Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 157096 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fadhilah Nuha
"Skripsi ini membahas mengenai pengaruh identitas pada kota benteng pada Kremlin di Kota Moskow dan Bastille di Kota Paris. Studi berfokus pada eksistensi dan signifikansi benteng yang memperlihatkan perbedaan pada ritual dan settings pada pembangunan dan perkembangan kedua benteng dari abad pertengahan hingga sekarang. Ritual, yang diartikan sebagai rangkaian kegiatan yang dilakukan secara kultur atau simbolis, dan settings, yang diartikan sebagai latar belakang, menjadi kajian spesifik dikarenakan perannya sebagai sebuah landasan dalam pembangunan serta representasi identitas dari benteng. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh temuan bahwa benteng muncul dari kebutuhan mempertahankan kota yang dilakukan pada abad pertengahan dan eksistensinya bergantung pada signifikansinya pada identitas dari masyarakatnya. Identitas tersebut dapat diimplementasikan pada urban fabric di sekitar benteng dan simbolisme yang dibangun pada masyarakatnya. Kremlin bertahan dan fungsional hingga sekarang karena simbolismenya sebagai tempat kekuasaan dan identitas Rusia. Di sisi lain, eksistensi Bastille tidak bertahan karena identitasnya yang kental dengan absolutisme Kerajaan Perancis sehingga benteng tersebut dihancurkan pada Revolusi Perancis. Perbedaan mendasar lainnya terletak pada implementasi identitas pada urban fabric di sekitar Kremlin yang membedakan gaya arsitekturnya dengan bangunan di sekitarnya, sementara Bastille memainkan skala untuk menyimbolkan dominansi Kerajaan Perancis.

This thesis discusses the influence of identity on the fortress city on the Kremlin in Moscow and the Bastille in Paris. The study focuses on the existence and significance of these forts, which reveals the differences in rituals and settings in the construction and development of these two forts from the Middle Ages to the present. Ritual, which is defined as a series of activities carried out culturally or symbolically, and setting, which is interpreted as the background, are a set of specific studies because it has been included as the basis for the development and identity representation of the fort. Based on the results of the analysis, it was found that these forts emerged from the need to defend the city, which was carried out in the Middle Ages and their existence depended on their significance on the identity of its people. This identity can be implemented in urban structures around the fort and the symbolism that is built in the community. The Kremlin survives and is functional today because of its symbolism as a place of power and Russian identity. On the other hand, the existence of the Bastille did not last because of its strong identity with the absolutism of the French Empire, so the fortress was destroyed in the French Revolution. Another fundamental difference lies in the implementation of identity in the urban fabric around the Kremlin, which distinguishes its architectural style from the surrounding buildings, while the Bastille plays on a scale to symbolize the dominance of the French Empire."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Parusa Seno Adirespati
"ABSTRACT
Tesis ini membahas sistem pemerintahan daerah di tiga ibu kota, Jakarta, London, dan Paris. Penelitian ini menggunakan metode yuridis-normatif dan komparatif. Ibu kota umumnya memiliki kekhususan dibandingkan dengan daerah lain di suatu negara. Jakarta, London, dan Paris adalah kota-kota dengan populasi tinggi dan daerah perkotaan yang luas dan dapat ditemukan di negara-negara kesatuan. Ada tiga pertanyaan yang dibahas dalam tesis ini, yaitu perbandingan posisi tiga ibukota relatif terhadap daerah lain di negara masing-masing, perbandingan model pemerintah daerah dari tiga ibukota, dan tren terbaru tentang tata kelola ibukota. Sebagai ibu kota, Jakarta, London, dan Paris memiliki kekhasan masing-masing. Kekhususan tersebut dapat ditemukan dalam posisi mereka relatif terhadap daerah lain atau pemerintah daerah di masing-masing negara mereka sendiri, serta dalam model pemerintah daerah mereka sendiri. Persamaan dan perbedaan dapat ditemukan antara tiga ibu kota. Baik Jakarta dan Paris memiliki pemerintahan bertingkat tunggal, sementara London memiliki pemerintahan bertingkat dua di wilayahnya. Sehubungan dengan model pemerintah daerah, Jakarta memiliki kesamaan dengan London dalam hal dewan lokal dan kepala pemerintah daerah mereka. Jakarta juga memiliki kesamaan dengan Paris dalam hal keberadaan pengawasan negara atau pemerintah pusat. Tren terbaru yang ditemukan dalam tata kelola ibukota adalah pengembangan otoritas regional yang strategis, baik dalam bentuk otoritas kesatuan tunggal atau dalam bentuk badan koperasi otoritas lokal. Disarankan agar pembuat kebijakan meninjau dan mempertimbangkan model pemerintah daerah yang dapat ditemukan dalam sistem pemerintah daerah negara lain, dengan memprioritaskan efisiensi dan kinerja pemerintah daerah yang bersangkutan.

This thesis discusses the system of local government in three capital cities, Jakarta, London, and Paris. This study uses juridical-normative and comparative methods. Capital cities generally have specificities compared to other regions in a country. Jakarta, London, and Paris are cities with high population and large urban built-up area and can be found inunitary states. There are three questions that are discussed in this thesis, namely the comparison of the three capitals positioning relative to other regionsin their respective countries, the comparison of local government models of the three capitals, and the latest trendson capital city governance. As capital cities, Jakarta, London, and Paris have their own specificities. Those specificities can be found in their positioning relative to other regions or local governments in each of their owncountries, as well asin their own local government models. Similarities and differences can be found between the three capital cities. Both Jakarta and Paris have single-tieredgovernments, while London has two-tieredgovernmentin its area. In relationto the local government model, Jakarta has similarities with London in terms of their local councils and heads of local government. Jakarta also has similarities with Paris in terms ofthe existence of state or central government supervision. The latest trend found in capital city governance is the development of strategic regional authorities, whether in the shape of a single unitary authority or in the shape of local authorities cooperative bodies. It is suggested that policy makers should reviewand consider local government models that can be found in other countries systems of local government, by prioritising the efficiency and performance of the local government concerned."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Immaculatus Djoko Marihandono
"This research aims to explain and describe the colonial history of fortresses and their influence on the development of urban planning in Indonesia. The fortresses functioned as centres of colonial administration and control. In former days these fortresses were identified with the domination of power, economic exploitation and as symbols of foreign rule in areas ruled by local kings and entrepeneurs. Due to political and economic changes as well as in town planning, the funtion of these fortresses also changed. At present, the fortresses function as heritage sites and interesting places to be visited by tourists. The current efforts to conserve these historical sites can have an effect on urban development planning. The Indonesian government, especially the Department of Tourism and Culture, should give much attention not only for preservation but also for restauration of these sites."
Depok: University of Indonesia, Faculty of Humanities, 2008
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Murnandi Subekti
"Organisasi terus menghadapi perubahan lingkungan dari waktu ke waktu. Perubahan lingkungan menuntut adanya perubahan organisasi, sehingga organisasi harus memiliki kapasitas untuk menanggapinya secara cepat dan tepat. Budaya organisasi dan kepemimpinan transformasional merupakan dua faktor penting yang menjadi instrumen bagi organisasi untuk melakukan sebuah perubahan. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis persepsi pegawai terhadap budaya organisasi dan kepemimpinan transformasional PDAM Tirta Benteng Kota Tangerang.
Penelitian ini menggunakan tipe penelitian survei dengan metode campuran, yaitu deskriptif dan kuantitatif. Sampel penelitian sebanyak 128 karyawan yang diambil dengan teknik stratified random sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan wawancara yang dianalisis dengan teknik kualitatif dan kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum karyawan memiliki persepsi yang tergolong cukup baik terhadap budaya organisasi Perusahaan Air Minum (PDAM) Tirta Benteng, Tangerang. Dari hasil tabulasi silang diperoleh hasil bahwa di antara faktor jenis kelamin, usia, lama bekerja, pendidikan terakhir, status perkawinan, jabatan, dan status kepegawaian yang berhubungan sigifikan dengan persepsinya terhadap budaya organisasi adalah tingkat pendidikan. Sementara terkait dengan kepemimpinan transformasional diperoleh hasil bahwa karyawan pada umumnya memiliki persepsi yang baik tentang kepemimpinan transformasional pada Perusahaan Air Minum (PDAM) Tirta Benteng, Tangerang. Dari hasil tabulasi silang diketahui di antara faktor jenis kelamin, usia, lama bekerja, pendidikan terakhir, status perkawinan, jabatan, dan status kepegawaian yang berhubungan sigifikan dengan persepsinya terhadap kepemimpinan transformasional adalah usia dan lama bekerja.
Rekomendasi yang diberikan terkait dengan budaya organisasi adalah perlunya meningkatkan keterlibatan karyawan dalam forum diskusi, meningkatan keteladanan pimpinan, pemberian penghargaan terhadap karyawan, mengkomunikasikan misi organisasi, dan melakukan sosialisasi atas strategi organisasi. Sementara untuk memperbaiki kepemimpinan transformasional yaitu pimpinan perlu meningkatkan kemampuannya dalam menumbuhkan loyalitas karyawan dan perlu membangun kharisma yang kuat. Pimpinan juga harus banyak mengikuti pelatihan-pelatihan kepemimpinan, pelatihan komunikasi, dan pelatihan Emotional Spiritual Quotient (ESQ) serta banyak belajar dari pengalaman praktis orang lain yang telah sukses dalam menjalankan kepemimpinan.

Organization continually faced environmental change along the times. Environmental change require organizational change, so organization should be have capability to respond its accurately and appropriately. Organizational culture and transformational leadership are two important factors that become instrument for organization change. This research generally aimed to analyzed employee perception regarding organizational culture and transformational leadership at PDAM Tirta Benteng, Tangerang City.
This research using survey research with mixed method, that is descriptive and quantitative. Research sample amount to 128 employees taken through stratified random sampling technique. Data gathering using questionnaire and interview that analyzed with qualitative and quantitative technique.
Research results indicate that generally employee have perception good enough toward organizational culture of PDAM Tirta Benteng, Tangerang City. From the cross tabulation analysis, get results that among the gender, age, tenure, education level, marital status, position and employee status only education level that have relationship with employee perception regarding organizational culture. While related to transformational leadership get results that employee generally have good perception toward transformational leadership of PDAM Tirta Benteng, Tangerang City. From the cross tabulation analysis, get results that among the gender, age, tenure, education level, marital status, position and employee status that have relationship with employee perception regarding transformational leadership are age and tenure.
The recommendation which giving relate to organizational culture is needed to improving employee involvement in the discussion forum, improving leading by example, providing employee reward, communicate organizational mission, and accomplishing socialization for organizational strategy. While for improving transformational leadership that is leader to enhanced their ability in raising employee loyalty. The leader also more following leadership training, communication training, Emotional Spiritual Quotient (ESQ) training, and more learn for practical experience from another that had get success in performing the leadership.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
T29493
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Elok Sekarini
"ABSTRAK

Fashion bagi Perancis adalah aspek penting dalam spektrum budaya dan kehidupan sosial. Industri fashion bukan hanya sekedar industri kreatif, tetapi juga sektor penting bagi Perancis. Industri Fashion sebagai salah satu bentuk identitas budaya, tidak hanya berkontribusi pada aktivitas perekonomian negara, tetapi juga memberikan pengaruh dan citra Perancis di mata internasional. Potensi pertumbuhan industri ini tetap signifikan, di tengah naik-turunnya kondisi ekonomi Perancis. Paris sebagai Ibukota Mode Dunia memiliki acara fashion tahunan yang terbesar di dunia, yaitu Paris Fashion Week. Penelitian ini akan meneliti bagaimana fashion sebagai identitas budaya Perancis dapat menghegemoni fashion di dunia, serta bagaimana stimulan ekonomi yang dihasilkan dari biannual event Paris Fashion Week terhadap perekonomian Perancis. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang didukung oleh data-data kuantitatif untuk menjelaskan kontribusi ekonomi yang diberikan oleh industri fashion. Penelitian ini dianalisis dengan Teori Identitas (Stuart Hall) dan Teori Hegemoni (Gramsci). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kontribusi industri fashion terhadap GDP Perancis bertambah setiap tahunnya, terutama pendapatan yang datang dari biannual event Paris Fashion Week. Acara tahunan ini memberikan stimulan ekonomi yang luar biasa setiap tahunnya, serta berkontribusi terhadap pendapatan GDP Perancis.


ABSTRACT


For France, fashion is an important aspect in the spectrum of culture and social life. The fashion industry is not just a creative industry, but also an important sector for France. The Fashion Industry as a form of cultural identity, not only contributes to the countrys economic activities, but also influences Frances image in the international perspectives. The potential growth of this industry remains significant, amid the ups and downs of the France economic conditions. Paris as the Worlds Fashion Capital has the largest annual fashion event, namely Paris Fashion Week. This study will examine how fashion as a French cultural identity can hegemony fashion in the world, and how the economic stimulants generated from the bianuual event Paris Fashion Week towards France economy. This study uses qualitative methods supported by quantitative data to explain the economic contributions from fashion industry. This research analyzed with Identity Theory (Stuart Hall) and Hegemony Theory (Gramsci). The results of this study indicate that the contribution of the fashion industry to the France GDP increases each year, especially comes from the biannual event Paris Fashion Week revenue. This annual event provides a tremendous economic stimulant annually, as well as contributing to the France GDP income.

 

"
2020
T55032
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raliesta
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2011
899.221 RAL r
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Amyra Aliya Kamila
"15-Minute City merupakan sebuah konsep kota yang akhir-akhir ini dilirik oleh berbagai pimpinan kota, tidak terkecuali Anne Hidalgo, wali kota Paris periode 2014-2020 dan 2020-2026. Dalam kampanye municipale 2020, ia meluncurkan Paris En Commun, dengan salah satu programnya adalah Ville du Quart d’Heure atau 15-Minute City. Artikel ini bertujuan untuk mencari tahu pengaruh Ville du Quart d’Heure pada ruang kota dan aspek sosial-ekonomi. Lalu, artikel ini juga mencari faktor apa saja yang mendorong implementasinya di kota Paris sejak 2020 hingga saat ini. Penelitian ini diharapkan akan berguna untuk peningkatan praktik serta pengembangan konsep kota 15-Minute city di masa mendatang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif konstan Taylor dan Bogdan (1998), kemudian ditulis secara deskriptif, dengan menggunakan konsep 15-Minutes City oleh Carlos Moreno (2020), mixité sociale oleh Harris Selod (2005), dan konsep pemasaran politik oleh Dominici Wring (1997). Sedangkan, pengumpulan sumber data menggunakan metode wawancara, kuesioner, dan focus group discussion. Hasil penelitian menunjukkan bahwa telah terjadi beberapa perubahan, diantaranya pergeseran gaya hidup, perubahan fungsi ruang publik, hingga implikasi sosial-ekonomi, walaupun belum berjalan secara maksimal dan signifikan. Perubahan ini didorong oleh faktor politik, factor tata kota saat ini, faktor sejarah, serta pandemi COVID-19.

15-Minute City is a city concept that has recently caught the attention of many city leaders, most notably Anne Hidalgo, the mayor of Paris for 2014-2020 and 2020-2026. In her 2020 municipal campaign, she launched Paris En Commun, with one of its programmes named Ville du Quart d'Heure or 15-Minute City. This article aims to explore the impact of Ville du Quart d'Heure on urban space and socio-economic aspects. It also explores the factors that have driven its implementation in Paris since 2020 to date. It is hoped that this research will be useful for improving the practice and development of the 15-Minute city concept in the future. This research uses the constant qualitative method of Taylor and Bogdan (1998), then written descriptively, using the concept of 15-Minutes City by Carlos Moreno (2020), mixité sociale by Harris Selod (2005), and the concept of political marketing by Dominici Wring (1997). Meanwhile, data collection used interviews, questionnaires, and focus group discussions. The results showed that there have been several transformations, including lifestyle shifts, changes in the function of public spaces, and social-economy implications, although it has not been carried out optimally and significantly. These changes are driven by political factors, current city planning factors, historical factors, and the COVID-19 pandemic."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Maulina Fajrini
"Film berperan sebagai media representasi utama yang digunakan oleh para ahli sejarah dalam menampilkan kembali ruang kota di masa lalu lewat nostalgia. Memori-memori memberikan identitas ruang dalam set film sebagai karakter utama sehingga memunculkan ruang lain yang bersifat imajiner, salah satunya merupakan ruang utopia. Ruang utopia masa lalu di dalam film direpresentasikan lewat simbol yang menjadi kunci utama dalam mengaitkan plot cerita dan mengandung nilai-nilai tradisional yang dapat mendukung keadaan utopia masa lalu sebagai tema utama representasi. Skripsi ini menggunakan 2 film berbeda yang diproduksi dalam 15 tahun terakhir, Pleasantville (1998) dan Midnight in Paris (2011) untuk melihat bagaimana representasi yang dihadirkan terhadap ruang kota utopia masa lalu berdasar pada persepsi personal.

Films are used, by historian, as the primary media of representing urban space in the past through nostalgia. Memories are the main characteristics of the identity in film set space. Hence the production of another space, an imaginary space, the utopia. Utopian space of the past in films are represented in symbols which become the key in story plots. These contain traditional values that enhances the utopia state of the past as the representation main theme. This writing utilises two different films which are produced within the last fifteen years, “Pleasantville” (1998) and “Midnight in Paris” (2011), in order to analyze how the representation of the past utopian urban space are based on personal perception."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46356
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Nur Sarah
"Kota lama Tangerang ini memiliki identitas yang berhubungan dengan sejarah Cina Benteng. Pembahasan pada penelitian ini mengenai identitas cina benteng melalui lanskap budaya, mengidentifikasi karakteristik lanskap budaya Cina Benteng, serta menggambarkan aspek spasial dalam bentuk pola zonasi agar dapat terlihat identitas Kawasan Cina Benteng agar pelestarian kebudayaan Cina Benteng. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan mengumpulkan data seperti literatur, observasi, dan wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk lanskap di pecinan bentuk lanskap ini terlihat pada bangunan cagar budaya yang menonjol yang di kelilingi bangunan pendukung yaitu permukiman penduduk Cina Benteng dan berada pada kawasan yang dibatasi oleh gang-gang sempit. Representasi identitas yang terbentuk dalam kawasan tersebut adalah sebuah pola ruang budaya Blok Kota Lama Tangerang terbentuk dari hasil sisa peninggalan bangunan Cina Benteng yang ada hingga kini serta pola aktivitas masyarakat yang masih sangat kuat eratannya dengan peninggalan bangunan tadi. Zona inti terpusat pada area yang memiliki titik pusat yaitu Klenteng Boen Tek Bio dan museum Benteng Heritage. Zona penyangga berada di luar kawasan titik cagar budaya.

The old city of Tangerang has an identity related to the history of the Chinese Benteng. The discussion in this research is about the identity of the Chinese Benteng through the cultural landscape, identifying the characteristics of the Chinese Benteng cultural landscape, as well as describing the spatial aspects in the form of zoning patterns so that the identity of the Benteng Chinese area can be seen in order to preserve the Benteng Chinese culture. The method used is qualitative by collecting data such as literature, observation, and in-depth interviews. The results of the study show that the shape of the landscape in Chinatown is seen in the prominent cultural heritage buildings which are surrounded by supporting buildings, namely the Chinese Benteng settlements and are located in an area bounded by narrow alleys. The identity representation formed in the area is a pattern of cultural space in the Kota Lama Tangerang Block formed from the remains of the remains of the Cina Benteng building that exist today and patterns of community activity that are still very closely related to the heritage of the building. The core zone is concentrated in an area that has a center point, namely the Boen Tek Bio Temple and the Fort Heritage museum. The buffer zone is outside the cultural heritage point area."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sasyabella Febriani
"ABSTRAK
Keanggotaan Prancis dalam FATF dan Pendanaan Aksi Teror Paris Tahun 2015AbstrakPenelitian ini berupaya untuk mengetahui mengapa kebijakan penanggulangan pendanaan terorisme Prancis yang berdasarkan standar FATF tidak mampu dalam mencegah sejumlah praktek pendanaan aksi teror di Paris tahun 2015. Penelitian ini menggunakan pendekatan historical institutionalism untuk melihat bagaimana evolusi kelembagaan FATF, keterlibatan Perancis dalam keputusan FATF, dan pengaruh keputusan FATF terhadap Prancis berkaitan dengan bidang penanggulangan pendanaan terorisme. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa walaupun Prancis memiliki peran yang penting dalam keanggotaan FATF dalam menentukan standar internasional terhadap kebijakan penanggulangan pendanaan terorisme, tetapi secara historikal, Prancis mengabaikan sejumlah hal-hal penting yang mendorong semakin terbukanya celah praktek pendanaan terorisme.
ABSTRACT
France Membership in Fatf and Financing Paris Terror Attacks in 2015 Abstract This study is attempt to explain why the French counter terrorism financing policy based on FATF standards is not able to prevent the financing terrorism activities of terror acts in Paris by 2015. This research used historical institutionalism approach to see how institutional evolution of FATF, France involvement in FATF decision, and the influence of FATF decision on France relates to the field of countering terrorism financing. The research method used qualitative approach. The result of this study indicate that although France has important role in FATF, but historically, France has ignored some important things which cause the financing activities for terrorist network. Keywords France, FATF, Europe, Terrorism Financing, Historical Institutionalism. "
2018
T51405
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>