Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 194649 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Vramilga Dealvana Winanda
"Sebagai ibu kota Indonesia, Jakarta berperan sebagai titik sibuk untuk berbagai bentuk lalu lintas karena banyak orang datang dan pergi setiap hari untuk berbagai kebutuhan. Sebagian besar dari mereka adalah pengguna transportasi umum. Di Jakarta, salah satu bentuk transportasi umum yang berperan paling penting adalah system kereta api. Sistem kereta api membawa ratusan dan ribuan orang setiap hari melalui stasiunnya. Dari stasiun-stasiun tersebut, Stasiun Kereta Api Manggarai berdiri sebagai salah satu yang tersibuk, dan bertindak sebagai stasiun pusat baru untuk kereta api Jabodetabek di Jakarta, menggantikan Stasiun Gambir. Hal ini menyebabkan peningkatan besar dan tiba-tiba dalam jumlah orang yang menggunakan stasiun tersebut karena stasiun ini sekarang berfungsi sebagai pusat utama sistem kereta api di Jakarta. Perubahan ini menimbulkan banyak keluhan mengenai kepadatan penumpang transit dan keraguan tentang kecukupan stasiun untuk bertindak sebagai pusat sistem kereta api di Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan tersebut dari sudut keberpihakan publik, dengan melihat apakah stasiun tersebut mampu memenuhi preferensi publik yang akan menggunakannya. Untuk memenuhi penelitian tersebut, akan dilihat tingkat integrasi stasiun dan apakah itu sesuai dengan preferensi penggunanya.

As the capital of Indonesia, Jakarta acts as a hotspot for many forms of traffic as numerous people come and goes every day for various needs. The majority of these people are users of public transportations. In Jakarta, one of the most prominent forms of public transportation is that of the railway trains. These trains carry hundreds and thousands of people each day through its stations. Of these stations, Manggarai Railway Station stands as one of the busiest of all, acting as a new central hub for Jabodetabek trains in Jakarta, replacing Gambir Station. This caused a large and sudden increase in the number of people using the station as it now acts as the primary hub for railway systems in Jakarta. This leads to numerous complaints regarding the human congestion during transit and doubts as to the station’s adequacy to act as a central hub for railway system in Jakarta. This thesis aims to answer the question from a public favorability angle, by seeing if the station is able to fulfill the preferences of the public who will be using it. In order to do so, we will be taking a look at the station’s level of integration and whether or not it is adequate to the preferences of its users."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Thomas Riyadi
"Jumlah populasi yang semakin meningkat berbanding lurus dengan penggunaan transportasi, baik pribadi maupun umum, yang digunakan untuk menunjang kehidupan sehari-hari. Dengan semakin banyaknya kendaraan pribadi ini, membuat tingkat kemacetan yang berada di wilayah DKI Jakarta semakin meningkta. Hal ini yang mendorong diciptakannya Transit Oriented Development (TOD). Transit Oriented Development (TOD) adalah area perkotaan yang dirancang untuk memadukan fungsi transit dengan manusia, kegiatan, bangunan, dan ruang publik yang bertujuan untuk mengoptimalkan akses terhadap transportasi publik, sehingga dapat menunjang daya angkut penumpang. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan evaluasi terhadap konsep perencanaan TOD pada Stasiun KRL Tanah Abang. Data yang sudah dikumpulkan akan diolah berlandaskan pada metode yang sudah ada, yaitu TOD Standard 3.0 yang diterbitkan oleh Institute for Transportation and Development Policy (ITDP). Selain menggunakan ITDP TOD Standard 3.0, akan juga digunakan metode sebagai pembanding menggunakan refrensi berdasarkan Iskandar et al., 2021. Hasil yang didapatkan menggunakan ITDP TOD Standard 3.0 adalah 39 dari 100 poin, sedangkan menggunakan teori Iskandar et al., 2021 didapatkan hasil 81.5 dari 100 poin. Adapun usulan untuk memenuhi parameter ITDP TOD Standard 3.0 diperlukan evaluasi dan kajian kembali terutama pada aspek berjalan kaki, menghubungkan, memadatkan, dan beralih, sedangkan untuk teori Iskandar et al., 2021, hasil yang didapatkan sudah cukup untuk memenuhi parameter yang ada.

The increasing number of population is directly proportional to the use of transportation, both private and public, which is used to support daily life. With the increasing number of private vehicles, the level of congestion in the DKI Jakarta area is increasing. This prompted the creation of Transit Oriented Development (TOD). Transit Oriented Development (TOD) is an urban area designed to integrate transit functions with people, activities, buildings, and public spaces with the aim of optimizing access to public transportation, so as to support passenger carrying capacity. This study aims to evaluate the TOD planning concept at the Tanah Abang KRL Station. The data that has been collected will be processed based on the existing method, namely TOD Standard 3.0 published by the Institute for Transportation and Development Policy (ITDP). In addition to using ITDP TOD Standard 3.0, a comparison method will also be used using references based on Iskandar et al., 2021. The results obtained using ITDP TOD Standard 3.0 are 39 out of 100 points, while using the theory of Iskandar et al., 2021, the results obtained are 81.5 from 100 points. The proposal to meet the ITDP TOD Standard 3.0 parameters requires evaluation and review, especially in the aspects of walking, connecting, compacting, and switching, while for the theory of Iskandar et al., 2021, the results obtained are sufficient to meet the existing parameters."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ilham Khalid
"Pemerintah Kota Depok bekerjasama dengan developer PT Andyka Investa untuk melakukan pembenahan dan pembangunan kawasan yang akan disebut Metrostater Depok. Proyek Metrostater Depok ini diwacanakan akan menaggunakan konsep Transit Oriented Development (TOD) yang mengintegrasikan Stasiun Depok Baru dan Terminal Kota Depok. Namun, setelah beberapa tahun proyek ini terlihat mandek penyelesaian pembangunannya. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apa saja yang faktor yang menyebabkan proyek ini tertunda dan apa saja dampak yang ditimbulkan dari tertundanya proyek integrasi komplek Metrostater Depok ini. Penelitian ini menggunakan pendekatan post-positivist dengan teknik pengumpulan data kualitatif melalui wawancara mendalam sebagai sumber data primer serta studi kepustakaan dari penelitian terdahulu, observasi langsung dan rilis berita sebagai sumber data sekunder. Penelitian ini menggunakan kerangka teori utama Project Delay Factors dari Tavassolirizi et.al (2020) dan elaborasi dari teori dampak dari Drucker (1986), Subarto (2015), Latif (2022). Hasil dari penelitian ini mengidentifikasikan bahwa terdapat beberapa faktor yang menyebabkan tertundanya proyek ini diantaranya adalah kurang tepatnya prediksi dana anggaran, adanya dugaan penyalahgunaan anggaran, kurangnya koordinasi teknis yang baik antar stakeholder, kurangnya peran sentral untuk membuat keputusan, kurangnya otoritas yang memimpin proyek di lokasi, kurangnya desakan untuk menyelesaikan proyek dengan tepat waktu, kurangnya koordinasi matang terkait penyelesaian konflik/sengketa, serta kurang tepatnya estimasi waktu penyelesaian proyek. Selain itu, teridentifikasi pula beberapa dampak yang ditimbulkan dari tertundanya proyek ini diantaranya adalah efek sistemik kemacetan, kerusakan terhadap lingkungan sekitar, berkurangnya kualitas hidup masyarakat kota, dampak ke kesehatan mental masyarakat, kendala para instansi yang tidak bisa mengeluarkan anggaran karena proyek ini masih dalam masa kontrak dengan developer, persepsi negatif yang timbul dari masyarakat Kota Depok terhadap Pemerintah Kota Depok karena tertundanya proyek integrasi Metrostater Depok ini, dan terhambatnya potensi pertumbuhan transportasi dan perekonomian Kota Depok.

The Depok City Government is collaborating with developer PT Andyka Investa to improve and develop the area which will be called Metrostater Depok. The Depok Metrostater project is planned to use the Transit Oriented Development (TOD) concept which integrates Depok Baru Station and Depok City Terminal. However, after several years this project seemed to have stalled in completion. Therefore, this research aims to analyze what factors caused this project to be delayed and what impacts resulted from the delay in the Depok Metrostater complex integration project. This research uses a post-positivist approach with qualitative data collection techniques through in- depth interviews as primary data sources and literature studies from previous research, direct observation and news releases as secondary data sources. This research uses the main theoretical framework of Project Delay Factors from Tavassolirizi et.al (2020) and elaboration of impact theory from Drucker (1986), Subarto (2015), Latif (2022). The results of this research identify that there are several factors that cause delays in this project in accordance with the Project Delay Factors framework, including inaccurate predictions of budget funds, allegations of budget misuse, lack of good technical coordination between stakeholders, lack of a central role in making decisions, lack of authority. who leads the project at the location, lack of sufficient pressure from the unit supervisor or other parties who are also responsible for completing the project on time, lack of thorough coordination regarding conflict/dispute resolution, and inaccurate estimates of the project completion time. Apart from that, several impacts resulting from the delay of this project were also identified, including systemic effects of traffic jams, damage to the surrounding environment, reduced quality of life for city residents, impacts on people's mental health, obstacles to agencies not being able to spend budgets because this project was still in its infancy. contracts with developers, negative perceptions arising from the people of Depok City towards the Depok City Government due to delays in the Depok Metrostater integration project, and hampered transportation and economic growth potential in Depok City."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferdy Riansyah Putra
"Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tengah melakukan perubahan paradigma pembangunan dariCar Oriented Development (COD) menjadi Transit Oriented Development (TOD). Pembangunan tersebut bukanlah suatu perkara mudah sehingga membutuhkan ketelibatan para pemangku kepentingan dalam network governance agar optimal. Namun dari itu, masih kerap ditemukan permasalahan dalam jaringan tata kelola tersebut seperti permasalahan mengenai fleksibilitas tata ruang, pengaturan bangunan, insentif dan disinsentif, serta kelembagaan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis network governance dalam pengelolaan kawasan TOD untuk mewujudkan integrasi transportasi di Jakarta dengan menggunakan kerangka network governance dari Mu & de Jong (2016). Penelitian ini menggunakan pendekatan post-positivist dengan teknik pengumpulan data kualitatif melalui wawancara mendalam dengan 10 narasumber sebagai sumber data primer dan studi kepustakaan dari penelitian terdahulu, publikasi lembaga, dan berita terkini sebagai sumber data sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan network governance dalam pengelolaan kawasan TOD belum sepenuhnya terimplementasi dengan optimal sesuai kerangka network governance dari Mu & de Jong (2016), karena terdapat tiga indikator yang belum terpenuhi. Ketiga indikator tersebut adalah Kesadaran akan Pluralitas Persepsi, Kepentingan, dan Tujuan; Meta-governance, Manajemen Proses, dan Penataan Jaringan; dan Mencari Kesamaan atau Common Ground.

The Provincial Government of DKI Jakarta is currently undergoing a paradigm shift in development from Car Oriented Development (COD) to Transit Oriented Development (TOD). This development is not an easy task and requires the involvement of stakeholders in network governance to ensure its optimization. However, issues in the network governance system persist, such as problems related to spatial flexibility, building regulations, incentives and disincentives, and institutional matters. Therefore, this research aims to analyze the network governance in managing TOD areas to achieve transportation integration in Jakarta, using the network governance framework proposed by Mu & de Jong (2016). This study adopts a post-positivist approach with qualitative data collection techniques, including in-depth interviews with 10 informants as primary data sources and literature review from previous research, institutional publications, and current news as secondary data sources. The research findings indicate that the implementation of network governance in managing TOD areas has not fully been optimally executed according to Mu & de Jong's (2016) framework, as three indicators have not been met. These indicators include Awareness of Plurality of Perceptions, Interests, and Objectives; Meta-governance, Process Management, and Network Arrangement; and Searching for Common Ground."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Malik Fahad
"Jakarta dikenal akan jumlah pusat perbelanjaan yang banyak dan terus bertambah. Pertumbuhan ini perlu disikapi dengan dukungan sarana mobilitas yang memudahkan masyarakat dalam mengunjungi pusat perbelanjaan. MRT Jakarta menjadi moda transportasi publik yang potensial dalam mendukung kemudahan masyarakat dalam bermobilitas dari dan ke pusat perbelanjaan. Penelitian ini kemudian membawa konsep Transit-oriented Development (TOD) berbasis pusat perbelanjaan untuk melihat faktor yang berdampak terhadap keputusan pengunjung pusat perbelanjaan untuk menggunakan MRT Jakarta melalui stasiun terdekat. Konsep TOD berbasis pusat perbelanjaan terdiri atas faktor daya tarik pusat perbelanjaan dan faktor rancangan TOD (TOD Built-form Indicators). Survei terhadap 307 responden dilakukan dan diuji dengan menggunakan metode Partial Least Squares-Structural Equation Modeling (PLS-SEM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor daya tarik pusat perbelanjaan dan faktor rancangan TOD berpengaruh terhadap keputusan pengunjung pusat perbelanjaan untuk menggunakan MRT melalui stasiun terdekat. Adapun preferensi antara penduduk Jakarta dan pengunjung dari luar Jakarta menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan di antara kedua kelompok.

Jakarta is well-known for its large and growing number of shopping centers. This growth needs to be addressed with the support of mobility facilities that make it easier for people to visit shopping centers. MRT Jakarta is a potential public transportation mode in supporting the convenience of the community in moving from and to shopping centers. This research then brings the concept of Transit-oriented Development (TOD) with shopping center as a basis to see the factors that have an impact on the decision of shopping center visitors to use the Jakarta MRT via the nearest station. The TOD concept based on the shopping center consists of the attractiveness factor of the development center and the TOD design factor (TOD Built-form Indicators). A survey of 307 respondents was conducted and tested using the Partial Least Squares – Structural Equation Modeling (PLS-SEM) method. The results showed that the shopping center attractiveness factor and the TOD design factor influenced the shopping center visitor's decision to use the MRT via the nearest station. Meanwhile, the preferences between Jakarta residents and visitors from outside Jakarta showed no significant difference between the two groups."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marthin Brian Ambarita
"Agenda pembangunan berkelanjutan telah melahirkan berbagai model pembangunan kota. Transportasi dan perkembangan wilayah merupakan hal yang sangat erat hubungannya, dikarenakan dalam pengembangan wilayah haruslah memiliki sarana dan prasarana transportasi yang mendukung. Kota Jakarta Selatan memiliki posisi strategis yaitu terletak pada perpotongan Depok/Bogor ke Jakarta Pusat/Jakarta Utara dan juga secara melintang antara Tangerang dan Bekasi, membuat orang untuk beraktivias ataupun melewati kawasan ini. Adanya jarak antara tempat tinggal dan tempat bekerja, mengakibatkan pergerakan orang-orang dengan menggunakan alat transportasi. Jumlah kendaraan yang tidak disertai dengan peningkatan kapasitas jalan, akan menyebabkan kemacetan. Salah satu kebijakan pemerintah adalah pembangunan kawasan integrasi multimoda. Dengan menggunakan konsep aksesibilitas dan evaluasi pengukuran jarak terpendek menggunakan Algoritma Dijkstra, maka didapatkan perbaikan kawasan integrasi pada simpul halte/stasiun di Jakarta Selatan, yaitu Kawasan Manggarai, Kebayoran dan Cawang. Hasil dari rekomendasi adalah pengurangan jarak rata-rata dalam jaringan sistem transportasi umum di Jakarta Selatan sehingga penurunan waktu tempuh 23.38 menit hingga 31.17 menit. Dengan pengurangan jarak maupun rata-rata waktu tempuh tersebut maka dapat memperlancar masyarakat untuk berpergian dari daerah asal ke daerah tujuan, mempermudah akses masyarakat untuk melakukan interaksi sosial dan mempermudah masyarakat untuk melakukan kegiatan perekonomian yang dapat dilakukan tanpa menimbulkan kemacetan dan polusi lingkungan. Pada lokasi pembangunan fasilitas transit ini dapat dijadikan sebagai area pembangunan berorientasi transit (TOD). Konsep TOD saat ini lebih banyak dibangun pada satu jaringan moda saja semisal lintasan MRT atau KRL. Pembangunan fasilitas TOD sebagai fasilitas integrasi dapat memperbaiki permintaan perumahan sekaligus memperbaiki jaringan transportasi publik di Jakarta Selatan.

The sustainable development agenda has spawned a variety of urban development models. Transportation and local development are very closely related, as areas under development need transport facilities and infrastructure to support them. Located at the intersection of Depok/Bogor to Central Jakarta/North Jakarta and Tangerang and Bekasi, South Jakarta City is strategically positioned to cross between for people to do activities and travel in this area. Passenger transportation by means of transport occurs due to the distance between the place of residence and the place of work. The number of vehicles that does not match the increase in road capacity causes congestion. One of the government's policies is the development of multimodal integration area. By using the concept of accessibility and evaluating the shortest distance measure using Dijkstra's algorithm, the improvement of the integrated area is achieved in the bus stops/train stations in South Jakarta, namely Manggarai, Kebayoran and Chawang regions. As a result of this recommendation, the average distance of South Jakarta's public transport network has been reduced, reducing travel time from 23.38 minutes to 31.17 minutes. Reducing distances and average travel times makes it easier for communities to travel from their origin to their destination, making social interaction more accessible for communities and making community mobility easier. It disrupts economic activities that could otherwise have been carried out, leading to congestion and environmental pollution. At integration transit area, this transportation facility can be used as a Transportation Oriented Development area (TOD). Current TOD concepts are mainly based on one modal networks such as MRT and KRL routes. The construction of this TOD facility as an integrated facility could increase housing demand in South Jakarta and improve public transportation network. "
Jakarta: Sekolah Kajian dan Stratejik Global Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Bagus Prawiratama
"Aktivitas urbanisasi merupakan salah satu penyebab perkotaan menjadi padat yang mengakibatkkan terjadinya perkembangan kawasan di perkotaan sehingga terciptanya urban sprawl. Konsep TOD merupakan konsep yang sesuai untuk mengatasi urban sprawl. Halte Integrasi CSW ASEAN, sebagai bagian dari konsep TOD, menjadi pusat perhatian yang dianggap berperan penting dalam meningkatkan aksesibilitas dan mendukung pengembangan kawasan di sekitarnya. Meskipun telah ada peraturan dan panduan terkait pengembangan TOD, belum ada pembahasan mendalam mengenai prinsip transit di Halte Integrasi CSW ASEAN dan kawasan sekitarnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis penerapan prinsip transit dalam perencanaan dan pengembangan kawasan berbasis TOD pada Halte Integrasi CSW ASEAN dan kawasan di sekitarnya serta mengevaluasi faktor pendukung dan penghambat dalam penerapan prinsip transit di Halte Integrasi CSW ASEAN dan kawasan di sekitarnya. Metode analisis data yang dilakukan adalah pendekatan penelitian deskriptif dengan metode survei menggunakan kuisioner yang disebarkan secara online dan studi penelitian komparatif dengan memilih kawasan lain sebagai perbandingan studi kasus serta penelitian kebijakan yang mempelajari penerapan kebijakan prinsip transit di Halte Integrasi CSW ASEAN. Adapun hasil dan saran dari penelitian ini adalah evaluasi kinerja halte integrasi CSW menunjukkan perkembangan prinsip transit telah diterapkan, penelitian membuktikan bahwa keberadaan halte integrasi CSW ASEAN berdampak pada pengembangan TOD di sekitarnya, kontribusi halte integrasi terhadap pertumbuhan ekonomi lokal dan dukungan terhadap infrastruktur di sekitarnya menjadi faktor penting dalam menilai dampak positif pada lingkungan sekitar dan tingkat partisipasi masyarakat dalam penggunaan transportasi umum dan persepsi terhadap fasilitas halte integrasi menjadi tolok ukur penting untuk mengukur penerimaan dan keberlanjutan penerapan prinsip transit.

Urbanization activities are one of the causes of cities becoming congested, which results in the development of urban areas, resulting in the creation of urban sprawl. The TOD concept is a suitabel concept to overcome urban sprawl. The ASEAN CSW Integration Stop, as part of the TOD concept, is a center of attention which is considered to play an important role in increasing accessibility and supporting the development of the surrounding area. Even though there are regulations and guidelines regarding TOD development, there has been no in-depth discussion regarding transit principles at the ASEAN CSW Integration Stop and the surrounding area. The aim of this research is to analyze the application of transit principles in TOD-based regional planning and development at the ASEAN CSW Integration Bus Stop and the surrounding area as well as evaluating supporting and inhibiting factors in the application of transit principles at the ASEAN CSW Integration Bus Stop and the surrounding area. The data analysis method used is a descriptive research approach with a survey method using questionnaires distributed online and comparative research studies by selecting other regions as case study comparisons as well as policy research studying the implementation of transit principle policies at ASEAN CSW Integration Bus Stops. The results and suggestions from this research are that the performance evaluation of the CSW integration bus stop shows that the development of transit principles has been implemented. The research proves that the existence of the ASEAN CSW integration bus stop has an impact on the development of TOD in the surrounding area, the contribution of the integration bus stop to local economic growth and support for the surrounding infrastructure are factors important in assessing the positive impact on the surrounding environment and the level of community participation in the use of publik transportation and perceptions of integrated bus stop facilities are important benchmarks for measuring the acceptance and sustainability of the implementation of transit principles."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Allya Widiaputri
"DKI Jakarta menghadapi kemacetan lalu lintas sebagai masalah utama karena pertumbuhan penduduk yang cepat dan imigrasi yang tidak terkendali. Pemerintah DKI Jakarta menerapkan dan mengembangkan berbagai inovasi untuk mengatasi masalah tersebut mulai dari angkutan umum seperti sistem bus milik swasta, dan kini DKI Jakarta akhirnya mengembangkan Mass Rapid Transition atau yang lebih dikenal dengan MRT. Pemerintah DKI Jakarta meminta PT MRT Jakarta mengembangkan konsep kawasan transit oriented development (TOD) di beberapa stasiun tahap 1 koridor selatan-utara. Transit Oriented Development (TOD) adalah kawasan perkotaan yang dirancang untuk mengintegrasikan fungsi transit dengan orang, aktivitas, gedung, dan ruang publik dengan tujuan untuk mengoptimalkan akses transportasi umum sehingga dapat mendukung daya dukung penumpang. Karena transit disorot sebagai ciri utama MRT, tentunya akan terlihat bagaimana liminalitas dilihat dan diamati di Stasiun MRT, terutama di Stasiun MRT Bundaran HI karena posisinya menjadi stasiun pertama dan stasiun terakhir di MRT Jakarta dan menjadikan Stasiun MRT terpadat dan tersibuk di Jakarta. Penelitian ini akan melakukan analisis dari observasi peneliti di Bundaran Stasiun MRT HI dan pengalaman penumpang di Bundaran Stasiun MRT HI terhadap teori liminalitas. Peneliti melakukan wawancara kepada 4 orang peserta tentang pengalamannya di Stasiun MRT Bundaran HI. Pengalaman mereka menunjukkan bagaimana mereka secara tidak sadar mengalami liminalitas melalui elemen-elemen yang ada di Stasiun MRT Bundaran HI. Stasiun MRT Bundaran HI terbukti sebagai ruang liminal karena karakteristiknya yang menentukan batas, zona pemisah, peralihan dan penggabungan.

DKI Jakarta is facing traffic congestion as its main problem due to rapid population growth and uncontrollable immigration. DKI Jakarta government implemented and developed various innovation to overcome this problem from public transportation like private-owned bus systems, and now DKI Jakarta finally develops Mass Rapid Transition or more well known as MRT. DKI Jakarta government prompted PT MRT Jakarta to develop the concept of a transit oriented development (TOD) area at several stations in phase 1 of the south-north corridor. Transit Oriented Development is an urban area designed to integrate transit functions with people, activities, buildings, and public spaces with the aim of optimizing access to public transportation so that it can support passenger carrying capacity. As transit is highlighted as the main characteristic of MRT, this will definitely how liminality is seen and observable in MRT Station, especially in Bundaran HI MRT Station for its setting of being the first station and the last station in the Jakarta MRT and cause the most crowded and busiest MRT Station in Jakarta. This study will conduct an analysis from researcher observation of Bundaran HI MRT Station and passengers’ experience in Bundaran HI MRT Station towards liminality theory. The researcher conducts an interview to 4 participants about their experience in Bundaran HI MRT Station. Their experiences show how they unconsciously experience the liminality through the elements in the Bundaran HI MRT Station. Bundaran HI MRT Station is approved to be a liminal space because of its characteristics that define the limit, the zones of separation, transition, and incorporation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khansa Raihana Salsabila Khalawi
"Urban sprawl atau meluasnya kawasan perkotaan memaksa masarakat mencari hunian di pinggiran kota yang meningkatkan mobilitas dan kemacetan lalu lintas akibat kendaraan pribadi menjadi moda transportasi utama. Konsep Transit Oriented Development (TOD) hadir untuk mengatasi masalah ini dengan memaksimalkan penggunaan angkatan umum massal yang terbukti efektif mengurangi kemacetan dan meningkatkan kualitas hidup di berbagai negara seperti Eropa, Amerika, Hongkong, Jepang, dan lainnya. Indonesia mulai menerapkan konsep TOD dengan adanya Peraturan Gubernur DKI Jakarta No 44 Tahun 2017 tentang Pengembangan Kawasan Transit Oriented Development. Akan tetapi, implementasi TOD di Indonesia belum maksimal dikarenakan konsep TOD kurang proporsional karena pemikirannya terbatas dari aspek komersial terutama difokuskan pada tujuan perumahan mengakibatkan penggunaan kendaraan pribadi masih tinggi dan tidak mengatasi kemacetan. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis perencanaan TOD di Stasiun KRL Rawa Buntu dengan menggunakan variabel-variabel yang didapatkan dari beberapa referensi. Analisis dilakukan menggunakan variabel tersedia datanya di kawasan rencana TOD Stasiun Rawa Buntu. Setelah dilakukan analisis, didapatkan hasil bahwa kawasan rencana TOD Stasiun Rawa Buntu belum memenuhi standar dan prinsip yang ada. Maka dari itu, diperlukan perbaikan pada beberapa variabel untuk memaksimalkan kawasan TOD Stasiun Rawa Buntu.

Urban sprawl or the expansion of urban areas forces people to look for housing on the outskirts of the city which increases mobility and traffic jams due to private vehicles becoming the main mode of transportation. The Transit Oriented Development (TOD) concept is here to overcome this problem by maximizing the use of mass public transportation which has been proven to be effective in reducing congestion and improving the quality of life in various countries such as Europe, America, Hong Kong, Japan and others. Indonesia began implementing the TOD concept with the DKI Jakarta Governor's Regulation No. 44 of 2017 concerning the Development of Transit Oriented Development Areas. However, the implementation of TOD in Indonesia has not been optimal because the TOD concept is not proportional because the thinking is limited from a commercial aspect, especially focused on residential purposes, resulting in the use of private vehicles still being high and not solving traffic jams. This research was conducted to analyze TOD planning at Rawa Buntu KRL Station using variables obtained from several references. The analysis was carried out using variables available for data in the TOD planned area of Rawa Buntu Station. After carrying out the analysis, the results were obtained that the TOD planned area for Rawa Buntu Station did not meet existing standards and principles. Therefore, improvements are needed in several variables to maximize the TOD area of Rawa Buntu Station."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>