Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 138401 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Helena Angeline Wijaya
"Fleksibilitas kognitif merupakan salah satu kemampuan penting yang harus dimiliki oleh mahasiswa untuk tetap adaptif dalam situasi sulit. Salah satu kesulitan yang dialami oleh mahasiswa adalah dari faktor ekonomi, terutama pada mahasiswa KIP Kuliah. Fleksibilitas kognitif merupakan salah satu prediktor resiliensi akademik mahasiswa, sehingga mereka tetap bisa berprestasi meskipun mengalami hambatan-hambatan selama masa studinya. Instrumen dari fleksibilitas kognitif menggunakan alat ukur CFI (Dennis & Vander Wal, 2010) yang terdiri dari dimensi alternatif dan kontrol. Selanjutnya, resiliensi akademik diukur menggunakan alat ukur ARS (Cassidy, 2016). Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi pengaruh dimensi alternatif dan dimensi kontrol fleksibilitas kognitif terhadap resiliensi akademik mahasiswa KIP Kuliah. Penelitian dilakukan terhadap 166 mahasiswa aktif penerima KIP Kuliah berusia 18-24 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fleksibilitas kognitif memiliki dapat memprediksi tingkat resiliensi akademik mahasiswa. Hasil studi juga menunjukkan bahwa fleksibilitas kognitif dimensi alternatif lebih berperan memprediksi resiliensi akademik dibandingkan dengan dimensi kontrol. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi pihak Perguruan Tinggi untuk melatih fleksibilitas kognitif mahasiswa agar lebih mampu meningkatkan resiliensi akademik mereka.

Cognitive flexibility is one of the essential abilities that must be possessed by students to remain adaptive in difficult situations. One of the difficulties experienced by students is due to economic factors, especially for KIP College students. Cognitive flexibility is a predictor of student academic resilience so that they can still achieve despite experiencing obstacles during their studies. The measurement for cognitive flexibility uses the CFI (Dennis & Vander Wal, 2010), which consists of alternative and control dimensions. Furthermore, academic resilience is measured using the ARS (Cassidy, 2016). This study aims to investigate the effect of alternative and control dimensions of cognitive flexibility on the academic resilience of KIP College students. The research was conducted on 166 active college students aged 18-24 years who received KIP. The results show that cognitive flexibility can predict the level of students’ academic resilience. The study results also show that the alternative dimension has a greater influence on academic resilience than the control dimension. The results of this study can be a suggestion for higher education institutions to train students' cognitive flexibility to be able to increase their academic resilience."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amelia Said
"ABSTRAK
Dinamika industri saat ini mendorong organisasi untuk memiliki ketangkasan dalam menjawab tantangan yang ada. Pemimpin dalam organisasi berperan penting dalam menciptakan organisasi yang tangkas dan fleksibel. Ketangkasan belajar learning agility terutama result agility merupakan faktor penting yang harus dimiliki pemimpin. Result agility menggambarkan karakter pemimpin yang mampu memberikan hasil bagi organisasi pada situasi yang sulit, sehingga organisasi dapat bertahan dan mencapai competitive advantage. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara fleksibilitas kognitif terhadap result agility pimpinan unit bisnis organisasi XYZ. Penelitian sebelumnya menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara fleksibilitas kognitif dengan ketangkasan belajar. Result agility yang merupakan salah satu faktor ketangkasan belajar diduga mempunyai hubungan yang sama. Penelitian melibatkan 22 orang partisipan dengan posisi sebagai supervisor, kepala divisi, manajer dan direktur di unit bisnis PT. XYZ. Hasil analisis menggunakan korelasi Pearson menunjukkan bahwa fleksibilitas kognitif mempunyai hubungan positif yang signifikan terhadap result agility r=0,55; p< 0,01 . Program integrative coaching menjadi intervensi yang tepat untuk meningkatkan fleksibilitas kognitif para pimpinan yang sejalan dengan peningkatan result agility yang dimiliki.

ABSTRACT
Today rsquo s industrial dynamic promotes organization agility to encounter all the challenges. Leader in organization has the important role to create an agile and flexible organization. Result agility as one of the prime factor of learning agility which is critical factor that leader should have. It describe a leader who accomplish results for organization even in a difficult situation. The aim of this research is to seek the relationship between leader rsquo s cognitive flexibility and result agility in business unit PT. XYZ. Scholar found that cognitive flexibility has a positive significant relationship with learning agility. Result agility which is one of the learning agility factor is assumed has the same association with cognitive flexibility. This research is conduct with 22 participant who have a position as supervisor, head of division, manager and director in business unit PT. XYZ. The result which analyzed with Pearson correlation indicated that cognitive flexibility have a positive significant relationship with result agility r 0,55 p."
2017
T48568
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Santy Yulianti
"

Frasa preposisional merupakan salah satu konstruksi bahasa yang mampu menggambarkan representasi mental seseorang atau komunitas tutur. Tuturan yang bermakna spasial dan berbentuk frasa preposisional menjadi fokus kajian penelitian ini.  Tujuan penelitian adalah untuk menyusun  skema kognitif spasial masyarakat Baduy. Suku Baduy terpilih karena memiliki keunikan berdasarkan aturan adat mengenai tata letak bangunan dan ladang dalam kehidupan mereka. Kosakata dasar  membantu mengarahkan kognisi spasial mereka dalam  interaksi dengan alam sekitar dan isinya, disamping itu  konstruksi frasa preposisional bahasa Sunda dialek Baduy merupakan representasi  verbal kognisi spasial mereka terhadap lingkungan tempat mereka hidup. Landasan teori yang digunakan untuk menghasilkan kaidah frasa  preposisional adalah semantik konseptual Ray Jackendoff (1985) dan peta kognitif Lynn Nadel (2013). Semantik konseptual Ray Jackendoff   merupakan perpaduan ilmu tata bahasa dan makna yang bersumber dari proses kognisi seseorang dan menghasilkan konsep- makna sebagai representasi mental seseorang ataupun komunitas bahasa. Manfaat  peta kognitif Lynn Nadel membantu dalam menemukan lokasi, orientasi dan reorientasi, dan konsep kognitif yang mendasari orientasi ruang masyarakat bahasa Sunda dialek Baduy. Data yang digunakan adalah frasa preposisi lokatif dan direktif yang diperoleh dari hasil wawancara dengan satu informan Baduy Dalam dan dua informan Baduy luar. Hasil dari penelitian ini terdiri atas kaidah frasa preposisional yang terbagi atas place function dan path function. Selain itu, preposisi yang banyak digunakan adalah perposisi ti, di, dan ka. Objek acuan untuk frasa preposisional ini berupa nomina tempat seperti imah, leuit, dan huma, dan nomina arah seperti luhur, kaler, kidul, kenca, dan katuhu. Skema kognitif yang diperoleh adalah konstruksi objek acuan yang sebagian besar alosentris hanya mengenal makna selatan (kidul) dan utara (kaler). Hal ini berhubungan dengan pengalaman mereka mengenai tata letak perkampungan , ladang, dan tempat sakral mereka yang dimulai dari wilayah yang paling utara sebagai wilayah umum (perkampungan) sampai dengan wilayah paling selatan sebagai tempat sakral (tempat ibadah) suku Baduy.


The prepositional phrase is one of the language constructs capable of describing the mental representation of a person or a speech community. Speech utterances that have spatial meaning and are in the form of prepositional phrases are the focus of this chapter. The objective is to develop a spatial cognitive scheme of the Baduy society. The Baduy tribe was chosen because of its unique customary regulations in their lives regarding the layout of buildings and fields. Basic vocabulary helps to direct their spatial cognition in their interaction with the natural surroundings. The construction of prepositional phrases in the Baduy dialect of Sundanese is a verbal representation of their spatial cognition of the environment where they live. Ray Jackendoff’s conceptual semantics (1985) and Lynn Nadel's cognitive map (2013) are used as the theoretical basis to generate prepositional phrase rules. The conceptual semantics of Ray Jackendoff is a fusion of grammar and meaning derived from a person's cognition process and produces concepts as the mental representation of a person or a language community. One of the benefits of Lynn Nadel’s cognitive maps is that it helps in finding location, orientation and reorientation, and the cognitive concepts underlying the spacial orientation of the community speaking the Baduy dialect of the Sundanese language. The data used are locative and directive prepositional phrases obtained from interviews with one Baduy Dalam informant and two Baduy Luar informants. Prepositional phrase in Baduy utterances consist of rules for place function and path function. In addition, the widely used prepositions are the prepositions ti, di, and ka. The reference object for these prepositional phrases are place nouns such as imah  (house), leuit (barn), and huma (field) , and direction nouns such as luhur (above), kaler (north), kidul (south), kenca (lefthand), and katuhu (righthand). The cognitive scheme obtained is the construction of reference objects that are mostly alocentric and only recognize the significance of south (kidul) and north (kaler). This relates to their experience of the layout of their settlements, fields and sacred places starting from the northernmost region as the common area (kampung or village) to the southern most region as the sacred place (place of worship) of the Baduy tribe.

"
2018
T51708
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chairunnisa
"Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan penerapan learning organization di Direktorat SDM dan Umum Kantor Pusat PT (Persero) Pelabuhan Indonesia II Tanjung Priok. Penelitian ini mengidentifikasi tingkat penerapan learning. Kemudian, untuk mengetahui apakah perusahaan dapat dikategorikan ke dalam organisasi pembelajar, hal ini ditinjau berdasarkan kuesioner Marquadt (1996)."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2011
T41425
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Marasabessy, Resa Fiardi
"Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji peta organisasi pembelajar yang ada di PoldaMetro Jaya. Transformasi budaya birokrasi organisasi pada polda metro jaya sangat pentingdan diperlukan untuk lebih mampu menghadapi berbagai tantangan kejahatan yang makinkompleks untuk menciptakan keamanan dan ketertiban dalam mewujudkan kualitaskehidupan masyarakat. Pengambilan sampel penelitian ini diwakili oleh empat fungsi yangterdiri dari satreskrim, sabhara, intel dan biro sumber daya manusia yang terdiri dari anggotapamen, pama dan bintara. Kuesioner penelitian ini menggunakan kuesioner yang telahdikembangkan oleh Marquardt 2002 yang terdiri dari 5 lima dimensi yang mencakup: 1 dinamika pembelajaran Learning Dynamics , 2 transformasi organisasi OrganizationTransformation , 3 pemberdayaan pegawai People Empowerment , 4 pengelolaanpengetahuan Knowledge Management , 5 penerapan teknologi Technology Application .Analisis data deskripsi statistik frukensi distribusi dan prosentase yang menjukkankapabilitas setiap masing-masing dimensi organisasi pembelajar seperti yang dikembangkanMarquardt. Kemudian digunakan analisis Korelasi Produk Momen yang digunakan untukmenguji sejauh mana korelasi setiap dimensi organisasi pembelajar.
Hasil uji diiterprestasikan bahwa hasil rata-rata setiap dimensi sangat baik dan dapat digunakan padaorganisasi. Dan berdasarkan penelitian ditemukan korelasi yang kuat diantara setiap dimensiorganisasi pembelajar r= 0.894; p< 0.01 . Organisasi memiliki kondisi yang potensial untukmenuju organisasi pembelajar. Sumberdaya manusia sangat penting bagi organisasipembelajar karena hanya sumberdaya manusia yang memiliki kapasitas untuk belajar.Sumberdaya manusia adalah nakoda yang dapat mengambil informasi danmentransformasikannya kedalam pengetahuan untuk digunakan bagi individu dan organisasi,

This research is to examine the learning organization at Regional Police OfficeJakarta. The organization transformation from bureaucratic culture type of organization tolearning organization is needed to enable the organization to encounter the complexity anddynamics of external environment. The sample was taken from four unit organization such ascriminal unit, sabhara, intelligent, and human resource division, which include middle seniorand lower police officer. This research used learning organization profile questionnaire tocollect the data that consist of five dimensions such as learning dynamics, organization transformation, people empowerment, knowledge management and technology application. The descriptive statistics was employed to analyse each dimension of learning organization profile based on range result by Marquadth model. And the correlation productmoment was also used to analyse the correlation among dimensions of learning organization.
The results indicated that average range results for each dimension was good meaning eachdimension mostly applicapable in organization. The finding also indicated there was strongcorrelation between dimensions learning dynamics, organization transformation, peopleempowerment, knowledge management and technology application to learning organization r 0.894 p 0.01 . The organization has potential environment to support the building oflearning organization. The human resource capacity become the strength of building thelearning organization, provided by the support with conducive and better atmosphere withinorganization.
"
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2018
T52190
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Breznitz, Zvia
"Offers readers a comprehensive overview of recent brain imaging research focused on reading, writing and mathematics, a research arena characterized by rapid advances that follow on the heels of fresh developments and techniques in brain imaging itself. "
Dordrecht, Netherlands: Springer, 2012
e20400732
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Cathleen Vania Karyadi
"Fleksibilitas kognitif merupakan kemampuan untuk mengalihkan set kognitif untuk beradaptasi terhadap stimulus lingkungan yang berubah. Penting bagi mahasiswa untuk memiliki fleksibilitas kognitif dalam menghadapi perkuliahan dan segala perubahan. Tujuan penelitian ini untuk melihat seberapa besar peran extraversion, openness to experience dan kemampuan metakognisi terhadap fleksibilitas kognitif pada mahasiswa program sarjana (S1). Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan alat ukur Cognitive Flexibility Inventory (CFI), Metacognitive Skills Scale (MSS), dan IPIP-BFM-25 untuk mengukur variabel. Penelitian ini dilakukan pada 249 mahasiswa program sarjana di Indonesia (83 laki-laki dan 166 perempuan) berusia 18––25 tahun (M=21, SD=1,4). Hasil penelitian dengan analisis regresi linear berganda adalah extraversion, openness to experience dan kemampuan metakognitif secara simultan dan signifikan berkontribusi secara positif terhadap fleksibilitas kognitif pada mahasiswa program sarjana, Extraversion tidak berkontribusi secara signifikan terhadap fleksibilitas kognitif mahasiswa sedangkan kemampuan metakognitif memiliki peranan yang paling besar dalam memprediksi terjadinya fleksibilitas kognitif. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan untuk memperhatikan proporsi demografi partisipan supaya lebih seimbang.

Cognitive flexibility is defined as the ability to adapt in changing environmental stimulus by switching cognitive sets. For college students, cognitive flexibility would be important to deal with academics in college studies as well as other changes. The purpose of this study is to see how significant are the roles of extraversion, openness to experience, and metacognitive skills towards the cognitive flexibility of undergraduate college students. The study used quantitative approach with Cognitive Flexibility Inventory (CFI), Metacognitive Skills Scale (MSS), and IPIP-BFM-25 to measure the variables. The study was conducted to a group of 249 undergraduate college students in Indonesia (83 males and 166 females) between the ages of 18––25 years old (M=21, SD=1,4). The result of the multiple linear regression had showed that when extraversion, openness to experience, and metacognitive skills are simultaneously regressed, it significantly gives positive contributions towards cognitive flexibility of undergraduate students. However, extraversion by itself did not prove to contribute significantly towards cognitive flexibility of undergraduate college students and on the other hand, metacognitive skills the biggest role in predicting cognitive flexibility among all variables. For the future research, it is recommended to pay attention on the demographic proportion on the participants in order for the research participants to be more balance."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Renata Anindita Wibowo
"Mengalami transisi kehidupan bukan suatu pengalaman yang mudah. Hal ini dialami oleh para mahasiswa tahun pertama yang mengalami penyesuaian diri dalam berbagai aspek, yaitu akademik, sosial, dan emosional. Dalam menghadapinya, individu memerlukan strategi untuk dapat menyesuaikan diri, dimana fleksibilitas kognitif menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat hubungan antara fleksibilitas kognitif dan penyesuaian diri di perguruan tinggi pada mahasiswa tahun pertama. Studi kuantitatif dilakukan terhadap mahasiswa tahun pertama, yaitu mereka yang berada di semester satu dan/atau dua (N=90). Fleksibilitas kognitif diukur dengan menggunakan instrument Cognitive Flexibility Inventory yang dikembangkan oleh Indrasari et al. (unpublished manuscript). Penyesuaian diri di perguruan tinggi atau college adjustment diukur menggunakan instrumen College Adjustment Quetionnaire yang dikembangkan oleh Purnamasari (2022). Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa fleksibilitas kognitif memiliki hubungan positif yang signifikan dengan kemampuan penyesuaian diri di perguruan tinggi. Hal ini dapat diartikan keberhasilan mahasiswa dalam menghadapi berbagai tantangan perubahan dapat diprediksi dengan adanya kemampuan fleksibilitas kognitif. Dalam arti lainnya, semakin tinggi fleksibilitas kognitif yang dimiliki, maka semakin tinggi pula kemampuan penyesuaian diri di perguruan tinggi pada mahasiswa tahun pertama.

Life transitions is not an easy experience. This phenomena experienced by first-year students who are struggling with adjustment in various aspects, namely academic, social and emotional. In dealing with struggle, individuals need strategies to be able to adapt, where cognitive abilities are one of the influencing factors. This research was conducted with the aim of examining the relationship between cognitive flexibiluty and college adjustment in first-year students. The quantitative study was conducted on first year students, those in their first and/or second semester (N=90). Cognitive flexibility was measured using the Cognitive Flexibility Inventory instrument developed by Indrasari et al. (unpublished manuscript). College adjustment is measured using the College Adjustment Questionnaire instrument developed by Purnamasari (2022). The results of Pearson correlation test show that cognitive flexibiluty has a significant positive relationship with college adjustment. It means that students' success in facing various challenges of change can be predicted by their cognitive flexibility. It can also be concluded that the higher the cognitive flexibility, the higher the college adjustment.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nafa Evania Fauzi
"Mahasiswa tingkat akhir berada pada masa dewasa muda, saat mereka akan berhadapan dengan masa transisi antara dunia kuliah dan kerja. Oleh karena itu, diperlukan kemampuan fleksibilitas berpikir agar mereka dapat lebih mudah beradaptasi dengan
perubahan tersebut. Kepribadian pada level traits ditemukan menjadi salah faktor yang memungkinkan adanya perbedaan fleksibilitas berpikir pada masing-masing individu, namun penelitian yang menyoroti peran kepribadian pada level metatraits masih belum
banyak ditemukan. Oleh karena itulah penelitian ini dilakukan untuk melihat peran metatraits (stability dan plasticity) terhadap fleksibilitas berpikir pada mahasiswa tingkat akhir. Metatraits diukur menggunakan Big Five Inventory, sedangkan fleksibilitas berpikir diukur menggunakan Cognitive Flexibility Inventory. Seratus delapan puluh lima mahasiswa sarjana tingkat akhir dengan usia 20-25 tahun menjadi partisipan penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa stability dan plasticity secara simultan memiliki peran yang signifikan terhadap fleksibilitas berpikir pada mahasiswa tingkat akhir (R² = 0,417, p < 0,05), serta terhadap dimensi alternatif (R2 = 0,186, p <
0,05) dan kontrol (R2 = 0,345, p < 0,05) yang ada di dalam fleksibilitas berpikir. Selain itu, hasil analisis parsial menunjukkan bahwa stability berperan signifikan terhadap dimensi alternatif dan kontrol pada fleksibilitas berpikir, sedangkan plasticity hanya memiliki peran yang signifikan terhadap dimensi kontrol. Hasil penelitian ini dapat
memberikan kontribusi terhadap pengembangan penelitian terkait fleksibilitas berpikir, serta memberikan masukan terhadap pihak universitas untuk mengembangkan intervensi yang dapat meningkatkan fleksibilitas berpikir pada mahasiswa.

Final-year students are emerging adults, who dealing with the transition from college to work life. Therefore, cognitive flexibility is needed so that they can easily adapt to these unpredictable life changes. Personality at the trait level was found to be one of the factors that allow the variation of cognitive flexibility in each individual, but the research that highlights the role of personality at the metatraits level is still difficult to find. So, this study aims to examine the role of metatraits (stability and plasticity) on final-year students’ cognitive flexibility. Metatraits were measured using the Big Five Inventory, while cognitive flexibility was measured using the Cognitive Flexibility Inventory. Onehundred-eighty-five (185) students in their final year of undergraduate studies, whose ages ranged from 20 to 25, participated in this study. The results showed that stability and plasticity simultaneously had a significant role in final-year students’ cognitive flexibility (R² = 0.417, p < 0.05), as well as in alternative (R2 = 0,186, p < 0,05) and control dimensions of cognitive flexibility (R2 = 0,345, p < 0,05). Furthermore, the partial analysis revealed that stability had a significant role in alternative and control dimension of cognitive flexibility, while the role of plasticity was only significant in the alternative dimension. The results of this study could contribute to the development of research
related to cognitive flexibility and provide input for universities to develop an intervention to improve college students’ cognitive flexibility.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasudungan, Gerald Nicholas
"Penelitian ini meneliti mengenai sumbangan kesadaran metakognitif dan optimism terhadap resiliensi akademik pada mahasiswa baru yang menjalani kuliah dalam jaringan. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 327 orang dan populasi sampel merupakan mahasiswa baru di Universitas Indonesia. Data penelitian dan data demografis partisipan didapatkan dari kuesioner daring melalui google form. Analisis data dilakukan menggunakan aplikasi SPSS versi 24. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear sederhana. Dari hasil analisis regresi sederhana didapatkan hasil β kesadaran metakognitif sebesar 0,389 dan β optimisme sebesar 0,433. Interpretasi yang muncul dari hasil ini adalah kesadaran metakognitif memberikan sumbangan sebesar 15% dan optimisme memberikan sumbangan sebesar 19% terhadap resiliensi akademik. Hal ini terjadi karena optimisme dapat muncul sebagai karakteristik yang muncul dari dalam diri individu dan dapat ditularkan dari lingkungan disaat kesadaran metakognitif hanya dari dalam diri individu saja. Hasil penelitian ini juga membuktikan bahwa pada mahasiswa baru di Universitas Indonesia, optimisme menjadi faktor yang lebih kuat dalam munculnya resiliensi akademik.

This research investigates the contributions of metacognitive awareness and optimism toward academic resilience of first year students which in online learning. The number of participants in this research is 327 and the sample population is new undergraduate students in Universitas Indonesia. The research and demographic data of the participants collected from online questionnaire through google form. The data analysis was performed using SPSS application version 24. The analysis technique which was used is simple linear regression. From the regression, the reesults are β = 0,389 for metacognitive awareness and β = 0,433 for optimism. The interpretation of the results are metacognitive awareness contribute 15% and optimism contribute 19% toward academic resilience. The result happen because of optimism could emerge as an individual characteristic and spread through the environment. In the other hand, metacognitive awareness could only emerge from individual characteristics. The results show that optimism is the stronger predictor on the emergence of academic resilience on first year students in Universitas Indonesia."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>