Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 138527 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dini Aulia Cahya
"Prevalensi konsumsi diet tinggi lemak yang menimbulkan obesitas meningkat cepat dalam 2 dekade terakhir. Diabetes melitus tipe 2 berasosiasi dengan kenaikan konsentrasi penanda inflamasi berupa protein fase akut dalam darah yaitu high sensitive C-reactive protein ( hs-CRP), serum sialic acid, dan fibrinogen. Diabetes melitus tipe 2 merupakan kombinasi dari gaya hidup dan faktor genetik. Berdasarkan hal tersebut, individu dengan First Degree Relative ( FDR) diabetes melitus memiliki risiko yang lebih tinggi mengembangkan diabetes melitus. Sel T merupakan leukosit yang berkembang dalam timus dan berperan dalam respons imun adaptif. Polarisasi sel T akan menggambarkan profil sel imun adaptif pada gejala inflamasi kronis. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui polarisasi sel T pada subjek First Degree Relative (FDR) yang beresiko diabetes melitus tipe 2 yang diinduksi dengan diet tinggi lemak. 30 subjek NFDR dan FDR yang telah masuk parameter inklusi diberikan diet tinggi lemak 250 ml per hari selama 5 hari. Sample darah subjek sebelum dan sesudah induksi dilakukan uji profil darah dan diperiksa subset sel T menggunakan metode flowcytometry. Pada penelitian ini didapatkan bahwa Keadaan Th17 yang tinggi pada sebelum dan sesudah HFD yang di dominasi NFDR diikuti dengan naiknya sel Treg dan  kadar IL-10 Pre HFD yang tinggi secara signifikan akan menurunkan produksi kolesterol dan LDL secara signifikan.

The prevalence of high-fat diet consumption that triggered obesity is increasing in last 2 decades. Type 2 diabetes mellitus is associated by the increasing number of inflammation marker, acute phase protein in blood serum. In type 2 diabetes mellitus, combination of lifestyle and genetic factors is the most influential factors. Due to that fact, person with First Degree Relative ( FDR) in type 2 diabetes mellitus has the higher risk to develop into type 2 diabetes mellitus. T cell is one of leucocyte that has a significance role in adaptive immune response.T cell polarization will show the profile of adaptive immune response in chronic inflammation. This study is purposed to analyse how T cell polarized in First Degree Relative (FDR) subject in risk of type 2 diabetes mellitus with high fat diet treatment. 30 NFDR subjects and 30 FDR subjects who included in parameter inclusion were treated with 250 mL whipping cream per day in 5 days. Pre and post treatment blood collection were tested for blood profile and flowcytometry intraseluler staining. This study found that there is a change in Th17 dominantly in NFDR subject followed by the significantly increasing amount of Treg cell and IL-10 which decreasing the cholesterol and LDL significantly."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risty Yasmin Bonita
"Diabetes mellitus tipe 2 (DMT2) adalah penyakit metabolik kronis, yang melibatkan berbagai macam proses patogenik. Secara keseluruhan pada seluruh proses tersebut menghasilkan hilangnya massa dan/atau fungsi dari sel - β pankreas yang dimanifestasikan sebagai hiperglikemia. Pengaruh faktor keluarga tampaknya terlibat dalam inisiasi dan perkembangan DMT2 melalui faktor genetik dan nongenetik. Lingkungan keluarga yang sama dengan pasien dengan diabetes, kerabat tingkat pertama pasien dengan diabetes menunjukkan peningkatan risiko 30-70% terkena diabetes. Resistensi insulin dan disfungsi sel telah diidentifikasi pada individu dengan riwayat keluarga diabetes, bahkan sebelum adanya muncul gejala DMT2.
Monocyte chemoattractant protein-1 (MCP-1) adalah kemokin-CC dengan kemampuan efek atraktan untuk monosit, sel T memori dan basofil. Ekspresi dari MCP-1 jaringan adiposa dan kadar yang bersirkulasi berkorelasi positif dengan adipositas. Adiposit yang lebih besar dikaitkan dengan resistensi insulin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan ekspresi MCP-1 terhadap monosit sebelum dan setelah perlakuan diet tinggi lemak selama lima hari. Hasilnya didapatkan adanya perubahan aktifitas inflamasi yang ditandai dengan rasio TNF-α/IL - 10 yang tinggi pada kelompok FDR sehingga dapat meningkatkan aktifitas MCP-1. Namun, idak ditemukan hubungan kadar MCP-1 serum dengan presentase monosit CD14+CD16+ baik pada kedua kelompok.

Type 2 diabetes mellitus is a chronic metabolic disease, which involves a variety of pathogenic processes. Overall these processes result in loss of mass and/or function of pancreatic -cells which is manifested as hyperglycemia. The influence of familial factors appears to be involved in the initiation and development of T2DM through both genetic and nongenetic factors. In the same family environment as patients with diabetes, first-degree relatives of patients with diabetes show a 30-70% increased risk of developing diabetes. Insulin resistance and cell dysfunction have been identified in individuals with a family history of diabetes, even before the onset of T2DM symptoms.
Monocyte chemoattractant protein-1 (MCP-1) is a CC-chemokine with an attractant effect on monocytes, memory T cells and basophils. Expression of adipose tissue MCP-1 and circulating levels were positively correlated with adiposity. Larger adipocytes are associated with insulin resistance. This study aims to determine the changes in MCP-1 expression on monocytes before and after treatment with a high-fat diet for five days. The results showed that there was a change in inflammatory activity which was indicated by a high ratio of TNF-α/IL - 10 in the FDR group so that it could increase MCP-1 activity. However, there was no relationship between serum MCP-1 levels and the percentage of CD14+CD16+ monocytes in both groups.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arini Ayatika Sadariskar
"First-degree relatives (FDR) dari pasien diabetes mellitus tipe 2 (DMT2) memiliki risiko yang lebih tinggi untuk menderita DMT2 dan penyakit tidak menular lainnya. Selain disebabkan oleh faktor genetik, peningkatan risiko ini juga dapat disebabkan oleh agregasi familial dari berbagai perilaku kesehatan, beberapanya adalah pola diet dan aktivitas fisik.
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pola diet dan aktivitas fisik antara FDR dan non-FDR yang normoglikemik dan normotensi di Jakarta, Indonesia. Melalui desain studi potong lintangyang melibatkan 59 FDR dan 59 non-FDR, data poladiet diukur menggunakan 24-hour recall dan data aktivitas fisik menggunakan Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ) bahasa Indonesia yang sudah tervalidasi, dan dikelompokkan ke dalam kategori sesuai rekomendasi dan tidak sesuai rekomendasi (rekomendasi AMDR Institute of Medicine untuk pola diet dan WHO untuk aktivitas fisik).
Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa terdapat proporsi yang cukup besar pada pola diet yang tidak sesuai rekomendasi pada FDR (50,8%) dan non-FDR (45,8%). Sebagian besar subjek dengan ketidakseimbangan asupan memiliki asupan lemak yang berlebih, baik pada FDR (96,7%) maupun non-FDR (88,9%). Hasil yang serupa didapatkan untuk proporsi aktivitas fisik yang tidak sesuai rekomendasi pada FDR (52%) dan non-FDR (40%). Pada kelompok FDR, subjek perempuan memiliki tingkat aktivitas fisik yang lebih baik dibandingkan subjek laki-laki (OR 0,23; 95% CI 0,06-0,88; p = 0,026). Meski demikian, tidak didapatkan perbedaan yang signifikan pada pola diet dan aktivitas fisik antara FDR dan non-FDR.
Hasil penelitian ini mendorong evaluasi program nasional untuk pencegahan DMT2 pada kelompok berisiko dan peningkatan upay promotif dan preventif untuk meningkatkan kesehatan masyarakat pada umumnya.

First-degree relatives (FDR) of patients with type 2 diabetes mellitus (T2DM) have a higher risk of developing T2DM and other non-communicable diseases. Besides genetic factors, this increased risk can also be caused by familial aggregation of various health behaviors, such as dietary patterns and physical activity.
This study compared diet and physical activity between normoglycemic and normotensive FDR and non-FDR in Jakarta, Indonesia. Through a cross-sectional design involving 59 FDR and 59 non-FDR, dietary data were collected using 24-hour recall and physical activity data were gathered using validated Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ). These data were grouped into categories fulfilling and not fulfilling recommendations (AMDR Institute of Medicine recommendations for dietary patterns and WHO recommendations for physical activity).
Results showed that a considerable percentage of FDRs(50.8%) and non-FDRs(45.8%)did not consume their diets as recommended by the Institute of Medicine. Most of the subjects with intake imbalance had excessive fat intake, both among FDR (96.7%) and non-FDR (88.9%). The proportion of subjects with physical activity not meeting WHO recommendations was high among both FDR (52%) and non-FDR (40%). In the FDR group, female subjects had better levels of physical activity than male subjects (OR 0.23; 95% CI 0.06-0.88; p = 0.026). Overall, the differencesin dietary pattern and physical activity between FDR and non-FDR were not significant.
The results of this study encourage the evaluation of national programs to address T2DM in at-risk groups and the increase of efforts in health promotion and disease prevention to improve the health of the general public.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Kadek Ayu Yuliany
"Pelayanan gizi sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan di rumah sakit dituntut memberikan pelayanan yang bermutu sesuai standar. Salah satu standar yang digunakan dalam penilaian pelayanan gizi rumah sakit di Indonesia adalah Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 yang menilai pelayanan gizi dalam 3 tiga bab standar. Terdapat beberapa model pengukuran mutu yang terbukti efektif dalam manajemen mutu, salah satu satunya adalah Kriteria Malcolm Baldrige. Peneliti menggunakan 7 tujuh kriteria yang terdapat dalam Malcolm Baldrige Health Care Criteria for Performance.
Penelitian ini bertujuan menilai mutu pelayanan gizi rumah sakit terAkreditasi Versi 2012 di Rumah Sakit Ari Canti ditinjau dari Kriteria Malcolm Baldrige tahun 2017 sebagai persiapan survey verifikasi akreditasi dan peningkatan mutu berkelanjutan.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan kualitatif, melalui wawancara mendalam informan kunci, telaah dokumen, dan observasi. Posisiskor mutu Pelayanan Gizi Rumah Sakit ter Akreditasi Versi 2012 ditinjau dari Kriteria Malcolm Baldrige berada pada skor 408, dalam jenjang predikat 'EarlyImprovement' dengan tingkat mutu 'Average'. Bidang Pelayanan Gizi Rumah Sakit Ari Canti dapat mengembangkan kesempatan untuk perbaikan pada kriteria kepemimpinan senior, dan pengembangan strategi.

Nutrition services as an integral part of health services in hospitals are required to provide quality services according to standards. One of the standards used inthe assessment of hospital nutrition services in Indonesia is the Hospital Accreditation Version 2012, which assesses nutrition services in three 3 standard chapters. There are several quality measurement models proven effective in quality management, one of which is the Malcolm Baldrige Criteria. Researcher used 7 seven criteria contained in Malcolm Baldrige Health Care Criteria for Performance.
This study aims to assess the quality of nutrition services of accredited hospitals Version 2012 at Ari Canti Hospital reviewed from Malcolm Baldrige Criteria in 2017 as a preparation of accreditation verification and continuous quality improvement survey.
This research is a descriptive analytic research with qualitative approach, through in depth interviews of key informants, document review, and observation. The score of the quality of Nutrition Services Accredited Hospital Version 2012 reviewd from the Malcolm Baldrige Criteria is 408, while in the levels of the predicate showed Early Improvement with the level of quality Average. Ari Canti Hospital Nutrition Services may develop opportunities for improvement on senior leadership criteria, and strategy development.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T51051
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afiyah
"ABSTRAK
Latar Belakang. Lansia merupakan kelompok yang berisiko tinggi untuk terjadinya malnutrisi. Selain merupakan akibat dari penyakit yang diderita, malnutrisi pada lansia juga menjadi penyebab tingginya angka kesakitan pada lansia. Mengingat hal tersebut diperlukan suatu instrumen yang sahih dan dapat diandalkan untuk menilai status gizi lansia yang tinggal di komunitas.Tujuan. Mendapatkan kuesioner MNA-SF berbahasa Indonesia yang sahih dan andal untuk digunakan oleh kader posbindu untuk menapis status gizi lansia di komunitas.Metodologi. Responden berusia ge;60 tahun yang datang ke posbindu menjalani wawancara oleh ahli gizi dan kader posbindu. Wawancara ulang oleh kader posbindu dilakukan satu sampai dua minggu kemudian. Selanjutnya dihitung korelasi antara skor total MNA dengan MNA-SF, skor total MNA-SF pemeriksaan pertama dan kedua, ICC intraclass correlation coefficient MNA-SF hasil penilaian ahli gizi dan penilaian kader serta cronbach rsquo;? MNA-SF.Hasil. Penelitian diikuti oleh 92 responden dengan median usia 67 tahun. Korelasi sedang didapatkan antara skor total MNA-SF IMT indeks massa tubuh penilaian kader dengan skor total MNA r=0,491;p

ABSTRACT
Background. Eldery is highly succeptible group to suffer from malnutrition. Malnutrition in elderly can be the result of disease that they suffered from. It also become the cause of high morbidity. Along with that matter, we need a valid and reliable instrument to assess nutritional status among community dwelling elderly.Objective. To a get valid and reliable Indonesian MNA SF to be used by social workers to screen nutritional status in community dwelling elderly.Methodology. Respondents aged ge 60 years old who came to ldquo posbindu rdquo were interviewed by nutritionist by using MNA. The interview then continued by social workers by using Indonesian MNA SF. Re interview by social workers was held 1 2 weeks later. After data were collected we calculate corellation between MNA and MNA SF total score, MNA SF total score in the first and second examination and cronbach rsquo s .Result. Ninety two respondents were included in this study. Median age was 67 years old. Moderate corellation was observed between BMI Body Mass Index MNA SF total score assessed by social workers and MNA total score r 0.491 p"
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Hazim
"Latar Belakang. Keluarga derajat pertama (first degree relatives/FDR) dari Diabetes Melitus tipe 2 (DMT2) memiliki kecenderungan untuk memiliki gangguan metabolik dan vaskular lebih dini tanpa melaui resistensi insulin (RI) sebagai perantaranya seperti lebih tebalnya tunika intima media karotis. Penyakit perlemakan hati non-alkoholik (non-alcoholic fatty liver disease/NAFLD) adalah penyakit hati kronik yang banyak ditemukan pada pasien DMT2 yang dependen terhadap RI. Studi tentang hubungan FDR DMT2 dengan NAFLD masih sangat terbatas dan inkonklusif. Hubungan tersebut masih belum jelas apakah kejadian NAFLD pada FDR DMT2 dependen terhadap RI atau karena kerentanan genetik FDR DMT2.
Tujuan. Untuk mengetahui hubungan antara FDR DMT2 dengan NAFLD.
Metode. Sebanyak 118 dewasa muda (19-39 tahun) dengan toleransi glukosa normal (59 subjek FDR DMT2 dan 59 subjek non-FDR dengan matching usia dan jenis kelamin) diikutsertakan dalam penelitian potong lintang ini. Pengukuran antropometri (tinggi, berat badan, indeks massa tubuh (IMT) dan lingkar perut) dan analisis laboratorium (glukosa darah puasa, HbA1c, profil lipid, serum glutamic pyruvic transaminase (SGPT)), serum glutamic oxaloacetic transaminase (SGOT)) diperiksa pada penelitian ini. Perlemakan hati didiagnosis dengan ultrasonografi (USG) menggunakan kriteria standar.
Hasil Penelitian. Dua puluh enam subjek (22,03%) dengan NAFLD terdeteksi dengan USG dalam penelitian ini dengan proporsi yang sama pada kedua kelompok. Pada kelompok FDR DMT2 didapatkan jumlah subjek dengan angka HDL rendah dan sindrom metabolik lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok tanpa FDR.
Kesimpulan. Pada penelitian ini tidak didapatkan hubungan antara FDR DMT2 dengan NAFLD.

Background. First degree relatives (FDR) of type 2 diabetes mellitus (T2DM) predisposes individuals to have earlier metabolic and vascular disorders independent of insulin resistance (IR) such as thicker carotid intima media thickness than that of non-FDR. Non-alcoholic fatty liver disease (NAFLD) is the most commonly found chronic liver disease in T2DM which is IR dependent. Studies about NAFLD in FDR of T2DM populations are very limited and inconclusive. It is unclear whether the occurrence of NAFLD in FDR of T2DM is IR dependent or due to genetic vulnerability.
Aim. to determine the association between NAFLD and FDR of T2DM.
Method. A total of 118 young adults (19-39 years old) with normal glucose tolerance (59 FDR of T2DM and age-sex matched 59 non-FDR subjects) were included in this cross-sectional study. Anthropometric measurement (height, weight, BMI and waist circumference) and routine laboratory analysis (fasting blood glucose, HbA1c, lipid profile, alanine aminotransferase (ALT), aspartate transaminase (AST)) were examined. Fatty liver was diagnosed by ultrasonography (US) using standard criteria.
Result. Twenty-six (22,03%) subjects with NAFLD were detected by US with similar proportion for each group. Low HDL level and metabolic syndrome were found higher in FDR group.
Conclusion. we couldn`t prove the association between FDR of T2DM and NAFLD in this research.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Clarissa Tiffany Leslie
"Hipertensi merupakan kondisi saat tekanan darah yang mendorong dinding pembuluh darah menjadi lebih besar dari seharusnya. Penderita hipertensi biasanya memiliki durasi tidur yang lebih rendah daripada orang biasa. Durasi tidur kurang pada penderita hipertensi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti asupan zat gizi, gaya hidup, dan lain-lain. Skripsi ini bertujuan untuk melihat hubungan antara asupan zat gizi dan faktor lain dengan durasi tidur penderita hipertensi di Puskesmas Tegal Gundil pada tahun 2017. Desain penelitian ini menggunakan metode cross-sectional dengan jumlah sampel sebanyak 100 orang. Durasi tidur ditentukan berdasarkan pengakuan responden, asupan zat gizi melalui Semi-Quantitative Food Frequency Questionnaire SFFQ , aktivitas fisik dengan kuesioner GPAQ, stress dengan kuesioner PSS, serta pengukuran antropometri untuk IMT.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata durasi tidur penderita hipertensi 6,39 jam lebih rendah dari populasi umum pada penelitian sebelum 6,8 jam. Selain itu, sebanyak 54 responden memiliki durasi tidur kurang dari rekomendasi. Uji Korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan positif bermakna antara asupan protein dan stress dengan durasi tidur. Sedangkan uji Chi-Square menunjukkan variabel teman sekamar memiliki perbedaan bermakna dengan durasi tidur. Untuk bisa memperbaiki durasi tidur, disarankankan untuk mengonsumsi protein dengan triptofan tinggi dan kadar garam rendah, serta menurunkan gangguan dari teman sekamar.

Hypertension is a condition when the pressure in the blood vessels is higher than it should be. Hypertensive patients usually have shorter sleep duration than normal people. Short sleep duration in hypertensive patients could be caused by dietary intake, lifestyle, or other factors. This undergraduate thesis aims to find the relationship between dietary intake and other factors with hypertensive patients rsquo sleep duration in Puskesmas Tegal Gundil in 2017. This study used cross sectional method, with 100 people as sample size. Sleep duration is determined by using self reported method, dietary intake using Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire SFFQ , physical activity using GPAQ, stress using PSS, and anthropometric measurements for BMI.
The results of this study showed that the average of hypertensive patients rsquo sleep duration is shorter than normal population. In addition, 54 subjects had sleep duration that is shorter than recommendation. Pearson Correlation Test stated that there were positive correlation between protein intake and stress with sleep duration. Meanwhile, Chi Square test showed that roommate had significant differences with sleep duration. In order to repair sleep duration, it is recommended to consume protein with high tryptophan but low sodium and to minimalize disruption from roommate.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Nyoman Destri Andari
"First-degree relatives (FDR) adalah generasi pertama (anak) dari orangtua yang memiliki riwayat diabetes melitus tipe 2. Kejadian DM tipe 2 pada FDR secara genetik berisiko 2 kali lipat dibandingkan Non FDR. Penyakit ini didasari adanya inflamasi derajat rendah kronik berhubungan dengan menurunnya aktivitas anti-inflamasi. Diperlukan upaya pencegahan diantaranya dengan memberikan probiotik yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan anti-inflamasinya. Bakteri Lactococcus lactis ssp lactis YPD 01 adalah bakteri yang dominan ditemukan pada makanan dadih yang berasal dari Sumatera Barat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pemberian Lactococcus lactis ssp lactis YPD01 terhadap perkembangan monosit menjadi sel dendritik dengan mengkaji peran CD11C,CD80 dan CD40 pada kultur darah PBMC subjek FDR dan NFDR DMT2. CD40 dan CD80 berperan dalam penanda perubahan karakter sel-sel dendritik sebagai sel penyaji antigen dan penting dalam mengaktivasi sel T helper.  Sebanyak 22 sampel darah masing-masing subjek FDR dan NFDR DMT2 dikultur dengan menambahkan Lactococcus lactis ssp lactis YPD01 pada hari ke-0 dan diinkubasi selama 3 hari, 6 hari dan 9 hari. Pada kondisi awal H-0 tanpa stimulasi diketahui bahwa pada subjek FDR DMT2 didapatkan ekspresi CD40 tiga kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan ekspresi CD80 pada sel dendritik. Pemberian Lactococcus lactis ssp lactis YPD01 dapat menyebabkan perkembangan  ekspresi CD40 pada subjek FDR DMT2 menurun dibanding tanpa pemberian Lactococcus lactis ssp lactis YPD01.

First-degree relatives (FDR) are the first generation (children) of parents who have a history of type 2 diabetes mellitus. Occurrence of type 2 DM in FDR genetically at risk 2 times compared to Non FDR. This disease is based on chronic low-grade inflammation associated with decreased anti-inflammatory activity. Prevention efforts are needed, including by giving probiotics which are expected to increase their anti-inflammatory abilities.bacteria Lactococcus lactis ssp lactis is the dominant bacteria found in dadih food originating from West Sumatra. This study aims to analyze the effect of administration of Lactococcus lactis ssp lactis YPD01 on the development of monocytes into dendritic cells by examining the role of CD11C, CD80 and CD40 in PBMC subjects FDR and NFDR DMT2. CD40 and CD80 play a role in markers of changes in the character of dendritic cells as antigen-presenting cells and are important in activating T helper.  A total of 22 blood samples from each of the FDR and NFDR groups DMT2 was cultured by adding Lactococcus lactis ssp lactis YPD01 on day 0 and incubated for 3 days, 6 days and 9 days. In the H-0 initial condition without stimulation it was known that in FDR DMT2 subjects the expression of CD40 was three times higher than the expression of CD80 in dendritic cells. Giving Lactococcus lactis ssp lactis YPD01 can cause the development of CD40 expression in FDR DMT2 subjects to decrease compared to without administration of actococcus lactis ssp lactis YPD01."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Cindya Klarisa
"Latar Belakang. Subjek first degree relatives (FDR) diabetes mellitus (DM) tipe 2 berisiko berkembang menjadi DM tipe 2 dan kejadian aterosklerosis lebih tinggi daripada subjek tanpa riwayat orang tua dengan DM tipe 2. Studi ini bertujuan untuk melihat perbedaaan rerata kadar Adipocyte fatty acid binding protein (A-FABP) yang berperan dalam berkembangnya DM tipe 2 maupun aterosklerosis, dan Intercellular Adhesion Molecule-1 (ICAM-1) sebagai penanda disfungsi endotel pada kelompok FDR DM tipe 2 dan kelompok non-FDR DM tipe 2. Serta melihat korelasi A-FABP dan ICAM-1 pada FDR DM tipe 2.
Metode. Penelitian ini merupakan bagian dari payung penelitian FDR tahun 2018, dengan desain potong lintang, yang memeriksakan kadar A-FABP dan ICAM-1 serum dengan metode sandwich enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). Subjek yang dilibatkan berusia 19 tahun sampai di bawah usia 40 tahun, yang normotensi dan normoglikemia. Serum yang diambil disimpan dalam suhu -80°C. Hasil yang ada dilanjutkan analisis beda rerata dan uji korelasi kelompok FDR dan non-FDR.
Hasil dan Diskusi. Dari 115 subjek normoglikemi normotensi, didapatkan kadar A-FABP yang lebih tinggi pada FDR DM tipe 2 dibandingkan non-FDR DM tipe 2 dengan median (rentang interkuartil) berturut-turut 5,44 ng/ml (3,99-6,40) dan 4,99 ng/ml (3,35-6,70), namun tidak bermakna secara statistik (p=0,54). Demikian juga kadar ICAM-1 pada populasi FDR DM tipe 2 yang tidak berbeda bermakna dibandingkan kelompok non-FDR DM tipe 2, dengan median 276,70 ng/ml (230,60-375,20) dan 272,55 ng/ml (223,95-318,22) berturut-turut (0=0,21). Tidak ditemukan korelasi bermakna A-FABP dan ICAM-1 pada FDR DM tipe 2 (p=0,276).

Background. The subject of first-degree relatives (FDR) diabetes mellitus (DM) type 2 had a risk of developing into type 2 DM and the incidence of atherosclerosis was higher than subjects without parents with type 2 DM. This study aims to see the mean difference of adipocyte fatty acid binding protein (A-FABP) level which plays role in the development of type 2 DM and atherosclerosis, and Intercellular Adhesion Molecule-1 (ICAM-1) level as a marker of endothelial dysfunction between FDR type 2 DM group and the non-FDR type 2 DM group. Moreover, to see the A-FABP and ICAM-1 correlation on FDR DM type 2.
Method. This study is part of FDR study held on 2018. Normotensive and normoglycemic subjects aged 19 to under 40 years old were included. The extracted serum was stored at -80C. Serum A-FABP and ICAM-1 levels were measured using the enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) method. The results were followed by a mean difference analysis and a correlation test for the FDR and non-FDR groups.
Results and Discussion. Of the 115 subjects, A-FABP levels were higher in FDR type 2 DM than in non-FDR type 2 DM with median (interquartile range) of 5,44 ng/ml (3,99-6,40) and 4,99 ng/ml (3,35-6,70) respectively, and not statistically significant (p=0,54). Likewise, the level of ICAM-1 in FDR type 2 DM subjects was not statistically significant different from non-FDR type 2 DM subjects, with a median of 276.70 ng / ml (230.60-375.20) and 272.55 ng / ml (223.95-318.22) respectively (0 = 0.21). There was no significant correlation between A-FABP and ICAM-1 in FDR type 2 DM (p=0,276).
Conclusion. There were no significant differences of A-FABP and ICAM-1 levels between FDR and non-FDR type 2 DM groups. There were no correlation between A-FABP and ICAM-1 in the FDR type 2 DM group.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Farhan Maruli
"Ventilator-associated pneumonia VAP punya prevalensi yang tinggi pada pasien pediatric intensive care unit PICU . Gizi lebih overweight dan obesitas dicurigai sebagai salah satu faktor risiko VAP namun hubungannya kurang diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki hubungan antara gizi lebih dan kejadian VAP pada pasien PICU RSCM. Desain studi ini adalah cross-sectional analitik dengan data rekam medis pasien PICU RSCM yang mendapat ventilasi mekanik pada periode 2014 ndash;2016. Pasien dikatakan menderita gizi lebih berdasarkan assessment gizi pada rekam medis atau berdasarkan data antropometri dengan rujukan kriteria WHO atau CDC jika assessment gizi tidak ada. VAP ditentukan berdasarkan diagnosis tertulis pada rekam medis atau adanya gejala dan tanda yang memenuhi kriteria NNIS/CDC. Data tambahan yang diambil antara lain ada tidaknya kondisi immunocompromised, reintubasi, enteral feeding, penggunaan imunosupresan, antibiotik atau profilaksis stress ulcer. Sebanyak 64 pasien diikutsertakan sebagai subjek. Gizi lebih ditemukan pada 12 pasien 18.8 dan VAP pada 12 pasien 18.8 . Hanya satu pasien dengan gizi lebih mengalami VAP. Penelitian ini tidak menemukan hubungan antara gizi lebih dan kejadian VAP pada pasien PICU RSCM two-sided p = 0.436 dengan uji Fisher , mungkin karena sampel terlalu kecil. Penelitian prospektif dengan sampel yang cukup dibutuhkan untuk mengetahui hubungan antara gizi lebih dan VAP.

Ventilator associated pneumonia VAP is prevalent among pediatric intensive care unit PICU patients. Overnutrition overweight and obesity is a candidate for VAP risk factor but research into the link is wanting. This study aimed to investigate the association between overnutrition and VAP among PICU patients in RSCM. Medical records of RSCM PICU patients undergoing mechanical ventilation between 2014 and 2016 were used in this analytic cross sectional study. Overnutrition was established based on the nutritional assessment on the patient rsquo s medical record or anthropometric data using WHO or CDC criteria if the former was not available. VAP was established based on recorded diagnosis or the presence of signs and symptoms meeting the NNIS CDC criteria. Additional data include whether the patient was immunocompromised, reintubation, enteral feeding, use of immunosuppressants, antibiotics and stress ulcer prophylaxis. A total of 64 patients was included as subjects. Overnutrition was identified in 12 patients 18.8 and VAP in 12 patients 18.8 . Only one overnourished patient had VAP. This study found no association between overnutrition and VAP two sided p 0.436 by Fisher rsquo s test , probably because the sample was too small. Prospective studies with adequate sample sizes are needed to understand the link between overnutrition and VAP."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>