Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 79034 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rumiati
"Pendahuluan: Meningioma merupakan tumor primer intrakranial yang paling sering ditemui, tumbuh dari membran protektif yaitu meningen, ekstraaksial, berasal dari sel araknoid yang menempel pada duramater. Karakteristik meningioma yaitu tumbuh dengan besar, cenderung menghasilkan hiperostosis, infiltrasi atau juga mengerosi tulang. Prevalensi meningioma sekitar 36% dari seluruh tumor otak dengan perkiraan rasio antara wanita dan pria adalah 2:1. Masalah yang ditimbulkan tergantung pada lokasi tumor, ukuran tumor, serta keterlibatannya dengan struktur jaringan sekitar sehingga kasus meningioma cukup menarik untuk disajikan sebagai kasus klinis dengan model rencana asuhan keperawatan. Kasus: pasien laki-laki, umur 33 tahun, dengan meningioma atipikal WHO grade II dengan keluhan nyeri kepala, kelemahan tubuh sebelah kiri, kedua mata tidak dapat melihat, mata kanan proptosis. Pasien beradaptasi dengan keluhan tersebut kurang lebih selama satu tahun dengan minum obat warung dan melakukan pengobatan alternatif. Upaya tersebut tidak membuahkan hasil. Keluhan dirasakan semakin lama malah semakin memberat kemudian pasien melakukan pengobatan ke rumah sakit dan oleh dokter dianjurkan untuk operasi craniotomy. Kami menggunakan Model Adaptasi Roy dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. Kebutuhan utama yang kami temukan antara lain yaitu aktivitas (gangguan mobilitas fisik), sensasi dan penginderaan (gangguan persepsi sensori: penglihatan), proteksi (risiko infeksi, risiko jatuh), neurologi (penurunan kapasitas adaptif intrakranial), konsep diri (kecemasan) dan peran (ketidakefektifan performa peran). Kesimpulan: Asuhan keperawatan pada pasien meningioma dengan kebutuhan utama penurunan kapasitas adaptif intrakranial, gangguan mobilitas fisik, gangguan persepsi sensori, risiko infeksi, risiko jatuh, kecemasan dan ketidakefektifan performa peran dapat teratasi dengan menggunakan pendekatan salah satu teori keperawatan yaitu Model Adaptasi Roy. Model Adaptasi Roy berasumsi bahwa dasar ilmu keperawatan adalah pemahaman tentang proses adaptasi manusia dalam menghadapi situasi hidupnya. Roy memandang manusia merupakan sistem terbuka dan adaptif yang dapat merespon stimulus yang datang baik dari dalam maupun luar. Pasien mengalami perbaikan kondisi dari hari kehari, keluhan dirasakan berkurang, kecemasan tidak ada dan pasien lebih menerima peran serta kondisinya saat ini, sehingga dengan demikian tujuan dari asuhan keperawatan tercapai yaitu pasien mencapai kondisi adaptif dengan penyakitnya.

Introduction: Meningioma is the most common primary intracranial tumor, growing from a protective membrane, namely the meninges, extraaxial, originating from arachnoid cells attached to the dura mater. The characteristics of a meningioma are that it grows large, tends to cause hyperostosis, infiltrates or also erodes the bone. The prevalence of meningioma is about 36% of all brain tumors with an estimated ratio between women and men is 2:1. The problems that arise depend on the location of the tumor, the size of the tumor, and its involvement with the surrounding tissue structures so that meningioma cases are quite interesting to be presented as clinical cases with a cost-loss plan model. Case: male patient, aged 33 years, with WHO grade II atypical meningioma with complaints of headache, left side weakness, unable to see both eyes, proptosis of right eye. The patient adapted to this complaint for about a year by taking drug stalls and taking alternative treatments. These efforts did not produce results. Complaints that are felt the longer they get worse, then the patient goes to the hospital for treatment and the doctor recommends craniotomy surgery. We use the Roy Adaptation Model in providing care to patients. The main needs that we found include activity (impaired physical mobility), sensation and sensing (impaired sensory perception: vision), protection (risk of infection, risk of falling), neurology (decreased intracranial adaptive capacity), self-concept (anxiety) and role (role performance ineffectiveness). Conclusion: Caring for involvement in meningioma patients with the main need for decreased intracranial adaptive capacity, impaired physical mobility, impaired sensory perception, risk of infection, risk of falling, anxiety and ineffectiveness of role performance can be overcome by using the approach of one of the partnership theories, namely the Roy Adaptation Model. Roy's Adaptation Model assumes that the basis of expertise is an understanding of the process of human adaptation in dealing with their life situations. Roy sees humans as an open and adaptive system that can respond to stimuli that come from both inside and outside. The patient experiences an improvement from day to day, complaints are felt to decrease, anxiety is absent and the patient is more accepting of the role and condition of his current condition, so that in this way the goal of humanitarian assistance is achieved, namely the patient reaches an adaptive condition with his illness."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rumiati
"Pendahuluan: Meningioma merupakan tumor primer intrakranial yang paling sering ditemui, tumbuh dari membran protektif yaitu meningen, ekstraaksial, berasal dari sel araknoid yang menempel pada duramater. Karakteristik meningioma yaitu tumbuh dengan besar, cenderung menghasilkan hiperostosis, infiltrasi atau juga mengerosi tulang. Prevalensi meningioma sekitar 36% dari seluruh tumor otak dengan perkiraan rasio antara wanita dan pria adalah 2:1. Masalah yang ditimbulkan tergantung pada lokasi tumor, ukuran tumor, serta keterlibatannya dengan struktur jaringan sekitar sehingga kasus meningioma cukup menarik untuk disajikan sebagai kasus klinis dengan model rencana asuhan keperawatan. Kasus: pasien laki-laki, umur 33 tahun, dengan meningioma atipikal WHO grade II dengan keluhan nyeri kepala, kelemahan tubuh sebelah kiri, kedua mata tidak dapat melihat, mata kanan proptosis. Pasien beradaptasi dengan keluhan tersebut kurang lebih selama satu tahun dengan minum obat warung dan melakukan pengobatan alternatif. Upaya tersebut tidak membuahkan hasil. Keluhan dirasakan semakin lama malah semakin memberat kemudian pasien melakukan pengobatan ke rumah sakit dan oleh dokter dianjurkan untuk operasi craniotomy. Kami menggunakan Model Adaptasi Roy dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. Kebutuhan utama yang kami temukan antara lain yaitu aktivitas (gangguan mobilitas fisik), sensasi dan penginderaan (gangguan persepsi sensori: penglihatan), proteksi (risiko infeksi, risiko jatuh), neurologi (penurunan kapasitas adaptif intrakranial), konsep diri (kecemasan) dan peran (ketidakefektifan performa peran). Kesimpulan: Asuhan keperawatan pada pasien meningioma dengan kebutuhan utama penurunan kapasitas adaptif intrakranial, gangguan mobilitas fisik, gangguan persepsi sensori, risiko infeksi, risiko jatuh, kecemasan dan ketidakefektifan performa peran dapat teratasi dengan menggunakan pendekatan salah satu teori keperawatan yaitu Model Adaptasi Roy. Model Adaptasi Roy berasumsi bahwa dasar ilmu keperawatan adalah pemahaman tentang proses adaptasi manusia dalam menghadapi situasi hidupnya. Roy memandang manusia merupakan sistem terbuka dan adaptif yang dapat merespon stimulus yang datang baik dari dalam maupun luar. Pasien mengalami perbaikan kondisi dari hari kehari, keluhan dirasakan berkurang, kecemasan tidak ada dan pasien lebih menerima peran serta kondisinya saat ini, sehingga dengan demikian tujuan dari asuhan keperawatan tercapai yaitu pasien mencapai kondisi adaptif dengan penyakitnya.

Introduction: Meningioma is the most common primary intracranial tumor, growing from a protective membrane, namely the meninges, extraaxial, originating from arachnoid cells attached to the dura mater. The characteristics of a meningioma are that it grows large, tends to cause hyperostosis, infiltrates or also erodes the bone. The prevalence of meningioma is about 36% of all brain tumors with an estimated ratio between women and men is 2:1. The problems that arise depend on the location of the tumor, the size of the tumor, and its involvement with the surrounding tissue structures so that meningioma cases are quite interesting to be presented as clinical cases with a cost-loss plan model. Case: male patient, aged 33 years, with WHO grade II atypical meningioma with complaints of headache, left side weakness, unable to see both eyes, proptosis of right eye. The patient adapted to this complaint for about a year by taking drug stalls and taking alternative treatments. These efforts did not produce results. Complaints that are felt the longer they get worse, then the patient goes to the hospital for treatment and the doctor recommends craniotomy surgery. We use the Roy Adaptation Model in providing care to patients. The main needs that we found include activity (impaired physical mobility), sensation and sensing (impaired sensory perception: vision), protection (risk of infection, risk of falling), neurology (decreased intracranial adaptive capacity), self-concept (anxiety) and role (role performance ineffectiveness). Conclusion: Caring for involvement in meningioma patients with the main need for decreased intracranial adaptive capacity, impaired physical mobility, impaired sensory perception, risk of infection, risk of falling, anxiety and ineffectiveness of role performance can be overcome by using the approach of one of the partnership theories, namely the Roy Adaptation Model. Roy's Adaptation Model assumes that the basis of expertise is an understanding of the process of human adaptation in dealing with their life situations. Roy sees humans as an open and adaptive system that can respond to stimuli that come from both inside and outside. The patient experiences an improvement from day to day, complaints are felt to decrease, anxiety is absent and the patient is more accepting of the role and condition of his current condition, so that in this way the goal of humanitarian assistance is achieved, namely the patient reaches an adaptive condition with his illness."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Giovano Andika Pradana
"Tujuan: Menilai kesintasan hidup (OS) dan kesintasan bebas progresivitas (PFS) pasien meningioma intrakranial yang menjalani radioterapi di RSCM dan mengetahui faktor klinis yang dapat dijadikan faktor prognostik.
Metode: Dilakukan studi kohort retrospektif yang menyertakan 61 subjek meningioma intrakranial yang terdiagnosis secara radiologis maupun histopatologis yang menjalani radioterapi di IPTOR RSCM pada Januari 2014 – Desember 2019.
Hasil: OS 1, 2, dan 3 tahun adalah 98,1%, 87,8%, dan 77,1%. PFS 1, 2, dan 3 tahun adalah 84%; 72,4%; dan 58,2%. Faktor yang memperburuk OS adalah jenis kelamin laki-laki (p <0,001), KPS <70 (p <0,001), lokasi tumor di konveksitas/falx/parasagittal (p <0,016), tumor derajat II dan III (p <0,001) dan BED ≥85,74 Gy3,7. Faktor yang memperburuk PFS adalah jenis kelamin laki-laki (p = 0,027), KPS <70 (p <0,001), lokasi tumor konveksitas/falx/parasagittal (p = 0,002), tumor derajat III (p <0,001), volume GTV ≥46,35 cm3 (p = 0,026), dan BED ≥85,74 Gy3,7 (p = 0,02). Pada analisis multivariat, faktor independen yang mempengaruhi OS adalah jenis kelamin, dan faktor yang mempengaruhi PFS adalah jenis kelamin dan KPS.
Kesimpulan: Jenis kelamin merupakan faktor prognostik independen terhadap OS pasien meningioma yang menjalani radioterapi.

Aims: To assess overall survival (OS) and progression-free survival (PFS) of patient with intracranial meningioma who underwent radiotherapy in RSCM and to find clinical factors that contribute as prognostic factors.
Methods: Patient with radiologically or pathologically-confirmed intracranial meningioma who underwent radiotherapy in our department from January 2014 to Decemer 2019 were retrospectively analyzed.
Results: OS in 1, 2, and 3 year were 98,1%; 87,8%; dan 77,1%; and PFS in 1, 2, dan 3 year were 84%; 72,4%; dan 58,2%. Male (p <0,001), KPS <70 (p <0,001), convexity/falx/parasagittal tumor (p <0,016), WHO grade II dan III tumor (p <0,001) and BED ≥85,74 Gy3,7 were associated with poor OS. Male (0,027), KPS <70 (p <0,001), lokasi tumor convexity/falx/parasagittal (p = 0,002), WHO grade III (p <0,001), GTV volume ≥46,35 cm3 (p = 0,026), and BED ≥85,74 Gy3,7 (p = 0,02) were associated with poor PFS. Male is independent factor associated with poor OS in multivariate analysis, wherase male and KPS <70 were associated with poor PFS.
Conclusions: Male is an independent prognostic factor affecting OS and PFS in meningioma patients underwent radiotherapy.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tia Atnawanty
"Nyeri punggung bawah merupakan salah satu keluhan yang paling sering ditemukan di masyarakat. Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah penyebab nyeri punggung bawah terbanyak yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari dan gangguan tidur pada penderitanya, sehingga menjadi masalah kesehatan utama dan memerlukan tindak lanjut yang serius. Dalam memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas dan profesional, diperlukan landasan teori untuk mengatasi masalah keperawatan sesuai dengan kondisi pasien. Teori adaptasi Roy dipilih karena pada teori ini perawat didorong untuk mempromosikan adaptasi yang diharapkan dapat dicapai pasien selama masa perawatannya. Metode yang kami gunakan adalah studi kasus, pada pasien laki-laki berusia 62 tahun dengan HNP Thoracal 12, Lumbal 1,2,3. Pasien mengalami nyeri punggung sampai tungkai bawah, dan memiliki riwayat post operasi laminektomi dekompresi atas indikasi HNP Thoracal 8-11 dua tahun sebelumnya. Pada perawatan ini pasien menjalani operasi stabilisasi posterior. Hasil implementasi keperawatan pada masalah utama nyeri, pasien adaptif dengan rasa nyeri dengan mampu melakukan teknik distraksi nyeri dan melaporkan skala nyeri ringan (1-2) saat pulang. Pada masalah mobilitas, pasien adaptif terhadap keseimbangan dengan mampu berjalan menggunakan alat bantu tongkat setelah 5 hari post operasi. Pasien tidak mengalami komplikasi selama perawatan. Pasien adaptif pada masalah obesitas dengan mampu kontrol diri terhadap gangguan makan untuk menurunkan berat badan dan terjadi peningkatan performa peran dengan kondisi sakitnya. Kesimpulan yang didapat adalah bahwa pendekatan model adaptasi Roy berguna dalam kasus ini karena berfokus pada kemampuan beradaptasi pasien dan sesuai untuk digunakan dalam manajemen keperawatan perioperatif pada Hernia Nukleus Pulposus.

Low back pain is one of the most common complaints in society. Hernia Nucleus Pulposus (HNP) is the most common cause of low back pain which can interfere with daily activities and disrupt sleep in sufferers, so that it becomes a major health problem and requires serious follow-up. In providing quality and professional nursing care, a theoretical basis is needed to address nursing problems according to the patient's condition. Roy's adaptation theory was chosen because in this theory nurses are encouraged to promote adaptations that are expected to be achieved by patients during their treatment period. The method we use is a case study, in a 62 year old male patient with HNP Thoracal 12, Lumbar 1,2,3. The patient experienced back pain down to the lower limbs, and had a postoperative history of decompressive laminectomy for indications of HNP Thoracal 8-11 two years previously. In this treatment the patient underwent posterior stabilization surgery. The results of the implementation of nursing on the main problem of pain, patients are adaptive to pain by being able to perform pain distraction techniques and report a mild pain scale (1-2) when they go home. In terms of mobility problems, the patient is adaptive to balance by being able to walk using a cane after 5 days post surgery. The patient had no complications during treatment. Patients adaptive to the problem of obesity by being able to control themselves against eating disorders to lose weight and there is an increase in role performance with their illness. The conclusion obtained is that Roy's adaptation model approach is useful in this case because it focuses on patient adaptability and is suitable for use in perioperative nursing management of Hernia Nucleus Pulposus."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Grace, Ulla-Maija
New York: C.W. Daniel Co., 1996
615.321 GRA a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Anja Hesnia Kholis
"ABSTRAK
Karya ilmiah akhir ini merupakan laporan praktik klinik lanjut keperawatan medikal bedah pada sistem neurologi yang terdiri dari pengelolaan kasus utama meningioma dan 30 resume menggunakan pendekatan Model Adaptasi Roy, penerapan Evidence Based Nursing (EBN) skrining kognitif Montreal Cognitive Assesment (MoCA), serta inovasi keperawatan pemberdayaan caregiver melalui edukasi terstruktur. Masalah keperawatan terbanyak akibat perilaku maladaptif pada mode fisiologis adalah risiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral, mode konsep diri yaitu cemas, mode fungsi peran adalah perubahan fungsi peran, dan mode interdependensi yaitu ketidakefektifan koping keluarga. Penerapan skrining fungsi kognitif MoCA lebih sensitif dan spesifik untuk mengidentifikasi gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke. Pemberdayaan caregiver melalui edukasi terstruktur di rawat inap dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam merawat anggota keluarga pasien stroke, sehingga terjalin komunikasi, persiapan, dan kontiunitas perawatan sampai di rumah. Perawat diharapkan mampu menerapkan teori keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan berdasarkan EBN, dan melakukan inovasi untuk meningkatkan asuhan keperawatan yang berkualitas.

ABSTRACT
This final scientific paper is a report of advanced clinical practice of medical surgical nursing in neurological which consists of the management of meningioma as main case and 30 summaries using Roy Adaptation Model approach, the screening cognitive Montreal Cognitive Assessment (MoCA) as the application of Evidence Based Nursing (EBN), and the caregiver empowerment through structured education as nursing innovation. Majority of nursing problems are due to the maladaptive behavior in physiological mode was risk for ineffective cerebral tissue perfusion, self-concept mode was anxiety, role function mode was ineffective role performance, and interdependence mode was ineffective family coping. The application of cognitive function screening MoCA was more sensitive and specific to identify cognitive function impairment in stroke patients. Caregiver Empowerment through structured education during hospitalization can improve knowledge and skills in caring for stroke family members, thus established communication, preparation, and continuity of care in their home. Nurses are expected to apply nursing theory, implement nursing interventions based on EBN, and make innovations to improve the quality of nursing care."
2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yayoe Winiarty
"Untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan yang berkualitas, tentu dituntut peran perawat yang memiliki kompetensi baik dari segi ilmu pengetahuan juga keterampilan dalam melakukan praktik keperawatan. Sebagai seorang pemberi asuhan keperawatan langsung seorang residensi berperan sebagai Clinical Nurse Spesialist, praktik ini dilakukan di Rumah Sakit Jantung Dan Pembuluh Darah Harapan Kita. Melalui praktik residensi peminatan kardiovaskuler diharapkan juga dapat menjadi konsultan keperawatan bagi staf keperawatan dan edukator bagi pasien, serta peneliti. Dalam perannya memberikan asuhan keperawatan langsung kepada 31 kasus pasien, sebagai seorang pendidik juga ditunjukkan melalui pelaksanaan Jurnal reading dan case report dengan rekan sejawat, dan sebagai seorang peneliti dilakukan dengan penerapan Evidence based Nursing (EBN) terapi suara alam untuk menurunkan kecemasan pada pasien preoperasi CABG, serta sebagai inovator bersama kelompok melaksanakan penerapan aplikasi 6MWD pada pasien gagal jantung. Hasil dari penerapan tersebut menunjukkan bahwa Teori Model Adaptasi Roy dapat diterapkan pada asuhan keperawatan pasien dengan gangguan kardiovaskuler dan terapi suara alam dapat diterapkan sebagai alternatif intervensi keperawatan dalam menurunkan kecemasan pasien preoperasi CABG, serta hasil dari penerapan aplikasi 6MWD dapat digunakan oleh perawat dalam merekomendasikan latihan fisik kepada pasien gagal jantung.

To improve the quality of nursing services, of course, the role of nurses who have competence both in terms of science and skills in carrying out nursing practice is required. As a direct nursing care provider, a residency acts as a Clinical Nurse Specialist, this practice is carried out at Harapan Kita Heart and Vascular Hospital. Through the practice of cardiovascular specialization residency is also expected to be a nursing consultant for nursing staff and educators for patients, as well as researchers. In its role of providing direct nursing care to 31 patient cases, as an educator it is also shown through the implementation of Journal reading and case reports with colleagues, and as a researcher carried out by applying Evidence based Nursing (EBN) natural sound therapy to reduce anxiety in CABG preoperative patients, and as an innovator with the group implementing the application of 6MWD in heart failure patients. The results of the application show that the Roy Adaptation Model Theory can be applied to nursing care for patients with cardiovascular disorders and natural sound therapy can be applied as an alternative nursing intervention in reducing the anxiety of CABG preoperative patients, and the results of the application of the 6MWD application can be used by nurses in recommending physical exercise to heart failure patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2025
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Novi Herawati
"Harga diri rendah merupakan penilaian negatif seseorang terhadap dirinya sendiri berlangsung terus menerus. Perubahan pada lansia memperparah kondisi harga diri rendah pada lansia sehingga menimbulkan gangguan depresif. Perlu memperluas kesadaran diri, mengeksplorasi diri dengan mengenali kemampuan dan aspek positif yang dimiliki dan yang pernah dimilikinya, merencanakan dan bertindak realistis dengan melakukan kegiatan sesuai dengan kemampuannya.
Karya tulis ilmiah ini bertujuan untuk penerapan terapi kognitif dan reminiscence pada klien menggunakan pendekatan Model Stres Adaptasi Stuart dan Adaptasi Roy, sebagai kerangka utama untuk menstabilkan perilaku adaptif dan memodifikasi perilaku inefektif. Analisis dilakukan pada 12 klien.
Hasil analisis menunjukkan terapi kognitif dan reminiscence dapat meningkatkan harga diri, menurunkan tanda dan gejala harga diri rendah, meningkatka kemampuan dan menurunkan tingkat depresi klien. Kombinasi kedua psikoterapi ini dapat diberikan sebagai program pemulihan bagi klien harga diri rendah.

Low self-esteem is a negative judgment over oneself ongoing. Changes in the elderly, the condition of low self esteem in the elderly, causing depressive disorder. Need to expand self-awareness, explore yourself by recognizing the ability and positive aspects that are owned and ever owned, plan and act realistically to perform activities in accordance with its capabilities.
This scientific paper is aimed at the application of cognitive therapy and reminiscence on the client using the approach Model Adaptation Stress and Adaptation Stuart Roy, as the main framework to stabilize and modify the behavior of adaptive behavior ineffective. Analysis was conducted on 12 clients.
The analysis showed cognitive therapy and reminiscence can improve self-esteem, decrease the signs and symptoms of low self esteem, improve capabilities and lower levels of depression client. This combination of both psychotherapy can be administered as a recovery program for low self esteem clients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Matrahman
"ABSTRAK
Banyaknya permasalahan yang ditimbulkan akibat gangguan muskuloskeletal maka diperlukan peran Ners spesialis keperawatan muskuloskeletal untuk memberikan asuhan
keperawatan profesional dan advance berdasarkan kebutuhan pasien. Tujuan penulisan
Karya Ilmiah Akhir ini adalah menganalisis kegiatan praktik Ners Spesialis Keperawatan Medikal Bedah berdasarkan standar kompetensi spesialis keperawatan medikal bedah kekhususan sistem muskuloskeletal. Ners Spesialis dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan muskuloskeletal menggunakan pendekatan teori Model Adaptasi Roy baik pada kasus kelolaan utama maupun resume. Penerapan Evidence Based Nursing (EBN) melalui intervensi latihan isometrik pada pasien pasca operasi fraktur ektremitas bawah, efektif menurunkan nyeri dan meningkatkan kekuatan otot. Proyek inovasi berupa pengembangan Enhanced Recovery after Surgery (ERAS) for orthopaedic untuk mempercepat proses pemulihan pasien operasi hip. Pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan muskuloskeletal menggunakan pendekatan teori Model Adaptasi Roy dapat membantu pasien untuk beradaptasi terhadap penyakitnya. Intervensi latihan isometrik jika dikombinasikan dengan terapi non farmakologis yang lain seperti nafas dalam berpotensi bisa memberikan efek yang lebih baik terhadap penurunan nyeri.

ABSTRACT
The number of problems caused by musculoskeletal disorders requires the role of nurse
specialist musculoskeletal nursing to provide professional and advanced nursing care based on patient needs. The purpose of writing this final scientific paper is to analyze
the practical activities of nurse specialist medical surgical nursing based on the competency standards of medical surgical nursing specialists, specifically the musculoskeletal system. Nurse specialists in conducting nursing care in patients with
musculoskeletal disorders use the Roy Adaptation Model theory approach both in the
case of main and resume managed. The application of Evidence Based Nursing (EBN)
through isometric exercise intervention in patients with lower extremity fracture surgery, effectively reduces pain and increases muscle strength. The innovation project was in the form of developing Enhanced Recovery after Surgery (ERAS) for orthopedics to accelerate the recovery process for hip surgery patients. Giving nursing care to patients with musculoskeletal disorders using the Roy Adaptation Model theory approach can help patients adapt to the disease. An isometric exercise intervention if combined with other non-pharmacological therapies such as deep breathing has the potential to have a better effect on reducing pain."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Yuli Hastuti
"Perilaku kekerasan merupakan salah satu respon atau tindakan terhadap stimulus stresor, ditunjukkan dengan perilaku aktual melakukan kekerasan, baik pada diri sendiri, orang lain maupun lingkungan, secara verbal maupun nonverbal (Stuart, 2009). Klien dengan perilaku kekerasan merupakan tanda ketidakmampuan klien dalam beradaptasi terhadap emosi marah sehingga mengekspresikan tidak secara konstruktif.
Tujuan penulisan karya ilmiah akhir ini adalah menggambarkan penatalaksanaan asuhan keperawatan dengan pendekatan Model Teori Adaptasi Roy pada klien risiko perilaku kekerasan. Intervensi keperawatan yang dilakukan adalah assertive training dan cognitive behaviour therapy pada 15 orang klien dalam kurun waktu 9 September - 12 Nopember 2013 di Ruang Gatot Kaca RSMM Bogor.
Hasil pelaksanaan assertive training dan cognitive behaviour therapy dapat menurunkan tanda dan gejala perilaku kekerasan pada aspek kognitif, afektif, fisiologis, perilaku dan sosial dan peningkatan kemampuan koping adaptif dalam menghadapi peristiwa yang menimbukan perilaku kekerasan.
Rekomendasi penulisan ini adalah bahwa penerapan Model Teori Adaptasi Roy dengan intervensi keperawatan assertive training dan cognitive behaviour therapy dapat dilakukan untuk menurunkan perilaku kekerasan.

People would respond to threatning situation/stressor in various ways. Violence was the actual aggressive behaviour directly toward to them selves, other people or external environment, with physical or verbal violence (Stuart, 2009). People with tendency to act aggressively shown that they used destructive coping strategies to express their anger.
The objective of this paper was to describe the application of Johnson's Behavioural System Model, focusing on aggresive behavior. Assertive training and cognitive behaviour therapy were recognized as nursing intervention that provided to 15 clients during 9 September – 12 Nopember 2013 at Gatotkaca Dr. H.Marzoeki Mahdi Hospital-Bogor.
Result of this study shown that sign and symptoms of aggressive behaviour were decreased (cognitive, affective, psychic, behavior and social) and increased of client's ability to express their emotion in contructive way.
This study proved that the application of Roy Adaptation Model Approach with assertive training and cognitive behaviour therapy as nursing intervention were recommended to derecrease aggresive.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>