control, Efficiency, Service). The result of this
research is a prototype information system of chemotherapy management using android
and web based application. This information system application is used between patients
with doctors or nurses so as to improve services and minimize concerns of perceived side
effects. The chemotherapy schedule is automatically determined and the patient will get
a notification when approaching the chemotherapy schedule. Overall, this application is
very useful for patients and health personnel, so it is expected that chemotherapy services
can be controlled by this management information system."
2018
T53844
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sigit Wirawan
"ABSTRAK
Penyakit kanker merupakan penyakit yang sangat kompleks sehingga memerlukan pendekatan multidisiplin baik dalam diagnostik maupun terapi. Durasi penegakkan diagnosis dan terapi pada pasien kanker mempengaruhi hasil akhir pasien tersebut. Keterlambatan terapi dapat disebabkan oleh keterlambatan dokter dalam merujuk pada pelayanan kesehatan primer dan keterlambatan sistem pelayanan kesehatan pada proses penegakkan diagnosis dan dimulainya terapi definitif pada kanker. Penelitian ini merupakan studi analisis deskriptif menggunakan metode campuran kuantitatif dan kualitatif untuk mengetahui data insidens keterlambatan terapi pada pasien kanker yang dirujuk ke Departemen Radioterapi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusmo pada bulan Mei - Agustus 2015 serta mengevaluasi faktor yang mempengaruhi keterlambatan tersebut. Terdapat 294 orang pasien yang diikutsertakan dalam penelitian ini setelah mendapatkan persetujuan tertulis. Pada keterlambatan terapi akibat keterlambatan dokter, dari 62 pasien yang dirujuk dari pelayanan kesehatan primer didapatkan 18 pasien (29%) mengalami keterlambatan rujukan. Keterlambatan diagnosis terjadi pada 78 pasien (26,5%). Sedangkan pada keterlambatan tindakan pengobatan terjadi pada 172 pasien (58,5%). Dari seluruh pasien didapatkan 132 pasien (45%) mengalami keterlambatan dokter dan sistem. Berdasarkan analisis statistik menunjukkan adanyan hubungan yang signifikan antara keterlambatan rujukan (p<0,01), keterlambatan diagnosis (p<0,01) dan keterlambatan tindakan pengobatan (p<0,01) dengan keterlambatan terapi akibat keterlambatan dokter dan system. Tingginya angka keterlambatan terapi kanker pada penelitian ini ditemukan akibat keterlambatan dokter dan sistem, khususnya pada keterlambatan pada penegakkan diagnosis dan tindakan pengobatan.

ABSTRACT
Cancer is a very complex disease that requires a multidisciplinary approach both in diagnostics and therapy. The duration of the diagnosis and treatment of cancer patients affect the outcome of these patients. Delay in treatment may be caused by the delay in referring physicians in primary health care and health care system delay in the commencement of the process of diagnosis and definitive therapy in cancer. This study was a descriptive analytical study using a mix of quantitative and qualitative methods to determine the incidence of therapy delays in cancer patients who were referred to the Department of Radiotherapy RSUPN Dr. Cipto Mangunkusmo in May to August for 2015 and evaluate the factors that influence the delay. There were 294 patients included in this study after obtaining written consent. Doctor's delay due to delayed treatment, from 62 patients referred from primary health care is obtained for 18 patients (29%) experienced a delay in referral. Delay in diagnosis occurred in 78 patients (26.5%). While the delay in treatment action occurred in 172 patients (58.5%). From all patients had 132 patients (45%) experienced doctor and system delay. Statistical analysis showed a significant correlation between the reference delay (p <0.01), late diagnosis (p <0.01) and delays in treatment measures (p <0.01) with a delay due to delayed therapy and doctor system. The high number of delays in cancer therapy in this study was found as a result of delays doctor and systems, in particular on the delay in diagnosis and treatment.eterlambatan terapi akibat keterlambatan dokter dan system. Tingginya angka keterlambatan terapi kanker pada penelitian ini ditemukan akibat keterlambatan dokter dan sistem, khususnya pada keterlambatan pada penegakkan diagnosis dan tindakan pengobatan."
2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>