Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 230932 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nisrina Ulfah
"Hati adalah organ terbesar dalam tubuh dan organ metabolisme yang sangat penting. Hepatocelullar Carcinoma (HCC) merupakan pertumbuhan abnormal dari hepatosit yang ditandai dengan peningkatan jumlah hepatosit yang mampu membelah dan menyertai perubahan sel hati yang menjadi ganas. Karsinoma hepatoselular berisiko terjadi retensi cairan karena rusaknya sel hepatosit yang mengakibatkan terganggunya aliran darah menuju ke hati sehingga menimbulkan distensi pembuluh darah dan terganggunya aliran tersebut juga mengakibatkan terganggunya produksi albumin untuk bisa mempertahankan tekanan onkotik. Asites, varises gastroesofagus yang tidak ditangani segera dapat menurunkan kualitas hidup bahkan kematian. Asites dan edema merupakan penyebab yang paling sering ditemukan pada pasien yang harus menjalani perawatan di rumah sakit. Penulisan karya ilmiah ini menggunakan metode studi kasus dengan menggunakan pemantauan cairan dan nutrisi dibuktikan bahwa pemantauan ini efektif untuk menangani kelebihan volume cairan dibuktikan dengan tidak bertambahnya komplikasi yang terjadi pada pasien.

The liver is the largest organ in the body and a very important metabolic organ. Hepatocellullar Carcinoma (HCC) is an abnormal growth of hepatocytes which is characterized by an increase in the number of hepatocytes capable of dividing and accompanying changes in liver cells that become malignant. Hepatocellular carcinoma is at risk of fluid retention due to damage to hepatocyte cells which results in disruption of blood flow to the liver, causing distension of blood vessels and disruption of this flow also results in disruption of albumin production to maintain oncotic pressure. Ascites, gastroesophageal varices that are not treated immediately can reduce the quality of life and even death. Ascites and edema are the most common causes in hospitalized patients. The writing of this scientific paper using a case study method using fluid and nutrition monitoring proved that this monitoring is effective for treating excess fluid volume as evidenced by not increasing complications that occur in patients."
Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Iskandar Zulkarnaen Sababa
"Hepatocellular carcinoma (HCC) merupakan kanker terbanyak kedua setelah kanker paru. Diagnosa keperawatan yang paling utama dan sering muncul pada pasien kanker adalah nyeri. Manajemen nyeri merupakan salah satu cara yang digunakan dibidang kesehatan untuk mengatasi nyeri. Manajemen nyeri yang dapat dilakukan dengan farmakologi dan non farmakologi. Salah satu terapi non farmakologi yang bisa dilakukan oleh perawat secara mandiri adalah dengan melakukan hand massage therapy. Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan studi kasus untuk menganalisis intervensi tindakan hand massage therapy. Tujuan tindakan hand massage therapy untuk mengurangi ketegangan, meningkatkan relaksasi fisik dan psikologi yang dapat menurunkan rasa nyeri. Implementasi non farmakologi ini dinilai lebih efektif untuk mengurangi nyeri dibandingkan dengan terapi nonfarmakologi yang lain. Pada pasien Tn. J yang mengalami HCC pre-op anterior right segmentectomy dengan pain cancer, intervensi yang sudah dilakukan dengan hand massage therapy yang dilakukan selama 3 hari dimana dalam sekali intervensi hanya membutuhkan waktu sekitar 10 menit. Dari intervensi yang telah dilakukan memperlihatkan adanya penurunan skala nyeri yang dirasakan oleh klien. Sehingga diharapkan terapi ini dapat dipraktikkan oleh perawat dalam mengatasi nyeri yang dialami oleh pasien kanker, terutama Hepatoceluller Carcinoma (HCC). Selain itu, penulis merekomendasikan apabila intervensi ini dikombinasikan dengan foot massage menjadi hand-foot massage dalam mengatasi nyeri kronis pada pasien kanker. 


Hepatocellular carcinoma (HCC) is the second most common cancer after lung cancer. The most common and frequent nursing diagnosis in cancer patients is pain. Pain management is one method used in the health sector to treat pain. Pain management that can be treated with pharmacology and non pharmacology. One of the non-pharmacological therapies that nurses can do independently is by doing hand massage therapy. The research method used is a case study to analyze the intervention of hand massage therapy. The purpose of hand massage therapy is to reduce tension, increase physical and psychological relaxation that can reduce pain. This non-pharmacological implementation is considered to be more effective in reducing pain compared to other non-pharmacological therapies. Mr. J, who had HCC pre-op anterior right segmentectomy with pain cancer, shown a decrease in the scale of his pain after nurse give interventions hand massage therapy for 3 days where in one intervention it only took about 10 minutes. Hoped that this therapy can be practiced by nurses in dealing with pain experienced by cancer patients, especially Hepatocellular Carcinoma (HCC).In addition, the authors recommend that this intervention be combined with foot massage into hand-foot massage therapy in treating chronic pain  cancer."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Asih Lestari
"Latar belakang dan tujuan: Karsinoma sel hati merupakan keganasan primer hati yang paling sering dan menempati urutan kelima sebagai kanker tersering di seluruh dunia. Meskipun faktor risiko karsinoma sel hati sudah diketahui, namun insidensnya tetap tinggi dengan angka kesintasan yang tetap rendah. Bedah merupakan terapi definitif untuk pasien karsinoma sel hati. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka kesintasan pascareseksi dan faktor-faktor yang memengaruhi.
Metodologi: Penelitian ini merupakan suatu penelitian kohort dengan analisis kesintasan di Departemen Klinik Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia RSCM. Data diperoleh dari rekam medis pasien karsinoma sel hati di RSCM selama periode Januari 2010 hingga Desember 2020. Variabel bebas yang diteliti adalah jenis kelamin, jumlah lesi, ukuran tumor, invasi vaskular, kadar AFP, sirosis hati, skor Child-Pugh, derajat histopatologi. Uji chi-square dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan terikat.
Analisis multivariat dilakukan dengan Cox Proportional Hazard Regeresion test. Metode Kaplan Meier digunakan untuk menentukan tingkat kesintasan.
Hasil: Sebanyak 86 subjek dikumpulkan pada penelitian ini. Terdapat 17 subjek dieksklusi karena data penelitian yang tidak lengkap. Median usia keseluruhan subjek adalah 54 tahun (33-76). Tingkat kematian subjek secara keseluruhan adalah 62,3%. Kesintasan subjek 6 bulan, 1 tahun, dan 3 tahun masing-masing adalah 66,6%; 56,5%; dan 37,6%. Pada penelitian ini tidak didapatkan satupun faktor risiko yang berhubungan dengan kesintasan.
Kesimpulan: Dari hasil penelitian ini belum didapatkan faktor-faktor risiko yang signifikan memengaruhi kesintasan pasien karsinoma sel hati pascareseksi,.Perlu dilakukan penelitian dengan jumlah subjek lebih besar agar dapat diketahui faktor-faktor apa saja yang memengaruhi kesintasan pada pasien karsinoma sel hati pascareseksi.

carcinoma is the most common primary liver cancer and the fifth most common cancer in the world. Despite the risk factors of hepatocellular carcinoma have been identified, its incidence is still high and survival rate is still low. Surgery is thought to be a definitive treatment for hepatocellular carcinoma patients. This research focuses on postresection survival rate and its associated factors.
Method: This cohort retrospective data study was conducted at DR Cipto Mangunkusumo National General Hospital between January 2010 and December 2020. Information about sex, number of tumor, tumor size, vascular invasion, Alpha fetoprotein level, hepatic cirrhosis, Child-Pugh Score, and histopathologic stage were collected from medical record. Chi square analysis was done to investigate relationship between independent variables and dependent variable. Multivariate analysis was performed by using Cox Proportional Hazard Regression test. Kaplan Meier method was used to calculate survival rate.
Result: A total of 86 subjects were recruited in this study, 17 subjects were excluded due to incomplete medical record. The median age of subjects in this study was 54 years old (33-76). The overall mortality in this study was 62.3%. Six months, 1 year, and 3 years survival rate were 66.6%; 56;5%; and 37.6% respectively. Our study showed that none of the factors analyzed associated with survival rate.
Conclusion: We had not found any risk factors which associated with survival of patients with hepatocellular carcinoma. We suggest future research with larger number of subjects to identify any factors associated with survival of hepatocellular carcinoma subjects following resection.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Zulharmaswita
"Nutrisi yang adekuat berperan penting dalam menjaga homeostasis tubuh dan pertumbuhan terutama pada anak. Gizi kurang sebelum operasi gastrointestinal salah satunya disebabkan oleh penurunan asupan makanan oral. Gizi kurang sebelum operasi merupakan faktor risiko utama untuk peningkatan morbiditas dan mortalitas pasca operasi. Penatalaksanaan operasi gastrointestinal antara lain puasa beberapa jam sebelum operasi sampai beberapa hari setelah operasi. Tujuan penyusunan karya ilmiah akhir ini bertujuan untuk mengaplikasikan teori Parent Child Interaction Barnard pada anak yang mengalami ketidakseimbangan nutrisi dengan masalah bedah gastrointestinal. Kondisi ini menyebabkan masalah ketidakseimbangan nutrisi pasca operasi menjadi lebih serius. Tiga (3) dari lima (5) kasus anak yang dirawat dengan menerapkan teori Parent Child Interaction Barnard, masalah ketidakseimbangan nutrisi teratasi dengan meningkatkan interaksi orang tua/pemberi asuhan selama memenuhi kebutuhan/masalah yang dialami anak dalam rangka mencapai respon/perilaku adaptif anak.

Adequate nutrition plays an important role in maintaining body homeostasis and growth, especially in children. Malnutrition before surgery gastrointestinal one caused by a decrease in oral food intake. Malnutrition before surgery is a major risk factor for increased morbidity and mortality after surgery. Management of gastrointestinal surgery including preoperative fasting a few hours to a few days after surgery. The purpose of the preparation of the scientific work aims to apply the theory of Parent Child Interaction Barnard on children who have nutritional imbalance with gastrointestinal surgical problems. This condition causes postoperative nutritional imbalance problem becomes more serious. Three (3) of the five (5) cases of children treated by applying the theory of Parent Child Interaction Barnard, nutritional imbalance problem solved by improving the interaction of parents / caregivers for meeting the needs / problems experienced by children in order to achieve the response / adaptive behavior of children."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Alessa Fahira
Jakarta: University of Indonesia. Faculty of Medicine, 2019
610 UI-IJIM 51:4 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dias Septalia Ismaniar
"Latar Belakang: Meskipun berbagai kemajuan pengobatan dicapai selama lebih dari satu dekade terakhir, secara keseluruhan prognosis karsinoma sel hati tetap buruk. Efek samping terapi serta progresifitas penyakit itu sendiri sangat mempengaruhi kualitas hidup pasien. Selain kesembuhan dan survival rate, kualitas hidup menjadi poin akhir penting dalam pengobatan kanker. Kualitas hidup pada penderita karsinoma sel hati penting untuk diteliti, karena merupakan faktor prognostik penting dari survival time, selain dapat juga mengevaluasi keuntungan dan kerugian dari modalitas terapi yang dipilih. Sampai saat ini belum ada kuesioner yang andal dan sahih untuk menilai kualitas hidup pasien karsinoma sel hati secara akurat di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kuesioner European Organization for Research and Treatment of Cancer Quality of Life Questionnaire for Hepatocellular Carcinoma-18 (EORTC QLQ-HCC18) yang andal dan sahih untuk digunakan di Indonesia.
Metode: Penelitian ini adalah studi potong lintang. Penelitian diawali dengan menerjemahkan EORTC QLQ-HCC18 ke dalam bahasa Indonesia dan kemudian diujicobakan pada 10 responden. Setelah itu, EORTC QLQ-HCC18 hasil terjemahan digunakan pada penelitian utama dengan jumlah sampel yang lebih besar. Keandalan dinilai dengan pendekatan tes ulang dan konsistensi internal. Tes ulang dinilai dengan intraclass correlation coefficient (ICC). Konsistensi internal dinilai dengan Cronbach Alpha. Kesahihan konstruksi dinilai dengan multi-trait scaling analysis. Kesahihan kriteria dinilai dengan melihat korelasi antara domain kuesioner EORTC QLQ-HCC18 dengan Short Form 36 (SF36).
Hasil: Pengambilan data dilakukan terhadap 65 pasien karsinoma sel hati yang berobat ke Poli Hepatologi maupun yang sedang dirawat di RSUPN Cipto Mangunkusumo selama Oktober 2015 ? Februari 2016. Nilai ICC (interval 1 jam) pada semua domain EORTC QLQ-HCC18 sangat baik (ICC > 0,8), kecuali domain ikterus yang termasuk dalam kategori baik (ICC 0,61-0,8). Nilai Cronbach Alpha > 0,7 pada separuh jumlah domain EORTC QLQ-HCC18 kecuali domain ikterus (0,137), nyeri (0,474), dan citra tubuh (0,599). Sedangkan nilai Cronbach Alpha yang diperoleh dari penggabungan seluruh domain tetap baik, yaitu 0,897. Multi-trait scaling analysis menunjukkan korelasi cukup tinggi antara skor butir pertanyaan dengan skor domainnya sendiri. Sedangkan hubungan butir pertanyaan dengan domain yang berbeda selalu mempunyai korelasi yang lebih rendah dibandingkan dengan domainnya sendiri. Pada uji kesahihan kriteria, didapatkan 42 korelasi (dari total 64 korelasi) dengan r ≥ 0,3 dan p < 0,05 antara domain EORTC QLQ-HCC18 dengan SF36.
Simpulan: Kuesioner EORTC QLQ-HCC18 merupakan alat ukur yang andal dan sahih untuk menilai kualitas hidup pasien karsinoma sel hati di Indonesia.

Background: Despite various therapeutic progress has been achieved over the past decade, the overall prognosis of hepatocellular carcinoma remains poor. Each therapy undertaken certainly has side effects. Adverse effect of treatment and the progression of the disease itself greatly affect the patient?s quality of life. In addition to recovery and survival rate, quality of life becomes extra important end point in cancer treatment. Quality of life in hepatocellular carcinoma is important to investigate, because quality of life has become an important prognostic factor of survival time, whilst quality of life can also evaluate the cost and benefit of chosen therapeutic modalities. Currently there is no specific questionnaire that can assess the quality of life of hepatocellular carcinoma patients accurately in Indonesia. This study aims to get a reliable and valid EORTC QLQ-HCC18 questionnaire to assess the quality of life of patients with hepatocellular carcinoma in Indonesia.
Methods: This is a cross-sectional study. The study began by translating the EORTC QLQ-HCC18 into Indonesian and then tested on 10 respondents. After that, the Indonesian version of EORTC QLQ-HCC18 is used in the main study with a larger sample size. The questionnaire reliability was assessed with test-retest and internal consistency approach. Test-retest was assessed with intraclass correlation coeficient (ICC). Internal consistency was assessed by Cronbach alpha. Construct validity was assessed by multi-trait scaling analysis. The criteria validity assessed by looking at the correlation between domains of EORTC QLQ-HCC18 with Short Form 36 (SF36).
Results: Data was collected from 65 hepatocellular carcinoma patients who came to Hepatology Polyclinic or were hospitalized at Cipto Mangunkusumo National General Hospital from October 2015 to February 2016. ICC value (1 hour interval) in all domains of EORTC QLQ-HCC18 is very good (ICC> 0.8), except icterus domain which categorized as good value (ICC 0,61-0,8). Cronbach alpha values > 0.7 obtained in almost half of domains of EORTC QLQ-HCC18, except icterus (0,137), pain (0,474), dan body image domain (0,599). Whereas the Cronbach Alpha obtained from merging the entire domains was still good (0,897). Multi-trait scaling analysis showed a fairly high correlation between the scores of the questions with a score of his own domain. While the relationship of the questions with different domains always have a lower correlation than the domain itself. In criteria validity test, obtained 33 correlations with r ≥ 0,4 and p < 0,05 between domains of EORTC QLQ-HCC18 with SF36.
Conclusion: EORTC QLQ-HCC18 is a reliable and valid instrument for assessing quality of life of hepatocellular carcinoma patients in Indonesia.

"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Gusti Agung Dewi Purnamawati
"Kanker pada anak terus meningkat jumlahnya setiap tahun, masalah nutrisi merupakan masalah yang sering dikeluhkan oleh anak dan keluarga sehingga, diperlukan asuhan keperawatan untuk mengatasi masalah tersebut. Karya Ilmiah Akhir ini bertujuan untuk memberikan gambaran aplikasi teori Comfort Kolcaba dalam asuhan keperawatan pada anak kanker dengan masalah nutrisi dan pencapaian kompetensi baik sebagai pemberi asuhan, advocator, counselor, educator, colaborator, dan agen perubah. Terdapat lima kasus kelolaan yang menjadi pembahasan dalam karya ilmiah ini, kelima kasus kelolaan mengalami masalah nutrisi. Masalah nutrisi didapatkan dari basil pengkajian berdasarkan pendekatan teori Comfort Kolcaba yaitu pengkajian fisik, psikospiritual, sosiokultural dan Iingkungan. Intervensi menggunakan tiga tipe perawatan standar comfort, coaching dan Comfort food for the soul. Tidak semua masalah nutrisi pada lima kasus kelolaan dapat teratasi dengan cepat, untuk menyelesaikan masalah nutrisi pada anak kanker dibutuhkan waktu dan kerjasama tim yang baik antara ibu, anak, dokter dan dietesien serta perawat.

Pediatric cancer always increase every year, the problem of nutrition is often complained by the child and their family, so nursing care is required to solve the issue. This research aims to provide an overview of the application of theory Comfort Kolcaba in cancer nursing care in children with nutritional problems and the competence achievement as a caregiver, advocator, counselor, educator, colaborator, and agent of change. There were five cases managed that discussed in this research, and in five cases managed all experiencing nutritional problems. Nutrient problems obtained from the results of the assessment approach based on the theory of Comfort Kolcaba such as physical examination, psikospiritual, sociocultural and environmental. Interventions use three types of standard comfort care, coaching and Comfort food for the soul. Not all nutritional problems in the management of five cases can be resolved quickly, to solve the problem of childhood cancer nutrition takes time and good teamwork among mother, child, and dietision, doctors, and nurses."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nuraini Hakim
"ABSTRAK
Kanker merupakan penyakit yang dapat menyebabkan gangguan nutrisi pada anak. Tujuan dari karya ilmiah akhir adalah menggambarkan aplikasi model konservasi Levine dalam melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan kanker yang mengalami masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dan pencapaian kompetensi praktik spesialis keperawatan anak. Peran perawat yang dilakukan selama praktik residensi adalah sebagai pemberi asuhan, advokat, edukator, dan peneliti yang dilaksanakan dengan memperhatikan etik dan legal. Pendekatan model konservasi Levine menggunakan empat prinsip konservasi yaitu konservasi energi, integritas struktural, integritas personal, dan sosial. Empat prinsip konservasi tersebut diaplikasikan ke dalam proses keperawatan yang dimulai dengan pengkajian, trophicognosis, hipotesis, intervensi, dan evaluasi pada lima kasus kelolaan. Evaluasi yang didapat untuk masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah masalah teratasi sebagian ditandai dengan mual berkurang dan asupan makan meningkat. Model konservasi Levine dapat diaplikasikan pada anak dengan kanker dalam upaya konservasi energi dan peningkatan kualitas hidup anak.

ABSTRACT
Children with cancer were potentially experienced nutritional imbalance. The purpose of the final report was to described the application of Levine Conservation Model in performing nursing care for children with cancer whom experienced problems nutritional imbalance, and achievement of residency competency for pediatric nursing. The role of the nurse performed during residency were conducted as direct nursing care, advocate, educator, and researcher based on professional, ethical and legal. Levine's model approach using four principles were conservation of energy, structural integrity, personal integrity, and social integrity. These conservation principles were applied to the nursing care since assessment, trophicognosis, hypothesis, intervention, and evaluation phases in five selected cases of patients. Organismic evaluation obtained for all nutritional imbalance problems were solved partially that can be measured from the lower level of nausea and the higher food intake. Levine conservation model may apply to nursing care in children with cancer who experienced nutritional problems to increase quality of life.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Paramitha Adriyati
"Latar belakang: Karsinoma sel hati (KSH) merupakan salah satu kanker dan penyebab kematian akibat kanker tersering. Magnetic resonance imaging (MRI) abdomen multifase adalah modalitas pilihan untuk diagnosis KSH, karena dapat menggambarkan perubahan patofisiologi selama hepatokarsinogenesis melalui sekuens dynamic contrast enhanced (DCE), T1-weighted imaging (T1WI) dengan chemical shift imaging, T2- weighted imaging (T2WI), diffusion-weighted imaging (DWI), peta apparent diffusion coefficient (ADC), serta fase hepatobilier. Alpha fetoprotein (AFP) sebagai penanda serologis KSH terkait surveilans, diagnostik, dan prognostik, juga berperan dalam hepatokarsinogenesis dengan menunjukkan perbedaan agresivitas tumor. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan antara temuan morfologi dan karakteristik KSH pada MRI dengan kadar serum AFP.
Metode: Studi retrospektif ini dilakukan pada pasien KSH yang menjalani MRI abdomen multifase kontras spesifik hepatobilier dan kadar serum AFP di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, serta belum menjalani prosedur pengobatan apapun. Dilakukan analisis menggunakan uji Chi Square atau uji Mutlak Fisher antara temuan morfologis dan karakteristik KSH pada MRI, serta menggunakan uji Mann-Whitney antara nilai rerata apparent diffusion coefficient (ADC) dengan kadar serum AFP.
Hasil: Diperoleh 82 subyek dengan usia rerata subyek 58 tahun, diameter tumor >5cm (58,5%) dan tumor multipel (59,8%) paling banyak ditemukan, serta memiliki perbedaan proporsi yang bermakna dengan kadar serum AFP (nilai p = 0,030 dan p = 0,000). Vaskularisasi tumor, kapsul tumor, lemak intratumoral, tumor hiperintens T2, restriksi difusi, dan tumor hipointens fase hepatobilier lebih banyak ditemukan pada kadar serum AFP ≥ 100ng/mL, namun tidak ditemukan perbedaan proporsi bermakna. Terdapat perbedaan bermakna nilai rerata ADC antara 39 subyek dengan kadar serum AFP < 100ng/mL dan 43 subyek dengan AFP ³ 100ng/mL. Median nilai rerata ADC 1,19 (0,71 – 2,20) pada subyek dengan kadar serum AFP < 100ng/mL, median 0,97 (0,72 – 1,77) pada subyek dengan AFP ≥ 100ng/mL, dan nilai p = 0,003.
Simpulan: Proporsi tumor berdiameter > 5cm dan tumor multipel pada subyek dengan AFP ≥ 100ng/mL secara bermakna lebih tinggi dibandingkan pada subyek dengan AFP < 100ng/mL. Nilai rerata ADC pada subyek dengan AFP ≥ 100ng/mL secara bermakna lebih rendah dibandingkan AFP < 100ng/mL. Sehingga nilai rerata ADC dapat membantu memprediksi kadar serum AFP pada pasien KSH.

Background: Hepatocellular carcinoma (HCC) is one of the most common cancers and cancer-related death. Multiphase contrast-enhanced abdominal magnetic resonance imaging (MRI) is the modality of choice for the diagnosis of KSH, as it can depict pathophysiologic changes during hepatocarcinogenesis through sequences: dynamic contrast enhanced (DCE), T1-weighted imaging (T1WI) with chemical shift imaging, T2-weighted imaging (T2WI), diffusion-weighted imaging (DWI), apparent diffusion coefficient (ADC) maps, and hepatobiliary phase. Alpha fetoprotein (AFP) as a serological marker of HCC related to surveillance, diagnostics, and prognostics, also plays a role in hepatocarcinogenesis by showing differences in tumor aggressiveness. This study aims to analyze the relationship between morphological findings and characteristics of HCC on MRI with serum AFP levels.
Methods: This retrospective study was conducted on HCC patients who underwent hepatobiliary-specific contrast-enhanced multiphase abdominal MRI and serum AFP levels at Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital, had not undergone any treatment procedures. Chi Square or Fisher's exact test between morphological findings and characteristics of HCC on MRI, and Mann-Whitney test between mean apparent diffusion coefficient (ADC) values and serum AFP levels were analyzed.
Results: There were 82 subjects with a mean age of 58 years, tumor size >5cm (58.5%) and multiple tumors (59.8%) were more common, had a significant difference in proportion with AFP serum levels (p value = 0.030 and p = 0.000). Tumor vascularization, tumor capsule, intratumoral fat, T2 hyperintense tumor, diffusion restriction, and hepatobiliary phase hypointense tumor were more common in serum AFP level ≥ 100ng/mL, but there was no significant difference in proportion. There was a significant difference in mean ADC between 39 subjects with serum AFP level < 100ng/mL and 43 subjects with AFP 100ng/mL. The median ADC score was 1.19 (0.71 – 2.20) in subjects with serum AFP level < 100ng/mL, median 0.97 (0.72 – 1.77) in subjects with AFP ≥ 100ng/mL, and p value is 0.003.
Conclusion: The proportion of tumors > 5cm in diameter and multiple tumors in subjects with AFP ≥ 100ng/mL was significantly higher than that in subjects with AFP < 100ng/mL. The mean value of ADC in subjects with AFP ≥ 100ng/mL was significantly lower than AFP < 100ng/mL. So that the mean value of ADC can help predict serum AFP levels in patients with HCC.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dorce Sisfiani Sarimin
"Karya Ilmiah Akhir ini memberikan gambaran pelaksanaan Program Residensi Ners Spesialis Keperawatan Anak, yang bertujuan memberikan gambaran tentang aplikasi Model adaptasi Roy dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak dengan gizi buruk dan gambaran pencapaian kompetensi ners spesialis. Asuhan keperawatan gizi buruk menurut MAR bertujuan meningkatkan kemampuan adaptasi tubuh, mencegah dan meminimalkan dampak komplikasi refeeding syndrom. Lima kasus kelolaan ditemukan masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan. Intervensi difokuskan untuk peningkatkan kemampuan adaptasi klien dengan aktivitas keperawatan menggunakan nursing intervention classification (NIC) dan evaluasi tingkat adaptasi menggunakan nursing outcome classification (NOC). Evaluasi adaptasi klien bervariasi dari tingkat adaptasi integral, kompensasi, dan kompromi.

This final assignment provides an overview about the implementation residency practices of the specialist pediatric nurse program, The aims to provide an overview of the Roy adaptation model application in meeting the nutritional needs of children with severe malnutrition, and overview the achievement specialist nurse competency. Nursing care of malnutrition according to MAR aims to improve the body's ability to adaptation, to prevent and minimize the effects of refeeding syndrome complications. Five selected cases found a problem with imbalance nutrition less than demand. Interventions focused on enhancing the client's ability to adaptation to the nursing intervention using the nursing activity classification (NIC) and the evaluation of rate adaptation classification using nursing outcomes (NOC). Evaluation of rate adaptation varied clientele integral adaptation, compensatory, and compromise.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
TA5999
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>