Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 58758 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Indira Novianti
"Proyek Akhir ini menganalisis konsep representasi negosiasi muka dalam drama televisi Asia Timur. Di Asia Timur, “muka” memiliki posisi yang sangat penting ketika berkonflik. Jepang memiliki konsep mentsu, Korea Selatan memiliki konsep chemmyeon, dan Cina memiliki konsep mianzi. Secara garis besar, ketiga konsep “muka” dalam ketiga negara memiliki makna yang mengacu pada gambar diri seseorang di hadapan orang lain. Konsep tersebut kemudian direpresentasikan dalam drama televisi masing-masing negara. Drama televisi yang menjadi korpus penelitian ini adalah Hana Yori Dango (Jepang), Boys Over Flowers (Korea Selatan), dan Meteor Garden (Cina). Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analisis dengan menggunakan metode analisis semiotika. Hasil penelitian yang diperoleh adalah meskipun ketiga negara di Asia Timur memiliki konsep “muka” yang sama, masing-masing negara memiliki cara dan budayanya sendiri dalam hal menjaga dan melindungi muka diri sendiri maupun lawan konflik yang ditandai dengan perbedaan pemilihan kata, ekspresi wajah, gaya bicara, dan intonasi bicara dari tokoh dalam ketiga drama televisi.

This Final Project analyzes the concept of face negotiation representation in East Asian television dramas. In East Asia, "face" has a crucial position during the conflict. Japan has the concept of mentsu, South Korea has the concept of chemmyeon, and China has the concept of mianzi. The three concepts of "face" in the three countries have meanings that refer to one's self-image in front of other people. This concept is then represented in the television dramas of each country. The television dramas that became the corpus of this research were Hana Yori Dango (Japan), Boys Over Flowers (South Korea), and Meteor Garden (China). This research is descriptive analysis research using the semiotic analysis method. The research results obtained are that although the three countries in East Asia have the same concept of "face," each country has its way and culture in terms of protecting and protecting the face of oneself and opponents of conflict, which is characterized by differences in word choice, facial expressions, style, speech, and intonation of the characters in the three television dramas.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Nawangwulan
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana tokoh anak direpresentasikan dalam drama Jepang Kotaro wa Hitorigurashi (Kotaro Lives Alone) dan melihat makna dari representasi tersebut. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori representasi Hall (1997) sebagai konsep dasar dari penelitian serta pendekatan analisis film dengan karakterisasi tokoh tertentu yang dikemukakan oleh Petrie dan Boggs (2008). Dalam menganalisis penulis juga menggunakan acuan untuk mendapatkan makna dari setiap adegan menggunakan metode pengambilan gambar, pencahayaan, dan latar yang diungkapkan Petrie dan Boggs (2008). Dalam menganalisis data, penulis menyertakan tangkapan layar dari adegan yang menampilkan tokoh anak dari segi penampilan, kehidupan anak saat tinggal seorang diri, percakapan tokoh anak dengan orang-orang di sekitarnya, dan relasi anak dengan orang tuanya. Dari hasil dari analisis ditemukan bahwa tokoh anak digambarkan sebagai tokoh yang pemberani dan mandiri, karakter mandiri dan pemberani pada tokoh anak terjadi sebagai dampak kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan penelantaran anak. Drama ini dapat dilihat sebagai kritik sosial terhadap isu kekerasan rumah tangga (KDRT) dan fenomena penelantaran anak oleh orang tua di Jepang.

This study aims to see how children's characthers are represented and their meaning in the Japanese drama Kotaro wa Hitorigurashi (Kotaro Lives Alone). The theory used in this research is the representation theory of Hall (1992) as the basic concept of the research and the film analysis approach characterization of certain characters proposed by Petrie and Boggs (2008). In analyzing, the author uses the reference to get the meaning of each scene using the method of taking pictures, lighting, and setting as stated by Petrie and Boggs (2008). In analyzing the data, the author includes screenshots of scenes that show the child's character in terms of appearance, the child's life when he lives alone, the conversation of the child's character with the people around him, and the child's relationship with his parents. The result found that child characters' representations are depicted as brave and independent characters. The brave and independent characters appear due to domestic violence (DV) and child neglect. This drama can be viewed as a social criticism of the domestic violence (DV) issue and the phenomenon of child neglect by parents in Japan.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Flenning, Peter
Jakarta: Megapoin, 1996
658.405 2 FLE n
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ifan Naufal Nugroho
"ABSTRAK
Drag Queen merupakan seorang laki-laki gay yang menunjukkan sisi feminin dengan tujuan eksplisit untuk menghibur dan tampil di depan audiens. Kini, drag queen tidak hanya tampil di klub, bar, atau teater, melainkan tampil dalam sebuah tayangan televisi berjudul RuPaul s Drag Race dan RuPaul s Drag U. Menggunakan metode studi literatur, tulisan ini bertujuan untuk melihat bagaimana representasi sisi feminin dari drag queen yang tampil di televisi. Representasi tersebut dapat dilihat dari sisi kostum, tampilan fisik, bahasa yang digunakan, seks, dan gender. Tulisan ini juga menjelaskan bagaimana identitas gender mereka antara yang ditampilkan pada sebuah tayangan dan kehidupan personalnya, serta persepsi dari masyarakat mengenai drag queen itu sendiri.

ABSTRACT
Drag Queen is a gay man who shows a feminine side with an explicit aim to entertain and appear in front of an audience. Now, drag queen does not only appear in clubs, bars or theaters but appears on a television show titled RuPaul s Drag Race and RuPaul s Drag U. Using the literature study method, this paper aims to see how the feminine side of drag queen appears on television. This representation can be seen in terms of costume, physical appearance, language used, sex, and gender. This paper also explains how their gender identity is displayed on a show and personal life, as well as perceptions from the public regarding drag queen itself."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Shin, Edysen
Jakarta: Alfa Cemerlang Edindo (AceLearnings), 2016
302.3 EDY t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hartman, George M.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1997
658.405 Har s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ah. Zainul Milal
"Proses-proses politik di parlemen sangat diwarnai perilaku-perilaku anggotanya dalam mendistribusikan kekuasaan dan pencarian dukungan untuk legitimasi. Melalui perubahan konstitusi dan pembentukan berbagai perundang-undangan, sistem politik dinegosiasikan dengan proses-proses politik seluruh elemen bangsa terutama para anggota parlemen. Bagaimana suatu proses-proses politik di parlemen berlangsung, bagaimana strategi-strategi parlemen memperoleh kembali legitimasi dan bagaimana pula perilaku mereka mempergunakan dan memproduksi kekuasaan. Sehingga pada gilirannya, bagaimana jejaring patron-klien memproduksi kekuasaan dan siapa yang sebenarnya memainkan kekuasaan di pentas perpolitikan Indonesia.
Dengan demikian, budaya politik parlemen merupakan konstruksi budaya yang dihasilkan dari proses timbal balik antara struktur (sistem dan budaya lama) dengan kesadaran subyektif (upaya-upaya perubahan dan perilaku anggota parlemen). Untuk menemukan konstruksi budaya politik tersebut, penelitian ini meletakkan antropologi politik sebagai sebuah pendekatan kualitatif, khususnya pirantinya mengenai pendekatan dinamik yang mempertimbangkan historical time. Pendekatan ini melihat dinamika proses-proses politik sehingga memungkinkan untuk mengoptik perilaku dan aktivitas politik, bahkan masuk ke ruang-ruang `eksotik' kekuasaan yang tersembunyi. Untuk kepentingan analisa, penelitian ini meminjam perangkat hermeneutika sosial yang diperkenalkan Littlejohn, pendekatan "praksis" yang diperkenalkan Boudieu dan "wacana" yang diperkenalkan Foucoult.
Dari data yang diperoleh, ditemukan berbagai peristiwa yang menunjukkan adanya konstitusi yang masih bermasalah, sehingga negosiasi-negosiasi politik lebih banyak dilakukan di luar prosedur dan mekanisme resmi seperti di kafe-kafe. Operasionalisasi `amplop' sebagai suatu pesan menjadi pintu masuk mengungkapan praktek-praktek suap, korupsi dan money politic di parlemen. Tradisi patemalistik terlalu akut membekam mentalitas bangsa Indonesia, sehingga perilaku 'sungkan' yang terbungkus dalam `amplop' makin memperkuat patronase. Para parlemen selalu aktif mencari `celah' untuk menjaga eksistensinya dan harus memasuki dan mengikuti jaringan suap pada patron-klien. Dari sinilah, ditangkap mengapa sulit sekali memilah-milah antara kepentingan politik, hukum dan ekonomi."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13790
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Rizaldi
"ABSTRAK
Penelitian yang bertemakan gaya negosiasi wiraniaga ini menggunakan alat ukur kuesioner gaya sosial, kuesio-ner gaya negosiasi dan laporan hasil penjualan. Gaya sosial terdiri dari 4 gaya, yaitu gaya sosial pendorong,ekspresif, peramah dan analitis. Gaya negosiasi dike-lompokkan ke dalam gaya negosiasi intuitif, normatif, analitis dan faktual. Pengolahan data melalui proseduranalisa varian dengan sampel 53 wiraniaga, mamberikanhasil bahwa terdapat korelasi signifikan antara gayanegosiasi wiraniaga dongan prestasi kerjanya.
Perhitungan korelasi Eta dengan sampel sebanyak 100wiraniaga mobil P.T-N?, menunjukkan hasil bahwa ter-dapat hubungan signifikan antara gaya sosial wiraniagadan gaya negosiasinya, namun ?tidak terdapat_korelasisignifikan antara gaya sosial pelanggan dan gaya nego-siasi wiraniaga".
Beberapa informasi tambahan dari hasil penelitianini, antara lain, pada umumnya wiraniaga DAIHATSU,PT.?N? lebih banyak menggunakan gaya negosiasi analitisdominan (41%) dibandingkan gaya negosiasi lain. Hira-niaga dengan gaya negosiasi analitis juga menunjukkanrata-rata prestasi kerja lebih baik (9 unit dalam 3bulan).
Dengan demikian gaya negosiasi mempunyai peranpenting dalam keberhasilan seorang wiraniaga. Kalaupungaya sosial mempunyai peranan dalam gaya negosiasi wira-niaga, penelitian ini memperlihatkan bahwa gaya Sosialdirinya menunjukkan poranan yang lebih besar dibanding-kan dengan peran gaya sosial pelanggan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetangahkankonsep gaya negosiasi sebagai salah satu aspek yangpenting bagi wiraniaga yang seringkali harus bernego-siasi dangan pelanggan. Hasil penelitian akan bermanfaatsebagai masukan dalam usaha seleksi dan pelatihan wira-niaga."
1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adam Sia
Jakarta: Elex Media Komputindo, 2000
658.405 2 ADA ct
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Korda, Philippe, 1960-
"Reveals the art of negotiation and helps you get the skills needed in becoming a master negotiator in today's business environment. The first part of the book outlines the fundamentals of negotiating, while the second part is devoted to getting the reader to understand their opponent's interests and tactics during the negotiation process. Finally, you get the opportunity to learn how to strategize successfully."
New York: Buisiness Expert Press, 2012
302.3 KOR f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>