Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 181159 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jihan Afifah Rifdah
"Penelitian ini mengkaji tentang tingkat walkability pada jalur pedestrian di Kawasan Kota Tua dalam mewujudkan walkable city di Provinsi DKI Jakarta. Penelitian ini tmenggunakan teori Global Walkabality Index sebagai teori utama. Teori Global Walkabality Index memiliki tiga dimensi, yaitu Keselamatan dan Keamanan, Kenyamanan dan Daya Tarik, serta Dukungan Kebijakan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik pengumpulan data mixed method melalui survei dan wawancara mendalam. Teknik pengambilan sampel untuk survei adalah convenience sampling, sedangkan untuk wawancara mendalam menggunakan teknik purposive sampling Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 100 orang yang didapatkan dengan menyebarkan kuesioner secara daring dan luring kepada pengguna jalur pedestrian di Kawasan Kota Tua Jakarta. Data yang diperoleh telah diolah menggunakan software SPSS versi 25 melalui ukuran pemusatan berupa modus. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa jalur pedestrian Kawasan Kota Tua Jakarta memiliki tingkat walkability yang tinggi berdasarkan persepsi masyarakat dengan persentase sebesar 84%. Tingginya tingkat walkability tersebut diperoleh dari komputasi tiga dimensi dalam penelitian ini. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi gambaran terkait bagaimana walkability pada jalur pedestrian di Kawasan Kota Tua dalam mewujudkan walkable city di Provinsi DKI Jakarta yang diukur dari persepsi masyarakat.

This study examines the level of walkability on pedestrian streets in the Kawasan Kota Tua in realizing a walkable city in Provinsi DKI Jakarta. This study uses the theory of the Global Walkability Index as the main theory. The Theory of the Global Walkabality Index has three dimensions, namely Safety and Security, Convenience and Attractiveness, and Policy Support. This study uses a quantitative approach with mixed method data collection techniques through surveys and interviews. The sampling technique for surveys is convenience sampling, while for interviews using purposive sampling techniques. The number of respondents in this study were 100 people who were obtained by distributing online and offline questionnaires to pedestrian path users in the Kawasan Kota Tua of ​​Jakarta. The data obtained has been processed using SPSS version 25 software through a measure of concentration in the form of mode. The results of this study indicate that the pedestrian path in the Kawasan Kota Tua Jakarta has a high level of walkability based on public perception with a percentage of 84%. The high level of walkability is obtained from three-dimensional computing in this study. It is hoped that this research can provide an overview of how walkability on pedestrian paths in the Kawasan Kota Tua can create a walkable city in Provinsi DKI Jakarta as measured by public perception."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nazirah Yakub
"Penelitian ini membahas mengenai bagaimana pelaksanaan koordinasi yang dilakukan oleh Dinas Pertamanan dan Pemakaman Provinsi DKI Jakarta dalam pengelolaan jalur pedestrian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif melalui studi lapangan dan studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan koordinasi Dinas Pertamanan dan Pemakaman Provinsi DKI Jakarta dalam pengelolaan jalur pedestrian dilakukan dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan dengan mekanisme koordinasi hierarkis. Koordinasi horizontal dilakukan pada seluruh seksi dan bidang di Dinas Pertamanan dan Pemakaman sedangkan koordinasi vertikal dilakukan antara Dinas Pertamanan dan Pemakaman dan Asisten Pembangunan dan Lingkungan Hidup. Koordinasi eksternal dilakukan dengan pihak-pihak terkait yang berhubungan dengan pengelolaan jalur pedestrian.

This research discusses how the coordination is done by DKI Jakarta Parks and Cemeteries Department on the management of pedestrian way. The study was conducted using a qualitative approach through field studies and literature studies. The results showed that the implementation of coordination was conducted in planning, implementation, and supervision using Coordination by Hierarchy-Type Mechanisms. Horizontal coordination is done at the entire section of DKI Jakarta Parks and Cemeteries Department while the vertical coordination was conducted between DKI Jakarta Parks and Cemeteries Department and Assistant for Development and Environment. External coordination is done with the relevant parties relating to the management of the pedestrian path.
"
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2014
S57360
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marpaung, Bahtiar
"Jalur Pejalan kaki di Velodrome Rawamangun telah terbangun sejak dimulainya Asian Games 2018, tetapi hasil pengamatan penggunaan jalur pejalan kaki masih rendah arus penggunanya. Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui walkability index serta fasilitas pejalan kaki berdasarkan standar pelayanan jalur pejalan kaki dan faktor- faktor yang mempengaruhi minat berjalan. Penulisan ini menggunakan pendekatan penelitian yang menggabungkan atau mengkombinasikan bentuk data kualitatif dan kuantitiatif (mixed method). Analisa kualitatif berupa penilaian berdasarkan teori Global Walkability Index (GWI), perhitungan analisis kuantitatif untuk variabel minat berjalan dengan analisis statistik tabulasi silang (crosstab). Hasil analisis GWI adalah 39.77 artinya fasilitas bagi pejalan kaki terbatas untuk dijangkau dan rendah arus pejalan kaki, standar pelayanan jalur pejalan kaki sudah sesuai standar, fasilitas infrastuktur sudah tersedia fasilitas utama dan fasilitas pendukung dengan lebar rata-rata 2.2m’ – 6.5m’. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat berjalan: lama berjalan dibawah 20 menit dipilih pegawai swasta, jarak berjalan tidak memiliki pengaruh, motivasi berjalan di dominasi alasan kesehatan, tujuan ke halte TJ/LRT dengan frekuensi berjalan 3-5 kali dalam seminggu, tujuan ke taman Jakarta International Velodrome (JIV) dikunjungi secara tidak rutin/tidak menentu dan pilihan moda transportasi umum di dominasi pilihan pekerja non swasta. Hasil temuan penulisan ini memberikan masukan bagi pengambil kebijakan Pemerintah DKI Jakarta untuk merevitalisasi jalur pejalan kaki di kota Jakarta.

Pedestrian paths in the Rawamangun Velodrome area have been built since the start of the 2018 Asian Games, but the results of observations of the use of pedestrian paths are still low in user traffic. This writing aims to identify the walkability index and pedestrian facilities based on pedestrian service standards and the factors that influence interest in walking. This writing uses mixed method approach that combines qualitative and quantitative data forms. Qualitative analysis in the form of an assessment based on the theory of the Global Walkability Index (GWI), the calculation of quantitative analysis for the variable of interest in walking with statistical analysis of cross tabulation. The results of the GWI analysis are 39.77, which means that the facilities for pedestrians are limited to reach and low pedestrian flow, the pedestrian path service standards are in accordance with the standards, the infrastructure facilities are already available for the main facilities and supporting facilities with an average sidewalk width of 2.2m' - 6.5m'. Factors influencing interest in walking: walking length of less than 20 minutes chosen by private workers, walking distance has no effect, motivation to walk is dominated by health reasons, destination to bus stops with a frequency of walking 3-5 times a week, destination to Jakarta International Velodrome (JIV) park is visited irregularly and the choice of public transportation mode is dominated by the choice of non-private workers. The findings of this paper provide input for DKI Jakarta Government policy makers to revitalize pedestrian paths in the city of Jakarta."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Univeristas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Putri Utami
"ABSTRACT
Kawasan Kota Tua Jakarta merupakan satuan ruang geografis yang telah ditetapkanmenjadi heritage kota Jakarta. Penelitian ini membahas penerapan manajemen heritagekota pada kawasan Kota Tua Jakarta. Hal ini mengingat kawasan Kota Tua Jakartadimanfaatkan untuk banyak kegiatan, termasuk kegiatan pelestarian sebagai kawasanheritage sehingga pengelolaannya menjadi suatu hal yang penting. Penelitian inimenggunakan pendekatan post-positivist di mana teori manajemen heritage kotamenjadi dasar analisis temuan penelitian. Data diperoleh dari wawancara, observasidan studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen heritage dikawasan Kota Tua Jakarta belum optimal karena sistem regulasi, keterlibatanmasyarakat, teknis pengelolaan dan finansial pengelolaan belum sejalan dan memilikipersoalan di masing-masing dimensi.

ABSTRACT
The Jakarta Old City Area is a geographical space unit that has been appointed asurban heritage of Jakarta. This study discusses the application of urban heritagemanagement in the Jakarta Old City Area. This matter related to the fact that theJakarta Old City Area is used for many activities, including conservation activities asa heritage area, so its management becomes an important thing to be noticed. Thisstudy uses a post positivist approach in which the theory of urban heritagemanagement becomes the basis of analysis of research findings. Data obtained frominterviews, observation and literature study. The result of the study shows that heritagemanagement in Jakarta Old City Area has not been optimal yet because the regulationsystem, community engagement, technical and financial of the management are notaligned and have problems in each dimensions."
2017
S68214
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hana
"Walkability didefinisikan sebagai sejauh mana karakteristik lingkungan binaan dan penggunaan lahan mampu mendukung dan mendorong kegiatan berjalan kaki dengan menyediakan kenyamanan dan keamanan pejalan kaki, menghubungkan penduduk dengan berbagai tujuan dalam waktu dan usaha yang layak. Area Stasiun Bogor dan Terminal Baranangsiang adalah dua kawasan prioritas pengembangan di Kota Bogor yang memiliki karakteristik lingkungan lereng yang datar dan bergelombang. Masalah penelitian adalah tingginya ketergantungan pada kendaraan pribadi bermotor pada area tersebut. Tujuan penelitian adalah menganalisis kondisi jalur pejalan kaki (lingkungan binaan) di Kota Bogor, menganalisis perilaku perjalanan masyarakat Kota Bogor, menganalisis hubungan lingkungan binaan dan perilaku perjalanan masyarakat Kota Bogor, menyusun desain spasial lingkungan binaan untuk mewujudkan ramah pejalan kaki dan kota yang berkelanjutan. Metode yang digunakan adalah metode gabungan berupa analisis deskriptif, analisis statistik, analisis spasial, dan metode PEQI (Pedestrian Environment Quality Index) untuk menilai kualitas trotoar. Hasil penelitian menunjukkan kualitas trotoar di wilayah penelitian terdiri dari empat subsegmen kualitas tinggi, sebelas subsegmen kualitas rata-rata, lima subsegmen kualitas minimal, dan satu subsegmen kualitas buruk. Tujuan berjalan kaki masyarakat Kota Bogor didominasi oleh tujuan rekreasional. Terdapat hubungan antara variabel kualitas fisik lingkungan binaan dan perilaku perjalanan masyarakat. Untuk dapat mewujudkan kota yang ramah pejalan kaki dan berkelanjutan, perlu memperhatikan kondisi fisik lingkungan dengan memperhatikan aksesibilitas, kenyamanan, kemanan, dan keselamatan dari jalur dan fasilitas pejalan kaki. Kesimpulan penting untuk mempertimbangkan aspek aksesibilitas, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan pejalan kaki untuk mewujudkan kota yang ramah pejalan kaki dan berkelanjutan.

Walkability is a concept denoting the capacity of the built environment and land use attributes to facilitate and promote pedestrian activities through the provision of comfort and safety, as well as efficient connections between residents and diverse destinations. This study focuses on the areas of Stasiun Bogor and Terminal Baranangsiang in Bogor City, which have distinctive features of both flat and undulating slopes. The problem investigated herein pertains to the considerable reliance on private motor vehicles within these areas. The primary research objectives encompass an analysis of the pedestrian pathway conditions in Bogor City, an examination of the travel behavior of its residents, an exploration of the interrelation between the built environment and travel behavior of the residents, and the formulation of spatial designs aimed at promoting walkable and sustainable city. To achieve these objectives, a comprehensive approach was adopted, incorporating various methodological tools such as descriptive analysis, statistical analysis, spatial analysis, and the application of Pedestrian Environment Quality Index (PEQI) to evaluate pedestrian pathway quality. The research findings reveal that the study area's pedestrian pathways can be categorized into four segments with high-quality attributes, eleven segments with average quality, five segments with minimal quality, and one segment characterized by poor quality. The analysis of the walking purposes of Bogor City residents indicates a predominant focus on recreational activities. Additionally, a strongcorrelation exists between the physical quality variables of the built environment and the travel behavior associated with pedestrian mobility. Consequently, promoting a walkable and sustainable city necessitates a comprehensive consideration of the physical attributes of the environment, encompassing elements of accessibility, comfort, safety, and security of pedestrian pathways and facilities. In conclusion, the integration of various elements, including accessibility, comfort, safety, and security of pedestrians, is essential in achieving a walkable and sustainable city."
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sadika Nurani Hamid
"Tesis ini membahas persepsi pemilik dan pengelola bangunan di Kawasan Taman Fatahillah terhadap program revitalisasi Kota Tua Jakarta yang dijalankan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Penelitian menggunakan metode penelitian kualitatif. Data diperoleh dari studi pustaka, observasi dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pandangan para pemilik dan pengelola bangunan, aspek negatif revitalisasi masih lebih besar dibandingkan aspek positifnya. Oleh karena itu harus dilakukan pembenahan pada tiga bidang, yaitu manajemen pemerintahan, perencanaan revitalisasi dan pendidikan masyarakat.

The focus of the study is the perception of building owners’ and building users’ of the Taman Fatahillah area on the Old City of Jakarta revitalization program initiated by the provincial government of Jakarta. This study use qualitative method. The data were collected by means of deep interview, observation and library research. This study concludes that based on the building owners’ and building users perspectives, the negative aspect of the revitalization is still greater than the positive aspects. To resolve that, three domains needs to be addressed: government management, revitalization planning and public education."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
T26102
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Heribertus Ompusunggu
"Kawasan Kota Tua Jakarta merupakan destinasi wisata yang direncanakan
oleh Pemerintah didaftarkan pada UNESCO di tahun 2015, sebagai heritage atau
warisan budaya. Namun permasalahan kemacetan lalu lintas, gangguan keamanan
dan tidak tertibnya pedagang kaki lima akan menjadi hambatan dalam rencana
tersebut. Sehingga diperlukan fungsi kepolisian dengan mengedepankan
kemitraan dengan masyarakat di Kawasan Kota Tua dalam penanggulangan
terhadap permasalahan-permasalahan sosial yang terjadi. Pertanyaan tesis ini
adalah: bagaimana Pemolisian Polsubsektor Pinangsia di Kawasan Kota Tua
Jakarta, kendala-kendala yang dihadapi dan Pemolisian yang ideal yang dapat
diterapkan di Kawasan Kota Tua Jakarta.
Teori dan Konsep yang digunakan pada tesis ini adalah, polisi, pemolisian,
masyarakat atau komuniti, pariwisata, perkotaan, manajemen, Polsek dan
Polsubsektor dan Analisis SWOT.
Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif berfokus pada
etnografi, sementara metode penulisannya penulis cenderung ke deskriptif
analisis.
Temuan penelitian menyebutkan Pemolisian Polsubsektor Pinangsia di
Kawasan Kota Tua Fatahilah dilaksanakan dengan melalui beberapa proses
manajemen yakni perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan dan pengawasan.
Kegiatan yang dilakukan adalah pengaturan, penjagaan, dan patroli. Kendalakendala
yang dihadapi dari segi internal, adalah kemampuan Polsubsektor
Pinangsia masih terbatas hal ini dilihat dari segi sumberdaya manusia secara
kuantitas baik kualitas (khususnya tidak ada polisi pariwisata), sarana dan
prasarana serta anggaran. Sementara kendala dari segi Eksternal adalah kurang
maksimalnya kerjasama dengan pihak Sat Pol PP, Satpam Museum, PKL,
Parkiran dan Linmas dalam hal keterpaduan, kurang maksimalnya alat pendukung
pengamanan di wilayah kawasan Kota Tua, misalnya pagar dan CCTV. Model
Pemolisian yang ideal dengan melihat keterbatasan organisasi, bagi Polsubsektor
Pinangsia adalah pemolisian modern yang proaktif dalam menyelesaikan masalah
dengan memfokuskan pelayanan dan pengayoman terhadap pariwisata perkotaan.
Kesimpulan, Pemolisian Polsubsektor Pinangsia di Kawasan Kota Tua
Jakarta sudah dilaksanakan melalui peran petugas Polsubsektor Pinangsia yang
memiliki kecenderungan menekankan peran para petugas kepolisiannya pada
tindakan-tindakan kepolisian secara persuasif, preemtif dan preventif dengan
melaksanakan berbagai kegiatan yang bersifat individu..
Saran, seharusnya Polsubsektor Pinangsia memiliki kemampuan secara
kualitas dan kuantitas untuk menjamin kenyamanan wisatawan dalam melakukan
kunjungannya, dan ditunjang oleh pendukung dalam rangka penanggulangan
permasalahan sosial yang membutuhkan dukungan dari Pemerintah.
Kata Kunci: Pemolisian, Perkotaan dan Pariwisata.

The Kota Tua Jakarta area is a tourist destination which was planned by
the Government registered on the UNESCO in 2015, as a heritage city. But the
problems of traffic congestion, security threats and not martinet vendors will be
obstacles in the plan. So that the necessary police functions by promoting
partnerships with the community in the Kota Tua Jakarta area in in response to the
social problems that occur. The thesis question is: how policing Polsubsektor
Pinangsia in the Kota Tua Jakarta area, obstacles faced and policing an ideal that
can be applied in the Kota Tua Jakarta area.
Theories and concepts used in this thesis is, police, policing, community or
local community, tourism, urban management, police and Polsubsektor and
SWOT Analysis.
Methods This study used a qualitative approach focuses on ethnography,
while the methods of literary writers tend to the descriptive analysis.
Polsubsektor Pinangsia policing research findings mentioned in the Kota
Tua Jakarta area implemented through a management process ie planning,
organizing, leadership and supervision. Activities undertaken is the setting,
maintenance, and patrol. Constraints faced in terms of internal, is still limited
ability Polsubsektor Pinangsia this in terms of human resources in terms of
quantity of good quality (in particular there is no tourism police), infrastructure
and budget. While the terms of the External constraints are less maximum
cooperation with the Sat Pol PP, museum guard, street vendors, parking and
Linmas in terms of integrity, lack of support tools maximum security in the Kota
Tua Jakarta area, such as fencing and CCTV. The ideal model of policing to see
the limitations of the organization, for Polsubsektor Pinangsia modern policing is
proactive in resolving problems with the service and protection focusing on urban
tourism.
Conclusion, policing Polsubsektor Pinangsia in the Kota Tua Jakarta area
has been carried out through role Pinangsia Polsubsektor officer who has a
tendency emphasizes the role of its police officers on police actions persuasively,
preemptive and preventive to implement various activities are individual.
Advice, should have the ability Polsubsektor Pinangsia in quality and quantity to
ensure the comfort of the traveler's visit, and supported by the support in order to
control social problems that require the support of the Government.
"
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Banduningsih Rahayu
"Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi persebaran pusat kota di DKI Jakarta berdasarkan tiga sudut pandang, yaitu empiris, keilmuan, dan kebijakan publik. Selain menggunakan metode overlay peta, penelitian ini juga menggunakan menggunakan Teknik Delphi terutama untuk mengumpulkan pendapat ahli planologi, arsitektur, dan sosiologi mengenai kriteria dan lokasi pusat kota di DKI Jakarta. Sementara itu, sudut pandang empiris dilandasi oleh teori kota inti berganda, sedangkan sudut pandang kebijakan publik ditinjau berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta Tahun 2010. Semua data yang diperoleh kemudian disintesiskan sehingga menghasilkan pandangan utuh mengenai pusat kota.
Hasil penelitian ini memperlihatkan ada 14 lokasi pusat kota yang terbagi menjadi : 6 lokasi pusat perkantoran yang tersebar baik di bagian tengah maupun di sisi barat dan timur kota; 6 lokasi pusat perdagangan dan komersil yang tersebar memanjang dari utara hingga ke tengah kota; 4 lokasi pusat industri yang tersebar di bagian barat dan timur kota; dan 2 lokasi pusat hiburan dan jasa yang tersebar di bagian tengah kota. Pusat kota yang sesungguhnya di DKI Jakarta adalah di kawasan Sudirman - Thamrin.

This study aims the distribution center city in DKI Jakarta. Jakarta City Center examined using the method Technuique Delphy (Delphi technique) to assess the arguments of experts urban design, architecture, and sociology through the interview process. The results of these interviews will be obtained based on the views of the city center of scientific fields. Empirical point of view obtained through the theory of multiple core city sedangakn public policy point of view seen by Spatial Plan of DKI Jakarta in 2010. Data obtained in the form of each view of city center synthesized or combined to produce acomplete view of city center.
The results obtained there are 14 city center locations which are divided into several functions of 6 as a central office locations spread across the central part of town, west side, and east of the city; 6 locations as trade and commercial center of the scattered extends from north to city center; 4 locations as scattered industrial centers in western and eastern cities, and 2 locations as a center of entertainment and services that are scattered in the middle of town.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S42404
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Henysyah Putri
"ABSTRAK
Nama tempat atau toponim merupakan hal yang dapat berkontribusi dalam memberikan identitas suatu tempat. Perubahan nama tempat merupakan suatu fenomena yang dapat diandalkan untuk melihat perkembangan wilayah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pemberian nama tempat berdasarkan periodisasi di Jakarta dengan menggunakan studi kasus: Kawasan Kota Tua DKI Jakarta. Untuk mencapai tujuan penelitian, variabel yang digunakan adalah faktor penamaan tempat, pihak pemberi nama tempat dan etimologi nama tempat. Ketiga variabel tersebut kemudian dikaitkan dengan periodisasi dari abad 17 hingga abad 20. Penelitian ini dilakukan dengan metode studi literatur dan wawancara dengan metode intensive toponymy. Analisis yang digunakan adalah analisis keruangan yang dilakukan secara deskriptif ideografik. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada abad 17-21, nama bangunan di kawasan bagian dalam tembok Kota Batavia diberikan oleh pemerintah Belanda dan Indonesia yang berkuasa dan pemberian nama bangunan di Kota Lama Batavia bagian timur dan barat memiliki pola mengacu pada fungsi bangunan dan tergolong sebagai Associative Name. Hal ini berlawanan dengan kawasan bagian luar tembok Kota Batavia, nama bangunan diberikan oleh masyarakat dan pemberian nama bangunan memiliki pola mengacu pada sejarah bangunan dan tergolong sebagai Eponymous Name dan Evaluative Name. Pada abad 17-19, nama jalan yang berada di kawasan bagian dalam tembok Kota Batavia diberikan oleh Pemerintah Belanda yang ingin membuat replika Kota Belanda di kawasan ini dan pemberian nama jalan memiliki pola mengacu pada nama-nama jalan di Kota Belanda dan tergolong sebagai Evaluative Name. Pada abad 20 setelah kemerdekaan, nama jalan jalan yang berada di kawasan bagian dalam tembok Kota Batavia diberikan oleh Pemerintah Indonesia dan pemberian nama jalan yang berada di kawasan bagian dalam tembok Kota Batavia memiliki pola mengacu pada fungsi jalan dan tergolong sebagai Associative Name. Etimologi nama tempat merupakan variabel yang paling berpengaruh dalam menunjukkan pola pemberian nama tempat di Kawasan Kota Tua DKI Jakarta berdasarkan periodisasi.

ABSTRACT
A place name or toponym could contribute in providing the identity of a place. Place name transformation is a phenomenon that can be relied to observe regional development. This study aims to determine the patterns of place naming based on periodization in Jakarta by using a case study: the Old Town area of ​​Jakarta. In order to achieve research objectives, variables used on this research are; factors in place naming, stakeholders of place naming, and the etymology of place names. These three variables are linked up with the periodization of the 17th - 20th century. The research was conducted by using the literature study method and interviews with intensive toponymy method. The analysis used on this research is descriptive ideographic - spatial analysis. The analysis results showed that in the 17th-21th century, buildings name in the area inside the wall of Batavia City were given by Dutch Government and Indonesian Government ruling and buildings naming in eastern and western Old Batavia City has the pattern that refer to buildings function and categorized as Associative Name. It is contrary to the area outside the wall of Batavia City, building name was given by society and building naming has the pattern that refer to history of building and categorized as Eponymous Name and Evaluative Name. In 17th-19th century, streets name that located inside the wall of Batavia City were given by Dutch Government who want to made replica of Netherlands City in this area and streets naming has the pattern that refer to streets name in Netherlands City and categorized as Evaluative Name. In the 20th century after independence day, streets name that located inside the wall of Batavia City were given by Indonesian Goverment and streets naming has the pattern that refer to the function of streets and categorized as Associative Name. The etymology of place naming is the most influential variable in determining the pattern of place naming in the Old Town Area of DKI Jakarta based on periodization.
"
2015
S61724
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Burhanuddin Aziz
"Pada penelitian ini, peneliti melihat pengaruh komunitas terhadap pelestarian cagar budaya di kawasan Kota Tua Jakarta. Dimana pengaruh dari komunitas dilihat dari persepsi yang dimiliki serta efeknya terhadap dukungan terhadap pelestarian. Penelitian
ini menggunakan metode kuantitatif dengan responden sebanyak 102 orang yang berasal dari 17 komunitas utama yang memanfaatkan Kawasan Kota Tua Jakarta terutama untuk kepentingan ekonomi. Metode analisa data yang digunakan pada penelitian ini adalah
partial least square-structural equation model (PLS-SEM). Dengan mengaplikasikan teori SET (Social Exchange Theory), maka penelitian ini menggunakan faktor komunitas sebagai variabel, seperti community attachment, cultural attitude, community involvement, community gain, community members gain, dan status consistency. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa positive perception komunitas sangat tinggi.
Beberapa variabel yang sangat berpengaruh terhadap persepsi ini antara lain community involvement, community gain, dan status consistency. Hasil penelitian ini juga memperlihatkan bahwa persepsi positif maupun negatif tidak terlalu berpengaruh
terhadap dukungan komunitas terhadap pelestarian cagar budaya karena nilai dukungan yang didapatkan sangat signifikan atau kuat.

In this Thesis, researchers see the effects of the community on the preservation of cultural
heritage in the Old Town of Jakarta. Where the influence of the community is seen from the perceptions and effects on support for conservation. This research applies quantitative method with 102 respondents who come from 17 communities that utilize Jakarta Old Town Area especially for economic interest Data analysis method used in this research is
partial least square-structural equation model (PLS-SEM). By applying SET (Social Exchange Theory) theory, this study uses community factors as variables, such as community attachment, cultural attitudes, community involvement, community gain, community membership gain, and consistency status. From the research results can be seen that the positive perception community is very high. Some of the most influential
variables on this perception are community involvement, community gain, and consistency status. The results of this study also showed that positive and negative perceptions did not significantly affect the community's support for the preservation of
cultural heritage because the value of support obtained was significant.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>