Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 106705 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Natasha Intania
"Kawasan Mangga Besar akan menjadi salah satu kawasan Transit Oriented Development (TOD) dengan memiliki moda transportasi MRT fase 2, BRT, dan Commuter Line. Dahulu terdapat Taman Hiburan yang dikenal dengan nama Prinsen Park dan kini lebih dikenal dengan nama Taman Hiburan Rakyat (THR) Lokasari yang berfungsi sebagai pusat perbelanjaan kelas menengah. Kawasan ini memiliki stigma negatif karena terkenal sebagai red district. Mengaktifkan kembali kawasan hiburan di Lokasari akan menjadi tujuan utama para pengguna moda transportasi umum tersebut dengan konsep placemaking yang dapat menghadirkan kawasan yang atraktif. Pengembalian history sebagai latar belakang dalam pengembangan desain kawasan ini juga dihadirkan dengan berdasar kepada kehidupan sosial, ekonomi, budaya dan juga memperhatikan kondisi lingkungan sekitar.

The Mangga Besar area will become one of the Transit Oriented Development (TOD) areas with MRT phase 2, BRT and Commuter Line modes of transportation. Previously, there was an Amusement Park known as Prinsen Park and now it is better known as the Taman Hiburan Rakyat (THR) Lokasari which functions as a middle-class shopping center. This area has a negative stigma because it is known as the red district. Restore the entertainment area in Lokasari will be the main goal for users of this public transportation mode with a placemaking concept that can present an attractive area. Return from the history as a background in developing the design of this area is also presented based on social, economic, cultural and also attention to conditions of the surrounding environment.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Andianto Mahdi Prasasya
"Jazz merupakan salah satu lapisan sejarah yang tertimbun dari kawasan THR Lokasari atau yang dulu disebut sebagai Prinsen Park. Musik jazz itu sendiri sangat terkait dengan budaya dari masyarakatnya, sebab latar belakang historis yang memberikan dinamika pada bagaimana musik jazz dinikmati. Perancangan Prinsen Jazz House bertujuan untuk mengupas ‘whatness’ dari musik jazz dan jazz culture, sehingga menghasilkan arsitektur anti-type yang melekat pada budaya masyarakat dalam menikmati jazz. Perletakkan pada muka THR Lokasari bertujuan sebagai site-planning strategis agar citra THR Lokasari yang kental akan stigma red-district pudar dengan lapisan historis yang dikembalikan pada masa kini.

The ‘Jazz’ is one of submerged historical layers of THR Lokasari, or what was known as Prinsen Park. Jazz music itself is closely related to the culture of its people, because the historical background imbue dynamics to how jazz is enjoyed. The design of the Prinsen Jazz House aims to explore the 'whatness' of jazz music and jazz culture, so as to produce an anti-type architecture that is attached to the culture of the people who enjoy jazz. Putting it on the front of THR Lokasari aims as a strategic site-planning so that the image of THR Lokasari which is familiar with red-district stigma fades with historical layers that are brought back to the present.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jackob Tameno
"Tugas Akhir ini bertujuan untuk merancang sebuah bioskop dengan konsep Misbar di kawasan Lokasari. Bioskop merupakan fasilitas hiburan yang populer dan memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat modern. Kawasan ini dipilih sebagai lokasi perancangan karena potensinya sebagai pusat hiburan yang strategis dan nilai historis yang pernah ada. Delineasi kawasan dilakukan dengan menganalisis karakteristik koridor Mangga Besar, termasuk potensi pasar, kondisi lingkungan, dan persyaratan teknis. Metode yang digunakan meliputi studi literatur, survei lapangan, wawancara, serta ekplorasi desain dengan menggunakan software.
Rancangan ini bertujuan untuk memberikan pengalaman nostalgia dalam menonton film, menciptakan atmosfer yang menarik dan baru, memperkuat karakteristik kawasan Lokasari sebagai tempat hiburan, meningkatkan daya tarik kawasan terutama dengan pertimbangan adanya titik transit KRL dan MRT, dan memudarkan kesan negatif kawasan sebagai red district.
Tugas akhir ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan kawasan Lokasari serta mampu mengiring, mengedukasi, memberdayakan, serta memudarkan kesan negatif mengenai kawasan ini.

This Final Project aims to design a cinema with the concept of "Misbar" in the Lokasari area. Cinemas are popular entertainment facilities that play a crucial role in modern society. The Lokasari area was chosen as the design location due to its potential as a strategic entertainment center and its historical value. The delineation of the area was conducted by analyzing the characteristics of the Mangga Besar corridor, including market potential, environmental conditions, and technical requirements. The methods used in this study included literature review, field surveys, interviews, and design exploration using software.
The design aims to provide a nostalgic film-watching experience, create an attractive and fresh atmosphere, reinforce the characteristics of the Lokasari area as an entertainment destination, enhance the area's appeal, especially considering its proximity to KRL and MRT transit points, and diminish the negative impression as a red district area's.
This Final Project is expected to contribute to the development of the Lokasari area, while also guiding, educating, empowering, and dispelling negative perceptions about the area.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Satria Sutan Azhari
"Prinsen Park merupakan sebuah saksi sejarah bagaimana masa kejayaan seni dan budaya yang terjadi di wilayah mangga besar, dan berkaca dari hal yang terjadi pada saat ini, mangga besar dapat dikatakan cukup jauh dari masa jayanya dari segi Seni Budaya dan secara perlahan lahan tergantikan dengan “Hiburan Malam” yang secara langsung mengubah image dari wilayah Prinsen Park ini. Sehingga dibutuhkan sebuah ruang dimana kemudian dapat menjadi pengingat bahwa wilayah ini pernah berjaya dan juga dibutuhkan pula ruang untuk nantinya wilayah ini dapat memulai chapter barunya untuk dapat mengulangi masa jayanya yaitu sebagai sentral kesenian di Jakarta. 

Pada Wilayah pembangunan ini, terdapat beberapa bangunan yang kemudian dapat menunjang kegiatan kreatif di dalamnya, yaitu adanya Gallery Prinsen, Prinsen Jazz, dan Retro Cinema. Tujuan utama dari Cluster ini adalah mencoba Menjadikan Wilayah Prinsen Park menjadi salah satu Art & Cultural Hub di Jakarta dan mencoba untuk mengembalikan identitas yang pernah hilang dari wilayah ini yaitu wilayah Prinsen Park sebagai sentral dari seni dan budaya di Jakarta. Dengan adanya MRT Fase 2 yang menggunakan konsep Transit Oriented Development (TOD), Maka Harapan Tersebut akan semakin dekat karena dibantu dengan adanya moda transportasi yang dapat mengkoneksikan Prinsen Park dengan wilayah lain di Jakarta. Desain Gallery Prinsen mencoba untuk membuat suatu Historical Reminder dimana wilayah Prinsen Park merupakan sebuah Hub bagi para penggiat kreatif di kawasan Jakarta pada masa 1890-1970an, dan desain ini ditujukan untuk meng-uplifting kawasan ini dengan cara mengingatkan dan mencoba menghidupkan kembali identitas masa kejayaan masa lalu wilayah ini sebagai Creative Hub di Wilayah Jakarta dengan menggunakan sentuhan teknologi yang berorientasi masa depan.

Prinsen Park is a historical area that witnessed the heyday of art and culture in the Mangga Besar area. However, at the moment, Mangga Besar is quite far from its heyday in terms of arts and culture. It is slowly being replaced with "Night Entertainment," which has directly changed the image of the Prinsen Park area. Therefore, Mangga Besar needs a space that can act as a reminder of its great artistic history and help the region start a new chapter to regain its past glory as the center of arts in Jakarta. In this development area, several buildings support creative activities: Prinsen Gallery, Prinsen Jazz, and Retro Cinema. The main goal of this cluster is to make the Prinsen Park area one of the Art & Cultural Hubs in Jakarta and restore its lost identity as the center of art and culture in the city. The construction of The Second Phase of Jakarta MRT will help connect Prinsen Park with other areas in Jakarta. The design of the Prinsen Gallery aims to create a historical reminder of how the Prinsen Park area was a hub for creative activists in Jakarta from the 1890s to the 1970s. This design intends to uplift the area by reminding people of its heyday and reviving its past identity. The goal is to transform this area into a creative hub in the Jakarta region, incorporating a future-oriented touch of technology."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ghifari Abror Iswara
"Kawasan Sawah Besar merupakan perkembangan dari Kota Batavia (Jakarta) merupakan kota yang dibangun untuk warga kulit putih, dan pernah memiliki daerah Prancis seperti Rijswijkstraat. Daerah ini dulunya adalah permukiman di pinggiran Batavia dengan persawahan yang kemudian berganti nama menjadi Jalan Hayam Wuruk. Pada masa Belanda, Jalan Hayam Wuruk hanya sampai di Jembatan Besi, Sawah Besar. Di era tersebut, kawasan Harmoni, Rijswijk, dan Noordwijk merupakan pusat kegiatan dengan berbagai macam hiburan di Jakarta. Sejarah komedi di Indonesia memiliki tiga periode, dengan era 1960-1970an fokus pada penguatan karakter dan ekspresi lucu. Di era 1980-1990an, muncul Warkop DKI dengan humor intelektual dan politik satir. Sedangkan di era 2000an, komedi mengusung situasi komedi, dengan tayangan seperti Bajaj Bajuri dan Office Boy (OB). Industri stand-up comedy juga berkembang pesat, dengan komedian terkenal seperti Raditya Dika dan Ernest Prakasa. Latar belakang Sawah Besar adalah distrik padat penduduk di Jakarta Pusat, terkenal dengan pasar tradisionalnya seperti Pasar Pagi dan Pasar Baru dengan adanya penambahan isu pembangunan Fase 2 MRT Jakarta diharapkan memberikan dampak positif dengan mengurangi kemacetan dan memperbaiki akses transportasi. Pengembangan berorientasi masyarakat di Sawah Besar melibatkan prioritas terhadap ruang hijau, pusat komunitas, dan lembaga budaya untuk menciptakan kota yang dinamis dan berkembang bagi semua orang. Pusat Komedi Sawah Besar diharapkan tidak hanya mampu menjadi wadah inkubator aktivitas masyarakat Sawah Besar namun Jakarta serta Indonesia di masa depan.

Sawah Besar area is a development of the City of Batavia (Jakarta), a city built for white citizens, and once had French areas such as the Rijswijkstraat. This area used to be seen on the outskirts of Batavia with rice fields which later changed its name to Jalan Hayam Wuruk. During the Dutch era, Jalan Hayam Wuruk only reached the Iron Bridge, Sawah Besar. In that era, the Harmoni, Rijswijk, and Noordwijk areas were centers of activity with various kinds of entertainment in Jakarta. The history of comedy in Indonesia has three periods, with the 1960-1970s focusing on strengthening characters and humorous expressions. In the 1980-1990s, Warkop DKI appeared with intellectual humor and satirical politics. Meanwhile, in the 2000s, comedy carried situation comedy, with shows such as Bajaj Bajuri and Office Boy (OB). The stand-up comedy industry is also growing rapidly, with well-known comedians such as Raditya Dika and Ernest Prakasa. Background Sawah Besar is a densely populated district in Central Jakarta, famous for its traditional markets such as Pasar Pagi and Pasar Baru with the additional issue of the construction of Phase 2 of the Jakarta MRT which is expected to have a positive impact by reducing congestion and improving transportation access. Community-oriented development in Sawah Besar involves prioritizing green spaces, community centers and cultural institutions to create a dynamic and thriving city for everyone. It is hoped that the Sawah Besar Comedy Center will not only be able to become an incubator for community activities in Sawah Besar, but also for Jakarta and Indonesia in the future.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Salvian Nuryadin
"ABSTRACT
Skripsi ini membahas tentang upaya Lembaga Kebudayaan Betawi LKB dalam mengembangkan seni budaya Betawi pada tahun 1977-1998 terutama seni musik, tari dan teater. Pembentukan LKB yang diprakarsai oleh ide dan gagasan tokoh masyarakat Betawi dan pemerintah Daerah Khusus Ibukota DKI Jakarta dalam mengembangkan seni budaya Betawi. Fenomena tersebut tidak terlepas dari dukungan penuh Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin terhadap seni budaya Betawi dengan membentuk Dinas Kebudaayaan DKI Jakarta. Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang terdiri dari empat langkah yaitu heuristik pengumpulan data berupa buku, surat kabar, dan data penelitian lisan di lapangan dengan LKB dan seniman Betawi, kritik sumber, penafsiran, dan historiografi. Skripsi ini menggambarkan adanya pelaksanaan program kerja dan pembinaan sanggar yang diciptakan LKB untuk meningkatkan kreativitas dan kreasi para seniman baik di dalam seni musik, tari dan teater. Terimplementasinya program kerja dan pembinaan sanggar dilakukan LKB melalui program penelitian, pemeliharaan, dan pengembangan seni budaya Betawi. Melalui program tersebut LKB bertujuan untuk menganalisis bagaimana pengembangan seni budaya Betawi terutama dalam seni musik, tari dan teater, terutama pada era Orde Baru yang pemerintahannya lebih terfokus pada pembangunan infrastruktur, bukan pada pembangunan kebudayaan.

ABSTRACT
This research discusses the efforts of Lembaga Kebudayaan Betawi in short LKB in developing Betawi arts in 1977 1998 especially music, dance, and theatre. The forming of LKB was initiated by the ideas and concepts of Betawi community leaders and the government of DKI Jakarta in developing Betawi cultural arts. The phenomenon cannot be separated from the support of Jakarta Governor Ali Sadikin for Betawi culture and arts by establishing Department of Culture of Jakarta. This study uses the historical methods that consist of four steps heuristic data collection namely books, newspapers, and by interviewing the LKB organizers and Betawi artists, source criticism, interpretations, and historiography. This research describes the implementation of work programs and coaching the art studio created by LKB to enhance the creativity also the creation of the artists in the art of music, dance and theatre. The implementation of work programs and art studio guidance conducted by LKB through research, maintenance, and development of Betawi cultural arts. This research aims to analyze how rsquo s the development of Betawi rsquo s art and culture during Orde Baru where the government was more focused on building the infrastructure, not on the art and culture.
"
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adissa Saufika Weldyani
"Sebagai salah satu cabang dari industri hiburan yang berkembang dengan pesat, pertunjukan musik semakin marak diselenggarakan dengan banyak peminat. Saat membeli tiket, konsumen tentu memiliki harapan bahwa pertunjukan musik akan diselenggarakan dengan kualitas yang maksimal, berfasilitas layak, dan sesuai dengan yang telah dijanjikan sebelumnya. Akan tetapi, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa penyelenggaraan pertunjukan musik sering kali diwarnai dengan berbagai permasalahan mengenai kualitas, seperti buruknya sistem tata suara, penataan tempat duduk yang tidak sesuai, dan lain sebagainya. Penelitian ini dilaksanakan untuk menelaah lebih lanjut mengenai bagaimana pelindungan hukum yang diberikan terhadap ketidakpuasan konsumen atas kualitas penyelenggaraan pertunjukan musik, pertanggungjawaban pelaku usaha sebagai penyelenggara, serta upaya hukum yang dapat ditempuh oleh konsumen yang menderita kerugian, dengan merujuk langsung kepada Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen di Indonesia, sekaligus membandingkannya dengan peraturan-peraturan hukum yang ada dalam negara Finlandia. Dengan menggunakan metode penelitian yuridis normatif dan tipe penelitian deskriptif analitis, hasil penelitian menunjukkan bahwa pelindungan hukum terhadap hak-hak konsumen saat pertunjukan musik berlangsung di Indonesia dalam praktiknya belum terlaksana dengan maksimal dan masih tergolong lemah. Atas kerugian yang dialaminya, konsumen pertunjukan musik dapat menempuh upaya hukum dengan jalur di luar pengadilan, melalui lembaga terkait yakni BPSK di Indonesia atau Consumer Disputes Board di Finlandia, maupun dengan jalur litigasi melalui pengadilan. Bentuk pertanggungjawaban yang diberikan oleh penyelenggara umumnya berupa pengembalian dana atau refund. Berbeda dengan lembaga penyelesaian sengketa Finlandia yang telah memiliki terobosan hukum dalam memberikan pelindungan secara lebih kepada konsumen pertunjukan musik terkait masalah kualitas, lemahnya kesadaran konsumen akan hak-haknya dan kurangnya tanggung jawab dari penyelenggara pertunjukan musik menyebabkan banyak dari kasus-kasus buruknya kualitas pertunjukan musik di Indonesia belum berakhir dengan menguntungkan konsumen.

As a branch of the rapidly growing entertainment industry, live music performances are increasingly being held with many enthusiasts. When agreeing to buy tickets, consumers certainly have the expectation that music performances will be held with maximum quality, proper facilities, and most importantly–in accordance with what has been promised before. However, the reality shows that the implementation of live music performances is often marked by various quality problems, such as poor sound systems, unsuitable seating arrangements, and so on. This research was conducted to further examine how legal protection is provided against consumer dissatisfaction with the quality of live music performances, the responsibility of business actors as organizers, as well as legal remedies that can be taken by consumers who suffer losses, by referring directly to Law No. 8 of 1999 Concerning Consumer Protection in Indonesia, as well as comparing it with existing legal regulations in Finland. By using normative juridical research method and descriptive-analytical research type, the results of this research showed that practically, the legal protection of consumer rights on live music performances in Indonesia has not been implemented optimally and is still relatively weak. For the losses suffered, consumers of live music performances may legally pursue the organizers through related institutions outside the court, namely the BPSK in Indonesia or the Consumer Disputes Board in Finland, or by filing a lawsuit through the Court. The form of liability provided by the organizers is generally in the form of a refund. In contrast to the Finnish dispute resolution institution which has had a legal breakthrough in providing more protection to music performance consumers regarding quality issues, the weak awareness of consumers about their rights and the lack of responsibility of music show organizers have resulted in many cases of poor quality music performances in Indonesia not ending up benefiting consumers."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sondang
"Pada tahun 2014 Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan mendistribusikan produk Dokumen Rencana Kebutuhan SDM Kesehatan untuk menjadi acuan dalam penyusunan rencana kebutuhan SDM Kesehatan di Dinas Provinsi namun pendistribusian dokumen mengalami keterlambatan.
Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan Dokumen Rencana Kebutuhan SDM Kesehatan Tahun 2014 Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan di Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Pada Tahun 2014.
Hasil penelitian menunjukkan pada tahun 2014 Dokumen Rencana Kebutuhan SDM Kesehatan Tahun 2014 Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan tidak menjadi acuan dalam penyusunan dokumen rencana kebutuhan SDM Kesehatan di Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta dan di tahun 2015 digunakan sebagai acuan namun data sudah tidak sesuai dengan kondisi yang ada antara lain dikarenakan sumber data Dokumen Rencana Kebutuhan SDM Kesehatan Tahun 2014 Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan tahun 2013 dan terjadi mutasi pegawai sehubungan dengan pembukaan RSU Kecamatan.
Kesimpulan dari penelitian ini didapatkan penyebab dari kurang tercapainya tujuan dokumen rencana kebutuhan SDM Kesehatan di Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta tahun 2015 yaitu integrasi data belum dianggap penting.

In 2014 the Human Resources Planning and Utilization of Health distributes products Health Plan Document HR needs to be a reference in health human resource planning needs in the Provincial Office, but the distribution of the document has been delayed.
This qualitative study aims to determine the implementation of the Health Human Resource Needs Plan Document 2014 Human Resources Planning and Utilization of Health in Jakarta Provincial Health Office of the Year 2014.
The results showed in 2014 Needs Plan Document HR 2014 Health Center Health Human Resource Planning and Utilization not a reference in the preparation of the document HHR planning needs in the Jakarta Provincial Health Office and in 2015 was used as a reference but the data is not in accordance with the existing conditions, among others, because the data sources Needs Plan Document HR 2014 Health Center Health Human Resource Planning and Utilization of year 2013 and a mutation of employees in connection with the opening of the District Hospital.
The conclusion of this study, the cause of the lack of achievement of the plan document HHR needs in Jakarta Provincial Health Office in 2015, namely the integration of the data has not been considered important.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S61223
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ektada Bennabi Mohamad
"Salah satu tema yang paling menonjol dalam The Book of Salt, novel perdana oleh Monique Truong, adalah unsur makanan, kuliner, dan urusan dapur. Novel tersebut menyajikan suatu cerita seorang koki gay dari Vietnam bernama Binh, yang terkucilkan dan terpaksa mengangkat kaki dari tanah airnya menuju tanah air penjajahnya akibat hubungannya dengan atasannya yang tidak direstui, baik oleh keluarganya maupun masyarakatnya. Cerita yang penuh tragedi ini diceritakan dengan latar belakang kuliner yang kental, karena kehidupan Binh sebagai buangan Vietnam di kota Paris—pusat kuasa kolonial Prancis pada abad ke-20 awal—tidak lepas dari pekerjaannya sebagai koki pribadi bagi Gertrude Stein dan Alice B. Toklas, pasangan lesbian yang merupakan tokoh bersejarah dalam susastra pada zaman itu. Unsur dapur dan makanan bersama dengan perjuangan Binh untuk hidup di dalam masyarakat yang tidak bersahabat berpadu untuk melukiskan gambaran hasrat atau nafsu seorang pria gay. Tujuan dari makalah ini adalah untuk menerangkan gambaran nafsu tersebut, yang disajikan oleh media dapur serta ketertarikan Binh pada makanan dan dunia kuliner. Di saat yang sama, riset ini berusaha untuk menyoroti tema disrupsi terhadap kekangan masyarakat Barat pada masa hidup Binh dan bagaimana ia menantang heteronormativitas dengan kemenangan dan pencapaian yang personal melalui dunia kuliner.

Chief among the myriad themes found in Monique Truong’s inaugural novel The Book of Salt (2003) are food and the kitchen. It proposes the narrative of Binh, a Vietnamese gay man exiled from his homeland by way of an interracial relationship made public. This tragic narrative carries with it a culinary backdrop, for Binh’s life in Parisian exile is deeply tied to his employment as chef for historic American couple Gertrude Stein and Alice B. Toklas. Shades of the kitchen and the culinary come together in Truong’s novel to construct an image of a gay man’s desire. The objective of this research is to bring to light this image of desire, as presented through the medium of the kitchen and Binh’s affinity for food. At the same time, this research seeks to highlight themes of disruption against the constraints of Western society in Binh’s time and how he challenges the heteronorm through small and personal victories, again through his culinary affinity."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Zahrah Rahmani Putri
"Netflix dan Disney+ Hotstar merupakan layanan Video on Demand (VoD) yang paling banyak digunakan di Indonesia. Kedua layanan tersebut menawarkan berbagai fitur berbeda yang dapat menyebabkan terjadinya perbedaan pengalaman pengguna. Pengalaman pengguna merupakan salah satu faktor yang dapat memengaruhi kesuksesan dari suatu layanan. Dengan ini, dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui layanan VoD mana yang dapat memberikan pengalaman pengguna jangka panjang terbaik. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode UX Curve sebagai pendekatan kualitatif dan User Experience Questionnaire (UEQ) sebagai pendekatan kuantitatif. Terdapat 45 responden berumur 17-51 tahun yang berpartisipasi dalam penggambaran kurva UX Curve yang terdiri dari lima aspek, yaitu General UX, Attractiveness, Easy of Use, Utility, dan Degree of Usage. Responden menggambarkan perubahan pengalaman pengguna yang dirasakan dari awal hingga akhir penggunaan dan melakukan pengisian kuesioner UEQ. Hasil penelitian menggunakan UX Curve menunjukkan bahwa Netflix dan Disney+ Hotstar memiliki keunggulan dan kekurangan masing-masing dari berbagai aspek sehingga tidak dapat ditentukan layanan VoD mana yang dapat memberikan pengalaman pengguna terbaik. Namun dari hasil kuesioner UEQ, didapati bahwa pengalaman pengguna yang diberikan Netflix cenderung lebih baik dibandingkan dengan Disney+ Hotstar.

Netflix and Disney+ Hotstar are the most used Video on Demand (VoD) services in Indonesia. Both services offer different features that may result in a different user experience. User experience is one of the factors that could influence the success of a service. This research aims to find out which VoD services can provide the best long-term user experience. The research was conducted using the UX Curve method as the qualitative approach and User Experience Questionnaire (UEQ) as the quantitative approach. There were 45 respondents aged 17-51 years who participated in the UX Curve depiction consisting of five aspects, General UX, Attractiveness, Easy of Use, Utility, and Degree of Usage. Respondents described changes in user experience from the beginning to the end of use and filled out the UEQ questionnaire. The result of the research using the UX Curve shows that Netflix and Disney+ Hotstar have advantages and disadvantages from various aspects that cannot be determined which VoD service can provide the best user experience. However, from the results of the UEQ questionnaire, it was found that the user experience provided by Netflix tends to be better compared to Disney+ Hotstar."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>