Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 197015 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Simanjuntak, Dicky Budiman
"Latar belakang: Retinopati diabetik (diabetic retinopathy, DR) merupakan komplikasi diabetes mellitus (DM) yang dapat menyebabkan kebutaan. Kesadaran pasien DM terhadap DR dapat diukur dari pengetahuan, sikap, dan perilaku (knowledge, attitude, practice, KAP) dalam pencegahan DR.
Tujuan: Mengetahui serta membandingkan pola karakteristik demografi dan skor KAP pasien DM tanpa DR terhadap DM dengan DR di Puskesmas Provinsi DKI Jakarta menggunakan kuesioner yang teruji valid dan reliabel.
Metode: Subjek dirandomisasi menggunakan cluster random sampling terhadap 17 Puskesmas di Provinsi DKI Jakarta yang telah dilakukan skrining DR terhadap pasien DM.
Hasil: Subjek terdiri dari 205 subjek dengan DR & 210 subjek tanpa DR. Terdapat perbedaan bermakna antar kelompok durasi DM, pendidikan terakhir, dan penghasilan perbulan terhadap pengetahuan. Terdapat perbedaan bermakna antar kelompok durasi DM, pendidikan terakhir, penghasilan perbulan, dan pekerjaan terhadap sikap. Terdapat perbedaan bermakna antar seluruh variabel kelompok terhadap perilaku. Pada kelompok tanpa DR, terdapat korelasi antara pengetahuan dan perilaku (p <0.001) dengan korelasi lemah (r: 0.37) dan terdapat korelasi antara sikap dan perilaku (p <0.001) dengan korelasi sedang (r: 0.45). Pada kelompok dengan DR, terdapat korelasi antara pengetahuan dan perilaku (p <0.001) dengan korelasi lemah (r: 0.40) dan terdapat korelasi antara sikap dan perilaku (p <0.001) dengan korelasi sedang (r: 0.45). Terdapat perbedaan bermakna rerata skor perilaku (p: 0.036) antar kelompok tanpa DR dan dengan DR, tidak terdapat perbedaan bermakna dari rerata skor pengetahuan dan sikap.
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap terhadap perilaku penderita DM tanpa DR dan dengan DR. Terdapat perbedaan bermakna perilaku antara kelompok tanpa DR dan dengan DR.

Background: Diabetic retinopathy (DR) is a complication of diabetes mellitus (DM) which can cause blindness. DM patient awareness of DR can be measured from knowledge, attitude and practice (KAP) in preventing DR.
Purpose: Determine and compare the pattern of demographic characteristics and KAP scores of DM without DR to DM with DR groups at the DKI Jakarta Provincial Health Center using a valid and reliable questionnaire.Methods: Subjects were randomized using the cluster random sampling to 17 Community Health Centers in DKI Jakarta Province which had DR screening done for DM patients.
Result: Subject consists of 205 subjects with DR & 210 subjects without DR. There were significant differences between groups of duration of DM, last education, and monthly income towards knowledge. There were significant differences between groups of duration of DM, last education, monthly income, and job towards attitude. There were significant differences between all group variables towards practice. In the group without DR, there was a correlation between knowledge and practice (p <0.001) with a weak correlation (r: 0.37) and there was a correlation between attitude and practice (p <0.001) with a moderate correlation (r: 0.45). In the group with DR, there was a correlation between knowledge and practice (p <0.001) with a weak correlation (r: 0.40) and there was a correlation between attitude and practice (p <0.001) with a moderate correlation (r: 0.45). There was a significant difference in the mean practice score (p: 0.036) between two groups, but there was no significant difference in the mean knowledge and attitude scores.
Conclusion: There were a correlation between knowledge and attitude towards the practice of without DR and with DR groups. There were significant differences in practice between DM with DR and DM without DR groups.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mega Hayyu Isfiati
"Iskemia makula merupakan penyebab penurunan penglihatan pada retinopati yang berhubungan dengan progresi retinopati diabetik dan dapat terjadi sebelum mikroaneurisma terlihat secara klinis. Fovea avascular zone (FAZ) merupakan area di makula yang mencerminkan kondisi mikrokapiler makula dan sensitif terhadap iskemia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan parameter area dan sirkularitas FAZ pleksus kapiler superfisial (PKS) dan pleksus kapiler dalam (PKD) yang diukur menggunakan Optical Coherence Tomography Angiography (OCTA) pada pasien diabetes melitus (DM) dengan dan tanpa retinopati diabetik. Penelitian potong lintang dilakukan pada 90 mata pasien diabetes yang terbagi menjadi lima kelompok yaitu DM tanpa retinopati diabetik , non proliferative diabetic retinopathy (NPDR) ringan, NPDR sedang, NPDR berat, dan proliferative diabetic retinopathy (PDR). Area dan sirkularitas FAZ PKS dan PKD pada OCTA makula 3x3 mm diukur menggunakan ImageJ. Area FAZ PKS pada NPDR ringan, NPDR berat, dan PDR secara bermakna lebih lebar dibandingkan dengan DM tanpa retinopati diabetik (p=0,026). Sirkularitas FAZ PKD secara bermakna lebih rendah pada kelompok NPDR sedang dan berat dibandingkan dengan NPDR ringan (p=0,003). Pelebaran dan perubahan bentuk FAZ PKS dan PKD pada retinopati diabetik dapat dideteksi dengan OCTA. Pelebaran FAZ PKS dan penurunan sirkulasi FAZ PKD terjadi mulai dari retinopati derajad awal.

Macular ischemia is cause of decreased vision in diabetic retinopathy (DR) associated with the progression of retinopathy and can occur before microaneurysms are detected clinically. Fovea avascular zone (FAZ) is an area in macula that reflects the condition of macular microcapillaries and sensitive to ischemia. This study aims to compare area and circularity of superficial capillary plexus (SCP) and deep capillary plexus (DCP) FAZ as measured using Optical Coherence Tomography Angiography (OCTA) in diabetic patient with and without DR. A cross-sectional study was conducted on 90 eyes of diabetic patients divided into five groups, namely DM with no DR, mild non-proliferative DR (NPDR), moderate NPDR, severe NPDR, and proliferative DR (PDR). Area and circularity of SCP and DCP FAZ in 3×3 mm macular OCTA was measured using ImageJ. The SCP FAZ area was significantly larger in mild NPDR, severe NPDR, and PDR compared to no DR (p=0.026). DCP FAZ circularity was significantly lower in moderate and severe NPDR compared to the mild NPDR (p=0.003). Enlargement and irregularity of SCP and DCP FAZ in DR can be detected by OCTA. Enlargement of SCP FAZ area and decrease in DCP FAZ circularity occurs from early degree of DR.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Fitria Hariany
"ABSTRAK
Diabetes Melitus Tipe 2 DM Tipe 2 merupakan kelompok DM yang dapat menyebabkan komplikasi, baik makrovaskular maupun mikrovaskular. Retinopati Diabetik RD merupakan salah satu komplikasi mikrovaskular DM yang dapat menyebabkan hilangnya penglihatan dan merupakan penyebab utama kebutaan pada individu usia kerja. Keberadaan maupun progresifitas retinopati diabetik diduga disebabkan karena durasi diabetes, pemeriksaan glukosa darah, pemeriksaan profil lipid, mikroalbuminuria, kreatinin darah, dan indeks massa tubuh. Metode CART digunakan untuk menentukan faktor yang berhubungan dengan retinopati diabetik pada pasien DM Tipe 2. Dalam penelitian ini diperoleh persentasi retinopati diabetik pada pasien DM Tipe 2 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo adalah sebesar 10.3 dan faktor utama yang berhubungan dengan retinopati diabetik pada pasien DM Tipe 2 adalah nilai mikroalbuminuria sewaktu.

ABSTRACT
Type 2 Diabetes Mellitus DM Type 2 is classified under diabetes mellitus group that could result in complication, both macrovascular and microvascular. Diabetic Retinopathy RD is one of the complications of microvascular DM which can cause loss of vision and is a major cause of blindness in the individual working age. The presence and progression of diabetic retinopathy is thought to be due to duration of diabetes, blood glucose examination, lipid profile examination, microalbuminuria, blood creatinine, and body mass index. The CART method was used to determine factors associated with diabetic retinopathy in Type 2 diabetic patients. In this study, the percentage of diabetic retinopathy in patients with type 2 diabetes mellitus in Cipto Mangunkusumo Hospital was 10.3 and the main factors associated with diabetic retinopathy in DM Type 2 patients is the value of microalbuminuria at the time."
2017
S69794
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Wijaya
"Latar Belakang: Sindrom renal-retinal diabetes (SRRD) merupakan koinsidensi nefropati dan retinopati diabetik yang menimbulkan komplikasi serius berupa penurunan kualitas hidup dan peningkatan mortalitas dengan risiko kardiovaskular sebesar 4,15 kali lipat. Sementara itu, angka deteksi dini retinopati dan nefropati masih rendah dan faktor-faktor yang berhubungan dengan SRRD pada penyandang DMT2 di Indonesia belum diketahui.
Tujuan: Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan sindrom renal-retinal diabetes pada DMT2 di RSCM.
Metode: Penelitian ini merupakan studi observasional potong lintang yang dilakukan pada 157 subjek DMT2 berusia > 18 tahun. Data karakteristik subjek didapat dari anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan foto fundus retina, dan pengambilan sampel darah dan urin. Hubungan antara faktor-faktor yang berhubungan dengan SRRD dianalisis secara bivariat dengan chi square dan multivariat dengan regresi logistik menggunakan Statistical Package for the Social Sciences (SPSS) versi 21.0.
Hasil: Sebanyak 157 pasien terlibat dalam penelitian ini. Prevalensi SRRD adalah 28,7%, dengan rerata usia 56 (27-76) tahun, rerata IMT 25,7 (21,3-33,8) kg/m, median durasi DM 12 (1-25) tahun dengan HbA1c 8,6 (4,8-15,8) %, prevalensi hipertensi 86,7%, prevalensi dislipidemia 91%, 76,4% pasien tidak merokok, 33,3% pasien albuminuria derajat A2 dan 66,7% derajat A3. Pada SRRD, prevalensi derajat nefropati berdasarkan klasifikasi adalah 0% risiko rendah, 13,3% risiko sedang, 20% risiko tinggi, dan 66,7% risiko sangat tinggi dan prevalensi derajat retinopati diabetik adalah 42,2% NPDR, 55,6% PDR, 24,2% DME, dengan angka deteksi dini retinopati dan nefropati adalah sebesar 20% dan 17,8%. Analisis bivariat dan multivariat menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara durasi DM (p=0,001) dan albuminuria (p=0,008) dengan kejadian SRRD.
Simpulan: Proporsi SRRD pada penyandang DMT2 cukup tinggi (28,7%) dan pada studi ini, faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian SRRD pada DMT2 adalah durasi DM dan albuminuria.

Backgrounds: Diabetic renal-retinal syndrome (DRRS) is a coincidence of diabetic nephropathy and retinopathy that cause serious complications as decreased quality of life and increased mortality with cardiovascular event risk 4,15 times higher. Meanwhile, early detection rate of retinopathy and nephropathy are still low and associated factors of DRRS among Indonesian type 2 diabetes mellitus (T2DM) patients has not been known.
Objective: To obtain the factors related to DRRS among T2DM patients in Cipto Mangunkusumo hospital.
Methods: This was a cross-sectional study involving 157 T2DM subjects aged 18 characteristics were obtained from anamnesis, physical examination, retinal fundus, and blood and urine sample. Bivariate and multivariate analysis using statistical package for the social sciences (SPSS) version 21.0 was used to analyze the factors related to DRRS.
Results: 157 patients were included in this study. The prevalence of DRRS was 28,7% with median age was 56 (27-76) year old, mean BMI was 25,7 (21,3-33,8) kg/m2, median duration of DM was 12 (1-25) year old and HbA1c 8,6% (4,8-15,8%), prevalence of hypertension was 86,7%, prevalence of dyslipidemia was 91%, 76,4% patients were not smoker, 33,3% patients with albuminuria grade A2 and 66,7% patients with grade A3. In DRRS, the prevalence of nephropathy was classified as 0% low risk, 13,3% moderate risk, 20% high risk, and 66,7% very high risk and the the prevalence of diabetic retinopathy was 42,2% NPDR, 55,6% PDR, 24,2% DME with early detection rate of retinopathy and nephropathy were 20% and 17,8%. Bivariate and multivariate analysis showed significant correlation with duration of DM (p=0,001) and albuminuria (p=0,008) with DRRS.
Conclusions: DRRS proportion in T2DM was high (28,7%) and this study showed that duration of DM and albuminuria were correlated with DRRS.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58926
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mufqi Handaru Priyanto
"Ulkus kaki diabetik (UKD) merupakan luka kronik pada pasien diabetes melitus (DM). Vitamin D dipercaya memiliki peran penting pada diferensiasi, proliferasi, pertumbuhan sel, dan modulasi sistem imunitas sehingga kadar yang optimal dibutuhkan untuk penyembuhan luka. Defisiensi vitamin D juga diduga mengganggu produksi dan sekresi insulin sehingga berkontribusi pada kronisitas UKD. Penelitian bertujuan membandingkan kadar vitamin D pada pasien DM dengan dan tanpa UKD; serta untuk mengetahui korelasi antara durasi UKD dan keparahan UKD berdasarkan skor PEDIS (perfusion, extension, depth, infection, sensation) dengan kadar vitamin D. Serum 25-hidroksivitamin D (25(OH)D) dianalisis menggunakan in-vitro chemiluminescent immunoassay (CLIA). Analisis statistik yang sesuai dilakukan untuk membuktikan tujuan penelitian. Perbandingan nilai median (Q1-Q3) kadar vitamin D pada pasien DM dengan dan tanpa UKD secara berurutan adalah 8,90 ng/mL (6,52-10,90) dan 16,25 ng/mL (13-19,59), serta bermakna secara statistik (p<0,001). Tidak ada korelasi antara durasi UKD dan keparahan UKD berdasarkan skor PEDIS terhadap kadar vitamin D, serta tidak bermakna secara statistik. Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa kadar vitamin D pada pasien DM dengan UKD lebih rendah dibandingkan pasien tanpa UKD. Namun belum ada bukti yang cukup untuk menyimpulkan bahwa tidak ada korelasi antara durasi UKD dan keparahan UKD berdasarkan skor PEDIS terhadap kadar vitamin D.

Diabetic foot ulcers (DFU) are chronic wounds in patients with diabetes mellitus (DM). Vitamin D believed have important role in differentiation, proliferation, cell growth, and immune system modulation hence optimal levels are needed for wound healing. Vitamin D deficiency also thought to interfere insulin production and secretion, thereby contributing to DFU chronicity. This study aims to compare vitamin D levels in DM patients with and without DFU; and determine the correlation between DFU duration and severity by PEDIS (perfusion, extension, depth, infection, sensation) score to vitamin D levels. 25-hydroxyvitamin D serum analyzed using in-vitro chemiluminescent immunoassay. Appropriate statistical analysis was done following the study. Comparison of median values ​​(Q1-Q3) vitamin D levels in DM patients with and without DFU were 8.90 ng/mL (6.52-10.90) and 16.25 ng/mL (13-19.59) respectively, and statistically significant (p<0.001). There was no correlation between DFU duration and severity PEDIS score to vitamin D levels, and it was not statistically significant. The results of this study indicate that vitamin D levels in DM patients with DFU are lower than patients without DFU. However, there is not enough evidence to conclude that there is no correlation between DFU duration and severity by PEDIS score to vitamin D levels."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ruth Tabitha
"DM merupakan masalah kesehatan di Indonesia maupun di dunia, terlihat dari jumlah penderita yang terus meningkat setiap tahunnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian DM di Puskesmas Kebon Baru, Jakarta Selatan pada tahun 2020. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan desain studi cross sectional dengan menganalisis data sekunder data laporan bulanan Penyakit Tidak Menular Puskesmas Kebon Baru tahun 2020. Data dikumpulkan pada tahun 2020 dan analisis dilakukan pada tahun 2021. Prevalensi DM di Puskesmas Kebon Baru pada tahun 2020 adalah sebesar 16,5% dengan rata-rata kadar gula darah sebesar 153 mg/dL. Variabel yang terbukti memiliki hubungan dengan kejadian DM adalah variabel usia dengan p value 0,001 (OR 3,15; 95% CI 1,56-6,36) dan variabel riwayat penyakit DM dengan p value 0,00 (OR 5,3; 95% CI 2,74-10,37). Pasien yang berobat ke Puskesmas pada usia mulai dari 45 tahun ke atas memiliki risiko 3,15
kali untuk menderita DM dibanding yang berada di kelompok usia dibawah 45 tahun.
Pasien yang berobat ke puskesmas dan memiliki anggota keluarga menderita DM memiliki risiko 5,33 kali untuk menderita DM dibanding yang tidak.

DM is a health problem encountered in Indonesia as well as in the world, it can be seen from the number of sufferers that continues to increase every year. This study used a quantitative approach with cross sectional design by analyzing the secondary data of the monthly report of Non-Communicable Diseases at Kebon Baru PHC in 2020. These data were collected in 2020 and analyzed in 2021. The prevalence of DM at Kebon Baru PHC in 2020 was 16.5% with the average blood sugar level of 153 mg/dL. The variables that were proven to have a relationship with the incidence of DM were the variable age with a p value of 0.001 (OR 3.15; 95% CI 1.56-6.36) and the variable history DM with a p
value of 0.00 (OR 5.3; 95% CI 2.74-10.37). Patients who go to Kebon Baru PHC at the age ranging from 45 years and over have a 3.15 times risk of suffering from DM than those in the age group under 45 years. In addition, patients who go to the Kebon Baru PHC and have family members suffering from DM have a risk of 5.33 times to suffer from DM than those who do not.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Istaniya Sumantri
"Terdapat pergeseran usia pada penderita diabetes melitus di wilayah Puskesmas Bogor Timur. Pada tahun 2021 diagnosis untuk penderita diabetes melitus termuda yang ditemukan di Puskesmas Bogor Timur adalah pada usia 29 tahun. Sementara pada tahun 2022 sampai bulan Juli, usia penderita diabetes melitus termuda ditemukan pada usia 19 tahun. Penelitian dilakukan untuk mengetahui determinan yang mempengaruhi perilaku pencegahan diabetes melitus pada remaja. Sebuah studi cross-sectional yang dilakukan pada 110 siswa di SMAN 3 Kota bogor yang terpilih sebagai sampel acak. Penelitian ini dilakukan dari November hingga Desember 2022. Data yang dikumpulkan menggunakan kuesioner terstruktur melalui gform. Data dimasukan kedalam SPSS untuk dianalisis secara univariat dan bivariat. Pada analisis bivariat, variabel dengan nilai p=0,05 dianggap berhubungan secara signifikan. Nilai rata-rata yang diperoleh dari perilaku pencegahan diabetes melitus pada remaja sebesar 64,7 (skala 100). Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan (p=0,006), persepsi kerentanan (p=0,002), persepsi tingkat keparahan (p=0,018), persepsi manfaat (p=0,011), persepsi hambatan (p=0,001), dan sumber informasi (p=0,034) dengan perilaku pencegahan diabetes melitus pada remaja. Upaya dalam peningkatan kesadaran dalam melakukan pencegahan diabetes melitus perlu ditingkatkan untuk menghasilkan generasi yang terbebas dari penyakit katastropik khususnya diabetes melitus.

There is an age shift in patients with diabetes mellitus in the East Bogor Health Center area. In 2021 the diagnosis for the youngest person with diabetes mellitus found at the East Bogor Health Center was at the age of 29 years. Meanwhile, in 2022 until July, the age of the youngest patient with diabetes mellitus was found to be 19 years old. This research was conducted to determine the determinants that influence diabetes mellitus prevention behavior in adolescents. A cross-sectional study was conducted on 110 students at SMAN 3 Bogor City who were selected as a random sample. The study was conducted from November to December 2022. Data were collected using a structured questionnaire through gform. Data were entered into SPSS for univariate and bivariate analysis. In bivariate analysis, variables with p=0.05 were considered significantly associated. The mean value obtained from adolescent prevention behavior was 64.7 (scale 100). There are asignificant relationship between knowledge (p=0.006), perceived susceptibility (p=0.002), perceived severity (p=0.018), perceived benefits (p=0.011), perceived barriers (p=0.001), and sources of information (p=0.034) with diabetes mellitus prevention behavior in adolescents. Efforts to increase awareness in preventing diabetes mellitus need to be increased to produce a generation free from catastrophic diseases, especially diabetes mellitus."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eti Sumartiyah
"Retinopati diabetik merupakan komplikasi mikrovaskular akibat hiperglikemi pada diabetes melitus, komplikasi tersebut memberikan dampak bagi pasien berupa penurunan fungsi penglihatan sehingga dapat mempengaruhi kualitas hidup. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup pasien retiopati diabetik.Metode penelitian ini adalah potong lintang/cross sectional dengan pendekaran observasi analitik.Jumlah responden sebanyak 160 pasien. Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor – faktor yang tidak berhubungan dengan kualitas hidup adalah jenis kelamin (p=0,617) dan kepuasan pengobatan (P=0,106). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup pasien retinopati diabetik adalah usia (p=0,002), lama menderita DM (p=0,005), derajat keparahan retinopati diabetik (p=0,0001), stress (p=0,045), dukungan keluarga (p=0,024), status fungsional (p=0,046). Pasien retinopati diabetik yang memiliki usia kurang dari 50 tahun, lama menderita DM lebih dari 10 tahun, derajat DR NPDR) dan dukungan keluarga baik berpeluang mengalami kualitas hidup baik sebesar 40%. Hasil analisis multivariat menunjukan faktor yang paling dominan berhubungan dengan kualitas hidup pasien retinopati diabetik adalah dukungan keluarga dengan nilai OR= 4,172(CI 95%= 1,860; 16,414). Dengan penelitian ini di harapkan dapat menjadi acuan bagi perawat dalam mengembangkan pola asuhan keperawatan pada pasien gangguan penglihatan terkait kualitas hidup pasien.

Diabetic retinopathy is a microvascular complication due to hyperglycemia in diabetes mellitus, this complication affects the patient in the form of decreased visual function so that it can affect the quality of life. The purpose of this study was to identify factors related to the quality of life of diabetic retiopathy patients. The method of this study is cross sectional / cross sectional with an analytic observation approach. The number of respondents was 160 patients. The results showed that factors not related to quality of life were gender (p = 0.617) and treatment satisfaction (P = 0.106). Factors related to the quality of life of diabetic retinopathy patients were age (p = 0.002), duration of DM (p = 0.005), severity of diabetic retinopathy (p = 0.0001), stress (p = 0.045), family support ( p = 0.024), functional status (p
= 0.046). Diabetic retinopathy patients who have a age of less than 50 years, long suffering from diabetes more than 10 years, level of severity is DR (NPDR) and good family support have the opportunity to experience a good quality of life of 40%. The results of multivariate analysis showed that the most dominant factor related to the quality of life of patients with diabetic retinopathy was family support with an OR value of 4.172 (95% CI = 1.860; 16.414). With this research, it is hoped that it can become a reference for nurses in developing patterns of nursing care for vision impaired patients regarding the quality of life of patients
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Amalia
"Retinopati diabetik adalah kelainan vaskular retina yang disebabkan oleh diabetes jangka panjang. Deteksi dini retinopati diabetik pada pasien diabetes diperlukan karena tidak ada gejala yang terlihat selama tahap awal penyakit. Para peneliti mengembangkan metode berbasis komputer untuk membantu dokter dalam proses deteksi dini. Dokter dapat menggunakan output dari metode tersebut sebagai pertimbangan dalam mediagnosis tipe retinopati diabetik yang diderita pasien. Salah satu metode yang populer adalah deep learning. Pada penelitian ini, dibangun gabungan dua algoritma deep learning, yaitu Convolutional Neural Network (CNN)-Long Short-Term Memory (LSTM) untuk deteksi retinopati diabetik dengan output berupa caption yang menjelaskan kondisi yang ada pada citra fundus pasien. CNN digunakan untuk mengekstraksi fitur lesi retinopati diabetik pada citra fundus, dan LSTM digunakan untuk membuat caption berdasarkan fitur lesi tersebut. Penelitian ini menggunakan empat model CNN, yakni AlexNet, pre-trained AlexNet, GoogleNet, dan pre-trained GoogleNet. Simulasi gabungan algoritma CNN-LSTM dilakukan dengan proporsi data yang berbeda menggunakan data set dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Hasil simulasi menunjukkan bahwa gabungan algortima CNN-LSTM dapat mendeteksi fitur lesi dan membuat caption dengan rata-rata kinerja akurasi tertinggi sebesar 91.69% untuk model pre-trained GoogleNet-LSTM dan proporsi data 80% data training dan 20% data testing.

Diabetic retinopathy is a retinal vascular disorder caused by long-term diabetes. Early diabetic retinopathy detection in diabetes patients is needed because no symptoms can be seen during the early stage of disease. The researchers developed a computer-based method to assist ophthalmologists in the early detection process. Ophthalmologists can use the output of the method as a consideration in diagnosing the type of diabetic retinopathy. One of the popular methods is deep learning. In this study, a combination of two deep learning algorithms, namely Convolutional Neural Network (CNN)-Long Short-Term Memory (LSTM), was constructed for diabetic retinopathy detection with the output in the form of a caption that explains the condition present in the patient’s fundus images. CNN is used to extract features of diabetic retinopathy lesions on fundus images, and LSTM is used to generate a caption based on those lesion features. This study used four CNN models that are AlexNet, pre-trained AlexNet, GoogleNet, and pre-trained GoogleNet. Simulation of a combined CNN-LSTM algorithm has been done with the different proportions of data using a data set from Cipto Mangunkusumo National General Hospital. The simulation results show that a combined CNN-LSTM algorithm can detect lesion features and generate caption with the highest average performance accuracy of 91.69% for pre-trained GoogleNet-LSTM and the proportion 80% training data and 20% testing data."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Nabillah
"Latar belakang: Diabetes mellitus merupakan penyakit metabolik kronik yang terus meningkat secara global. Pengobatan yang panjang, mahal, dan memiliki efek samping membuat penelitian tentang pengobatan herbal diabetes terus dikembangkan. Sejumlah senyawa biokimia ekstrak etanol daun tin berpotensi sebagai antidiabetes, tetapi penelitian mengenai efek protektifnya terhadap hati tikus diabetes belum banyak dilakukan.
Metode: Penelitian eksperimental ini menggunakan 30 ekor tikus wistar yang terbagi dalam 6 kelompok. Streptozotocin 40 mg/kgBB diberikan secara intraperitoneal dan diberi perlakuan sesuai kelompok. Gula darah puasa diukur setiap 2 kali seminggu. Hati tikus diambil dan diamati di bawah mikroskop pada perbesaran 100x dan 400x. Persentase perubahan sel hepatosit dihitung, meliputi sel normal, degenerasi hidropik, degenerasi melemak, dan nekrosis.
Hasil: Data dianalisis menggunakan uji Kruskal-Wallis dan dilanjutkan uji Mann-Whitney. Hasil uji Kruskal-Wallis, pemberian ekstrak etanol daun tin pada tikus diabetes yang diinduksi streptozotocin berpengaruh nyata terhadap kadar gula darah puasa (p<0,05). Terjadi perubahan gambaran histopatologi hati, meliputi perubahan sel hepatosit normal, degenerasi hidropik, dan degenerasi melemak. Terdapat perbaikan gambaran histopatologi hati pada kelompok perlakuan ekstrak etanol daun tin dosis 200 mg/kgBB, 400 mg/kgBB, dan 800 mg/kgBB terhadap kontrol negatif.
Kesimpulan: Pemberian ekstrak etanol daun tin berpengaruh dalam menurunkan kadar gula darah puasa tikus diabetes, dengan dosis 800 mg/kgBB menunjukkan rata-rata persentase penurunan terbesar (53,61 ± 13,84%) dibandingkan kelompok lainnya. Pemberian ekstrak etanol daun tin juga berpengaruh pada perubahan gambaran histopatologi hati tikus diabetes

Introduction: Diabetes mellitus is a chronic metabolic disease that continues to increase globally. Long and expensive treatment with its side effects influence the studies on diabetes herbal medicine continue to be developed. A number of biochemical compounds from ethanol extract of fig leaves have potential as antidiabetics, but studies on their protective effects on the liver of diabetic rats have not been carried out.
Method: This experimental study used 30 wistar rats divided into 6 groups. Streptozotocin 40 mg/kgBW was administered intraperitoneally. Fasting blood glucose levels were measured twice a week. The rat liver was taken and observed under a microscope at 100x and 400x magnification. Hepatocyte cell change percentages were observed, including normal cells, hydropic degeneration, fatty degeneration, and necrosis. Data were analyzed using the Kruskal-Wallis test and continued with the Mann-Whitney test.
Result: The results of the Kruskal-Wallis test, administration of ethanol extract of fig leaves to diabetic rats induced by streptozotocin had a significant effect on fasting blood glucose levels (p<0.05). Changes in the histopathological features of the liver, including changes in normal hepatocyte cells, hydropic degeneration, and fatty degeneration. There was an improvement in the histopathological feature of the liver in the treatment group of tin leaf ethanol extract at doses of 200 mg/kgBW, 400 mg/kgBW, and 800 mg/kgBW against negative control group.
Conclusion: Administration of fig leaf ethanol extract had an effect on reducing fasting blood glucose levels in diabetic Wistar rats, with a dose of 800 mg/kgBW showing the largest average percentage decrease (53,61 ± 13,84%) compared to other groups. Administration of tin leaf ethanol extract also affected changes in the histopathological features of diabetic rats liver
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>