Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 132399 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Neli Mariani
"Salah satu tindakan diagnostik dan intervensi pada pasien dengan penyakit jantung koroner adalah coronary angiography. Tindakan tersebut dapat menimbulkan respon psikologis berupa kecemasan. Kecemasan yang tidak diatasi dengan baik dapat berdampak terhadap status kesehatan pasien itu sendiri sehingga beresiko menimbulkan berbagai komplikasi seperti gangguan hemodinamik, rasa ingin pingsan, nyeri dada, gangguan pencernaan, kejadian iskemik berulang dan aritmia. Sehingga dibutuhkan peran perawat untuk mencegah terjadinya komplikasi tersebut. Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk menurunkan kecemasan dengan menggunakan non farmakoterapi atau terapi komplementer yaitu terapi relaksasi Benson pada pasien yang akan dilakukan tindakan coronary angiography elektif. Penelitian ini menggunakan pendekatan quasi eksperimen one grup dengan pre dan post design dengan jumlah sampel sebanyak 20 sampel yang diambil dengan menggunakan metode purposive sampling. Hasil uji ini didapatkan gambaran hasil penurunan tingkat kecemasan berat sebanyak 80% sebelum diberikan terapi menjadi kecemasan sedang sebanyak 75% setelah diberikan terapi relaksasi Benson, dengan hasi penurunan hasil rerata tekanan darah sistolik/diastolik, nadi, pernafasan menggunakan uji paired sample test didapatkan hasil yang signifikan nilai p<0,0

One of the diagnostic and intervention measure in patients with coronary angiography. These actions can cause psychosocial responses in the form on anxiety. Anxiety that is not handles properly can have an impact on the patient’s own health status so that it is it is at risk of causing various complications such as hemodynamic disturbances, feeling faint, chest pain, digestive disorders, recurrent ischemic events and arrhytmias. Therefore it takes the role of nurses to prevent these complications. One of the efforts that can be made to reduce anxiety by using non-pharmacotherapy or complememntary therapy is Benson’s relaxation therapy for patients who are undergoing elective coronary angiography. This study used a quas0 experimental approach with a total sample of 20 respondens taken by using pusposive sampling method. The results of this test show an overview of the results of a decrease in the level of severe anxiety by 80% beore being given therapy to moderate anxiety by 75%, with the resul of the mean systolic and dyastilic blood pressure, pulse, respiration rate using the paired sample test obtained significant results p value < 0,05"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Agustin Dwi Rachma Nisa
"Perawatan di lingkungan Instalasi Gawat Darurat pada situasi pandemi COVID-19 memberikan pengalaman tersendiri bagi pasien, terutama bagi pasien dengan kesadaran compos mentis yang terinfeksi COVID-19 sangat berpotensi untuk mengalami kecemasan. Tujuan dari penulisan artikel ini adalah untuk memberikan gambaran mengenai penerapan Terapi Murottal dalam asuhan keperawatan pada pasien COVID-19 yang terpasang Ventilasi Mekanik Non-Invasif di IGD dan mengalami kecemasan. Terdapat satu kasus yang dibahas yaitu pada pasien dengan masalah kecemasan. Intervensi keperawatan yang diberikan yaitu berupa pemutaran Murottal surah Yasin, Al-Insyirah, dan Ar-Rahman. Hasil evaluasi berdasarkan tanda mayor dan minor pasien dengan kecemasan serta pengukuran kecemasan menggunakan Face Scale Anxiety menunjukkan sebagian besar masalah dapat teratasi dan menunjukkan perbaikan walaupun belum secara keseluruhan. Terapi Murottal direkomendasikan untuk dapat diterapkan dalam asuhan keperawatan pasien COVID-19 yang terpasang Ventilasi Mekanik Non-Invasif dengan masalah kecemasan.

Murottal Therapy as Nursing Intervention for Patient with COVID-19 Recieving Non-Invasive Mechanical Ventilator: Case Study. Treatment at Emergency Room amid COVID-19 pandemic provides certain experiences for patients, especially for patient with good conciousness (compos mentis) who are infected COVID-19, they are probably would experience anxiety. The purpose of this writing is to provide an overview of the application of murottal therapy in nursing care for COVID-19 patient who are using NIV at Emergency Room and experience anxiety. There are one case which being discussed on this article and we found the problem is anxiety. Nursing intervention which being used is Murottal Yasin, Al-Insyirah, and Ar-Rahman. Evaluation of the intervention are based on major and minor signs, and also from assessment of Face Anxiety Scale indicate that some problems were resolved, while some others were partially resolved with some improvement or unresolved. We recommended Murottal Therapy as nursing care for COVID-19 patient who are using NIV at Emergency Room and experience anxiety. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Eddy Rosfiati
"Dealing with coronary angiography diagnostic procedures and the possibility of being intervene with PCI, SAP patients are often anxious, feel uncomfortable due to stress. Anxiety and discomfort are physiological and psychological response, which can be noticed on the change in blood pressure status, pulse, respiration and body temperature. This research was conducted with the main objective to identify the effect of back-rub on the level of patient?s anxiety and comfort before coronary angiography procedure.
Design used in this research was an equivalent pretest-posttest with control group quasi experiment. Research was conducted using a probability simple random sampling; with 30 respondents participated. A questionnaire was used for data collecting of anxiety level with 0-10 scale, digital sphygmomanometer was used for measuring blood pressure and number of pulse, and digital battery powered thermometer was used for measuring body temperature.
Research finding showed that before back-rub a difference is found in anxiety level (p value 0.048). After back-rub differences are found in anxiety level (p value 0.002, comfort level (p value 0.0001), diastole BP (0.016), pulse (p value 0.0001), respiration (p value 0.005) and temperature (p value 0.052). Before back-rub, no differences are found in comfort level, systole BP, pulse, respiration and temperature and after back-rub no differences in systole BP between intervened and controlled group.
Based on the findings, it can be concluded that back-rub can be applied to reduce patient?s psychological stress (anxiety) and increase comfort before coronary angiography procedure. A recommendation is directed to the management of the ward to apply back-rub as a part of SOP of Angio Procedure.

Menghadapi tindakan diagnostik coronary angiography dan kemungkinan di intervensi lanjut dengan PCI, pasien APS sering cemas, merasa tidak nyaman karena stress. Cemas dan tidak nyaman sebagai respon fisiologis dan psikologis tubuh, terlihat juga pada perubahan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu. Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh back-rub terhadap tingkat kecemasan dan kenyamanan serta dampaknya pada TD, nadi, respirasi dan suhu sebelum tindakan coronary angiography.
Desain penelitian ini adalah equivalent pretestposttest with control group quasi experiment. Pemilihan sampel dengan probability simple random sampling, didapat 30 responden. Data kecemasan dan kenyamanan dikumpulkan menggunakan kuesioner berskala 0-10, pengukuran tekanan darah dan jumlah denyut nadi menggunakan tensimeter digital dan suhu menggunakan termometer digital dengan batere.
Hasil penelitian menunjukkan perbedaan tingkat kecemasan (p value 0.048) sebelum back-rub. Sesudah backrub perbedaan pada tingkat kecemasan (p value 0.002), tingkat kenyamanan ( p value 0,0001), tekanan darah diastole(p value 0,016), nadi (p value 0.0001), respirasi (p value 0,005) dan suhu (p value 0,052). Tidak ada perbedaan sebelum back-rub pada tingkat kenyamanan, tekanan darah systole, nadi, respirasi, suhu dan sesudah back-rub pada tekanan darah systole antara kelompok intervensi dan kontrol.
Berdasarkan hasil penelitian ini maka back-rub dapat digunakan untuk mengurangi stress psikologis (kecemasan) dan meningkatkan kenyamanan pasien sebelum tindakan coronary angiography. Rekomendasi ditujukan kepada manajemen ruangan untuk mengaplikasikan back-rub sebagai bagian dari SPO Angiography.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T38255
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maisya Putri Nibenia
"Fraktur mempengaruhi aspek kehidupan manusia secara fisik, psikososial, hingga ekonomi apabila terjadi kecacatan yang menetap karena tidak ditangani dengan baik. Gejala umumnya berupa rasa sakit yang tajam seperti menusuk yang semakin parah ketika menggerakan tulang. Tindakan pembedahan juga menimbulkan nyeri. Nyeri yang tidak ditangani dengan baik menyebabkan pasien tidak mampu berpartisipasi dalam proses pemulihan yang dapat meningkatkan kecacatan. Manajemen nyeri perlu dilakukan dalam memenuhi aspek kenyamanan dalam kebutuhan dasar manusia dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. Terapi relaksasi Benson dan aromaterapi merupakan intervensi non farmakologis yang bertujuan untuk mengurangi nyeri. Metode yang digunakan berupa studi kasus pada pasien closed fracture of right humerus yang mengalami nyeri akut dan penelusuran literatur evidence based practice mengenai efektivitas relaksasi Benson dan aromaterapi pada pasien nyeri. Hasil studi kasus menunjukan bahwa terapi tersebut terbukti efektif menurunkan nyeri. Perawat dapat menerapkan terapi tersebut dalam asuhan keperawatan manajemen nyeri dan melatih pasien sehingga mampu melakukannya secara mandiri.

The Effectiveness of Benson Relaxation Therapy and Aromatherapy in Reducing Pain on Pre and Post Operative ORIF Fracture Patients. Fractures permanent disability can be affected by the aspects of human life physically, psychosocially, and even economically because it is not handled properly. The common symptoms are intense stabbing pain that worsens in every bones movement. Surgery procedures also cause pain. Pain that is not treated properly causes patients to be unable to participate in the recovery process which can increase disability. Pain management needs to be done to fulfill the comfort aspect of basic human needs and improve health services. Benson relaxation therapy and aromatherapy are non-pharmacological interventions that aim to reduce pain. The method used was a case study of a closed right humerus fracture patient who experienced acute pain and a literature search based on practical evidence regarding the effectiveness of Benson relaxation and aromatherapy in pain patients. The results of the case study show that this therapy has proven effective in reducing pain. Nurses can apply this therapy in pain management treatments and train patients so they are able to do it independently.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anastasia, translator
"Pandemik Covid-19 tahun 2020 menimbulkan kecemasan bagi semua orang salah satunya terjadi pada ibu hamil. Hal ini dapat memicu timbulnya kecemasan dalam memikirkan persiapan persalinan dimasa pandemik. Apabila masalah tersebut tidak diberikan intervensi dengan baik akan menyebabkan gangguan psikologis pada ibu. Intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah kecemasan pada ibu hamil yaitu teknik relaksasi benson, terapi musik dan pemberian aroma terapi. Tujuan penulisan laporan kasus ini yaitu menganalisis asuhan keperawatan pada ibu hamil yang mengalami masalah kecemasan dengan penerapan ketiga intervensi tersebut. Intervensi dilakukan pada seorang ibu hamil yang memasuki trimester III kehamilan dan tinggal di zona merah kota Bogor. Ketiga intervensi tersebut diterapkan secara bersamaan dan dilakukan sebanyak dua kali dalam sehari selama 15 menit. Setelah pemberian intervensi selama satu minggu dengan empat kali pertemuan, didapatkan hasil evaluasi dengan menggunakan intrumen Zung Selft-rating Anxiety Scale (SRAS) dan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) yaitu penurnuan skor SRAS dari kecemasan sedang menjadi kecemasan ringan. Kemudian terjadi penurunan skor PSQI dari kualitas tidur buruk menjadi kualitas tidur baik, sehingga klien merasa lebih tenang dan nyaman. Maka dari itu penulisan karya ilmiah ini menganjurkan pemberian intervensi relaksasi benson, terapi musik dan pemeberian aromaterapi dapat dilakukan pada ibu hamil yang mengalami masalah kecemasan.

The Covid 19 pandemic that occurred in 2020 causing the anxiety for everyone, including pregnant women. This phenomenon can bring anxiety in preparing for childbirth during a pandemic. If the anxiety is not given a proper intervention, it will cause psychological disorder among the mother. Interventions that can be given in order to overcome the anxiety in pregnant women are Benson relaxation techniques, music therapy, and aromatherapy. The purpose of writing this case report is to analyze the nursing care for pregnant woman who suffering from anxiety by applying of the three interventions. The intervention was carried out on a pregnant woman who entered the third trimester of pregnancy and lived in the red zone of Covid 19 in the city of Bogor. The three interventions were applied simultaneously and performed twice a day for 15 minutes. After giving the intervention for one week with four meetings, the result of the evaluation using the Zung Selft-rating Anxiety Scale (SRAS) and Pittsburgh Sleep Quality index (PSQI) were obtained, showing that there was a decrease in the SARS score from moderate anxiety to mild anxiety, The evaluation results also showed that there was a decrease in the PSQI score from poor sleep quality to good sleep quality, indicated the client felt calmer and more comfortable after the interventions was conducted. Therefore, this case report suggests to carry out the Benson relaxation, music therapy, and aromatherapy interventions for pregnant women who experience anxiety problems."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Neli Mariani
"Salah satu tindakan diagnostic dan intervensi pada pasien dengan penyakit jantung koroner adalah coronary angiography. Tindakan tersebut dapat dilakukan secara urgent ataupun elektif yang dapat menimbulkan respon psikososial berupa kecemasan. Kecemasan pada pasein yang akan dilakukan tindakan coronary angiography yang tidak teratasi dapat berdampak terhadap status kesehatan pasien timbulnya berbagai komplikasi, antara lain dapat berupa gangguan hemodinamik, rasa ingin pingsan, nyeri dada, gangguan pencernaan, kejadian iskemik berulang dan disritmia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kecemasan dan faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan pada pasien yang akan dilakukan tindakan elektif coronary angiography. Desain penelitian ini dengan menggunakan analytic descriptive observation dengan pendekatan cross sectional pada 110 responden. Hasil uji statistik menunjukan bahawa adanya kecemasan yang berat pada 75 responden (68,2%) dan cemas sedang pada 35 responden (31,8%). Dari hasil uji bivariat menunjukan adanya hubungan antara usia p-value 0,000, penghasilan p-value 0,003, pendidikan p-value 0,000, riwayat pernah dilakukan tindakan coronary angiography p-value 0,000, pengetahuan penyakit jantung koroner p-value 0,000 dan pengetahuan tentang tindakan coronary angiography p- value 0,000 dengan kecemasan pada pasien yang akan dilakukan tindakan coronary angiography, dengan keseluruhan nilai p-value < 0,05. Sedangkan jenis kelamin tidak menunjukan adanya hubungan yang signifikan dengan kecemasan p-value 0,669 > 0,05. Hasil analisis multivariat didapatkan bahwa faktor yang paling dominan menyebabkan kecemasan pada pasien yang akan menjalani tindakan coronary angiography adalah pengetahuan penyakit jantung koroner dengan nilai odds rasio terbesar 4,617

One of the diagnostic and intervention measures in patients with coronary heart disease is coronary angiography. These actions can be carried out urgently or electively which can cause a psychosocial response in the form of anxiety. Anxiety in patients undergoing coronary angiography that is not resolved can have impact on the patient’s health status and the emergence of various complications, including hemodynamic disturbances, feeling like fainting, chest pain, indigestion, recurrent ischemic events and dysrhythmias. The purpose of this study was to determine the level of anxiety and the factors that influence anxiety in patients undergoing elective coronary angiography. The design of this study used analytic descriptive observation with a cross sectional approach to 110 respondents. The results of statistical tests showed that there was severe anxiety in 75 respondents (68,2%) and moderate anxiety in 35 respondents (31,8%). The results of the bivariate test showed that there was relationship between age (p-value 0,000), income (p-value 0,003), education (p-value 0,000), history of coronary angiography (p-value 0,000), knowledge of coronary heart disease (p-value 0,000), and knowledge about coronary angiography (p-value 0,000) with anxiety in patients who will undergo coronary angiography, with an overall p-value <0,05. But there is not relation between gender and anxiety with p-value 0,669 > 0,05. From the results of multivariate analysis, it was found that the most dominant factors causing anxiety in patients who will undergo coronary angiography is knowledge of coronary heart disease with Odds ratio 4,617"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmi
"Pendahuluan Penyakit paru obstruktif kronik merupakan penyakit pernapasan dengan kontribusi signifikan terhadap morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia. PPOK mempengaruhi kapasitas latihan dan status kesehatan pasien dari aspek fisik, sosial, dan psikologis. Kecemasan dan dispnea merupakan dua gejala utama pasien penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) yang berpengaruh pada kualitas hidup. Untuk itu perlu intervensi yang dapat mengurangi kedua gejala ini. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi efektivitas kombinasi ACBT dan PMR terhadap dispnea dan kecemasan pasien PPOK di ruang rawat inap Paru.
Metode Penelitian ini menggunakan design penelitian quasi eksperimen dengan pretest posstest tanpa kelompok kontrol. Jumlah sampel sebanyak 44 responden yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi.
Hasil Terdapat perbedaan selisih pretest-posttest skor dispnea dan kecemasan pada kelompok kombinasi dan kelompok ACBT, dibuktikan dengan nilai selisih pretest-posttest untuk dispnea pada kelompok kombinasi 2 dan 1 pada kelompok ACBT (p value 0,03), sedangkan untuk kecemasan pada kelompok kombinasi 3 dan 2 pada kelompok ACBT (p value 0,000). Sehingga dapat disimpulkan latihan kombinasi ACBT dan PMR lebih efektif dibanding ACBT dalam menurunkan skor dispnea dan kecemasan pada pasien PPOK (p value < 0,05).
Kesimpulan Terapi kombinasi ACBT dan PMR maupun ACBT saja efektif menurunkan dispnea dan kecemasan pada pasien PPOK. Akan tetapi kombinasi ACBT dan PMR lebih efektif menurunkan dispnea dan kecemasan.

Introduction Chronic obstructive pulmonary disease is a disease with a significant contribution to morbidity and mortality worldwide. COPD affects the patient's exercise capacity and health status from physical, social, and psychological aspects. Anxiety and dyspnea are the two main symptoms in patients with chronic obstructive pulmonary disease (COPD) that affect quality of life. For this reason, interventions are needed that can reduce these two symptoms. This study aims to identify the effectiveness of the combination of ACBT and PMR on dyspnea and anxiety in COPD patients in the pulmonary care unit.
Methods This study used a quasi-experimental research design with a pretest posttest without a control group. The number of samples is 44 respondents who meet the inclusion and exclusion criteria.
Results There were differences in pretest-posttest differences in dyspnea and anxiety scores in the combination group and the ACBT group, as evidenced by the pretest-posttest difference values for dyspnea in combination groups 2 and 1 in the ACBT group (p value 0.03), while for anxiety in the combination group 3 and 2 in the ACBT group (p value 0.000). So it can be concluded that the combination of ACBT and PMR exercises is more effective than ACBT in reducing dyspnea and anxiety scores in COPD patients (p value <0.05).
Conclusion Combination therapy of ACBT and PMR as well as ACBT is effective in reducing dyspnea and anxiety in COPD patients. However, the combination of ACBT and PMR is more effective in reducing dyspnea and anxiety.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Made Ngurah Aris Winata
"Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) merupakan penyakit infeksi saluran pernafasan dengan persebaran sangat cepat dan luas di berbagai belahan dunia. Infeksi COVID-19 tidak hanya menyebabkan ganguan secara fisik tetapi juga secara psikologis bagi pasien. Pasien yang terkonfirmasi positif COVID-19 dihadapkan pada ketakutan akan kematian, pengangguran, dan isolasi diri yang berakibat pada trauma psikologis, kebosanan, ketakutan, dan bahkan kecemasan yang mengancam fisik dan kesejahteraan psikologis. Pembuatan Karya ilmiah akhir ners (KIAN) diharapkan dapat menggambarkan analisis asuhan keperawatan yang dilakukan pada pasien COVID-19 dengan masalah ansietas melalui pererapan teknik relaksasi nafas dalam dan distraksi di ruang Isolasi COVID-19 di salah satu rumah sakit di depok. Pengukuran efektifitas yang intervensi yang diberikan dilakuakan menggunakan Hospital Anxiety and Depression Sclae (HADS). Kesimpulan yang diperoleh adalah penerapan intervensi relaksasi nafas dan distraksi terbukti efektif dalam menurunkan tingkat ansietas pasien, hal ini ditunjukan pada adanya penurunan skor HADS pada saat sebelum dan sesudah dilakukan intervensi.

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) is a respiratory infection disease with a very fast and wide spread in various parts of the world. COVID-19 infection not only causes disruption physically but also psychologically for the patient. Patients who are confirmed positive for COVID-19 are faced with a fear of death, unemployment and self-isolation which results in psychological trauma, boredom, fear, and even anxiety that threatens physical and psychological well-being. It is hoped that the final scientific work of nurses (KIAN) can describe the analysis of nursing care carried out on COVID-19 patients with anxiety problems through the absorption of deep breath relaxation techniques and distraction in the COVID-19 isolation room in one of the hospitals in Depok. Measuring the effectiveness of the intervention given was done using the Hospital Anxiety and Depression Sclae (HADS). The conclusion obtained was that the application of breath relaxation and distraction interventions proved to be effective in reducing the patient's anxiety level, this was indicated by a decrease in the HADS score before and after the intervention."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Latumeten, Belinda Jacqueline
"ABSTRAK
Latar belakang : Cukup tingginya prosedur tindakan jantung yang dilaksanakan di
rumah sakit serta terdapatnya kecemasan pasca tindakan jantung akan mempengaruhi
kualitas hidup pasien. Latihan relaksasi otot progresif merupakan suatu bentuk latihan
relaksasi yang dapat mengatasi kecemasan pada subjek pasca tindakan jantung.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat gejala kecemasan serta kualitas
hidup subjek pasca tindakan jantung sebelum dan sesudah latihan relaksasi otot
progresif.
Metode : Penelitian ini adalah studi intervensi dengan desain pre dan post satu
kelompok pada 7 orang subjek pasca tindakan jantung yang mengikuti program
rehabilitasi jantung fase II. Subjek dinilai tingkat gejala kecemasan dan kualitas hidup
nya dengan menggunakan Hamilton Anxiety Scale dan SF 36. Subjek dengan gejala
kecemasan diberikan latihan relaksasi otot progresif selama 6 minggu, 2 kali perhari.
Setelah 6 minggu kembali dinilai tingkat gejala kecemasan dan kualitas hidup nya .
Hasil : Didapatkan penurunan tingkat gejala kecemasan yang bermakna (p<0,028)
(IK7,8-17,3) , dengan rerata tingkat gejala kecemasan sebelum diberikan latihan 19,2
(SB 6) dan setelah diberikan latihan 6,2 (SB 4) . Kualitas hidup subjek setelah
diberikan latihan relaksasi menunjukan perbaikan terutama pada ranah fungsi fisik,
keterbatasan peran akibat keterbatasan fisik, keterbatasan peran akibat keadaan
emosional, energi / kelelahan, keadaan emosional yang memberikan nilai yang
bermakna.
Kesimpulan : Pada penelitian ini latihan otot progresif dapat memperbaiki gangguan
gejala kecemasan dan kualitas hidup pasien pasca tindakan jantung.

ABSTRACT
Background : Quite high of cardiac intervention procedures performed in hospitals as
well as the presence of anxiety after cardiac intervention will affect patient's quality
of life. Progressive muscle relaxation training is a form of relaxation training that can
overcome anxiety on subject of post cardiac intervention procedures . This research
aimed to determine subject level of anxiety symptom and quality of life after cardiac
intervention before and after progressive muscular relaxation training .
Methods : This research is an interventional study with one group pre and post
design on 7 subjects after cardiac intervention that followed phase II cardiac
rehabilitation program. Subject level of anxiety symptom and quality of life being
assessed by using Hamilton Anxiety Scale and SF 36. Subject with anxiety symptom
provided with progressive muscular relaxation training for 6 weeks, twice a day. After
6 weeks subject level of anxiety symptom and quality of life revaluated .
Result : There were significant improvement in level of anxiety symptom (p <0,028)
(IK 7,8-17,3), mean level of anxiety symptom before intervention was 19,2 (SB6) and
mean after intervention 6,2 (SB 4). Subject quality of life was also improved
particularly at physical functioning, role limitations due to physical health, role
limitation due to emotional problem, energy/fatigue, emotional wellbeing.
Conclusion : In this research progressive muscular relaxation can improve anxiety
symptom and quality of life of patients after cardiac intervention."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T58729
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deka Hardiyan
"ABSTRAK
Kecemasan merupakan masalah yang sering dialami pasien sebelum angiografi
koroner. Intervensi yang dapat digunakan untuk menurunkan tingkat kecemasan
sebelum angiografi koroner yaitu pemberian terapi komplementer dan alternatif.
Tujuan penelitian ini yaitu mengidentifikasi pengaruh aromaterapi lavender
terhadap tingkat kecemasan, tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik,
frekuensi nadi, dan frekuensi napas pada pasien angiografi koroner. Desain
penelitian quasi eksperimen pretest posttest with control group. Metode pemilihan
sampel menggunakan consecutive sampling dengan jumlah 36 responden, dibagi
menjadi kelompok intervensi dan kontrol. Kelompok intervensi diberikan
aromaterapi lavender, sedangkan kelompok kontrol diberikan intervensi standar
rumah sakit. Hasil penelitian menunjukkan pada kedua kelompok terjadi
penurunan yang bermakna (p < 0,05; α 0.05) pada skor kecemasan, frekuensi
nadi, dan frekuensi napas. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara
kelompok intervensi dan kontrol setelah diberikan intervensi, namun kelompok
intervensi menunjukkan selisih rerata lebih besar dibanding kelompok kontrol.
Aromaterapi lavender direkomendasikan sebagai terapi untuk menurunkan tingkat
kecemasan pasien angiografi koroner dengan memperhatikan faktor eksternal
ketika aromaterapi lavender diberikan.

ABSTRACT
Anxiety is frequent problem in patients undergoing coronary angiography.
Intervention that can be used to reduce anxiety levels before coronary
angiography is complementary and alternative therapy. The purpose of this study
was to identified the effect of lavender aromatherapy towards anxiety level,
systolic blood pressure, diastolic blood pressure, heart rate, and respiratory rate
of coronary angiography patient. Study design was quasi experiment with pretest
posttest control group. The sample selection used consecutive sampling method
with 36 respondents, divided into intervention and control group. The intervention
group was given lavender aromatherapy, while the control group with standard
hospital intervention. The results suggest that in both group there was a
significant effect (p < 0,05; α 0.05) towards anxiety level, heart rate, and
respiratory rate. There was no significant difference between intervention and
control group after intervention, but the intervention group showed higher mean
difference than control group. Lavender aromatherapy is recommended as one of
therapy to reduce anxiety levels of coronary angiography patient by considering
the external factors when lavender aromatherapy has given."
2017
T47762
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>