Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 46815 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pidi Baiq
Bandung: Pastel Books, 2021
899.221 PID d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Rusmadi
"ABSTRAK
Latar belakang penulisan ini adalah bahwa penerimaan pajak merupakan primadona penerimaan dalam negeri yang kian diandalkan untuk mendukung kegiatan pembangunan di Indonesia.
Sejalan dengan arti pentingnya peranan penerimaan pajak tersebut maka sejak tahun 1994 telah diberlakukan Perubahan Undang-Undang Perpajakan di Indonesia. Sekalipun telah dilakukan berbagai upaya perbaikan dan penyempumaan dengan perubahan yang sangat mendasar yaitu perubahan dan Sistem Official Assessment ke Sistem Self Assessment tetapi masalah pokok yang dihadapi ialah masih rendahnya tingkat kepatuhan Wajib Pajak.
Untuk itu penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui faktor penyebabnya sekaligus untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan penerimaan Pajak Penghasilan (PPh), dengan melakukan studi kasus pada KPP Bogor Tahun 1995.
Kerangka teori yang digunakan adalah teori-teori yang berhubungan dengan teori perpajakan dan teori yang berhubungan dengan organisasi, yaitu dengan model 7 S's dan Mc. Kinsey.
Penelitian dilakukan secara langsung pada seksi-seksi terkait pada KPP Bogor dengan cara mengumpulkan dan meneliti data, inforrnasi dan laporan secara wawancara secara langsung. Disamping itu, juga diadakan studi kepustakaan untuk memilih teori-teori manajemen yang berkaitan dengan permasalahan yang terjadi serta ketentuan/peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
Dengan menggunakan pendekatan model 7 S's dan Mc. Kinsey, hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat lima unsur S yang perlu disempurnakan pada KPP Bogor yaitu Structure, Staff, Skill, Style, dan Share Value.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penyebab rendahnya tingkat kepatuhan Wajib Pajak antara lain adalah akibat adanya lima unsur S dari model Mc. Kinsey yang harus diperbaiki pada organisasi KPP Bogor.
Akhirnya penulis menyarankan agar kelompok tenaga fungsional pada KPP sesuai Keputusan Menteri Keuangan No. 941KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994 segera diadakan, pendistribusian pegawai, peningkatan mutu pengetahuan dan kemampuan pegawai harus diperhatikan.
Daftar Pustaka : 27 buku, 5 Undang-Undang, 2 Keputusan Menteri Keuangan."
1997
Tpdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adiati Ika Wulandari
"Dalam rangka perlindungan tenaga kerja maka pemerintah menyusun peraturan perundang-undangan ketenaga kerjaan yang menyangkut Kesehatan Kerja yaitu Peraturan Menaker No. Per 03/Men/1982. Disain penelitian ini adalah cross sectional. Untuk memperkuat data kuantitatif yang ada dilakukan wawancara yang mendalam agar diketahui hubungan kemungkinan kehilangan pendengaran pada pekerja yang berhubungan dengan bising tempat kerja.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bising tempat kerja dan penggunaan alert lindung telinga mempunyai hubungan dengan kehilangan pendengaran. Sedangkan umur dan lama kerja tidak mempunyai hubungan dengan kehilangan pendengaran. Hal ini mungkin karena rotasi tempat kerja yang tidak teratur waktunya dan jumlah pekerja yang berumur di atas 50 tahun hanya sedikit.
Dari hasil evaluasi untuk melihat ada tidaknya interaksi dan faktor manusia yang merupakan konfounding ternyata hasilnya semua negatif, ini berarti bahwa faktor umur, lama kerja dan penggunaan alat lindung telinga tidak mempunyai interaksi dengan bising tempat kerja dan ketiga faktor tersebut juga bukan merupakan konfounding.

In order to protect Indonesian man power, the government has composed rule of Man Power Act, related to Work Health i.e. rule of Man Power Minister (Menaker) no. Per.03/Men/1982. The design of this research is cross sectional. To strengthen the existing quantitative data, we held a comprehensive interview, so the relation of possibility man powers loss of hearing due to the noisy work place can be identified clearly.
The result of this research proves that noisy work place and use of ear protector have a relation ship with the loss of hearing. Meanwhile age and duration of work do not have relationship with the loss of hearing. This is, possibly caused by irregularly rotation of work place and only a little amount of man power with age above 50 years.
From the result of evaluation for investigating interaction and confounding factor, proves that the results are negative, this means that age, duration of work and use of ear protector do not have interaction with the noisy work place and the three factors as mentioned above are not confounding."
Depok: Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chandra Martha Hamzah
Depok: Universitas Indonesia, 1995
S23434
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rudi Purnawan
"Kepailitan adalah merupakan ekesekusi masai yang ditetapkan hakim dan bersifat serta merta. Tujuan kepailitan pada dasarnya untuk memperoleh penyelesaian hutang piutang dengan cepat dan untuk menghindari adanya sita yang dilakukan satu atau lebih kreditur terhadap asset-asset debitur sehingga akan merugikan kreditur lainnya. Selain terhadap perseroan, permohonan pernyatan pailit dapat diajukan terhadap debitur pailit secara perorangan. Pernyataan pailit terhadap seorang debitur pailit dalam kedudukannya selaku organ perseroan mempunyai pengaruh terhadap kewenangannya dalam menjalankan perseroan diantaranya adalah adanya beberapa pembatasan dalam menjalankan tugas-tugasnya yang dalam praktek dilakukan secara langsung oleh kuratornya. Pembatasan kewenangan yang dilakukan kurator terkadang menyentuh sense of business dari debitur pailit sehingga menyulitkan debitur pailit dalam menjalankan tugas-tugasnya sebagai organ perseroan. Di sisi lain, Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 Tentang Perseroan Terbatas mengatur secara sumir kelayakan seorang debitur pailit dalam kedudukannya selaku organ perseroan sehingga menimbulkan keraguan apakah debitur pailit dapat tetap menjadi organ perseroan ataukah harus melepaskan kedudukannya tersebut begitu ia dinyatakan pailit serta sampai sejauh mana kurator dalam turut serta menjadi organ perseroan yang bersangkutan. Hal ini tentunya memerlukan penjelasan lebih lanjut agar tidak terjadi permasalahan yang dapat timbul dalam praktek. Pada dasarnya tugas dan peranan kurator adalah melakukan pemberesan terhadap harta pailit namun peranan kurator akan semakin luas dan berat menakala dalam melakukan pemberesan harta pailit adalah debitur pailit yang mempunyai kedudukan selaku organ perseroan sehingga terkadang kuratorpun harus bertindak menjadi direktur, komisaris dan atau pemegang saham bayangan. Tindakan kurator yang menjadi direktur, komisaris dan atau pemegang saham bayangan seyogianya lebih ditujukan kepada usaha untuk mencegah debitur pailit melarikan asetnya sebagai usaha untuk menghindari sita."
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T36651
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Perpustakaan Nasional, 1996
R 017 KAT
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Apoina Kartini
"ABSTRAK
Titik berat Pembangunan Jangka Panjang Tahap Kedua (PIP II) dan prioritas Repelita VI adalah pada bidang ekonomi seiring dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Kualitas SDM ditentukan oleh kualitas fisik dan non fisik yang saling berkaitan. Salah satu upaya meningkatkan kualitas SDM, khususnya kualitas fisik, adalah peningkatan kesegaran jasmani di kalangan masyarakat, terutama di kalangan pelajar. Penelitian Pusat Kesegaran Jasmani dan Rekreasi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI (1993) menyimpulkan bahwa lebih dari 40 persen murid SD di delapan propinsi di Indonesia mempunyai tingkat kesegaran jasmani yang rendah.
Tujuan dari penelitian ini adalah diperolehnya informasi tentang tingkat kesegaran jasmani murid SD di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah dan hubungannya dengan jenis kelamin, umur, status gizi menurut antropometri, status anemi, dan kondisi ekonomi orangtua.
Penelitian ini bersifat analitik dengan menggunakan rancangan belah lintang (cross sectional). Data yang digunakan adalah data sekunder yang merupakan basil penelitian `Kemitraan Indonesia untuk Perkembangan Anak? (Mitra) tahun 1995 di Kabupaten Karanganyar. Sampel dari penelitian ini adalah 539 murid di 51 SD di Kabupaten Karanganyar, yang terbagi menjadi dua kelompok umur, yaitu kelompok umur 8-9 tahun dan kelompok umur 11-13 tahun. Pengukuran tingkat kesegaran jasmani dilakukan dengan Harvard Step Test yang telah dimodifikasi.
Hasil penelitian menunjukkan 19,4 persen murid laki-laki dan 49,6 persen murid perempuan mempunyai tingkat kesegaran jasmani yang rendah (`kurang' sampai `sangat kurang'). Didapatkan 26,1 persen murid SD yang mempunyai status gizi kurang berdasarkan indeks BB/TB, dan murid yang menderita anemia sebanyak 17,1 persen. Terdapat perbedaan bermakna rata-rata skor kesegaran jasmani antara murid laki-laki dan murid perempuan (p<0,05), dimana rata-rata skor kesegaran jasmani murid laki-laki lebih tinggi dibandingkan murid perempuan., Didapatkan perbedaan bermakna rata-rata skor kesegaran jasmani antara murid kelompok umur 8-9 tahun dan murid kelompok umur 11-13 tahun (p<0,05), dimana rata-rata skor kesegaran jasmani murid kelompok umur 8-9 tahun lebih tinggi dibandingkan murid kelompok umur 11-13 tahun. Tidak ada perbedaan bermakna rata-rata skor kesegaran jasmani di antara tiga kategori status gizi berdasarkan indeks BB/TB (p>0,05). Bila digunakan indeks TB/U dan BBIU didapatkan perbedaan bermakna rata-rata skor kesegaran jasmani di antara empat kategori status gizi (p<0,05), dimana rata-rata skor kesegaran jasmani tertinggi justru pada status gizi buruk. Terdapat perbedaan bermakna rata-rata skor kesegaran jasmani antara murid yang anemia dan murid yang tidak anemia (p<0,05), dimana rata-rata skor kesegaran jasmani murid yang anemia lebih tinggi dibandingkan murid yang tidak anemia. Tidak didapatkan perbedaan bermakna rata-rata skor kesegaran jasmani di antara tiga kategori kondisi ekonomi orangtua murid (p>0,05).
Dari hasil penelitian ini terlihat bahwa masih banyak murid SD di Kabupaten Karanganyar yang mempunyai tingkat kesegaran jasmani rendah, sehingga diperlukan upaya-upaya untuk mengatasinya. Upaya-upaya tersebut antara lain dapat dilakukan dengan melaksanakan program pendidikan kesegaran jasmani/olahraga di sekolah-sekolah yang lebih mengarah pada peningkatan aktifitas fisik murid, dan diadakannya program peningkatan status gizi murid, terutama untuk murid yang mempunyai status gizi `kurang', misalnya dengan pemberian makanan tambahan (PMT-AS).

ABSTRACT
Factors Associated With Physical Fitness Among Primary School Children In Karanganyar District, Central Java, 1995Human resources development is one of the main objectives of the Indonesian second longterm development (PJP 10. The quality of human resources is determined by human physical and non physical quality. One of the effort to improve the quality of human resources, especially physical quality, is improvement the physical fitness. Research from Centre of Physical Fitness and Recreation, Education Department and Culture Republic of Indonesia (1993) concludes that more than 40 percents elementary student for eight provinces in Indonesia have low physical fitness level.
The aim of this study is to get information on physical fitness level among elementary school children in Karanganyar District, Central Java and the relationship with sex, age, nutritional status (anthropometrics), anemia status, and parents' economic status.
The study was conducted in 51 elementary scholls in Karanganyar District, Central Java in a cross sectional manner. Secondary data from "Mitra" Project (1995) was used. The total sample was 539 students aged 8-13. The children's physical fitness level were examined by the Harvard Step Test that has been modified.
The study showed that 19,4 percents boy student and 49,6 percents girl student have low physical fitness level. There are 26,1 percents students that have Protein Energy Malnutrition (PEM) is based on Weight/Height (WIH), and there are 17,1 percents students suffer from anemia. Statistic analysis with t-test showed that there was significantly difference for average score of physical fitness between boy student and girl student (p< 0,05). There was significantly difference of average score for physical fitness between student 8-9 years and 11-13 years. Statistic analysis with Analysis of Variance (Anova) test showed that there was no significantly difference average score for physical fitness between three nutritional status categories based on WIH (p>0,05). Based on Height/Age (H/A) and Weight/Age (W/A) index, there were significantly difference for average score of physical fitness between four nutritional status categories (p<0,05). Statistic analysis with t-test showed that there was significantly difference for average score of physical fitness between student gets anemia and without anemia (p<0,05). Statistic analysis with Anova showed that there was no significantly difference for average score of physical fitness between three economic condition categories from the parents (p>0,05).
The study showed that a lot of elementary school children in Karanganyar District have low physical fitness level. So that needed some efforts to overcome about it, The efforts can be done by doing sport education at school that aimed for student physical activity improvement, being improvement program of student nutritional status, especially for student that has low nutritional status for example by giving additional food (PMT-AS).
"
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sigit Wardojo
"Tenaga Kesehatan mempunyai peranan kunci karena sebagai penyelenggara bertugas melakukan kegiatan kesehatan dan mempunyai peranan sangat menentukan dalam melayani masyarakat. Puskesmas merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan nasional. Dari penelitian terdahulu Gard, Sutopo dan Retnasih mendapatkan kinerja pegawai puskesmas rendah. Selain itu didapatkan juga ada hubungan yang cukup kuat antara kinerja dengan motivasi. Paramedis sebagai pegawai Puskesmas merupakan pelaksana langsung dan penanggung jawab program yang ada di Puskesmas.
Kinerja pegawai pada garis besarnya dipengaruhi kemampuan dan motivasi, dari hal kemampuan Paramedis Puskesmas dianggap standar karena sebagian besar mempunyai kualifikasi ijazah setingkat SMLT. Dan hal motivasi eksternal psikis, motivasi berprestasi dalam menjalankan tugas dalam penelitian ini dipengaruhi oleh Gaya kepemimpinan, Situasi kepemimpinan dan Iklim kerja organisasi Puskesmas. Kabupaten Magetan merupakan Daerah tingkat II dengan pembangunan segala bidang cukup bagus sehingga diperkirakan keadaan ini dipengaruhi juga oleh tingkat motivasi pegawainya secara keseluruhan. Penelitian terhadap Paramedis Puskesmas di Kabupaten Magetan dengan pendekatan "Cross sectional" ini menggunakan kuesioner sebagai alat ukur.
Dari penelitian ini didapatkan bahwa ada hubungan yang cukup kuat antara gaya kepemimpinan Kepala Puskesmas dengan motivasi berprestasi Paramedis dalam menjalankan tugas. Ada hubungan dalam tingkat sedang antara Situasi Kepemimpinan di Puskesmas dengan motivasi berprestasi dalam menjalankan tugas bagi Paramedis Puskesmas. Ada hubungan yang kuat antara iklim kerja organisasi Puskesmas dengan motivasi berprestasi dengan dalam menjalankan tugas bagi Paramedis Puskesmas. Model paling fit adalah gaya kepemimpinan laissez faire dengan situasi yang mendukung dan iklim kerja yang mendukung akan terjadi motivasi berprestasi dengan probabilitas sebesar 97%.
Disimpulkan bahwa Paramedis di Puskesmas Kabupaten Magetan cukup matang tugas-tugas yang ada kebanyakan rutin sehingga cukup dimengerti dan tidak membutuhkan kepemimpinan yang cederung otokratis. Iklim organisasi ternyata mempunyai pengaruh paling besar di antara variabel lain dalam menimbulkan motivasi berprestasi bagi Paramedis. Untuk efisiensi dari penghargaan terhadap Paramedis senior dalam kebijakan pengangkatan Kepala Puskesmas terutama untuk daerah yang mudah tranportasinya supaya ada pertimbangan terhadap Paramedis yang sudah dalam golongan III. Untuk meningkatkan iklim kerja organisasi supaya meningkatkan rasa semangat kerja kelompok melalui kebanggaan korps pegawai kesehatan.

Health personnel's play an important role for as an organizing having the duty of executing health activity and having the decisive role in serving the public. Health Center plays the most important role of the National Health Service. From the earlier research, Gani, Sutopo and Retnasih found the personnel's performance was low. Apart form that they found as well that there is a relatively strong relation between the motivation and the performance. Paramedics as the personnel's of Health Center constitute the direct organizing and caretaker of available program in Health Center.
The personnel's performance is generally influenced with both ability and motivation. In terms of ability, Health Center paramedic's is considered standard since most of them have high school certificate qualification. Terms of psycho external motivation, in this research, achievement motivation in conducting the task is influenced by the style of leadership, Leadership situation and working climate of the health center organization. Magetan District is autonomous administrative region II with the prosperous development in all sectors, so it is estimated that such condition is also affected with the entire level of employees motivation. The research on the health center paramedics in Magetan District by means of "cross sectional" approach using questionnaire as the measurement device.
From this research, it is found that there is a relatively strong relation between style leadership of the health center Chief and the Paramedics achievement motivation in conducting the task. There is a medium level correlation between the leadership situation in Health Center and the achievement motivation in conducting the task for the health center paramedics. There is a strong correlation between working climate of the health center organization and the achievement motivation in conducting the task for the health center paramedics. The most suitable style of leadership is that of "laissez faire" where under supporting leadership situation and working climate, there will be achievement motivation which in probability rate of 97%.
It could be concluded that the paramedics in the health centers at Magetan District are sufficiently matured, the existing tasks are routine and it is understandable and it is required no autocratic leadership tendency. Working climate organization obviously has the greatest impact among the other variables in providing achievement motivation for paramedics. For the efficiency and the respects to senior paramedics, there should be a consideration against grade III paramedics, in case appointment policy of chief of health center mainly for smooth transportation area. Increasing organization working climate in order to improve group working spirit through the pride of health personnel corps.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1999
S9215
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : BPHN, 1995,
R 340.16 Him
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>