Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 129438 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Shabrina Audinia
"Prevalensi depresi ditemukan tinggi pada mahasiswa. Salah satu faktor risiko adalah mengalami masalah interpersonal, seperti konflik dengan orang tua. Komunikasi menjadi menantang karena kultur Asia yang menunjukkan adanya hierarki pada hubungan orang tua dan anak. Kondisi ini rentan menimbulkan adanya kesalahpahaman antara orang tua dan anak ketika komunikasi dilakukan tanpa empati. Kemampuan empati bisa membantu untuk memahami orang tua. Dalam upaya menurunkan gejala depresi, intervensi empati dikembangkan. Penelitian ini melihat perubahan gejala depresi setelah pemberian intervensi empati, dengan mengukur kepuasan hidup dan empati sebagai analisis tambahan. Desain penelitian adalah quasi-experimental one-group design (n = 9). Kriteria inklusi penelitian adalah mahasiswa di Indonesia yang menunjukkan adanya gejala depresi (cut off = 10). Partisipan yang memenuhi kriteria mendapatkan lima sesi intervensi. Partisipan direkrut melalui media sosial dan mengisi Patient Health Questionnaire-9, Interpersonal Reactivity Index, and Satisfaction With Life Scale sebelum dan sesudah intervensi. Perubahan setiap partisipan dilihat secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis statistik menggunakan Repeated Measure Anova, menunjukkan adanya penurunan gejala depresi (F(1.06,7.46) = 7.88, p = .02, η2 = .53) dan peningkatan kepuasan terhadap hidup (F(2,14) = 8.39, p = .04, η2 = .54) setelah pemberian intervensi. Tetapi, tidak terlihat perubahan yang signifikan pada skor empati (F(2,14) = 0.56, p = .58, η2 = .07). Data kualitatif menunjukkan adanya peningkatan kemampuan dalam komunikasi empati yang membuat mereka memahami intensi orang tua, meningkatkan toleransi terhadap stres, serta menerima kondisi keluarganya. Sehingga, intervensi empati menunjukkan adanya efek positif pada individu dengan gejala depresi yang mengalami masalah dengan orang tua.

The prevalence of depression among college students is high. One of the factors that can exacerbate depressive symptoms is having interpersonal issues, such as a conflict with parents. Parent-children communication is challenging in Asian cultures due to family hierarchies and ambiguous communication. When there is no empathic communication between parents and children, the condition is prone to misunderstandings. Empathy skill may be advantageous since it helps college students better understand their parents. To alleviate depressive symptoms, an empathy intervention is essential. This study investigates how empathy can lessen the symptoms of depression. A quasi-experimental one-group design (n = 9) was conducted in this study. The inclusion criteria for participants are college students in Indonesia with depressive symptoms (cut-off = 10). The participant who met the criteria received a total of five intervention sessions. Participants were recruited via social media and completed the Patient Health Questionnaire-9, Interpersonal Reactivity Index, and Satisfaction With Life Scale before and after the intervention to assess the change in depressive symptoms. Quantitative and qualitative result changes were examined. Using Repeated Measure Anova, depressive symptom is decreased (F(1.06,7.46) = 7.88, p = .02, η2 = .53) and satisfaction with life score is increased (F(2,14) = 8.39, p = .04, η2 = .54) after intervention. Furthermore, there is no significant change in empathic level (F(2,14) = 0.56, p = .58, η2 = .07). Qualitative data showed that empathic communication skills assist them in understanding their parents' intentions, improving their stress tolerance, and accepting their family situation. Therefore, empathy intervention shown beneficial effects on individuals with depressive symptoms who have conflict with their parents."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ellgring, Heiner
UK: Cambridge University Press, 2008
616.852 7 ELL n
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Salsabilla
"Tujuan penelitian ini adalah memahami bagaimana peran spiritualitas dalam memprediksi gejala depresi pada emerging adult. Penelitian ini menduga bahwa spiritualitas merupakan prediktor depresi, semakin tinggi spiritualitas maka semakin rendah gejala depresi. Untuk membuktikan dugaan, penulis melibatkan 129 partisipan dengan rentang umur 18-25 tahun dalam penelitian cross-sectional. Partisipan dalam penelitian ini mengerjakan dua alat ukur (spiritualitas dan depresi). Spiritualitas diukur menggunakan Spiritual and Activity Involvement List (SAIL), sedangkan gejala depresi diukur menggunakan Beck’s Depression Inventory (BDI-II). Adapun analisis yang digunakan adalah regresi linear sederhana untuk menguji hipotesis. Hasilnya, spiritualitas terbukti memprediksi gejala depresi secara negatif (B = -0.17, p < .05). Dari hasil penelitian ini, terdapat sumbangan temuan untuk teori dan solusi praktis untuk emerging adult dalam meraih kesehatan mental yang lebih baik.

This research aims to understand the role of spirituality in predicting the symptoms of depression in emerging adults. This study hypothesized that spirituality is the predictor of depression; the higher the spirituality, the lower the symptoms of depression. To test the hypotheses, the author studied 129 participants aged 18-25 in this cross-sectional study. The participant in this study did two measurements (Spirituality and Depression). The Spiritual and Activity Involvement List (SAIL) was used to measure Spirituality, while the Beck Depression Inventory-II (BDI-II) was used to measure the symptoms of depression. As for the analysis, the author used Simple Linear Regression to test that hypothesis. The result showed that spirituality is proven to predict the symptoms of depression negatively (B = -0.17, p<.05). From this result, we can find a contribution of theoretical findings and practical solutions for emerging adults in achieving better mental health."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azzahra Fadhilah
"Stres dan burnout yang dapat berujung pada depresi banyak terjadi padamahasiswa kedokteran karena tuntutan lingkungan akademik dan non-akademik. Meskipun idealnya kejadian depresi akan berkurang saat mahasiswa mendekati akhir tahun praklinis karena mekanisme koping yang lebih baik, prevalensi gejala depresi akan meningkat saat mereka berada di rotasi klinik. Stres yang menumpuk dan tidak teratasi dari tahun praklinis dapat bertahan sampai memasuki rotasi klinik, dan nantinya akan mempengaruhi kinerja mereka terhadap pasien mereka kelak. Psikoedukasi diperlukan untuk mempersiapkan mahasiswa kedokteran untuk mengatasi dan membantu mengatasistres mereka yang tersisa dan yang akan datang dalam rotasi kepaniteraan mereka.
Metode: Studi potong lintang ini bertujuan untuk mengetahui dampak dan kemanjuran webinar promosi kesehatan mental dalam mengurangi gejala depresi yang ditemukan pada mahasiswa kedokteran tahun ketiga di Universitas Indonesia dengan menganalisis data sekunder skor PHQ-9 peserta, baik dari mereka yang datang ke webinar, maupun yang tidak sebagai pembanding. Skor PHQ-9 diisi oleh peserta sebelum dan sesudah sesiwebinar yang hanya diadakan sekali sebagai pre-test dan post-test.
Hasil: Pada data penialian dasar yang diambil dari skor pretes PHQ-9, kelompok yang mengikuti dan tidakmengikuti webinar tidak menunjukkan adanya perbedaan skor (p=0,512). Pada hasil postes, kedua kelompok masih menunjukkan tidak ada perbedaan (p=0,435) dan perbaikan skor dari pre-test ke post-test juga tidak terlalu ditemukan (kelompok peserta webinar p=0,606; kelompok pembanding p=0,063).
Kesimpulan: Webinar promosi kesehatan jiwa jika hanya diberikan satu kali tidak efektif dan berdampak dalam mengurangi gejala depresi pada mahasiswa kedokteran tahun ketiga.

Background: Stress and burnout, which can lead to depression, is prevalent amongst medical students due to demanding academic and non-academic environment. Althoughideally the occurrence of depression will decrease as the students approach late preclinicalyear due to better coping mechanism, the prevalence of burning out and depressive symptoms will increase as they reach clerkship rotations. Piling up and unresolved stressfrom preclinical year can remain until entering clerkship rotations, and later will affect their performance towards their future patients. Psychoeducation is needed to prepare themedical students to cope and help solve their remaining stress and upcoming stress in their clerkship rotations.
Methods: This cross-sectional study wants to find out the impactand efficacy of mental health promotion webinar in reducing depressive symptoms foundin third-year medical students of Universitas Indonesia by analysing secondary data of PHQ-9 score of the participants both from those who came to the webinar and those whodid not as the comparison. PHQ-9 score was filled by the participants before and after a one-time webinar session as pre-test and post-test.
Results: At the baseline data, taken from PHQ-9 pre-test score, groups that attended webinar and did not shows no score discrepancy (p=0.512). Derived from post-test result, both groups still indicates no difference (p=0.435) and the score improvements from pre-test to post-test also not remarkably found (webinar attendee group p=0.606; comparison group p=0.063).
Conclusion: Mental health promotion webinar if only given once is not effective and impactful in reducing depressive symptoms in third-year medical students.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Wimala Tiastrinindita Purwa
"Penelitian ini merupakan suatu penelitian untuk melihat tingkat depresi pada penyandang carat fisik. Untuk melihat tingkat depresi penelitian ini menggunakan Beck Depression Inventory. Subyek yang diikutsertakan dalam penelitian ini adalah penyandang cacat fisik yang tinggal di Panti Sasana Bina Daksa Budhi Bakti di Cipayung & Pondok Bambu serta penyandang cacat fisik yang tinggal di Yayasan Sinar Pelangi di Jati Kramat, Pondok Gede. Subyek yang menjadi sample penelitian adalah penyandang cacat fisik yang berusia 17 hingga 40 tahun (N = 44). Uji validitas BDI adalah menggunakan validitas kriteria di mana item yang ada dalam BDI mengacu pada kriteria depresi yang disebutkan di dalam DSM IV. Hasil uji analisis data menunjukkan skala BDI memiliki koefisien alpha Cronbach sebesar 0.797. Koefisien korelasi bergerak antara 0,0352 hingga 0,6105. Penelitian ini juga menggunakan metode wawancara untuk mendapatkan informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat depresi dari subyek penelitian. Jumlah subyek yang diwawancara adalah sebanyak enam orang, dua orang merupakan subyek yang tergolong dalam kategori faking good, dua orang merupakan subyek yang tergolong depresi ringan dan dua orang yang tergolong dalam kategori depresi berat."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T17866
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurmiati Amir
Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
616.8 NUR d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Kalista Putri
"Pandemi COVID-19 yang melanda dunia semenjak tahun 2020 menimbulkan berbagai dampak negatif terhadap kehidupan manusia, salah satunya meningkatnya gejala depresi. Salah satu kelompok umur yang paling rentan terkena depresi adalah dewasa awal, karena banyaknya transisi yang sedang mereka alami, kurangnya interaksi dengan teman dan pasangan yang merupakan hal penting, serta kurangnya keterlibatan orangtua ketika anak beranjak dewasa. Walaupun begitu, terdapat berbagai metode yang dapat digunakan untuk mengurangi gejala depresi, salah satunya adalah mindfulness. Penelitian ini dilakukan terhadap 158 individu individu dalam rentang usia dewasa awal (18 – 25 tahun) yang bertempat tinggal di Indonesia. Variabel gejala depresi diukur dengan alat ukur Beck Depression Inventory – II (BDI-II) dan variabel mindfulness diukur dengan Mindfulness Attention & Awareness Scale (MAAS). Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa mindfulness berkontribusi negative secara signifikan terhadap gejala depresi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membuat masyarakat meningkatkan mindfulness mereka dalam kehidupan mereka sehari-hari.

The COVID-19 pandemic that has been happening since 2020 negatively affected a lot of aspects in the world, including increasing depressive symptoms in human. A developmental period where depression is most likely to occur is emerging adult, where they are in the middle of many transition, lack of support system during the pandemic, and lack of parental involvement as they are adulting. However, there are several techniques that can be used to prevent depression, one of them is mindfulness. This study is conducted on 158 emerging adult (age ranging between 18 – 25 years old) living in Indonesia. Depressive symptoms are measured with Beck Depression Inventory – II (BDI-II) and mindfulness is measured with the Mindfulness Attention & Awareness Scale (MAAS). Simple regression analysis showed that mindfulness has a significant negative contribution to depressive symptoms in emerging adults during COVID-19 pandemic. This finding hopefully will encourage people to increase their mindfulness."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Priyanka Ardiya
"Individu homoseksual kerap menerima sikap negatif dari masyarakat. Sikap negatif tersebut dapat diinternalisasi oleh individu dan menjadi sebuah stres minoritas bernama internalized homophobia. Penelitian sebelumnya menemukan bahwa internalized homophobia berhubungan dengan gejala depresi melalui sense of belonging. Penelitian kali ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara internalized homophobia dan gejala depresi, hubungan antara sense of belonging dan gejala depresi, serta efek mediasi sense of belonging terhadap hubungan antara internalized homophobia dan gejala depresi pada individu homoseksual di Indonesia. Partisipan terdiri dari 295 gay dan lesbian berusia 18-37 tahun yang berwarga negara Indonesia.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa internalized homophobia berhubungan positif dan signifikan dengan gejala depresi (r = 0,211, p < 0,05) dan sense of belonging berhubungan negatif dan signifikan dengan gejala depresi (r = -0,563, p < 0,05). Analisis regresi berganda menggunakan PROCESS for SPSS model 4 menunjukkan sense of belonging memediasi hubungan antara internalized homophobia dan gejala depresi secara parsial. Melalui hasil dari penelitian ini, individu homoseksual dapat mengenali internalized homophobia sebagai sebuah faktor risiko dari gejala depresi dan mengetahui pentingnya sense of belonging dalam mengurangi gejala-gejala tersebut.

Homosexual individuals often receive negative attitudes from society. These negative attitudes can be internalized by individuals and become a minority stress called internalized homophobia. Previous research has found that internalized homophobia is associated with depressive symptoms through sense of belonging. This study aims to determine the relationship between internalized homophobia and depressive symptoms, the relationship between sense of belonging and depressive symptoms, and the mediating effect of sense of belonging on the relationship between internalized homophobia and depressive symptoms among homosexual individuals in Indonesia. Participants consisted of 295 gays and lesbians aged 18-37 years who are Indonesian citizens.
Results showed that internalized homophobia was positively and significantly associated with depressive symptoms (r = 0,211, p <0,05) and sense of belonging was negatively and significantly associated with depressive symptoms (r = -0,563, p <0,05). Multiple regression analysis using PROCESS for SPSS model 4 shows that sense of belonging partially mediates the relationship between internalized homophobia and depressive symptoms. Through the results of this research, homosexual individuals can identify internalized homophobia as a risk factor of depressive symptoms and learn the importance of sense of belonging in reducing those symptoms.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lilik Mudloyati Choiriyah
"Stres menjadi masalah fisiologis dan psikologis yang mengkhawatirkan bagi mahasiswa, terutama ketika mengalami masalah komunikasi dengan orang tua dalam budaya Asia yang kurang asertif. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh intervensi komunikasi berbasis empati dalam mengurangi tingkat stres pada mahasiswa yang memiliki masalah komunikasi dengan orang tua. Penelitian quasi-eksperimental dilakukan pada 8 mahasiswa berusia 18-29 tahun dengan mengukur tingkat stres menggunakan Perceived Stress Scale (PSS), tingkat empati dengan Interpersonal Reactivity Index (IRI), dan kepuasan hidup dengan Satisfaction With Life Scale (SWLS) sebelum dan setelah intervensi. Hasil analisis repeated measures ANOVA menunjukkan bahwa tingkat stres menurun secara signifikan (F(1.17,8.23) = 7.87, p = .02, ?2 = .53) dan kepuasan hidup meningkat secara signifikan (F(2,14) = 8.52, p = .004 , ?2 = 0,54) setelah intervensi, sementara tingkat empati tidak mengalami perubahan signifikan (F(2,14) = 0,96, p = 0,408, ?2 = 0,12). Data kualitatif menunjukkan partisipan lebih memahami perspektif orang tua dan mampu mengelola emosi dengan lebih baik saat berkomunikasi. Intervensi komunikasi berbasis empati dapat dipertimbangkan menjadi pendekatan untuk mengatasi stres pada mahasiswa yang memiliki masalah komunikasi dengan orang tua.

Stress poses concerning physiological and psychological issues for college students, particularly when they encounter communication problems with their parents, especially in the less assertive Asian cultural context. This research aims to assess the impact of empathy-based communication intervention on reducing stress levels among students facing communication challenges with their parents. A quasi-experimental study was conducted on 8 students aged 18-29, measuring stress levels using the Perceived Stress Scale (PSS), empathy levels with the Interpersonal Reactivity Index (IRI), and life satisfaction using the Satisfaction With Life Scale (SWLS) before and after the intervention. Results from the repeated measures ANOVA analysis indicated a significant reduction in stress levels (F(1.17,8.23) = 7.87, p = .02, ?2 = .53) and a significant increase in life satisfaction (F(2,14) = 8.52, p = .004 , ?2 = 0.54) after the intervention, while empathy levels showed no significant change (F(2,14) = 0.96, p = 0.408, ?2 = 0.12). Qualitative data revealed participants' improved understanding of their parents' perspectives and enhanced emotional management during communication. Empathy-based communication intervention is feasible to alleviate stress in students facing communication challenges with their parents."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vanda Pebruarini
"Layanan psikologis daring semakin berkembang dalam membantu remaja mencari bantuan profesional. Depresi yang dialami remaja merupakan faktor yang mempengaruhi remaja menggunakan layanan psikologis daring. Literasi kesehatan mental merupakan faktor yang perlu diteliti lebih lanjut untuk mengetahui perannya dalam memfasilitasi remaja dalam mencari bantuan psikologis. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran literasi kesehatan mental sebagai moderator antara gejala depresi dan intensi mencari bantuan psikologis pada remaja. Partisipan penelitian ini berusia 13-18 tahun dan memenuhi kriteria gejala depresi sesuai dengan alat ukur DASS-21. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan tiga instrumen yaitu DASS-21 milik Lovibond & Lovibond (1995) untuk mengenali tingkat depresi remaja, yang itemnya telah diadaptasi oleh Novera, Wetasin, & Khamwong (2013), Mental Health Literacy Scale (MHLS) milk O’Connor (2015) untuk mengukur literasi kesehatan mental yang itemnya telah diadaptasi oleh Pebruarini (2022), serta GHSQ milik Rickwood (2005) untuk mengukur intensi mencari bantuan psikologis yang dimodifikasi dalam konteks daring oleh Naila & Pebruarini (2022). Analisis moderasi dilakukan melalui program PROCESS dari Hayes v4.2 pada SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa literasi kesehatan mental memoderasi gejala depresi dengan intensi mencari bantuan psikologis daring. Dalam hal ini literasi kesehatan mental yang tinggi akan memperkuat remaja yang memiliki tingkat depresi yang tinggi dalam mencari bantuan psikologis daring.

Psychological Online Help Seeking is growing to help teenagers seek professional help. Depression can influence adolescents to use online psychological services. Mental health literacy needs further investigation to determine its role in facilitating adolescents seeking psychological assistance. This study aims to examine the role of mental health literacy as a moderator between depressive symptoms and the intention to seek psychological help in adolescents. The participants in this study were aged 13-18 years and met the criteria for depressive symptoms according to the DASS-21 measurement tool. Data collection used three instruments, namely DASS-21 from Lovibond & Lovibond's (1995) to identify the level of adolescent depression, whose items have been adapted by Novera, Wetasin, & Khamwong (2013), O'Connor's Mental Health Literacy Scale (MHLS) (2015) to measure mental health literacy whose items have been adapted by Pebruarini (2022), as well as Rickwood's online GHSQ (2005) to measure the intention to seek psychological assistance modified in an online context by Naila & Pebruarini (2022). Moderation analysis was carried out through the PROCESS program from Hayes v4.2 on SPSS. The results showed that mental health literacy moderated depressive symptoms with the intention to seek psychological help online. In this case, high mental health literacy will s"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>