Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 151421 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Laura Pramacitra
"Penelitian ini menjelaskan mengenai kata pasrah dalam bahasa Jawa. Pada kamus bahasa Jawa (Poerwadarminta, 1939) secara leksikal kata pasrah merupakan sebuah tindakan, sedangkan berdasarkan definisi yang diajukan de Jong (1985) kata pasrah merupakan kata sifat. Terlihat adanya perbedaan kata pasrah. Secara gramatikal pasrah menurut de Jong (1985) berkategori adjektiva, sedangkan menurut Poerwadarminta (1939) berkategori verba. Hal itu menjadi pemicu dalam topik penelitian ini yakni bagaimana makna kata pasrah secara leksikal dan kontekstual? Sumber data yang digunakan berupa novel dengan judul Ronggeng Dhukuh Paruk (2014). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Data dianalisis menggunakan semantik leksikal dan semantik kontekstual, serta analisis gramatikal. Hasil analisis menunjukkan bahwa kata pasrah dapat diartikan a) menyerahkan dalam hal konteks menitipkan, b) menyerahkan kepercayaan sepenuhnya kepada orang lain, c) berserah diri kepada Tuhan, d) patuh kepada Tuhan, dan e) menerima pada keadaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kata pasrah merupakan sebuah tindakan yang dapat diberi makna secara leksikal, kata pasrah dapat dimaknai secara kontekstual tergantung pada konteks kalimat, dan secara gramatikal kata pasrah berkategori verba yang mengisi fungsi predikat. Pasrah ditandai oleh pendampingan adverbia arep ‘akan’, kudu ‘harus’, dan verba klakon ‘terjadi’.

This study explains the word surrender in Javanese. In the Javanese dictionary (Poerwadarminta, 1939) lexically the word surrender is an action, while based on the definition proposed by de Jong (1985) the word surrender is an adjective. There is a difference in the word surrender. According to de Jong (1985), surrender grammatically is categorized as an adjective, while according to Poerwadarminta (1939) is in the category of verbs. This became the trigger for the topic of this research, namely what is the meaning of the word surrender lexically and contextually? The data source used is a novel with the title Ronggeng Dhukuh Paruk (2014). This study uses a qualitative method. Data were analyzed using lexical semantics and contextual semantics, as well as grammatical analysis. The results of the analysis show that the word surrender can be interpreted as a) surrendering in the context of entrusting, b) surrendering trust completely to others, c) surrendering to God, d) obedience to God, and e) accepting circumstances. The results of this study indicate that the word surrender is an action that can be given lexical meaning, the word surrender can be interpreted contextually depending on the context of the sentence, and grammatically the word surrender category of a verb that fills the function of the predicate. Surrender is indicated by the accompanying adverbs arep 'will', kudu 'must', and the verb klakon 'happens'."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Cahyadi Setiawan
"Skripsi ini berisi pembahasan mengenai sikap pasrah yang terkandung dalam ungkapan bahasa Jawa. Studi kasus sikap pasrah yang diajarkan PANGESTU yang khususnya terkandung pada ajaran PANCA SILA dalam buku Sasangka Jati. Penelitian ini menggunakan teori Segitiga Makna dari C. K. Ogden dan I. A. Richards dengan melalui tahapan analisis; pemaparan makna konvensional, analisis makna leksikal, analisis makna kontekstual. Penelitian ini bertujuan mencari makna-makna dan pesan budaya pada tiap-tiap ungkapan yang mengandung sikap pasrah. Hasil analisis menyatakan bahwa orang Jawa memahami tiap ungkapan sikap pasrah sebagai sesuatu yang berhubungan dengan Tuhan.

Abstract
This thesis contains with a discussion of the submission contained in the Java language expression. Reference submission of the Javanese in the study are contained PANGESTU submission on 'Sasangka Jati' especially in 'PANCA SILA'. This research uses in the meaning of Triangle Theory C. K. Ogden and I. A. Richards. Stages of analysis in this research; exposure of conventional meaning, the meaning of lexical analysis, analysis of the contextual meaning, the analysis of cultural messages. This research aims to find the meanings and cultural messages in every expression containing submission. The results of the analysis stated that the Javanese people understand every expression submission as something related to spirituality to God.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S503
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Helvy Tiana Rosa
Jakarta : Gunung Jati , 1999
899.221 HEL s (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Atin Fitriana
"[Tesis ini mengkaji leksem deiktis dalam bahasa Jawa Kuno berdasarkan perilaku sintaktisnya. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah teks Ādiparwa. Data diolah dengan menggunakan peranti lunak Sketch Engine. Peneliti memanfaatkan menu word list (daftar kata) dan baris konkordansi pada peranti lunak Sketch Engine untuk pemerolehan dan pengolahan data. Penelitian ini menggunakan teori deiksis dari Fillmore (1975) dan menggunakan teori sintaksis Dixon (2010), serta didukung oleh penelitian mengenai bahasa Jawa Kuno oleh Zoetmulder dan Poedjawijatna (1992 dan 1993). Analisis sintaktis yang dilakukan pada penelitian ini juga tidak terlepas dari aspek semantik karena aspek semantik tidak dapat dilepaskan dari analisis sintaktis. Hasil analisis menunjukkan bahwa perilaku sintaktis leksem yang deiktis dalam bahasa Jawa Kuno pada teks Ādiparwa berbeda satu sama lain. Pada tataran frasa, leksem yang deiktis dalam bahasa jawa Kuno dapat membentuk beberapa frasa, seperti frasa pronominal, frasa nominal, frasa apositif, dan frasa preposisional. Pada tataran kalimat, leksem yang deiktis dapat mengisi fungsi subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan, bergantung pada kategori sintaktis leksem yang deiktis. Berdasarkan posisinya, leksem yang deiktis dapat berada di sebelah kiri atau kanan dari kata yang ditunjuk atau dijelaskannya.
;This thesis discussed about the deictic lexeme in Old Javanese based on its syntactic behavior. This research used Ādiparwa text as the data. The data was processed by software Sketch Engine. Researcher used wordlist and concordance menu in Sketch Engine to acquire and process the data. This research also used the deixis theory by Fillmore (1975), the syntax theory by Dixon (2010), and the research of Old Javanese by Zoetmulder and Poejawijatna (1992 and 1993). The syntactic analysis in this research was related with semantic aspect, because the semantic aspect cannot be separated from the syntactic analysis. The result of the analysis showed that the syntactic behavior of deictic lexeme in Old Javanese on Ādiparwa text was different from one deixis and the others. In the phrase level, the deictic lexeme can establish some phrases, such as pronominal phrase, nominal phrase, appositive phrase, and prepositional phrase. In the sentence level, the deictic lexeme can be function as subject, predicate, object, complement, and adjunct depended on syntactic category of deictic lexeme. Based on the position, the deictic lexeme can be placed in the right or left side the word that was referenced or explained.
, This thesis discussed about the deictic lexeme in Old Javanese based on its syntactic behavior. This research used Ādiparwa text as the data. The data was processed by software Sketch Engine. Researcher used wordlist and concordance menu in Sketch Engine to acquire and process the data. This research also used the deixis theory by Fillmore (1975), the syntax theory by Dixon (2010), and the research of Old Javanese by Zoetmulder and Poejawijatna (1992 and 1993). The syntactic analysis in this research was related with semantic aspect, because the semantic aspect cannot be separated from the syntactic analysis. The result of the analysis showed that the syntactic behavior of deictic lexeme in Old Javanese on Ādiparwa text was different from one deixis and the others. In the phrase level, the deictic lexeme can establish some phrases, such as pronominal phrase, nominal phrase, appositive phrase, and prepositional phrase. In the sentence level, the deictic lexeme can be function as subject, predicate, object, complement, and adjunct depended on syntactic category of deictic lexeme. Based on the position, the deictic lexeme can be placed in the right or left side the word that was referenced or explained.
]"
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2015
T44421
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fiqi Furqaan
"Skripsi ini berisi pemaparan dari komponen-komponen pembentuk iklan Nintendo berbahasa Jerman tahun 1990an, analisis jenis kalimat, bentuk kalimat dan gaya bahasa yang digunakan pada komponen teks yang diujarkan. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan komponen-komponen pembentuk iklan apa saja yang digunakan untuk membentuk sebuah iklan Nintendo dan mendeskripsikan jenis kalimat, bentuk kalimat dan gaya bahasa yang digunakan pada komponen teks yang diujarkan pada iklan tersebut. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa jenis komponen teks yang diujarkan yang paling sering digunakan adalah off-sequenzen. Lalu pada komponen teks yang dinyanyikan jenis Jingle muncul sebanyak tiga kali. Pada komponen teks tertulis jenis tersier muncul sebanyak tiga kali. Selanjutnya pada komponen musik, jenis musik tersier muncul sebanyak lima kali. Terakhir, komponen suara jenis tersier muncul sebanyak empat kali. Jenis kalimat yang paling sering digunakan adalah kalimat pernyataan dan bentuk kalimat yang paling sering digunakan adalah kalimat sederhana. Gaya bahasa yang paling sering digunakan adalah gaya bahasa hiperbola yang digunakan sebanyak lima kali. Dengan menggunakan gaya bahasa hiperbola, pembuat iklan mengimplikasikan bahwa produknya dapat melakukan hal-hal yang luar biasa. Gaya bahasa lain yang muncul adalah gaya bahasa pertanyaan retorik, apostrof, geminasi, rima akhir, asindeton, antitesis, paralelisme, eufemisme dan personifikasi.

The aim of this research is to describe the components of Nintendos 1990s German language electronic advertisements, the sentence type, the sentence form, and the rhetorical figures that are used on the spoken text components of the advertisements. Based on the analysis that have been done, the type of spoken text component that frequently appears is off sequence. The type of sung text component that frequently appears is Jingle which appears thrice. The type of written text component that frequently appears is a tertiary type which appears thrice. The type of music component that frequently appears is a tertiary type which appears five times. The type of sound component that frequently appears is tertiary type which appears four times. The type of sentence that frequently used is declarative sentence and the form of sentence that frequently used is simple sentence. The rhetorical figure that is frequently used is hyperbole which is used five times. By using hyperbolic figure, the advertisers implies that the product can do some amazing things. The other rhetorical figure that appear at least once is rhetorical question, apostrophe, gemination, end rhyme, asyndeton, antithesis, paralelism, euphemism and personification.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Krisanjaya
"Penelitian ini bertujuan memberikan runtunan pemarkah aspektualitas dan modalitas di dalam sintaksis bahasa Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif.
Data diambil dari surat kabar, tabloid, majalah, novel, dan buku dengan jumlah 2394 korpus data. Temuan penelitian ini adalah terdapat 22 pola runtunan dan 76 formula runtunan pemarkah aspektualitas dan modalitas bahasa Indonesia. Pemarkah aspektualitas yang sering muncul adalah akan, sudah, dan telah. Pemarkah modalitas yang sering muncul adalah dapat dan bisa.
Pola runtunan yang muncul dari temuan penelitian adalah pemarkah aspektualitas imperfektif + aspektualitas perfektif maupun imperfektif; pemarkah aspektualitas perfektif + aspektualitas perfektif; pemarkah aspektualitas imperfektif + modalitas intensional, epistemik, deontik, maupun dinamik; pemarkah aspektualitas perfektif + modalitas intensional, epistemik, deontik, maupun dinamik; pemarkah modalitas epistemik + aspektualitas imperfektif maupun perfektif; pemarkah modalitas intensional + aspektualitas imperfektif; pemarkah modalitas dinamik + aspektualitas imperfektif; pemarkah modalitas epistemik + modalitas intensional, epistemik, deontik, maupun dinamik; pemarkah modalitas intensional + modalitas dinamik; pemarkah modalitas deontik + modalitas intensional; pemarkah modalitas dinamik + modalitas epistemik maupun intensional.
Pola runtunan yang tidak muncul dari temuan penelitian adalah pemarkah aspektualitas perfektif + aspektualitas perfektif, pemarkah modalitas intensional + aspektualitas perfektif, pemarkah modalitas deontik + aspektualitas perfektif, pemarkah modalitas deontik + aspektualitas imperfektif, pemarkah modalitas dinamik + aspektualitas perfektif, pemarkah modalitas intensional + modalitas epistemik, intensional, deontik, maupun dinamik, pemarkah modalitas deontik + modalitas epistemik, deontik maupun dinamik, pemarkah modalitas dinamik + modalitas deontik dan dinamik.

The purpose of this study is to describe the series of aspectuality dan modality markers in Indonesian syntax. The research method used in this study is descriptive qualitative.
The data was taken from daily, tabloid, weekly, and books by using 2394 occurrences of aspectuality and modality markers. This study reveals that there are 22 series of aspectuality dan modality markers with 76 formulas.
The series of aspectuality dan modality markers which appears are perfective aspectuality + perfective and imperfective aspectuality; perfective aspectuality + imperfective aspectuality; perfective aspectuality + epistemic, intentional, deontic, and dynamic modality; imperfective aspectuality + imperfective aspectuality; perfective aspectuality + epistemic, intentional, deontic, and dynamic modality: epistemic modality + Perfective and imperfective aspectuality; intentional modality + imperfective aspectuality; dynamic modality + imperfective aspectuality; epistemic modality + epistemic, intentional, deontic, and dynamic modality; intentional modality + dynamic modality; deontic modality + intentional modality; dynamic modality + epistemic and intentional modality.
The series of aspectuality dan modality markers which do not appear are perfective aspectuality + perfective aspectuality; intentional modality + perfective aspectuality; deontic modality + perfective aspectuality; deontic modality + imperfective modality; dynamic modality + perfective aspectuality; intentional modality + epistemic, intentional, deontic, and dynamic modality; deontic modality + epistemic, deontic and dynamic modality; dynamic modality + deontic and dynamic modality."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2000
T3680
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatmawati Sarang
"Penelitian ini bermaksud membahas ciri-ciri Verba Resiprokal (VR) dalam Bahasa Indonesia (BI). Hasil pembahasan mengenai VR dalam BI selama ini menunjukkan bahwa pola pembentukan VR bervariasi. Pola pembentukan yang bervariasi itu umumnya dianggap sama saja, yaitu mengungkapkan makna resiprokal atau berbalasan. Di lain pihak, pola pembentukan yang sama ternyata dapat juga mengungkapkan makna yang bukan resiprokal. Dalam penelitian ini, VR dalam BI ditinjau dari segi sintaksis dan semantik. Dari segi sintaksis, pembahasan dititikberatkan pada fungsi sintaksis, yaitu hubungan antara VR yang berfungsi sebagai Predikat (P) dan fungsi-fungsi sintaksis lainnya dalam kalimat, seperti fungsi Subjek (S), Objek (0), Pelengkap (Pel), dan Keterangan (Ket). Dari segi semantik, penelitian ini membahas tipe-tipe VR berdasarkan ciri semantis kewaktuan yang dikandung verba.
Data penelitian diambil dari kumpulan cerpen dan artikel. Penggunaan cerpen dan artikel sebagai sumber data didasari oleh pemikiran bahwa cerpen dan artikel umumnya merupakan narasi, dan dalam narasi terdapat cukup banyak verba yang di dalamnya terkandung peristiwa berbalasan atau timbal balik. Selain itu, pemilihan cerpen dan artikel dimaksudkan agar dapat mewakili berbagai ragam bahasa tubuh, yaitu ragam bahasa sastra dan media massa. Dengan penulis yang berbeda-beda, diharapkan akan didapatkan gaya penulisan yang berbeda-beda, dan dengan demikian kemungkinan untuk mendapatkan berbagai bentuk VR Pill lebih besar.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa VR mempunyai ciri-ciri yang bersifat umum dan khusus. Ciri umum, artinya ciri itu dimiliki oleh setiap VR yang dibentuk dengan pola apa pun. Ciri umum itu adalah makna berbalasan dalam melakukan kegiatan yang dinyatakan oleh verbanya. Sebaliknya, ciri khusus adalah ciri yang hanya dimiliki oleh VR tertentu. VR umumnya berbentuk intransitif atau semitransitif. Dalam VR berbentuk intransitif, tidak diperlukan hadirnya Nomina (N) di belakang verba, baik yang berfungsi sebagai O maupun Pel. Dalam VR berbentuk semitransitif, dituntut hadirnya N di belakang verba, dan N itu berstatus sebagai Pel. VR dapat ditandai secara gramatikal, atau VR tanpa penanda leksikal, dan secara leksikal, atau VR dengan penanda leksikal. VR tanpa penanda leksikal dapat diturunkan melalui proses afiksasi dan reduplikasi, sedangkan VR dengan penanda leksikal dapat berupa verba dasar dan verba berafiks yang disertai penanda leksikal seperti saling, Baku, satu sama lain, dan batik.
Umumnya VR tanpa penanda leksikal dan VR dengan penanda leksikal adalah verba aktivitas yang memiliki ciri semantis kewaktuan [+din,+dur,-tel, -lip]. Namun, tipe aktivitas pada VR tanpa penanda leksikal itu dapat berubah menjadi verba penyelesaian yang berciri [+ din, +dur, +tel,-lip] jika kegiatan yang dinyatakan oleh verba tersebut telah selesai atau tuntas. Selesainya kegiatan itu ditunjukkan oleh pewatas telah, Adv setelah, atau adanya titik akhir dalam kegiatan tersebut. Tipe aktivitas itu juga dapat berubah menjadi verba pencapaian yang berciri [+dn, -dur ,+tel,-lip] jika selesainya kegiatan yang dinyatakan oleh verbanya berlangsung sesaat.
Demikian pula VR dengan penanda leksikal. Tipe aktivitas itu dapat berubah menjadi verba penyelesaian, yang ditunjukkan oleh sasaran yang menjadi titik akhir kegiatan itu dan keterangan waktu yang menyatakan bahwa kegiatan yang disebut dalam verba itu telah selesai."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2003
T11583
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afdol Tharik Wastono
"Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perilaku sintaksis kongruensi dan reksi dalam bahasa Arab dengan mengkaji unsur sintaksis yang menyertainya. Penelitian ini juga bertujuan untuk menentukan jenis-jenis kongruensi dan reksi dalam bahasa Arab yang selama ini belum terungkap. Unsur sintaksis yang terlibat dalam proses kongruensi dan reksi adalah kategori sekunder seperti persona, bilangan, gender, definisi, kasus, mood, dan aspek. Baik kongruensi maupun reksi berfokus pada hubungan antara konstituen dalam satu konstruksi. Kedua istilah tersebut dapat dibedakan dengan melihat kategori yang terlibat. Kongruensi berfokus pada hubungan antara konstituen dalam satu konstruksi yang ditandai dengan munculnya kategori yang sama, misalnya, kategori persona, bilangan, dan gender memegang peranan penting dalam hubungan antara subjek dan predikat verbalnya, sedangkan reksi berfokus pada hubungan yang ditandai dengan munculnya kategori tertentu yang dihasilkan dari hubungan antara satu konstituen dengan konstituen lainnya. Misalnya, kasus akusatif dalam fungsi objektif merupakan hasil hubungan antara objek dan predikatnya. Penelitian ini menyimpulkan bahwa dalam bahasa Arab, kongruensi dan reksi dapat ditemukan pada tingkat klausa dan frasa.

This study aims at describing syntactic behaviour of congruence and rection in Arabic by examining the syntactic element attached to them. This study also aims at determining types of congruence and rection in Arabic that have not been revealed so far. Syntactic element that is involved in the process of congruence and rection is the secondary category such as person, number, gender, defineteness, case, mood, and aspect. Both of congruence and rection focuse on relation between constituents in one construction. The two term can be distinguished by looking at the category involved. Congruence focuses on the relation between constituents in one construction that is marked by the appearance of the same category, for example, the category of person, number, and gender play an important role in the relation between a subject and its verbal predicate, while rection focuses on relation that is marked by the appearance of a certain category resulted from the relation between one constituent and another example, accusative case in the objective function is a result of relation between an object and its predicate. This study concludes that in Arabic, congruence and rection can be found at the clause and phrase level.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dien Rovita
"ABSTRAK
Penelitian mengenai verba resiprokal dalam bahasa Indonesia yang dikaji secara sintaktis dan semantis. Tujuannya adalah untuk menentukan tipe-tipe verba resiprokal dan kaidah-kaidah pembentukan tipe-tipe verba resiprokal berpenanda gramatikal dan leksikal. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk menentukan hubungan antara verba resiprokal dengan fungsi-fungsi lain dalam kalimat berdasarkan analisis fungsi sintaktis dan menentukan hubungan antara verba resiprokal, sebagai predikator, dengan argumen-argumen yang terdapat dalam proposisi berdasarkan analisis fungsi semantis, serta menentukan tipe-tipe semantis verba resiprokal. Penelitian ini menggunakan tulisan berbentuk narasi yang diambil empat buah novel yaitu Burung-burung Manyar, Raumanen, Hati yang Damai, dan Balada si Roy: Blue Ransel, dan tulisan berbentuk eksposisi yang diambil dari majalah Tiras edisi bulan Februari sampai dengan September 1995. Setelah data terkumpul diadakan pengelompokan terhadap verba resiprokal berdasakan tipe-tipe verba resiprokal berpenanda gramatikal dan leksikal. Terakhir diadakan analisis berdasarkan fungsi sintaktis dan fungsi semantis. Hasil yang diperoleh terdapat dua puluh delapan tipe verba resiprokal, yang dibedakan menjadi delapan tipe verba resiprokal berpenanda gramatikal dan dua puluh tipe verba resiprokal berpenanda leksikal. Selain itu diperoleh fungsi-fungsi sintaktis, peran-peran semantis, dan tipe-tipe semantis verba resiprokal.

"
1996
S11263
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>