Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 181565 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siburian, Samuel Christopher
"Hardfacing adalah proses ekonomis untuk memelihara atau memperbaiki komponen suatu alat karena masalah keausan. Dalam penelitian ini, tiga sampel pelat baja SMnCrMoB435H dikeraskan menggunakan kawat las baja tahan karat austenitik sebagai lapisan penyangga dan kawat las baja martensit sebagai lapisan hardfacing dengan proses pengelasan flux cored arc welding (FCAW). Prosedur pengelasan identik diulang di semua sampel. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk memaksimalkan ketahanan aus yang diperoleh pada lapisan hardfacing yang diperoleh dengan mengoptimalkan parameter pengelasan. Masukan panas untuk hardfacing tiga lapis divariasikan menggunakan tiga arus pengelasan yang berbeda: 200 A, 250 A, dan 250 A, sambil menjaga tegangan pengelasan dan kecepatan pengelasan konstan; dan menggunakan polaritas pengelasan berjenis DC. Lapisan penyangga diendapkan pada logam dasar dengan arus pengelasan sebesar 180 A dengan tegangan dan kecepatan pengelasan yang sama dengan kawat hardfacing. Pengujian kekerasan Rockwell digunakan untuk mengukur nilai kekerasan dari permukaan atas sampel yang dikeraskan. Struktur hardfacing layer dan butter layer juga diambil menggunakan mikroskop elektron pemindaian (SEM). Komposisi kimia fase yang terlihat pada gambar SEM juga ditentukan dengan menggunakan EDS. Rata-rata kekerasan yang dihasilkan pada penelitian ini adalah 39,3 HRC untu masukan panas 2,0 kJ/mm, 41,3 HRC untuk masukan panas 2,5 kJ/mm, dan 43,5 HRC untuk masukan panas 3,0 kJ/mm.

Hardfacing is an economical process for maintaining or repairing parts of a tool due to wear problems. In this study, three samples of SMnCrMoB435H steel plates were hardened using austenitic stainless steel welding wire as a buffer layer and martensitic steel welding wire as a hardfacing layer by flux cored arc welding (FCAW) welding process. Identical welding procedures were repeated in all samples. The main objective of this research is to maximize the wear resistance obtained on the hardfacing layer which is obtained by optimizing the welding parameters. The heat supply for the triple layer hardfacing is varied using three different welding currents: 200 A, 250 A, and 250 A, while keeping the welding voltage and welding speed constant; and use DC type welding polarity. The buffer layer is deposited on the base metal by welding a current of 180 A with the same welding voltage and speed as the hardfacing wire. The Rockwell hardness test is used to measure the hardness value of the upper surface of a hardened sample. The structure of the hardfacing layer and butter layer was also taken using a scanning electron microscope (SEM). The chemical composition of the phases seen in the SEM images was also determined using the EDS. The average hardness produced in this study was 39.3 HRC for 2.0 kJ/mm heat input, 41.3 HRC for 2.5 kJ/mm heat input, and 43.5 HRC for 3.0 kJ heat input. /mm. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufiqurrachman
"Sebuah studi dilakukan untuk mengetahui hubungan struktur mikro dan ketangguhan impak dengan berbagai kandungan unsur nikel di dalam elektroda pada pengelasan baja SM570-TMC dengan multi-pass flux-cored arc welding. Logam induk yang digunakan adalah plat baja SM570-TMC dengan ketebalan 16 mm. Pengelasan dilakukan dengan metode flux-cored arc welding (FCAW) dengan posisi datar (1G). Tiga buah plat SM570-TMC dilas dengan elektroda-eletroda yang memiliki kandungan nikel yang bervariasi: 0,4%, 0,8%, dan 1,4% nikel. Efek dari kandungan nikel terhadap plat hasil pengelasan dipelajari pada studi ini. Inverstigasi terdiri dari observasi struktur mikro dan pengujian mekanik. Hasilnya menunjukkan pada temperatur 25 dan 0 oC tidak ada perbedaan kekuatan impak logam las yang signifikan antara 0,4% Ni dan 0,8% Ni. Akan tetapi pada -20 oC, logam las dengan elektroda 0,8% Ni menunjukkan kekuatan impak yang jauh lebih baik. Hal ini karena pembentukan ferit asikular (AF) pada logam las 0,8% Ni mampu meningkatkan ketangguhan impaknya pada temperatur rendah. Di satu sisi, logam las dengan 1,4% Ni menunjukkan ketangguhan impak yang rendah pada semua temperatur pengujian. Adanya segregasi mikro akibat tingginya konsentrasi Ni mampu menurunkan ketangguhan impaknya.
A study was carried out to evaluate the relationship of microstructure and impact toughness for different nickel level of electrodes in multi-pass flux-cored arc welded SM570-TMC steel joint. The base metal used in this study was SM570-TMC plate with 16 mm thickness. The multi-pass welds were run by using flux-cored arc welding (FCAW) with the flat position (1G). Three SM570-TMC welded plates were fabricated with varying amount of nickel content of electrodes, 0.4%, 0.8% and 1.4% nickel. The effects of nickel were studied on the weld metals. The investigations consist of observation on the microstructure and mechanical tests. The results showed that there are no significant differences of impact energy at 25 and 0 oC between weld metal using 0.4% Ni and 0.8% Ni electrode. However, at -20 oC, the impact energy of 0.8% Ni weld metal is far more superior than the other. The formation of acicular ferrite (AF) on 0.8% Ni weld metal seems effetively improve its low temperature impact toughness. On the other hand, 1.4% Ni weld metal has the lowest impact toughness at all temperature. The higher Ni content caused microsegregation and significantly lower its impact toughness."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Athaila Ramadhanu
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh pola manik las dan hardfacing multilayer terhadap nilai kekerasan, ketangguhan, dan ketahanan aus baja karbon menggunakan metode pengelasan manual (SMAW). Metode yang digunakan mencakup pengelasan dengan teknik bead pattern stringer dan weaving pada substrat rel kereta api dengan material baja karbon tinggi. Pengujian yang dilakukan meliputi pengujian kekerasan menggunakan metode Micro Hardness Vickers, pengujian impak menggunakan metode Charpy Impact Testing, pengujian keausan menggunakan metode Ogoshi Wear Testing, serta analisis metalografi menggunakan Optical Microscopy dan Scanning Electron Microscopy (SEM-EDS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola manik las berpengaruh signifikan terhadap nilai kekerasan, keausan dan ketangguhan material. Pola manik las stringer menghasilkan kekerasan yang lebih tinggi dengan nilai kekerasan terbesar 467 HV dibandingkan dengan pola weaving memperoleh nilai kekerasan terbesar 355 HV. Pengujian impak menunjukkan bahwa sampel dengan pola stringer memiliki ketangguhan yang lebih baik dengan nilai rata-rata uji impak 46,05 J sedangkan dengan pola weaving memperoleh hasil rata-rata nilai impak sebesar 44,30 J yang diindikasikan dengan adanya inklusi terak pada sampel uji weaving. Selain itu, hasil pengujian keausan menunjukkan bahwa penerapan pola manik las stringer memiliki ketahanan aus yang lebih baik dengan nilai rata-rata volume terabrasi sebesar 0,01667 mm3 dibandingkan dengan pola weaving memperoleh nilai hasil uji aus sebesar 0,04306 mm3. Analisis SEM-EDS menunjukkan distribusi kimia homogen pada tiap lapisan las dan terbentuk mekanisme perpatahan ulet pada sampel uji setelah pengujian impak, penelitian ini memberikan kontribusi dalam memilih pola manik las optimal untuk meningkatkan kualitas dan umur pakai baja karbon pada rel kereta api.

This study aims to analyze the effect of weld bead pattern and multilayer hardfacing on the hardness, toughness, and wear resistance values of carbon steel using manual welding (SMAW) method. The method used includes welding with bead pattern stringer and weaving techniques on a railroad substrate based on high carbon steel material. Tests conducted included hardness testing using the Vickers Micro Hardness method, impact testing using the Charpy Impact Testing method, wear testing using the Ogoshi Wear Testing method, and metallographic analysis using Optical Microscopy and Scanning Electron Microscopy (SEM-EDS). The results show that the weld bead pattern has a significant effect on the hardness, wear and toughness values of the material. The stringer weld bead pattern produces higher hardness with the largest hardness value of 467 HV compared to the weaving pattern obtaining the largest hardness value of 355 HV. Impact testing showed that the sample with the stringer pattern had better toughness with an average impact test value of 46.05 J while the weaving pattern obtained an average impact value of 44.30 J which was indicated by the presence of slag inclusions in the weaving test sample. In addition, the wear test results show that the application of the stringer weld bead pattern has better wear resistance with an average value of the abraded volume of 0.01667 mm3 compared to the weaving pattern obtaining a wear test result value of 0.04306 mm3. SEM-EDS analysis showed homogeneous chemical distribution in each weld seam and the formation of ductile fracture mechanism in the test samples after impact testing, this study contributes to selecting the optimal weld bead pattern to improve the quality and service life of carbon steel in railway."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nisriinaa Jasmine Chairunnisa
"Pengelasan memiliki peran penting dalam berbagai aplikasi kehidupan sehari-hari, seperti struktural jembatan dan komponen engineering. Selain itu, baja tahan karat austenitik 316L memiliki keunggulan dalam mengatasi korosi dan permasalahan weld decay sehingga seringkali digunakan di berbagai industri. Selama proses pengelasan suatu material transfer panas dan penggunaan elektroda tungsten yang tidak tepat dapat mempengaruhi sifat mekanis produk. Oleh karena itu, penelitian dilakukan untuk mengusulkan penggunaan metode Tungsten Inert Gas (TIG) autogenous dengan variasi sudut ujung elektroda tungsten untuk mengoptimalkan hasil lasan baja tahan karat 316L. Studi ini mencakup pengaruh geometri manik las, karakterisasi mikrostruktur, dan profil kekerasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sudut ujung elektroda tungsten memengaruhi lebar dan kedalaman manik las, serta rasio W/D. Meskipun belum mencapai rentang nilai yang dianggap aman terhadap kegagalan retak solidifikasi, sudut ujung elektroda 90º hingga 180º menunjukkan potensi untuk mencapai rentang tersebut. Pengaruh mikrostruktur menunjukkan pengaruh sudut ujung terhadap arah pertumbuhan dendrit, dan profil kekerasan yang merata pada sudut ujung 90º. Penelitian ini memberikan wawasan tentang pengaruh sudut ujung elektroda tungsten dan variasinya terhadap hasil lasan baja tahan karat 316L, dengan harapan memberikan kontribusi pada pemahaman dan pengembangan proses pengelasan yang optimal.

Welding plays an important role in various daily life applications, such as bridge structures and engineering components. In addition, 316L austenitic stainless steel has the advantage of overcoming corrosion and weld decay problems so it is often used in various industries. During the welding process of a material heat transfer and improper use of tungsten electrodes can affect the mechanical properties of the product. Therefore, a study was conducted to propose the use of autogenous Tungsten Inert Gas (TIG) method with varying tungsten electrode tip angle to optimize the weld yield of 316L stainless steel. The study includes the influence of weld bead geometry, microstructure characterization, and hardness profile. The results show that the tungsten electrode tip angle affects the width and depth of the weld bead, as well as the W/D ratio. Although it has not yet reached the range of values considered safe against solidification crack failure, tip angles of 90º to 180º show the potential to reach that range. The influence of microstructure shows the effect of tip angle on the direction of dendrite growth, and an even hardness profile at a tip angle of 90º. This research provides insight into the effect of tungsten electrode tip angle and its variations on 316L stainless steel weld yields, with the hope of contributing to the understanding and development of optimized welding processes.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Afrizal Ihza Mahendra
"Pembangunan infrastruktur yang masif yang dilakukan pada akhir ini membuat banyak membutuhkan berbagai jenis baja sebagai penopang dari struktur infrastruktur tersebut. Salah satu jenis baja yang digunakan adalah high strength steel. Baja SM570 yang merupakan jenis high strength steel cocok digunakan sebagai material pada struktur jalan layang karena sifatnya yang kuat dan tangguh. Namun sifat mekanik baja ini jika dilakukan pengelasan akan menurun. Sehingga perlu dilakukan penelitian agar sifat mekanik dari baja SM570 tetap terjaga. Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh heat input terhadap mikrostruktur, distribusi panas dan tegangan sisa dengan pengalasan menggunakan metode Flux-Cored Arc Welding (FCAW) pada baja SM570-TMC. Pengelasan dilakukan menggunakan metode FCAW dengan gas pelindung CO2 dan menggunakan empat variabel yang terdiri dari variabel kawat las dan arus. Kawat las yang digunakan adalah Primeweld E71 LT H4 (Ni=0,4%) dan Primeweld E81-K2 (Ni=1,5%). Arus yang digunakan adalah low heat input (0,9 kJ/mm) dan high heat input (1,4 kJ/mm). Terdapat pula pengujian yang dilakukan sebagai penunjang data dalam analisa yaitu pengujian kekerasan untuk mengetahui kekerasan di daerah hasil las, HAZ dan logam induk dengan metode vickers (ASTM E92-82), pengujian EPMA untuk mengukur unsur nikel pada daerah weld metal, pengamatan makro, pengamatan metalografi (ASTM E3-11) untuk melihat struktur mikro pada daerah logam induk, HAZ dan weld metal, pengamatan accicular ferrite dan inklusi pada hasil las menggunakan pengujian SEM/EDS. Selain pengujian diatas dilakukan pula simulasi distribusi panas dan tegangan sisa menggunakan ANSYS serta membandingkannya dengan pengujian menggunakan difraksi neutron.

The massive development of infrastructure that being worked recently needed appropriate steel types as structure cantiveler. One of them is a high strength steel. SM570-TMC steel is a type of high strength steel that suitable for used as overpass road structure because of it's strength and toughness. However, the steel mechanical properties became lower after weld process. Research for this problem is important due to increasing the mechanical properties of SM570-TMC after welding process. This research is aim to investigate the effect of heat input of FCA welded steel SM570-TMC on microstructure, hardness and residual stress. FCAW was used for weld method with CO2 as shield gas and used four variables consist of filler and current. Type of filler metal in this research is Primeweld E71 LT H4 (Ni = 0.4%) and Primeweld E81-K2 (Ni = 1.5%). Moreover, the weld parameter was used low heat input (0.9 kJ/mm) and the high heat input (1.4 J/mm). There are also testing to support data in the analysis, such as hardness testing, macro and micro structure observation. In addition, a simulation of heat distribution and residual stress is also carried out using ANSYS compared with residual stress using neutron diffraction."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahidun Adam
"ABSTRAK
Teknologi Hardfacing pada prinsipnya adalah melapisi material induk dengan
material yang lebih keras agar kekerasan dan ketahanan ausnya meningkat dan
umur pakai dari material tersebut menjadi lebih lama. Masalah timbul ketika kita
ingin melakukan hardfacing pada material yang sudah keras. Hasil hardfacing
material keras selalu mengalami retak-retak halus. Untuk itu, dilakukanlah
penelitian guna mencari proses hardfacing yang tepat untuk material keras ini.
Penelitian ini dilakukan pada baja tahan aus CREUSABRO 4800, yang termasuk
baja paduan rendah. Sampel yang digunakan ada lima buah dan parameter
penelitiannya adalah jumlah lapisan dan jenis buttering. Elektroda yang dipakai
ada tiga jenis, untuk buttering memakai MG DUR 3 dan AWS ER309L, serta MG
DUR 65 untuk lapisan hardfacing. Metoda pengelasan yang dipakai adalah
metoda pengelasan Shielded Metal Arc Welding (SMAW). Pengujian yang
dilakukan meliputi pengujian visual dan radiografi, pengujian kekerasan mikro,
pengujian keausan, dan pengamatan metalografi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa lapisan buttering yang lebih banyak dan penggunaan elektroda AWS
ER309L menghasilkan retak yang lebih sedikit, tetapi terjadi penurunan sifat
mekanis. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penambahan lapisan
buttering hingga tiga lapis dan pemilihan elektroda yang lebih lunak akan
meningkatkan ketahanan retak hasil hardfacing. Namun, sebagai kompensasinya,
terjadi penurunan sifat mekanis lapisan hardfacing.

ABSTRACT
Hardfacing technology in principle is deposed a material with harder material, in
order to increase hardness, wear resistance and life time of the material. We find
a problem when we want to do hardfacing on material has been hard. The
hardfacing result of hard material always had fine cracks. Therefore, we
conducted this research to find the best of hardfacing processes for this material.
This research was conducted on a wear resistance steel CREUSABRO 4800,
which include on Low Alloy Steel. The samples used were five and research
parameter is the number of layers and types of buttering electrode. There are three
types of electrodes, MG-DUR 3 and AWS ER309L for buttering and MG-DUR
65 for hardfacing layer. The method used is Shielded Metal Arc Welding
(SMAW) process. Tests performed include visual and radiographic testing, micro
hardness testing, wear testing, and metallographic observations. The results
showed that more buttering layer and the use of electrode AWS ER309L produce
fewer cracks, but a decrease in mechanical properties. Thus, it can be concluded
that the addition of a layer of buttering up to three layers and selection of softer
electrodes improves crack susceptibility of hardfacing. However, as
compensation, a decrease in the mechanical properties of hardfacing layer."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42739
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Trian Wahyu Ananda
"Pembangunan infrastruktur yang saat ini sedang berlangsung, banyak menggunakan material baja berkekuatan tinggi sebagai material utama dalam membangun infrastruktur-infrastruktur tersebut. Seperti contoh penggunaan baja SM570 untuk struktur jalan tol layang, dimana proses penyambungan antar struktur baja tersebut digunakan proses pengelasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh kandungan nikel dalam kawat las terhadap struktur mikro dan sifat mekanik hasil pengelasan flux-cored arc welding baja SM570.
Penelitian ini menggunakan baja SM570-TMC sebagai bahan uji dengan dimensi 370mm (p) x 300mm (l) x 16mm (t). Pengelasan dilakukan menggunakan metode FCAW dengan gas pelindung CO2 (100%), dengan desain sambungan butt joint (V groove), posisi las 1G, dan variabel kandungan nikel kawat las 0,4%, 1%, dan 1,5%. Pengamatan metalografi dilakukan untuk melihat struktur mikro yang terbentuk pada kampuh las, HAZ, dan logam induk. Radiografi untuk melihat ada tidaknya cacat setelah pengelasan. Sedangkan untuk mengetahui sifat mekanis hasil lasan dilakukan pengujian kekerasan untuk melihat distribusi kekerasan pada kampuh las, HAZ, dan logam induk, uji tarik, uji ketangguhan impak Charpy pada variabel suhu 25°C, 0°C dan -20°C dan uji komposisi menggunakan OES, SEM/EDX.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa kekerasan tertinggi terdapat pada kandungan nikel 1% dengan nilai kekerasan 228 HV, diikuti oleh 1,5% (217 HV) dan 0,4% (193 HV). Kekuatan tarik tertinggi juga terdapat pada kandungan nikel 1% dengan 585 MPa, diikuti oleh 0,4% (578,5 MPa) dan 1,5% (575,5 MPa). Ketangguhan impak tertinggi juga terdapat pada kandungan nikel 1% (25°C = 186 J, 0°C = 171,5 J dan -20°C = 155 J), diikuti oleh 0,4% (178 J; 162,5 J; 127 J) dan 1,5% (108,5 J; 106,3 J; 77,9 J).

The highway and underway infrastructure development use high strength steel (HSS) as the main material in building these infrastructure. As an example SM570 steel for the structure of elevated toll roads, where the joining process between steel structures is used the welding process. Therefore, this study was conducted to determine how the effects of nickel content on welding wire to microstructure and mechanical properties in flux-cored arc welding SM570-TMC steel.
This study uses SM570 steel as a test material with dimensions of 370mm (p) x 300mm (l) x 16mm (t). Welding is carried out using the FCAW method with CO2 shielding gas (100%), with a butt joint (V groove) connection design, 1G (flat) welding position, and nickel welding wire variable 0,4%, 1% and 1,5%. Metallographic observations were carried out to see the microstructure formed in the weld metal, HAZ, and base metal. Whereas to determine the mechanical properties of welds, a micro hardness test was used to see the hardness distribution on weld metal, HAZ, and base metal. Radiography to see defects after welding process. The others are tensile test, impact toughness test at temperature variable 25°C, 0°C, and -20°C and composition test (using OES, SEM/EDX).
The test results show that the highest value of hardness occurs in the welding wire containing 1% (228 HV), followed by 1,5% (217 HV) and 0,4% (193 HV). Highest value of tensile strength also occurs in the welding wire containing 1% (585 MPa), followed by 0,4% (578,5 MPa) and 1,5% (575,5 MPa). Highest value of impact toughness also occurs in the welding wire containing 1% (25°C = 186 J, 0°C = 171,5 J and -20°C = 155 J), followed by 0,4% (178 J; 162,5 J; 127 J) and 1,5% (108,5 J; 106,3 J; 77,9 J).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indri Astuti Kurniasari
"Hot Dip Galvanizing merupakan salah satu jenis proses pelapisan baja dengan logam lain yaitu seng cair. Proses ini dilakukan dengan cara mencelupkan baja kedalam bak yang berisi seng cair. Tahapan proses galvanizing terdiri dari degreasing, pickling, fluxing, dipping dan quenching. Pembentukan fasa Fe-Zn akan terjadi selama proses galvanizing. Mekanisme pelekatan seng pada baja merupakan proses difusi. Pembentukan fasa Fe-Zn tergantung pada komposisi baja dan logam cair serta waktu pencelupan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu pencelupan dan kadar kromium yang terkandung didalam baja terhadap lapisan yang terbentuk. Baja dengan kadar kromium yang berbeda, digalvanisasi pada temperature 470°C dengan komposisi seng cair 1,5% Fe, 0,90% Pb, 0,35% Al and 97,25% Zn. Waktu pencelupan yang digunakan adalah 3, 15 dan 50 detik.
Penelitian mengenai pengaruh kromium pada baja dilakukan dengan pengujian kekerasan lapisan, ketebalan lapisan dan analisa struktur mikro. Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa kromium akan mempengaruhi kekerasan tetapi tidak berpengaruh terhadap ketebalan. Nilai kekerasan paling tinggi didapatkan pada baja dengan kadar 0,32 % Cr. Mekanisme kekerasan kromium pada lapisan galvanisasi adalah solid solution dengan substitusi. Ketebalan lapisan yang terbentuk tidak tergantung pada lamanya waktu pencelupan tetapi tergantung pada ketebalan sampel dan konsentrasi silikon (Si).
Penambahan 0,35% Al pada bak galvanizing, akan menghasilkan lapisan intermetalik Fe2Al5. Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada mikroskop optic menunjukkan bahwa hanya pada waktu pencelupan yang sangat singkat yaitu 3 detik, fasa intermetalik terdapat pada semua sampel. Fasa ini akan mempengaruhi kekerasan lapisan dimana dihasilkan kekerasan lapisan tertinggi pada waktu celup 3 detik.

Hot Dip Galvanizing is one of steel coating process with molten zinc. This process is done by immersing steel in bath which content of liquid zinc. The steps of this process consist of degreasing, pickling, fluxing, dipping and quenching. Zinc-iron phases may develop at the steel substrate during the hot-dip galvanizing process. The mechanism of zinc plating to the steel is diffusion mechanism. The formation of Fe-Zn phase depends on many factors, such as the chemical composition of both the bath and the steel, and immersion time.
The aim of the research was to investigate the influence of both immersion time and chromium contents of the steel substrate on coating characteristics. Thus, steels which had different chromium contents, were galvanized at 470°C and the compositions of liquid metal are 1,5% Fe, 0,90% Pb, 0,35% Al and 97,25% Zn. The immersion time was varied between 3, 15 and 50 seconds.
In this study, the influence of chromium on the zinc coating was investigated with micro hardness testing, thickness testing and microstructure analysis. From the investigation showed that Chromium would affect the hardness but it did not affect the thickness. The hardness values of steel with 0,32% Cr was the highest. The hardness mechanism of chromium in coating layer was substitution solid solution. The thickness of the coatings was not strongly dependent on the immersion time but it was dependent on the thickness of steel and the concentration of Silicon (Si).
Adding 0,35% of aluminum to the galvanizing bath, will produce a thin layer of intermetallic, Fe2Al5. From the cross-section of samples were observed by optic microscopy showed that, only for very short immersion time (3 second), all of samples had intermetallic phase. This phase will affect to the hardness of the coating which in this immersion time is produced the highest value of hardness."
2008
S41720
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Naibaho, Cornel
"Baja tahan karat Austenitik tipe 304 merupakan jenis yang terluas pemakaiannya, yaitu sekitar 65 -70 % dari total kebutuhan baja tahan karat. Baja ini mempunyai sifat yang sangat reaktif pada temperatur di atas 500 _C, sehingga menimbulkan korosi batas butir ( intergranular corrosion ) pada temperature sensitization ( 500 ? 800 _C ) sesuai dengan beberapa kondisi, antara lain a). proses pengelasan b). perlakuan panas dan c). kondisi lapangan. Hasil pengelasan baja tahan karat austenitik dipengaruhi banyak faktor, antara lain jenis logam pengisi, persiapan material sebelum di las, perlakuan sebelum dan sesudah di las, gas pelindung yang digunakan dan lain-lain. Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh media pendingin terhadap struktur mikro dan sifat mekanis pengelasan austenitik tipe 304 dengan FCAW dan dengan media pendingin udara, air dan perlakuan preheating serta gas pelindung CO2 dan gas pelindung campuran (CO2 + Argon ). Hasil penelitian enam sampel yang diuji dengan parameter media pendingin yang berbeda dan gas pelindung yang juga berbeda, diperoleh kekuatan tarik dan kekerasan yang bervariasi, mulai dari kekuatan tarik 605 MPa sampai dengan 648 MPa dan kekerasan vickers di HAZ dari 220 HV sampai dengan 268 HV. Hasil pengelasan optimum terdapat pada Sampel B ( media pendingin air dan gas pelindung CO2 ). Pembentukan krom karbida di HAZ, paling banyak terdapat pada Sampel D ( krom 29, 42 wt% ) dan paling sedikit pada Sampel A ( krom 12,25 wt% )
Austenitic stainless steel type 304 is the most widely used type, which is about 65 -70% of the total demand for stainless steel. This steel has very reactive properties at temperatures above 500 _C, causing intergranular corrosion at temperature sensitization ( 500 ? 800 _C ) in accordance with several conditions, including a). welding process b). heat treatment and c). field conditions. The results of welding of austenitic stainless steel are influenced by many factors, including the type of filler metal, preparation of the material before welding, treatment before and after welding, the shielding gas used and others. This study aims to study the effect of the cooling medium on the microstructure and mechanical properties of type 304 austenitic welding with FCAW and with air cooling, water and preheating treatment as well as CO2 shielding gas and mixed shielding gas (CO2 + Argon). The results of the six samples tested with different cooling media parameters and different shielding gases, obtained varying tensile strengths and hardness, ranging from tensile strength of 605 MPa to 648 MPa and Vickers hardness in HAZ from 220 HV to 268 HV. The optimum welding results were found in Sample B (water cooling media and CO2 protective gas). The formation of chromium carbide in HAZ was most abundant in Sample D (chrome 29.42 wt% ) and the least in Sample A (chromium 12.25 wt% )."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Andriawan Dwi Putra
"Pengelasan Tungsten Inert Gas (TIG) merupakan salah satu jenis pengelasan tipe las busur listrik (Arc Welding) yang banyak digunakan dalam industri karena aplikasinya yang luas dan stabilitas proses yang baik. Namun kekurangan utama dalam pengelasan TIG adalah sulitnya mendapatkan penetrasi yang dalam pada pengelasan TIG single pass untuk pelat-pelat tebal diatas 6mm. Metode pengelasan dengan fluks atau A-TIG welding pertama kali dikembangkan di Paton Welding Institute pada 1960, metode ini mampu menghasilkan penetrasi yang lebih dalam dibandingkan dengan pengelasan TIG konvensional. Pada penelitian ini, dilakukan proses pengelasan pada Baja Tahan Karat SUS 304 dengan metode pengelasan Activated Flux Tungsten Inert Gas (A-TIG). Pengelasan dilakukan tanpa logam pengisi (autogenous). Fluks yang digunakan yaitu SiO2, TiO2, dan NSN308. Pengujian yang dilakukan untuk mendapatkan struktur mikro dan komposisi kimia pada daerah lasannya. Pengujian struktur mikro dilakukan dengan metode metalografi pada hasil pengelasan dengan menggunakan mikroskop optik sementara pada pengujian komposisi kimia dilakukan dengan metode Energy-dispersive X-ray spectroscopy (EDS). Dari hasil pengujian metalografi ditemukan bahwa terjadi peningkatan jumlah δ-ferrite pada daerah weld metal dari semua pengelasan yang menggunakan fluks sementara pada daerah HAZ dan logam induk struktur mikro menunjukan butir austenite yang lebih halus jika dibandingkan dengan pengelasan yang dilakukan tanpa fluks. Komposisi kimia pada weld metal dari semua jenis pengelasan tidak menunjukan adanya perbedaan yang signifikan pada kandungan unsur kimia.

Tungsten Inert Gas (TIG) welding is a type of electric arc welding that is widely used in industry because of its wide application and good process stability. However, the main disadvantage of TIG welding it is difficult to get deep penetration in single pass welding for plates over 6mm thick. Flux or A-TIG welding method was first developed at Paton Welding Institute in 1960, this method is capable to produce deeper penetration compared to conventional TIG welding. In this study, the welding process was carried out on SUS 304 Stainless Steel by using Activated Flux Tungsten Inert Gas (A-TIG) welding method. Welding was carried out without filler metal (autogenous). Fluxes used are SiO2, TiO2, and NSN308. Tests carried out to obtain the microstructure and chemical composition of the weld area. Microstructure testing was carried out by metallography using an optical microscope while chemical composition testing was done by Energy-dispersive X-ray spectroscopy (EDS). From the results of metallographic testing it was found that an increase in the amount of δ-ferrite in the weld metal region of all welding using flux, while in the HAZ and the base metal micro structure showed finer grain of austenite compared to welding carried out without flux. The chemical composition of weld metal of all types of welding does not show any significant difference in the content of chemical elements.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>