Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 172715 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nur Malita Dewi
"Bangunan sudut merupakan salah satu peninggalan dari masa kolonial Belanda di Indonesia yang dapat memperlihatkan adanya perpaduan antara pengaruh arsitektur Eropa dan Indonesia. Hal ini terjadi karena dalam pembangunannya, masyarakat Belanda melakukan penyesuaian terhadap lingkungan untuk kenyamanan pemakaian namun tetap mengadaptasi bentuk seperti di negara asalnya. Salah satu wilayah yang memiliki bangunan sudut dan sampai saat ini masih dapat dilihat berada di Kota Lama Surabaya. Dengan demikian, penelitian ini bermaksud untuk menguraikan keletakan dan bentuk-bentuk bangunan sudut di Kota Lama Surabaya (1900 – 1940), serta kaitannya dengan aspek lingkungan di kawasan tersebut. Sebanyak 14 bangunan sudut yang letaknya di persimpangan jalan menjadi objek dalam penelitian ini. Kemudian metode yang digunakan adalah metode analisis kontekstual dan analisis komparasi dengan membandingkan keletakan dan bentuk bangunan sudut di Kota Lama Surabaya, Kota Lama Semarang, dan Bandung. Hasilnya, letak bangunan sudut di Kota Lama Surabaya yang berada di persimpangan ganda memiliki dua bentuk sudut. Selain itu, sebagian besar memiliki kesamaan karakteristik dengan bangunan sudut di Bandung, namun tidak ditemukan bentuk kurva linear di Kota Lama Surabaya. Kemudian, adanya pengaruh lingkungan pada letak dan bentuk bangunan sudut di Kota Lama Surabaya menyebabkan adanya perbedaan dengan bangunan-bangunan sudut di Kota Lama Semarang dan Bandung.

The corner building is one of the relics of the Dutch colonial period in Indonesia which can show the combination of European and Indonesian architectural influences. This happened because in its construction, the Dutch people made adjustments to the environment for comfortable use but still adapted the form as in their home country. One of the areas that has corner buildings and can still be seen today is in Surabaya Old City. Thus, this study intends to describe the layout and forms of corner buildings in Surabaya Old City (1900 – 1940), as well as their relation to environmental aspects in the area. There are 14 corner buildings located at the crossroads that became the object of this study. Then, the method used is the method of contextual analysis and comparative analysis by comparing the layout and form of the corner buildings in Surabaya Old City, Semarang Old City, and Bandung. As a result, the location of the corner building in Surabaya Old City which is at a double intersection has two corner shapes. In addition, most of them have similar characteristics with corner buildings in Bandung, but there is no linear curve found in Surabaya Old City. Then, the influence of the environment on the layout and form of the corner buildings in Surabaya Old City causes a difference with the corner buildings in Semarang Old City and Bandung."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Idmand Perdina
"Bangunan sudut sebagai salah satu peninggalan masa kolonial dapat memperlihatkan perpaduan pengaruh arsitektur Eropa dengan kearifan lokal dalam bentuk yang lebih menarik dibandingkan bangunan di sekitarnya. Peninggalan tersebut banyak dijumpai di Kawasan Kota Lama Semarang sebagai pusat ekonomi dan pemerintahan untuk wilayah Jawa bagian tengah yang memiliki karakteristik unik karena terdapat ratusan bangunan di lahan dengan luas sekitar 30 hektar sehingga tata bangunannya memunculkan banyak bangunan sudut. Keletakan dan bentuknya yang berbeda mengandung unsur-unsur yang dapat menjadi tanda perkembangan gaya arsitektur sehingga menarik untuk diteliti. Unsur-unsur tersebut kemudian didata dan dianalisis untuk mengetahui posisi Kota Lama Semarang dalam perkembangan gaya arsitektural. Hasilnya menunjukkan bahwa bangunan sudut di Kota Lama Semarang mengalami dua fase perkembangan gaya, yaitu gaya transisi dan gaya kolonial modern. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa Kota Lama Semarang adalah kota yang dinamis meskipun sudah berdiri sejak abad 17.

Corner building as one of the relics of the colonial period can show the combination of European architectural influences with local wisdom in a more interesting form compared to the surrounding buildings. These relics are often found in Semarang Old City as an economic and government center for the central part of Java, which has unique characteristics because there are hundreds of buildings on a land area of about 30 hectares so that the building layout raises many corner buildings. The layout and the different forms contain elements that can be a sign of the development of architectural style so that it is interesting to study. The elements are then recorded and analyzed to determine the position of Semarang Old City in the development of architectural styles. The results show that the corner building in Semarang Old City underwent two phases of style development, namely the transition style and the modern colonial style. It also shows that Semarang Old City is a dynamic city even though it was founded in the 17th century."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nugraha Bektya Jatmika
"Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap sejarah di balik penulisan KBG 206, mulai dari identifikasi penulisnya, bentuk-bentuk aksaranya, hingga fungsi penulisan naskah kaitannya dengan masa naskah tersebut ditulis. Bentuk penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan jenis penelitian library research (penelitian pustaka). Penelitian ini menyajikan edisi teks sesuai dengan metode suntingan naskah tunggal, yakni edisi diplomatik. Adapun teori yang digunakan dalam meninjau bentuk aksara dalam KBG 206 sesuai dengan model analisis statis dalam ilmu paleografi. Hasil dari analisis yang dilakukan ialah diketahui bahwa naskah KBG 206 ditulis oleh R. Ng. Ranggawarsita dengan bentuk tulisan yang cenderung menyerupai tulisan sang pujangga pada tahun 1840-1842. Selain itu diketahui bahwa bentuk-bentuk aksara buda dalam KBG 206 yang bervariatif menunjukan luasnya wawasan R. Ng. Ranggawarsita terhadap aksara buda. Naskah KBG 206 menjadi bukti nyata dari peranan R. Ng. Ranggawarsita dalam periode vulgarisasi warisan tradisi tulis Jawa. Temuan sulukan ada-ada girisa dalam naskah KBG 206 juga menggambarkan pandangan dan aspirasi R. Ng. Ranggawarsita terhadap kebudayaan pada masa itu, dalam hal ini khususnya aksara buda.

This study aims to reveal the history behind the writing of KBG 206, from the identification of the writer, forms of the scripts, and the purpose of its writing at the time the manuscript was written. The form of this research is descriptive qualitative research with the type of library research. This study presents the text edition according to the single-text editing method, namely the diplomatic edition. The theory used in reviewing the form of letters in KBG 206 is in accordance with the analytic model of statics within the palaeographic theory. The result of the analysis is known that the KBG 206 manuscript was written by R. Ng. Ranggawarsita with a writing form that tends to resemble the writing of the pujangga himself in 1840-1842. In addition, it is known that varied forms of buda script in KBG 206 show the comprehense of R. Ng. Ranggawarsita knowledge to buda script. The KBG 206 manuscript is a clear evidence of R. Ng. Ranggawarsita’s role in the period of vulgarization of Javanese written tradition. Sulukan ada-ada girisa in the text of KBG 206 also illustrate the views and aspirations of R. Ng. Ranggawarsita to the culture at that time, in this case especially the buda script."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nik Desiam Alhamdi
"Raden Saleh yang merupakan seorang pelukis terkenal merancang dan mengarsiteki rumah tinggal yang ditempatinya di Cikin pada tahun 1852-1867 (sekarang Rumah Sakit PGI Cikini). Arsitektur yang dibuat oleh Raden Saleh pada bangunan Eks Rumah Raden Saleh dipengaruhi dengan berbagai macam latar belakang dirinya. Permasalahan penelitian yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana komponen-komponen arsitektur dan ornamen pada bangunan Eks Rumah Raden Saleh serta identitas Raden Saleh direpresentasikan pada bangunan Eks Rumah Raden Saleh. Penelitian ini menggunakan metode K.R. Dark, yaitu dengan tahapan sumber data, data, bukti, dan interpretasi. Penelitian ini menggunakan teori identitas dalam membantu menjawab permasalahan penelitian. Hasil penelitian ini menjelaskan terdapat berbagai macam unsur gaya Neo-Gotik pada Eks Rumah Raden Saleh dan unsur gaya Eklektik. Identitas Raden Saleh juga direpresentasikan melalui komponen dan ornamen bangunan, seperti identitas kebudayaan dan agama yang mempengaruhi Raden Saleh dalam membangun bangunan tersebut.

Raden Saleh, who was a well-known designer, designed and architected the residence he occupied in Cikini in 1852-1867 (now the PGI Cikini Hospital). The architecture made by Raden Saleh in the Former Raden Saleh House building was influenced by various backgrounds from him. The research problem raised in this study is how the style of architectural components and ornaments in the Former Raden Saleh House building and Raden Saleh's identity are reflected in the Former Raden Saleh House building. This study uses the K.R. method. Dark, namely the stages of data sources, data, evidence, and interpretation. This study uses identity theory to help answer research problems. The results of this study explain that there are various kinds of Neo-Gothic style elements in the Raden Saleh Former House and elements of the Eclectic style. Raden Saleh's identity is also represented through building components and ornaments, such as cultural and religious identities that influenced Raden Saleh in constructing the building."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Suharianto Permana
"Tulisan ini membahas mengenai penamaan dan sejarah penamaan masjid-masjid kuno di Jakarta dan relasi sejarah penamaan masjid pada masjid-masjid kuno di Jakarta dengan bangunan atau bentuk masjid tersebut dengan menggunakan dua puluh tiga masjid sebagai objek kajian. Metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian arkeologi menurut Sharer dan Ashmore (2003, hlm. 156) yang terdiri dari beberapa tahapan, yaitu formulasi, pengumpulan data, pengolahan data, analisis, interpretasi, dan publikasi. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa dari dua puluh tiga masjid yang dijadikan objek penelitian diketahui delapan cara atau pengambilan nama pada masjid-masjid kuno di Jakarta, yaitu berdasarkan vegetasi, berdasarkan bersejarah, berdasarkan pemberian, berdasarkan wilayah, berdasarkan nama tempat atau unsur rupa bumi, berdasarkan nama- nama asing, berdasarkan arsitektur bangunan, dan berdasarkan akronim. Selain itu, diketahui pula bahwa dari dua puluh tiga masjid yang dijadikan objek kajian, hanya ada dua masjid yang memiliki relasi antara bentuk bangunan masjid dengan sejarah penamaannya, yaitu Masjid Langgar Tinggi dan Masjid Agung Sunda Kelapa.

This paper discusses the naming and history of the naming of ancient mosques in Jakarta and the historical relation of the naming of mosques to ancient mosques in Jakarta and the buildings or forms of these mosques by using twenty-three mosques as the object of study. The research method used is archaeological research according to Sharer and Ashmore (2003, p. 156) which consists of several stages, namely formulation, data collection, data processing, analysis, interpretation, and publication. This research resulted in the conclusion that of the twenty-three mosques that were used as research objects, there were eight ways or names of ancient mosques in Jakarta, namely based on vegetation, based on history, based on gift, based on area, based on place names or elements of the earth, based on foreign names, based on building architecture, and based on acronyms. In addition, it is also known that of the twenty-three mosques that were used as the object of study, there were only two mosques that had a relationship between the shape of the mosque building and the history of its name, namely the Langgar Tinggi Mosque and the Sunda Kelapa Grand Mosque."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anwar Hafidz Al Kautsar
"Masjid Jami Cikini Al Makmur merupakan masjid yang terletak di daerah Cikini Jakarta Pusat yang selesai didirikan pada tahun 1932 dengan prakarsa tokoh-tokoh muslim nasional yang ditujukan untuk menampung jumlah jamaah yang lebih banyak dan menghindarkan konflik dengan perusahaan Belanda terhadap keberadaan masjid. Masjid ini memiliki keragaman arsitektur dan ornamen yang mendapatkan pengaruh dari beberapa unsur budaya, sehingga diketahui terdapat sebuah hibriditas yang merupakan bentuk transformasi akibat adanya interaksi antar kelompok budaya. Namun, dari beberapa unsur budaya yang berinteraksi terdapat dominasi budaya sehingga muncul pertentangan sebuah kelompok yang disebut budaya resistensi. Penelitian ini membahas bagaimana bentuk hibriditas di Masjid Jami Cikini Al Makmur pada abad ke-20 berdasarkan komponen variasi bentuk arsitektural dan ornamental serta mengungkapkan budaya resistensi yang terdapat pada bangunan masjid tersebut sebagai bentuk pertentangan terhadap adanya dominasi budaya. Metode yang digunakan pada penelitian ini merujuk pada penelitian arkeologi oleh Robert H Sharer dan Wendy Ashmore (2003) meliputi: formulasi, implementasi, pengumpulan data, pengolahan data, analisis, interpretasi, dan publikasi. Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka dan survei secara langsung pada bangunan Masjid Jami Cikini Al Makmur. Hasil penelitian menunjukan terdapat unsur hibriditas pada bentuk arsitektur dan ornamental yang berasal dari unsur budaya lokal yakni budaya Jawa dan Betawi serta unsur budaya asing seperti budaya Arab, Cina dan juga Eropa. Sedangkan bentuk resistensi didasarkan pada penggunaan atap tumpang limasan dan tiang saka guru yang merujuk pada unsur budaya Jawa yang digunakan sebagai perlawanan dominasi bentuk bangunan bergaya kolonial di wilayah Cikini. Dari Hal tersebut dapat diketahui bahwa interaksi budaya dapat menghasilkan sebuah percampuran budaya pada bentuk arsitektur bangunan dan ornamen yang menghiasinya, serta bentuk perlawanan terhadap dominasi budaya dapat ditunjukkan melalui berdirinya sebuah bangunan agar eksistensi jati diri dari unsur budaya dapat terlihat.

The Jami Cikini Al Makmur Mosque is a mosque located in the Cikini area, Central Jakarta, which was completed in 1932 with the initiative of national Muslim figures aimed at accommodating a larger number of worshipers and avoiding conflicts with Dutch companies over the existence of mosques. This mosque has architectural diversity and ornaments that are influenced by several cultural elements, so it is known that there is a hybridity which is a form of transformation due to interaction between cultural groups. However, from several interacting cultural elements there is cultural domination so that there is opposition to a group called resistance culture. This research discusses the form of hybridity at the Jami Cikini Al Makmur Mosque in the 20th century based on the components of architectural and ornamental form variations and reveals the culture of resistance contained in the mosque building as a form of opposition to cultural domination. The methods used in this research refer to archaeological research by Robert H Sharer and Wendy Ashmore (2003) including: formulation, implementation, data collection, data processing, analysis, interpretation, and publication. Data collection was carried out by literature study and direct survey of the Jami Cikini Al Makmur Mosque building. The results showed that there were elements of hybridity in architectural and ornamental forms derived from local cultural elements, namely Javanese and Betawi cultures and foreign cultural elements such as Arabic, Chinese and European cultures. While the form of resistance is based on the use of pasan overlapping roofs and saka guru poles that refer to Javanese cultural elements that are used as resistance to the dominance of colonial-style building forms in the Cikini area. From this it, can be seen that cultural interaction can produce a mixture of cultures in the form of building architecture and ornaments that decorate it, and a form of resistance to cultural domination can be shown through the establishment of a building so that the existence of the identity of cultural elements can be seen.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Damaji Ratmono
"Kekayaan budaya di lndonesia berupa naskah-naskah kuno perlu dilestarikan dengan baik agar dapat digunakan oleh generasi saat ini maupun generasi yang akan datang tak terkecuali naskah kuno yang tersimpan di Museum Siginjai di Provinsi Jambi. Keberadaan naskah-naskah di Museum Siginjai merupakan warisan budaya yang mempunyai nilai-nilai luhur yang mencerminkan kehidupan masyarakat Provinsi Jambi pada masa lalu. Berdasarkan survey kondisi yang dilakukan penulis dan tim konservator bahan pustaka Perpustakaan Nasional RI, ditemukan berbagai jenis kerusakan yang menimpa naskah-naskah kuno di museum tersebut, seperti kertas yang sudah rapuh, jilidan naskah yang rusak, dan naskah yang belum terlindung dengan kotak pelindung. Untuk itu dilakukanlah teknik perbaikan terhadap naskah-naskah tersebut yaitu dengan menggunakan teknik mending atau menambal dan menyambung, teknik laminasi secara manual. teknik penjilidan, dan teknik pembuatan kotak pelindung/portepel. Dengan berbagai teknik yang dilakukan dengan tepat, efektif, dan efisien sebagian naskah-naskah di Museum Siginjai yang tadinya rusak dapat diperbaiki dan dilestarikan sehingga bermanfaat bagi generasi saat ini dan generasi yang akan datang."
Jakarta: Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi, 2017
020 VIS 19:3 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Umiati Rochmat
Cibulan: Dep. P dan K , 1977
930.1 UMI p (1);930.1 UMI p (2)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1982
930.1 DEP l
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Th. Aq. Soenarto
Cibulan: Proyek Penelitian dan Penggalian Purbakala Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1977
930.1 SOE t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>