Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 34729 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Vanessa Pramesweary Zadia
"Melinjo (Gnetum gnemon L.) merupakan tanaman yang mampu menangkal radikal bebas dengan aktivitas antioksidannya yang dimiliki oleh resveratrol beserta turunannya. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh waktu, suhu, dan pelarut ekstraksi melinjo terhadap kadar senyawa fenolik, komponen bioaktif, koefisien perpindahan massa berdasarkan nilai total fenolik tertinggi, serta aktivitas antioksidannya. Metode ekstraksi yang digunakan adalah dekoksi dengan memvariasikan waktu, suhu, dan konsentrasi pelarut. Penentuan kadar senyawa fenolik dilakukan menggunakan metode Folin-Ciocalteu. Kandungan fenolik tertinggi ekstrak melinjo berpelarut air diperoleh pada suhu 80˚C selama 60 menit, sedangkan kandungan fenolik tertinggi ekstrak melinjo berpelarut etanol diperoleh pada suhu 70˚C selama 30 menit. Ekstrak melinjo mengandung senyawa beta karoten, asam askorbat, resveratrol beserta turunanya (gnetol, isorhapontigenin, gnemonoside A/B, gnemonoside C/D, gnetin C, dan gnetin L). Nilai koefisien perpindahan massa tertinggi ekstrak melinjo berpelarut air diperoleh pada suhu 80˚C yaitu 0,718 cm/s. Aktivitas antioksidan ekstrak melinjo berpelarut air memberikan nilai IC50 sebesar 1763,88 ppm, sedangkan ekstrak melinjo berpelarut etanol sebesar 1332,35 ppm. Efektivitas penghambatam 50% senyawa radikal bebas ekstrak melinjo berpelarut etanol lebih tinggi dibanding ekstrak melinjo berpelarut air. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak melinjo dapat dimanfaatkan sebagai alternatif antioksidan alami, dan sebagai alternatif obat penurun gula darah karena mengandung senyawa resveratrol dan turunannya.

Melinjo (Gnetum gnemon L.) is a plant that is capable of counteracting free radicals with its antioxidant activity which is owned by resveratrol and its derivatives. This study aims to determine the effect of time, temperature, and solvent extraction of melinjo on the levels of phenolic compounds, bioactive components, mass transfer coefficients based on the highest total phenolic value, and their antioxidant activity. The extraction method used was deoxygenated by varying the time, temperature, and solvent concentration. Determination of phenolic compound content was carried out using the Folin-Ciocalteu method. The highest phenolic content of water-soluble melinjo extract was obtained at 80˚C for 60 minutes, while the highest phenolic content of ethanol-soluble melinjo extract was obtained at 70˚C for 30 minutes. Melinjo extract contains beta carotene, ascorbic acid, resveratrol and its derivatives (gnetol, isorhapontigenin, gnemonoside A/B, gnemonoside C/D, gnetin C, and gnetin L). The highest mass transfer coefficient value of water-soluble melinjo extract was obtained at 80˚C, namely 0,718 cm/s. The antioxidant activity of water-soluble melinjo extract gave an IC50 value of 1763,88 ppm, while that of ethanol-soluble melinjo extract was 1332,35 ppm. The effectiveness of 50% free radical inhibition of ethanol-soluble melinjo extract was higher than that of water-soluble melinjo extract. From this study it can be concluded that melinjo extract can be used as an alternative natural antioxidant, and as an alternative blood sugar lowering drug because it contains resveratrol compounds and their derivatives."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adityo Budiarso
"Keseimbangan radikal bebas dan antioksidan sangat penting dalam kehidupan manusia. Radikal bebas yang melebihi antioksidan dapat menyebabkan terjadinya stres oksidatif dan dapat menimbulkan berbagai penyakit, antara lain penyakit kardiovaskular, kanker, penyakit neurodegeneratif. Tubuh manusia memerlukan antioksidan untuk mencegah terjadinya stres oksidatif. Jeruk mandarin adalah jeruk impor yang banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia dan dilaporkan memiliki kandungan antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat aktivitas antioksidan yang ada pada komponen jeruk mandarin. Komponen yang diperiksa adalah kulit buah, kulit buah yang dikeringkan, daging, dan air perasan. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental deskriptif eksploratif. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2013 di laboratorium Departemen Farmasi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jeruk mandarin dipisahkan komponennya menjadi kulit, daging, dan air perasan. Kulit dan daging jeruk diekstraksi dengan metanol, sedangkan air perasan tidak dicampur metanol. Komponen jeruk kemudian dicampur dengan larutan DPPH. Campuran tersebut kemudian diukur absorbansinya dengan spektrofotometri. Setelah dilakukan pengukuran didapatkan nilai EC50 ekstrak daging, ekstrak kulit, dan air perasan jeruk mandarin adalah 0,1316, 0,0079, dan 0,0758. Semakin kecil nilai EC50 berarti aktivitas antioksidan dalam komponen tersebut semakin tinggi.

The balance of free radicals and antioxidants is very important in human body. The free radicals excess will make oxidative stress to our body and it will cause a lot of disease, such as cardiovascular disease, cancer, neurodegenerative disease, etc. Our body needs antioxidant to prevent oxidative stress. Tangerine is an import orange that consume highly in Indonesia and reported that it has abundant antioxidants. This study planned to know antioxidant activity on tangerine's components. The tangerine?s components which are checked are peels, dried peels, tissues, and juices. This is experimental descriptive-explorative study. This study was held in May-June 2013 in laboratorium of Medical Pharmacy Department Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. The tangerine?s components were separated to peels, tissue, and juice. The tangerine's peel and tissue were extracted by methanol, but the juice wasn?t. The tangerine's components mixed with DPPH solution. The absorbants of the mixtures were checked with spectrophotometry. In the end of the study, we got the EC50 of extract tissues, extract peel, and juice are 0,1316, 0,0079, dan 0,0758. The lower the EC50, the higher antioxidant activity on the components."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitriana Dewi
"Daun teh hijau segar kaya akan polifenol yang merupakan komponen bioaktif pada tanaman dan baik untuk kesehatan manusia. Komponen polifenol dalam daun teh hijau segar diidentifikasi sebagai katekin dan derivatnya yang tergolong dalam sub-kelas flavonoid.
Dalam penelitian ini, daun teh hijau segar dimaserasi dengan dua jenis pelarut, yaitu air-metanol dan air-etil asetat untuk mengekstrak komponen katekin, kemudian diidentifikasi dengan KLT. Isolat daun teh hijau yang dimaserasi dengan air-etanol menghasilkan empat komponen katekin, sedangkan yang dimaserasi dengan air-etil asetat menghasilkan dua komponen katekin. Fe- MMT disintesis dari bentonit Jambi yang difraksinasi, kemudian fraksi yang memiliki kandungan MMT tertinggi digunakan untuk sintesis berikutnya. Pertama-tama, MMT disintesis menjadi Na-MMT, kemudian disintesis menjadi Fe-MMT dengan proses impregnasi menggunakan larutan NaCl 1M dan larutan FeCl3 0,3M. Katalis Fe-MMT dikarakterisasi menggunakan metode XRD, FTIR untuk mengiidentifikasi struktur MMT. Metode AAS mengidentifikasi Na+ dan Fe3+ yang terkandung dalam katalis. Reaksi kopling oksidatif katekin dikondisikan pada suhu 115oC dan waktu 24 jam, identifikasi produk menggunakan metode KLT dan LC-MS/MS. Hasil analisis produk menunjukkan dimer katekin yang terdiri dari epikatekin, epigalokatekin, epikatekin galat dan epigalokatekin galat dengan nilai m/z 580, 612, 884 and 912. Aktivitas peredaman radikal produk dimer katekin menggunakan radikal bebas 2,2-difenil-1- pikrilhidrazil (DPPH), menunjukkan dimer katekin memiliki nilai IC50 57,583 μg/mL lebih tinggi dibanding monomernya dengan nilai IC50 65,899 μg/mL."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S45048
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Rahim
"Pemanfaatan biota laut di bidang kesehatan salah satunya adalah sebagai sumber antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas. Penelitian dilakukan untuk menguji aktivitas antioksidan dan mendeteksi keberadaan senyawa terpenoid pada ekstrak kasar Acanthaster (Echinodermata) dan fraksi-fraksinya. Metode DPPH digunakan untuk pengujian aktivitas antioksidan sedangkan pelarut Libermann Burchard digunakan untuk mendeteksi keberadaan senyawa terpenoid. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak kasar metanol Acanthaster mengandung terpenoid dan memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dibandingkan pembandingnya, Didemnum sp. (Ascidia) dengan nilai IC50 yaitu masing-masing sebesar 102,946 μg/ml dan 118,373 μg/ml. Fraksi etil asetat, fraksi n-heksan, dan fraksi air memiliki aktivitas antioksidan yang kuat dengan nilai IC50 secara berurutan 74,481 μg/ml, 100,084 μg/ml, dan 194,652 μg/ml. Aktivitas antioksidan fraksi etil asetat dan fraksi n-heksan disebabkan oleh terpenoid, sedangkan aktivitas antioksidan fraksi air disebabkan oleh senyawa lain yang bersifat polar karena menunjukkan hasil negatif pada uji terpenoid.

Many marine organism have been known as source of antioxidant that could counteract radical ions. The study was conducted to test the antioxidant activity and to detect the presence of terpenoid compounds in the Acanthaster (echinoderm) crude extract and its fractions. DPPH method was used to test the antioxidant activity and Liebermann Burchard reagent was used to detect the presence of terpenoid compounds. The result shown that crude extract of Acanthaster contained terpenoids and has stronger antioxidant activity than ascidian Didemnum sp. (IC50 values are 102.946 μg/ml and 118.373 μg/ml, respectively). Ethyl acetate fraction, n-hexane fraction, and water fraction have strong antioxidant activities with IC50 values 74.481 μg/ml, 100.084 μg/ml, dan 194.652 μg/ml, respectively. The antioxidant activities of ethyl acetate fraction and n-hexane fraction were caused by terpenoids, whereas the antioxidant activity of water fraction was caused by other polar antioxidant compounds because has negative result of terpenoid test.
Pemanfaatan biota laut di bidang kesehatan salah satunya adalah sebagai sumber
antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas. Penelitian dilakukan untuk
menguji aktivitas antioksidan dan mendeteksi keberadaan senyawa terpenoid pada
ekstrak kasar Acanthaster (Echinodermata) dan fraksi-fraksinya. Metode DPPH
digunakan untuk pengujian aktivitas antioksidan sedangkan pelarut Libermann
Burchard digunakan untuk mendeteksi keberadaan senyawa terpenoid. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ekstrak kasar metanol Acanthaster mengandung
terpenoid dan memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dibandingkan
pembandingnya, Didemnum sp. (Ascidia) dengan nilai IC50 yaitu masing-masing
sebesar 102,946 μg/ml dan 118,373 μg/ml. Fraksi etil asetat, fraksi n-heksan, dan
fraksi air memiliki aktivitas antioksidan yang kuat dengan nilai IC50 secara
berurutan 74,481 μg/ml, 100,084 μg/ml, dan 194,652 μg/ml. Aktivitas
antioksidan fraksi etil asetat dan fraksi n-heksan disebabkan oleh terpenoid,
sedangkan aktivitas antioksidan fraksi air disebabkan oleh senyawa lain yang
bersifat polar karena menunjukkan hasil negatif pada uji terpenoid.

Abstract
Many marine organism have been known as source of antioxidant that could
counteract radical ions. The study was conducted to test the antioxidant activity
and to detect the presence of terpenoid compounds in the Acanthaster
(echinoderm) crude extract and its fractions. DPPH method was used to test the
antioxidant activity and Liebermann Burchard reagent was used to detect the
presence of terpenoid compounds. The result shown that crude extract of
Acanthaster contained terpenoids and has stronger antioxidant activity than
ascidian Didemnum sp. (IC50 values are 102.946 μg/ml and 118.373 μg/ml,
respectively). Ethyl acetate fraction, n-hexane fraction, and water fraction have
strong antioxidant activities with IC50 values 74.481 μg/ml, 100.084 μg/ml, dan
194.652 μg/ml, respectively. The antioxidant activities of ethyl acetate fraction
and n-hexane fraction were caused by terpenoids, whereas the antioxidant activity
of water fraction was caused by other polar antioxidant compounds because has
negative result of terpenoid test.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42863
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Kusuma Wardhani
"Markisa kuning (Passiflora edulis f. flavicarpa) merupakan salah satu tanaman yang cukup banyak dibudidayakan di Indonesia namun hanya sebagian kecil penelitian yang telah membuktikan bahwa minyak biji markisa kuning tersebut memiliki aktivitas sebagai antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan parameter-parameter minyak biji markisa kuning, menentukan total senyawa fenolik, membuktikan aktivitas antioksidan, dan mengidentifikasi golongan senyawa kimia yang terdapat pada minyak biji markisa kuning. Pemeriksaan minyak biji markisa kuning meliputi parameter fisika, yaitu penetapan bobot jenis dan pengukuran indeks bias, serta parameter kimia, yaitu bilangan asam, bilangan hidroksil, bilangan iodium, bilangan penyabunan, dan zat tak tersabunkan.
Hasil rata-rata bobot jenis minyak biji markisa kuning adalah 0,891 ± 1,432 x 10-5, indeks bias 1,466, bilangan asam 0,054 ± 0,002 mg NaOH/mg minyak, bilangan hidroksil 635,629 ± 37,033 mg KOH/g minyak, bilangan iodium 0,043 ± 0,010 mg I2/mg minyak, bilangan penyabunan 0,187 ± 0,016 mg KOH/mg minyak, dan zat tak tersabunkan 22,613 ± 15,024%. Rata-rata total senyawa fenolik yang diperoleh pada minyak biji markisa kuning sebesar 1,365 ± 0,136 g GAE/100 g.
Hasil uji aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH dalam penelitian ini menunjukkan bahwa minyak biji markisa kuning memiliki aktivitas antioksidan yang tergolong sedang dengan nilai IC50 yang diperoleh antara 101-250 μg/mL (201,31 μg/mL). Hasil uji identifikasi golongan senyawa kimia menunjukkan bahwa minyak biji markisa kuning mengandung golongan senyawa glikosida, tanin, dan saponin.

Yellow passion fruit (Passiflora edulis f. flavicarpa) is one of plant which planted most in Indonesia but only some studies proved that yellow passion seed oil has antioxidant activity. This study aimed to determine the parameters of yellow passion seed oil, to determine total phenolic compounds, to prove antioxidant activity of the oil, and to identify the chemical compounds that contained in the oil. The examination of the oil included the physical parameters by determined density and measured refractive index, and the chemical parameters by determined acid value, hydroxyl value, iodine value, saponification value, and unsaponificated substance.
The average value of yellow passion seed oil density was 0,891 ± 1,432 x 10-5, the refractive index was 1,466, the acid value was 0,054 ± 0,02 mg NaOH/mg oil, the hydroxyl value was 635,629 ± 37,033 mg KOH/g oil, the iodine value was 0,043 ± 0,010 mg I2/mg oil, the saponification value was 0,187 ± 0,016 mg KOH/mg oil, and unsaponificated substance was 22,613 ± 15,024%. The average value of total phenolic compounds were obtained in yellow passion seed oil was 1,365 ± 0,136 g GAE/100 g.
The test result of antioxidant activity by using DPPH method showed that the oil has medium antioxidant activity since the IC50 values obtained from this study was between 101-250 μg/mL (201,31 μg/mL). The identification tests of the chemical compounds showed that the oil contained glycosides, tannins, and saponins.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S53803
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Yani Mansur
"Radikal bebas merupakan atom atau molekul yang pada kulit terluarnya tidak memiliki pasangan elektron sehingga menyebabkan ketidakstabilan. Radikal bebas yang berlebihan dapat menimbulkan sejumlah penyakit seperti penyakit kardiovaskular, gangguan ginjal, diabetes, dll. Antioksidan berperan dalam menetralkan sifat radikal dari radikal bebas dengan mendonorkan elektronnya. Kulit buah Garcinia mangostana (manggis) dikenal memiliki aktivitas antioksidan tinggi sehingga produk herbal kulit buah Garcinia mangostana banyak dijual bebas di pasar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produk herbal tersebut terbukti memiliki aktivitas antioksidan serta membandingkan aktivitas antioksidan dan kadar tanin dengan ekstrak segarnya, menggunakan metode DPPH. Ekstrak Etanol Kulit Buah Garcinia mangostana, Produk A, Produk B, dan Produk C divariasikan menjadi 5 konsentrasi dan direaksikan dengan DPPH. Absorbansi sampel digunakan untuk mencari aktivitas inhibisi antioksidan terhadap DPPH. Nilai EC50 setiap sampel dianalisis secara statistik dengan uji One-Way ANOVA dan dilanjutkan dengan post hoc analysis LSD. Hasil analisis menunjukkan Produk B memiliki aktivitas antioksidan yang lebih baik dari Ekstrak Etanol, Produk A, dan Produk C dengan nilai p < 0,05. Sedangkan, kadar fitokimia tanin pada semua sampel terlalu kecil sehingga dapat diabaikan.

Free radicals are atoms or molecules that have no outer shell electron pair, causing instability. Excessive free radicals can cause a number of diseases such as cardiovascular disease, kidney disorders, diabetes, etc. Antioxidants play a role in neutralizing the radical nature of free radicals by donating electrons. Garcinia mangostana (mangosteen) rind is known to have high antioxidant activity that many herbal products rind of Garcinia mangostana sold freely on the market. This study aims to determine whether the drugs were shown to have antioxidant activity and to compare the antioxidant activity and tannin content of herbal products with fresh extracts, using DPPH method. Ethanol extract of Garcinia mangostana rind, Product A, Product B, and Product C was varied to 5 concentration and reacted with DPPH. Sample absorbance was used to search for inhibitory activity against DPPH antioxidant. EC50 values of each sample were analyzed statistically by One-Way ANOVA test followed by post hoc LSD analysis. The analysis showed Product B has a better antioxidant activity than extract Ethanol, Product A, and Product C with p <0.05. Meanwhile, tannin content in all samples were too small, so that it can be ignored."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Linda Juli Astuti
"Ekstrak metanol kulit batang manggis hutan (Garcinia bancana Miq.) diketahui mengandung epikatekin yang memiliki aktivitas antioksidan tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antioksidan dan stabilitas fisik sediaan gel yang mengandung ekstrak metanol kulit batang manggis hutan dalam konsentrasi yang bervariasi yaitu 10xIC50 (0,004%), 30xIC50 (0,012%) dan 90xIC50 (0,036%) (b/b) dengan basis karbomer. Aktivitas antioksidan dalam sediaan gel dihitung berdasarkan nilai IC50 dengan metode peredaman radikal DPPH. Uji stabilitas fisik dilakukan dengan pengamatan organoleptis dan pH gel yang disimpan pada suhu rendah (4±2oC), suhu kamar (27±2oC), suhu tinggi (40±2oC) dan uji cycling test. Nilai IC50 ekstrak metanol kulit batang manggis hutan sebesar 4,37 ppm. Nilai IC50 sediaan gel formula I (0,004%) 104,92 ppm, formula II (0,012%) 85,91 ppm, formula III (0,036%) 78,87 ppm dan blanko positif (gel kuersetin) 57,025 ppm. Berdasarkan nilai IC50 disimpulkan bahwa gel kulit batang manggis hutan 0,036% memiliki aktivitas antioksidan paling tinggi dibandingkan formula I (0,004%) dan formula II (0,012%) tetapi lebih rendah dari blanko positif (gel kuersetin). Sediaan gel ekstrak metanol kulit batang manggis hutan secara fisik terbukti stabil dalam berbagai suhu penyimpanan dan cycling test.

Methanol extract stem bark forest mangosteen (Garcinia bancana Miq.) is known to contain epicatechin which had high antioxidant activity. This study was used to know the antioxidant activity and physical stability of gel preparations containing methanol extract stem bark forest mangosteen in various concentrations were 10xIC50 (0,004%), 30xIC50 (0,012%) and 90xIC50 (0,036%) (w/w) on the basis of carbomer. The antioxidant activity in gel preparation was calculated based on the value of IC50 DPPH radical reduction method. Physical stability test was conducted by organoleptic observations and pH gel which was stored at low temperature (4±2°C), room temperature (27±2°C), high temperature (40±2°C) and cycling test. The IC50 value of methanol extract stem bark forest mangosteen was 4,37 ppm. The IC50 value of stocks gel formula I (0,004%) 104,92 ppm, formula II (0,012%) 85,91 ppm, formula III (0,036%) 78.87 ppm and positive blank (quercetin gel) 57,025 ppm. Based on the IC50 value concluded that methanol extract stem bark forest mangosteen gel 0,036% had the highest antioxidant activity compared to formula I (0,004%) and formula II (0,012%) but lower than the positive blank (quercetin gel). Gel preparations of methanol extract stem bark forest mangosteen were proven physically stable in a wide range of storage temperatures and cycling test."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S45582
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alifana Jasmindriyati
"Tanaman Annona muricata Linn., termasuk kedalam suku Annonaceae. Berdasarkan penelitian terdahulu diketahui bahwa beberapa tanaman dari suku Annonaceae memiliki aktivitas antioksidan dengan berbagai metode uji antioksidan, namun informasi mengenai metode pengekstraksiannya hanya terbatas pada metode Soxhlet. Berdasarkan data tersebut dilakukan penelitian dengan berbagai metode ekstraksi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol pada semua metode ekstraksi, serta mengetahui golongan senyawa kimia dari fraksi teraktif.
Pada penelitian ini, daun Annona muricata Linn. diekstrak dengan metode yang berbeda dengan pelarut etanol menggunakan metode dingin dan metode panas, meliputi maserasi, perkolasi, refluks, Soxhlet, digesti, infusa, dan dekokta. Ekstrak yang paling aktif, yaitu ekstrak pada metode Soxhlet, kemudian difraksinasi dengan cara pengocokan menggunakan pelarut n-heksan, etil asetat, n-butanol, dan metanol. Masing-maing diperoleh empat fraksi, lalu seluruh fraksi diuji aktivitas antioksidannya dengan menggunakan metode DPPH.
Hasil uji menunjukkan, ekstrak dari metode Soxhlet memiliki aktivitas antioksidan terbesar dengan nilai IC50 19,13 μg/mL, dan fraksi teraktif yaitu fraksi etil asetat yang mempunyai nilai IC50 12,53 μg/mL. Hasil identifikasi kimia fraksi etil asetat menunjukkan adanya flavonoid, alkaloid, tanin, saponin, terpen, dan glikosida.

Annona muricata Linn., from Annonaceae family which have antioxidant activity. Based on previous research showed that the Annonaceae family had antioxidant activity with various test methods, however there was a few information and investigation about extraction methods, just limitted in Soxhlet methods. Based on these data, the research conducted by various extraction methods.
This research present, were extracted with ethanol 70% using cold and hot methods, including maceration, percolation, reflux, Soxhlet, digestion, infusion, and decoct from Annona muricata Linn leave. The research to determine the antioxidant activity in ethanol extracts of all methods extraction, and to know the chemical compounds most active fraction. The most active extracts then fractionated by using n-hexane, ethyl acetate, n-butanol, and methanol solvent, obtained four fractions and tested antioxidant activity using DPPH methods. The result showed that all of the extracts had antioxidant activity were indicated by IC50 values ​​.
Test results showed that extracts from Soxhlet method has the greatest antioxidant activity which has a value of IC50 16.05 µg/ mL, and the most active fractions of ethyl acetate fraction which has a value of IC50 10.94 µg/ mL. The chemical identification of ethyl acetate fraction showed containing flavonoids, alkaloids, tannins, saponnin, terpenes, and glycosides.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S45418
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meyliana Denysa
"Kelompok manggis-manggisan, marga Garcinia diketahui memiliki aktivitas sebagai antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas. Radikal bebas adalah atom atau senyawa yang kehilangan pasangan elektronnya, sangat reaktif yang dapat menyebabkan reaksi oksidatif. Salah satu jenis Garcinia yang memiliki potensi sebagai antioksidan adalah Garcinia tetandra Pierre. Kulit buah Garcinia tetandra Pierre dikestraksi dengan metode maserasi dengan menggunakan pelarut yang kepolarannya bertingkat (n-heksan, etil asetat dan metanol). Masing-masing ekstrak diuji aktivitas antioksidannya dengan 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH) untuk melihat aktivitasnya yang paling aktif. Ekstrak yang paling aktif dikolom untuk mendapatkan fraksi-fraksi dan hasil fraksi-fraksi tersebut akan diuji kembali aktivitas antioksidannya untuk memperoleh fraksi yang paling aktif. Hasil pengujian aktivitas antioksidan didapatkan pada ekstrak n-heksan dengan nilai IC50 3,582 µg/ml dan fraksi C merupakan fraksi n-heksan teraktif dengan IC50 5.9774µg/ml. Golongan senyawa kimia pada fraksi C adalah terpenoid dan aglikon flavon.

Mangosteen group, Garcinia genus is known having antioxidant activity that can ward off these free radicals. Free radicals are atoms or compounds that lose its electron pair, which can lead to highly reactive oxidative stress. One of Garcinia?s species which are potent for antioxidant is Garcinia tetandra Pierre. The rind of Garcinia tetrandra Pierre are extracted by maceration method using multilevel polarity solvents (n-hexane, ethyl acetate and methanol). Each extract was tested for antioxidant activity by 1,1-diphenyl-2-pikrilhidrazil (DPPH) to see the activities which has the most active fraction. The most active extracts are got column to obtain fractions, which the fractions will be tested again to obtain the antioxidant activity of the most active fraction. The test result is obtained on the antioxidant activity of n-hexane extracts with IC50 ​​3.582 ug / ml and fraction C is the fraction of n-hexane-active with IC50 5.9774 ug / ml. Class of chemical compounds in fraction C are terpenoids and aglikon flavon."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S45143
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tizia Noveira Aryani
"Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl.) telah diteliti mengandung flavonoid dan polifenol yang memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antioksidan dan kestabilan fisik dari formulasi sediaan gel yang mengandung ekstrak etanol 70% daging buah Mahkota Dewa dalam konsentrasi yang bervariasi, yaitu 5xIC50 (0,031%), 25xIC50 (0,155%), dan 125xIC50­ (0,775%) dalam basis HPMC. Penentuan aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode peredaman DPPH. Uji stabilitas fisik dilakukan dengan pengamatan sediaan gel yang disimpan pada tiga suhu yang berbeda, yaitu suhu rendah (4±2°C), suhu ruang (27±2°C), suhu tinggi (40±2°C), dan cycling test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gel Mahkota Dewa 125xIC50­ (0,775%) memiliki aktivitas antioksidan tertinggi sebesar 95,536 ppm bila dibandingkan dengan gel Mahkota Dewa 0,031% (233,155 ppm), dan gel Mahkota Dewa 0,155% (150,996 ppm) tetapi lebih rendah dibanding gel Kuersetin (49,724 ppm). Gel Mahkota Dewa 0,031% dan 0,155% stabil secara fisik pada suhu rendah (4±2oC), suhu ruang (27±2°C), suhu tinggi (40±2oC), dan cycling test. Gel Mahkota Dewa 0,775% stabil secara fisik pada suhu rendah (4±2oC), suhu ruang (27±2°C), dan cycling test.

Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl.) has been observed to contain flavonoids and polyphenols that have high antioxidant activity. This research aimed to know the antioxidant activity and physical stability of gel formulation containing 70% ethanol extract of Mahkota Dewa fruit mesocarp in various concentrations, 5xIC50 (0,031%), 25xIC50 (0,155%), and 125xIC50 (0,775%) in HPMC base. Determination of antioxidant activity carried out by the DPPH reduction method. Physical stability test conducted by the observation that gel preparation stored at three different temperatures, low temperature (4±2°C), room temperature (27±2°C), high temperature (40±2°C), and the cycling test. The results showed that the Mahkota Dewa gel 0,775% has the highest antioxidant activity (95,536 ppm) compared to Mahkota Dewa gel 0,031% (233,155 ppm), and Mahkota Dewa gel 0,155% (150,996 ppm) but lower than Quercetin gel (49,724 ppm). Mahkota Dewa gel 0,031% and 0,155% were physically stable at low temperature (4±2°C), room temperature (27±2°C), high temperature (40±2°C), and the cycling test. Mahkota Dewa gel 0,775% was physically stable at low temperature (4±2°C), room temperature (27±2°C), and the cycling test."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S45600
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>