Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 113358 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Shafira Puspadina
"Latar belakang: Sebagian besar pasien kanker usia lanjut terdiagnosis pada stadium lanjut dengan peningkatan risiko mortalitas. Identifikasi faktor prediktor yang memengaruhi terjadinya mortalitas satu tahun diharapkan dapat membantu stratifikasi risiko dan menjadi pertimbangan perencanaan pelayanan kesehatan, edukasi, serta persiapan advanced care planning.
Tujuan: Mengetahui faktor prediktor mortalitas satu tahun pada lansia dengan kanker padat metastasis dan mengembangkan model prediksi mortalitas satu tahun.
Metode: Studi kohort retrospektif dengan menelusuri rekam medis pasien berusia ≥60 tahun dengan kanker padat metastasis berdasarkan pemeriksaan histopatologi atau radiologi yang berobat di poli onkologi RS Kanker Dharmais pada Januari 2020 hingga Desember 2021. Dilakukan analisis bivariat chi-square antara usia, jenis kelamin, ADL, ECOG-PS, jenis kanker, metastasis organ, jumlah metastasis, status nutrisi, komorbid, jumlah komorbid, polifarmasi, gangguan kognitif, gangguan mood, dan best supportive care dengan mortalitas satu tahun sesudah diagnosis kanker metastasis. Analisis multivariat dan model prediksi dilakukan dengan regresi logistik.
Hasil: Terdapat 210 subjek dengan hasil analisis bivariat menunjukkan hubungan antara ECOG-PS, status nutrisi, dan pemberian best supportive care dengan mortalitas satu tahun (p<0,05). Hasil regresi logistik menunjukkan faktor prediktor independen mortalitas yaitu metastasis organ (OR 2,468 [IK 95%1,163-5,317]), status nutrisi (OR 1,943 [IK 95%1,048-3,604]), ECOG-PS (OR 2,302 [IK 95%1,241-4,271]), dan best supportive care (OR 3,157 [IK 95%1,288-7,738]). Model prediksi mortalitas satu tahun memiliki nilai AUC 0,705 (IK 95%95%: 0,629 – 0,781).
Kesimpulan:Faktor prediktor independen terhadap mortalitas 1 tahun sesudah diagnosis metastasis yaitu metastasis organ, ECOG-PS, status nutrisi, dan best supportive care.

Background: Identification of patients on their final year is important to help physicians to make personalized treatment plan according to life expectancy and to guide patients and families to prepare an advanced care planning.
Methods: We retrospectively included patients aged ≥60 years who had metastatic solid cancer and in whom geriatric assessment was performed in Dharmais National Cancer Center outpatient clinic. A total of 210 subjects were enrolled between January 2020 to December 2021. The primary analyses were performed from April to May 2023. Chi square analysis was performed between age, sex, ADL, ECOG-PS, type of cancer, visceral metastasis, number of metastatic sites, nutritional status, comorbidity, multimorbidity, polypharmacy, cognitive impairment, mood disorder, and best supportive care with one-year mortality. Variables with p value <0.25 were analysed further with logistic regression to develop a prediction model. The model’s discriminative ability was assessed with model’s area under the curve. Calibration was performed using bootstrap method.
Result: We collected 210 subjects, with median age, 66,5 years. Lung cancer was the most common malignancy (44.3%). Logistic regression results showed visceral metastasis (OR 2.468; 95% CI 1.163-5.317), nutritional status (OR 1.943; 95% CI 1.048-3.604), ECOG-PS (OR 2.302; 95% CI 1.241-4.271), and best supportive care (OR 3.157; 95% CI 1.288-7.738) were independent predictors of one year mortality. The one-year mortality prediction model has an AUC value of 0.705 (95% CI: 0.629-0.781).
Conclusion: Model developed from this study can assist clinicians to identify patients in their last year of life who need palliative care and to prepare an advance care planning.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Arini Nurlela
"Latar Belakang: Populasi lansia di Indonesia terus meningkat. Proses penuaan meningkatkan terjadinya PGK. Data mengenai mortalitas pada pasien lansia yang menjalani inisiasi Hemodialisis (HD) selama perawatan rumah sakit sangat terbatas. Suatu model prediktor dapat menjadi alat bantu dan diharapkan dapat menjadi sarana stratifikasi prognosis dan menjadi pertimbangan pemilihan terapi bagi pasien dan keluarga.
Tujuan. Mengetahui insiden dan prediktor mortalitas pasien lanjut usia yang menjalani Inisiasi HD selama perawatan Rumah Sakit
Metode: Studi kohort retrospektif dengan menelusuri rekam medis pada pasien lansia yang menjalani inisiasi HD di RSCM pada Januari 2018 hingga Desember 2022. Dilakukan analisis survival terhadap variabel usia, jenis kelamin, akses vaskular, kadar hemoglobin, komorbid, status nutrisi, gangguan kesadaran, status fungsional, dan risiko jatuh. Dilakukan analisis Bivariat dengan cox regression.
Hasil: Terdapat 201 subjek diteliti. Mortalitas pasien lansia yang menjalani inisiasi HD selama perawatan rumah sakit sebesar 35,32%. Beberapa faktor prediktor signifikan berpengaruh terhadap mortalitas pasien, meliputi usia ≥ 75 tahun, komorbid, gangguan kesadaran, dan status fungsional. Pada model akhir uji multivariat, ditemukan faktor gangguan kesadaran (HR 5,278, IK 95% 3,163 – 8,805]) yang berpengaruh signifikan terhadap mortalitas pasien.
Kesimpulan: Insiden mortalitas pada pasien lansia yang menjalani inisiasi HD adalah 35,32% dengan faktor prediktor gangguan kesadaran yang berpengaruh signifikan terhadap mortalitas pasien.

Background: Elderly population in Indonesia continue to increase. Aging is known enhance the risk of CKD. Data regarding mortality in elderly patients undergoing Hemodialysis (HD) initiation are very limited. A predictor model will help to stratify prognosis and guide phycisian to make a consideration for selecting therapy for patients.
Aim: To determine incidence and mortality predictors of elderly patients undergoing HD initiation during hospital care
Method: This retrospective cohort study was conducted by reviewing medical records of elderly patients undergoing HD initiation at RSCM from January 2018 to December 2022. Survival analysis was performed on the variables age, sex, vascular access, hemoglobin levels, comorbidities, nutritional status, impaired consciousness, functional status, and risk of falling. Bivariate analysis were performed using the cox regression method.
Results: There was 201 subjects to be studied. The mortality of elderly patients undergoing HD initiation during hospital care was 35,32%. Several significant predictor factors influence patient mortality, including age ≥ 75 years, comorbid, impaired consciousness, and functional status. In the final model of the multivariate test, factors of impaired consciousness (HR 5,278 [CI 3.163 – 8.805]) were found to have a significant effect on patient mortality.
Conclusion: The incidence of mortality in elderly patients undergoing HD initiation was 35,32% with impaired consciousness are significant factors related to mortality during HD initiation
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Jati Sunggoro
"Latar Belakang: Indonesia merupakan negara peringkat keempat penyumbang kasus TB terbanyak di dunia. TB adalah penyebab kematian kedua terbanyak di Indonesia. Pasien TB mempunyai tingkat kematian yang lebih tinggi saat dirawat dibandingkan pasien non-TB. Pengetahuan tentang prediktor mortalitas dapat membantu pengambilan keputusan klinis untuk tatalaksana pasien dan mengetahui prognosis pasien. Studi-studi tentang faktor prediktor mortalitas pasien tuberkulosis saat rawat inap menunjukkan hasil yang berbeda-beda dan tidak ada penelitian yang komprehensif di Indonesia.
Tujuan: Mengetahui faktor-faktor prediktor mortalitas pasien tuberkulosis saat rawat inap di RSCM.
Metode: Penelitian ini merupakan studi kohort retrospektif pada pasien rawat inap di RSCM selama kurun waktu 1 Januari 2008 sampai dengan 31 September 2013. Data klinis dan laboratorium beserta status luaran (hidup atau meninggal) selama perawatan diperoleh dari rekam medis. Analisis bivariat menggunakan tes Chisquare dilakukan pada 13 variabel prognostik, yaitu kelompok usia, jenis kelamin, riwayat pengobatan TB sebelumnya, tingkat keparahan TB, status BTA, hipoalbuminemia, IMT, status HIV, adanya konkomitan pneumonia, sepsis, gagal napas, gambaran radiologis toraks, komorbiditas (skor Charlson Comorbidity Index). Adanya data yang tidak lengkap dilakukan imputasi mengunakan teknik multiple imputation. Variabel yang memenuhi syarat disertakan pada analisis multivariat dengan regresi logistik.
Hasil: Subjek penelitian terdiri atas 470 pasien. Angka mortalitas selama perawatan sebesar 25,1%. Sebanyak 339 (72,1%) pasien adalah laki-laki dan 131 (27,9%) pasien adalah perempuan. Median usia pasien 34 (rentang 18 sampai 86) tahun dan median lama perawatan adalah 10 (rentang 1 sampai 97) hari. Faktor prediktor independen mortalitas yang bermakna pada analisis multivariat adalah kadar albumin < 3 g/dL (OR 5,12; IK 95% 1,80 sampai 14,57), gambaran radiologis toraks lesi kavitas (3,91; 1,53 sampai 9,97) adanya sepsis (23,31; 8,95 sampai 60,68), adanya gagal napas (177,39; 27,09 sampai 1161,55).
Kesimpulan: Adanya gagal napas, adanya sepsis, hipoalbuminemia (kadar albumin < 3 g/dL), serta gambaran radiologis toraks lesi kavitas merupakan faktor prediktor independen mortalitas pasien tuberkulosis saat rawat inap.

Background: Indonesia is the world’s fourth highest tuberculosis burden in the world. Tuberculosis is the second leading cause of death for all age in the country, according to the Health Ministry. Mortality remains high among tuberculosis hospitalized patients compare to the non-TB patients. The prediction of patients outcome is important in decision-making process and in the effort reducing mortality rate. Studies exploring predictors of mortality in patients with pulmonary tuberculosis produced conflicting results and there are no comprehensive reports in Indonesia.
Objective: To determine predictors of mortality among hospitalized tuberculosis patients in Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta, Indonesia.
Methods: We performed a retrospective cohort study among hospitalized tuberculosis patients in Cipto Mangunkusumo Hospital between January 2008 - September 2013. Data were collected at initiation of inpatients period and the main outcome was all-cause mortality during hospitalization. We analyzed age, sex, history of previous anti-tuberculosis treatment, tuberculosis severity, sputum smear positivity, hypoalbuminemia, BMI, HIV status, concomitant pneumonia, sepsis, respiratory failure, pulmonary radiographic lesion, comorbidity (CCI score) in bivariate analysis using Chi-square test. Missing data were handled using multiple imputation methods. Multivariate logistic regression analysis was performed to identify independent predictors of mortality.
Results: A total of 470 patients were evaluated in this study. In-hospital mortality rate was 25.1%. There were 339 (72.1%) male and 131 (27.9%) female patients. Median age of the population was 34 (range 18 to 86) years old and median length of stay was 10 (range 1 to 97) days. The independent predictors of mortality in multivariate analysis were hypoalbuminemia (OR 5,12; 95% CI 1,80 - 14,57), cavitary lesion (3,91; 1,53-9,97), sepsis (23,31; 8,95-60,68), and respiratory failure (177,39 ; 27,09-1161,55).
Conclusion: Respiratory failure, sepsis, hypoalbuminemia, and cavitary lesion were independent predictors of in-hospital mortality among hospitalized tuberculosis patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ummi Ulfah Madina
"Latar belakang: Peningkatan usia lanjut menimbulkan dampak kesehatan, diantaranya adalah sarkopenia dan kerapuhan. Kekuatan genggam tangan merupakan komponen
sarkopenia, fenotip sindrom kerapuhan, dan bersifat dinamis. Berbagai studi potong
lintang menilai hubungan kekuataan genggam tangan dengan usia, jenis kelamin, status
nutrisi, status fungsional, status mental, dan komorbiditas namun temuan masih
beragam. Selain itu, belum ada studi longitudinal untuk mengetahui hubungan
perubahan kekuatan genggam tangan dengan usia, jenis kelamin, status nutrisi, status
fungsional, status mental dan komorbiditas di Indonesia.
Tujuan: Mengetahui hubungan antara usia, jenis kelamin, status nutrisi, status
fungsional, status mental dan komorbiditas dengan perubahan kekuatan genggam
tangan pada pasien usia lanjut.
Metode: Penelitian kohort prospektif menggunakan data sekunder pasien usia lanjut
yang kontrol rutin di Poliklinik Geriatri RSCM Jakarta dari register studi longitudinal
INA-FRAGILE yang telah diobservasi selama 1 tahun (2013-2014). Uji analisis
multivariat regresi logistik digunakan untuk menilai hubungan antara usia, jenis
kelamin, status nutrisi (skor MNA), status fungsional (skor ADL), status mental (skor
GDS-SF), indeks komorbiditas (skor CIRS) dengan perubahan kekuatan genggam
tangan.
Hasil: Dalam 1 tahun pengamatan dari 162 subjek, didapatkan rerata usia 72,9 (SB 5,9)
tahun, jenis kelamin terbanyak perempuan (57,41%), memiliki nutrisi baik (83,9%),
mandiri (median ADL 9–20), tidak depresi (median GDS-SF 0–11), rerata indeks
komorbiditas 11,8 (SB 3,7), dan 53,1% mengalami penurunan kekuatan genggam
tangan. Status nutrisi (OR=2,7; p=0,033) dan indeks komorbiditas (OR 0,3; p<0,002)
berhubungan dengan kekuatan genggam tangan.
Simpulan: Status nutrisi dan komorbiditas memengaruhi perubahan kekuatan genggam
tangan pada pasien usia lanjut dalam 1 tahun di rawat jalan.

Background: Increasing elderly population throughout the world has been related to
increased prevalence of sarcopenia and frailty. Handgrip strength is a component of
sarcopenia, one of frailty syndrome phenotypes, and a dynamic process. Previous
cross-sectional studies have assessed association of age, sex, nutritional status,
functional status, mental status and comorbodity but the results were varied. That being
said, there was no longitudinal study has been done to determine the correlation of
handgrip strength changes with age, sex, nutritional status, functional status, mental
status, and comorbidity in Indonesia.
Objective: To examine correlation between age, sex, nutritional status, functional
status, depressive symptopms, comorbidity, and handgrip strength changes in elderly
patients.
Methods: A prospective cohort study using secondary data of elderly patients whom
routinely visiting Geriatric Out-Patients Clinic at Cipto Mangunkusumo Hospital,
Jakarta from INA-FRAGILE register that have been observed for 1 year (2013-2014).
The multivariate logistic regression analysis was used to assess correlation between
sex, age, nutrional status (MNA score), functional status (ADL score), depressive
symptoms (GDS-SF score), comorbidities (CIRS score) and handgrip strength changes.
Results: From 162 subjects which were included in the study, the mean age was 72.9
(SB 5.9) years, predominantly female (57.41%), with good nutrition (83.9%),
independent (median 9- 20), not depressed (median 0-11), has average comorbidity
index 11.8 (SB 3.7), and 53.1% experienced decreased handgrip strength. Nutritional
status (OR = 2.7, p = 0.033) and comorbidity index (OR 0.3, p <0.002) correlated with
handgrip strength changes.
Conclusion: Nutritional status and comorbidity correlates with handgrip strength
changes in out-patients elderly within 1 year.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ummi Ulfah Madina
"Latar belakang: Peningkatan usia lanjut menimbulkan dampak kesehatan, diantaranya adalah sarkopenia dan kerapuhan. Kekuatan genggam tangan merupakan komponen sarkopenia, fenotip sindrom kerapuhan, dan bersifat dinamis. Berbagai studi potong lintang menilai hubungan kekuataan genggam tangan dengan usia, jenis kelamin, status nutrisi, status fungsional, status mental, dan komorbiditas namun temuan masih beragam. Selain itu, belum ada studi longitudinal untuk mengetahui hubungan perubahan kekuatan genggam tangan dengan usia, jenis kelamin, status nutrisi, status fungsional, status mental dan komorbiditas di Indonesia.
Tujuan: Mengetahui hubungan antara usia, jenis kelamin, status nutrisi, status fungsional, status mental dan komorbiditas dengan perubahan kekuatan genggam tangan pada pasien usia lanjut.
Metode: Penelitian kohort prospektif menggunakan data sekunder pasien usia lanjut yang kontrol rutin di Poliklinik Geriatri RSCM Jakarta dari register studi longitudinal INA-FRAGILE yang telah diobservasi selama 1 tahun (2013-2014). Uji analisis multivariat regresi logistik digunakan untuk menilai hubungan antara usia, jenis kelamin, status nutrisi (skor MNA), status fungsional (skor ADL), status mental (skor GDS-SF), indeks komorbiditas (skor CIRS) dengan perubahan kekuatan genggam tangan.
Hasil: Dalam 1 tahun pengamatan dari 162 subjek, didapatkan rerata usia 72,9 (SB 5,9) tahun, jenis kelamin terbanyak perempuan (57,41%), memiliki nutrisi baik (83,9%), mandiri (median ADL 9–20), tidak depresi (median GDS-SF 0–11), rerata indeks komorbiditas 11,8 (SB 3,7), dan 53,1% mengalami penurunan kekuatan genggam tangan. Status nutrisi (OR=2,7; p=0,033) dan indeks komorbiditas (OR 0,3; p<0,002) berhubungan dengan kekuatan genggam tangan.
Simpulan: Status nutrisi dan komorbiditas memengaruhi perubahan kekuatan genggam tangan pada pasien usia lanjut dalam 1 tahun di rawat jalan.

Background: Increasing elderly population throughout the world has been related to increased prevalence of sarcopenia and frailty. Handgrip strength is a component of sarcopenia, one of frailty syndrome phenotypes, and a dynamic process. Previous cross-sectional studies have assessed association of age, sex, nutritional status, functional status, mental status and comorbodity but the results were varied. That being said, there was no longitudinal study has been done to determine the correlation of handgrip strength changes with age, sex, nutritional status, functional status, mental status, and comorbidity in Indonesia.
Objective: To examine correlation between age, sex, nutritional status, functional status, depressive symptopms, comorbidity, and handgrip strength changes in elderly patients.
Methods: A prospective cohort study using secondary data of elderly patients whom routinely visiting Geriatric Out-Patients Clinic at Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta from INA-FRAGILE register that have been observed for 1 year (2013-2014). The multivariate logistic regression analysis was used to assess correlation between sex, age, nutrional status (MNA score), functional status (ADL score), depressive symptoms (GDS-SF score), comorbidities (CIRS score) and handgrip strength changes.
Results: From 162 subjects which were included in the study, the mean age was 72.9 (SB 5.9) years, predominantly female (57.41%), with good nutrition (83.9%), independent (median 9- 20), not depressed (median 0-11), has average comorbidity index 11.8 (SB 3.7), and 53.1% experienced decreased handgrip strength. Nutritional status (OR = 2.7, p = 0.033) and comorbidity index (OR 0.3, p <0.002) correlated with handgrip strength changes.
Conclusion: Nutritional status and comorbidity correlates with handgrip strength changes in out-patients elderly within 1 year.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sonya Farah Diba
"Latar Belakang. Hemodialisis (HD) menjadi pilihan utama terapi pengganti ginjal di Indonesia. Pada tahun 2016, Indonesia memiliki angka mortalitas satu tahun pasien dengan penyakit ginjal kronik (PGK) yang diterapi dengan HD (PGK-HD) lebih tinggi dibandingkan dengan negara lain. Saat ini, Indonesia belum memiliki banyak data terkait insidens dan faktor-faktor yang memengaruhi mortalitas pasien HD kronik.
Tujuan. Mengetahui insidens dan faktor-faktor yang memengaruhi mortalitas satu tahun pasien HD kronik.
Metode. Penelitian dilakukan dengan desain studi kohort prospektif di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) sejak 2020 hingga Desember 2021 dengan mengikuti 193 pasien yang masih hidup setelah tiga bulan dilakukan HD inisiasi. Pasien kemudian diobservasi selama sembilan bulan untuk mengetahui insidens mortalitas satu tahun dan faktor-faktor yang berkaitan. Data dianalisis menggunakan analisis bivariat diikuti dengan analisis multivariat cox regresi untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi mortalitas.
Hasil. Rerata usia pasien penelitian adalah 52 tahun dan etiologi terbanyak pasien PGK-HD yaitu diabetes melitus (DM). Selama observasi, terdapat tiga pasien loss to follow up, dan terdapat 55 pasien meninggal. Insidens satu tahun mortalitas pada penelitian ini adalah 28,49% (IK 95% 22,25-35,42%). Setelah dilakukan analisis multivariat pada penelitian ini didapatkan tiga variabel yang secara signifikan memengaruhi mortalitas yaitu interdialytic weight gain (IDWG) ≥5% (OR 3,58, IK 95% 1,16-10,91), kadar hemoglobin <10 g/dL (OR 3,4, IK 95% 1,79-7,15), dan serum kalsium <8,5 mg/dL (OR 3,79, IK 95% 1,75-8,23).
Kesimpulan. Insidens mortalitas satu tahun pasien HD kronik sebesar 28,49%. IDWG ≥5%, kadar hemoglobin <10 g/dL, dan serum kalsium <8,5 mg/dL merupakan faktor-faktor yang memengaruhi mortalitas satu tahun.

Background. Hemodialysis (HD) is the main kidney replacement therapy in Indonesia. In 2016, Indonesia had a higher one-year mortality rate of chronic kidney disease (CKD) patients treated with hemodialysis (CKD-HD) compared to other countries. Currently, HD centers in Indonesia lack data related to the incidence and factors related to mortality in CKD-HD patients.
Aims. To determine the incidence and factors related to one-year mortality in Chronic HD patients.

Methods. This prospective cohort study was conducted at Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital (RSCM) from January 2020 to December 2021, following 193 patients who survived three months after initial dialysis. Patients were observed for nine months to know the one-year mortality incidence and related factors. The data were analyzed using bivariate analysis followed by multivariate cox regression analysis to review factors related to mortality.
Results. The mean age was 52 years-old and the most common etiology of CKD-HD was diabetes mellitus (DM). During follow-up, three patients dropped out due to loss to follow up and 55 patients died. One-year mortality incidence was 28.49% (95% CI 22,25-35,42%) in this study. After multivariate analyses, we found three significant variables for one-year mortality: interdialytic weight gain (IDWG) ≥5% (OR: 3.58, 95% CI: 1.16.88-10.91), hemoglobin level <10 g/dL variables, (OR: 3.4, 95%CI 1.79-7.15), and calcium serum <8.5 mg/dL (OR: 3,79, 95% CI 1.75-8.23).  
Conclusion. The incidence of one-year mortality in CKD-HD patients was 28.49%. IDWG ≥5%, hemoglobin <10 g/dL, and calcium serum <8.5 mg/dL are significant factors related to one-year mortality.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Nindy Jayatri
"Latar Belakang. Pasien kanker usia lanjut dapat memiliki luaran yang buruk akibat intoleransi terhadap terapi standar, hingga mortalitas, terutama pada stadium lanjut (III dan IV). Memprediksi mortalitas merupakan hal yang penting dalam menentukan pemberian terapi. Hingga saat ini ECOG (Eastern Cooperative Oncology Group) masih digunakan di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM). Geriatric 8 (G8) merupakan salah satu instrumen penapis yang dikembangkan untuk memprediksi frailty. Namun, beberapa studi menunjukkan bahwa G8 dapat memprediksi mortalitas.
Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk menilai performa ECOG dan G8 dalam memprediksi mortalitas 6 bulan pada pasien usia lanjut dengan kanker stadium III dan IV.
Metode. Metode penelitian ini adalah kohort retrospektif, menggunakan data rekam medis pasien berusia > 60 tahun dengan kanker stadium III dan IV yang belum atau sudah menjalani terapi kanker, di Poliklinik Hematologi Onkologi Medik RSCM sejak Oktober 2019-Maret 2021. Peneliti menilai ECOG dan G8, serta melakukan follow-up dalam 6 bulan untuk mengetahui luaran subjek berupa meninggal atau tidak. Peneliti menganalisis uji kalibrasi dengan Hosmer-Lemeshow dan uji diskriminasi dengan Area Under the Curve (AUC).
Hasil. Peneliti mendapatkan 230 subjek. Proporsi mortalitas dalam 6 bulan adalah 40,9%, dengan kanker terbanyak adalah kanker kepala dan leher (11,3%). ECOG memiliki performa kalibrasi yang baik (p = 0,085), dan performa diskriminasi yang baik (AUC 0,705; IK95% 0,570 - 0,841), sensitivitas 70,2%, dan nilai prediksi negatif (NPN) 49,3%. Performa kalibrasi skor G8 menunjukkan hasil yang juga baik (p = 0,687), dan performa diskriminasi yang baik (AUC 0,777; IK95% 0,683 - 0,872), sensitivitas 89,4% dan NPN 76%.
Kesimpulan. Skor G8 memiliki performa kalibrasi dan diskriminasi yang lebih baik untuk memprediksi mortalitas 6 bulan pada pasien usia lanjut dengan kanker stadium III dan IV.

Background: Elderly cancer patients can have a poor outcome due to intolerance to standard therapy, up to mortality, especially in advanced stages (III and IV). Predicting mortality is important to determine treatment. ECOG is still being used at dr. Cipto Mangunkusumo General Hospital (RSCM). G8 is one of the screening instruments developed to predict frailty. However, several studies have shown that the G8 can predict mortality.
Aim. To assess the performance of ECOG and G8 in predicting six months mortality in elderly cancer patients with stage III and IV.
Methods: In this study, a retrospective cohort design was used using medical records of patients aged > 60 years old with stage III and IV cancer who had not or had undergone cancer therapy at the Medical Oncology Hematologic Polyclinic of RSCM since October 2019-March 2021. Collected data were analyzed using the Hosmer-Lemeshow test for the calibration performance and the Area Under the Curve (AUC) test for the discrimination performance in predicting mortality.
Results. Among 230 subjects, mortality in 6 months was 40.9%, with the most common types of cancer was head and neck cancer (11.3%). ECOG had good calibration (p = 0.085), and good discrimination performance (AUC 0.705; 95% CI 0.570 - 0.841). G8 also had good calibration (p = 0.687), and good discrimination performance (AUC 0.777; 95% CI 0.683 - 0.872). G8 had higher sensitivity and negative predictive value than ECOG (89,4% vs 70,2%; 76% vs 49,3%).
Conclusion. G8 has better calibration and discrimination performance for predicting six months mortality in elderly cancer patients with stages III and IV.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Saudale, Alexander Michael Joseph
"Latar Belakang: Kanker pankreas adalah penyebab kematian keempat yang berhubungan dengan keganasan di Amerika Serikat, dan diperkirakan akan menjadi penyebab kematian kedua di tahun 2030 di United Kingdom. Indonesia belum memiliki data kesintasan kanker pankreas dan faktor-faktor yang memengaruhinya.Tujuan: Mengetahui kesintasan 1 tahun kanker pankreas dan faktor- faktor yang memengaruhinya di RS dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta.Metode: Dilakukan penelitian kohort retrospektif menggunakan data dari rekam medis pasien kanker pankreas RS dr. Cipto Mangunkusumo antara Januari 2012 - Desember 2016. Faktor umur, jenis kelamin, metastasis, stadium, komorbid dan pengobatan dianalisis secara bivariat dan multivariat menggunakan Cox Proportional Hazards Regression untuk mendapatkan Hazard Ratio HR setiap faktor prognosis. Kesintasan kumulatif 1 tahun setelah diagnosis dinyatakan dengan kurva Kaplan- Meier.Hasil: Dari 83 subyek penelitian proporsi laki-laki adalah 62.7, usia ge; 50 tahun 68,7, dengan rentang usia 33-79 tahun, dan rata-rata 55 tahun. Pada analisis bivariat didapati hubungan bermakna secara statistik kesintasan dengan variabel komorbid HR 2,116 IK 95 1,335-3,513 p< 0,002, metastasis HR 3,802 IK 95 1,995-7,249 p

Background Pancreatic cancer is the fourth leading cause of death associated with malignancy in the United States, and is thought to be the second leading cause of death in 2030 in the United Kingdom. Currently, Indonesia has no data on the survival of pancreatic cancer and the factors that affect it. Aim This study aims to know the 1 year survival of pancreatic cancer and its influencing factors. Methods A retrospective cohort study was performed using data from the medical record of pancreatic cancer patients in dr Cipto Mangunkusumo General Hospital, Jakarta, from January 2012 to December 2016. Age, sex, metastasis, stage, comorbidities, and treatment were analyzed bivariate and multivariate using Cox Proportional Hazards Regression to obtain Hazard Ratio HR for each prognostic factor. The 1 year cumulative survival rate after diagnosis is expressed by the Kaplan Meier Curve.Results Of 83 subjects, the proportion of male was 62,7, age ge 50 years 68,7, with age range 33 79 years, and 55 years on average. In bivariate analysis, there was a statistically significant relationship of survival with comorbidities HR 2.116 95 CI 1.335 3.513 p 0.002, metastasis HR 3.802 95 CI 1.995 7.249 p 0.001, palliative treatment HR 2.108 95 CI 1.077 4.125 p 0.029 and group without treatment HR 2.924 95 CI 1.496 5.716 p 0.002. Multivariate analysis showed that metastasis provided the greatest risk of death with HR 4.306 95 CI 2.125 8.724 p 0.001. Palliative group HR was 2.510 95 CI 1.245 5.061 p 0.010 while the group without treatment gave HR 2.535 95 CI 1.277 5.032 p 0.008. Conclusion The overall survival of 1 year of pancreatic cancer patients was 14, with median survival of 6 months. The presence of metastasis and the decision not to do curative therapy Whipple surgery in patients with pancreatic cancer in dr Cipto Mangunkusumo General Hospital are the primary factors that negatively affect the 1 year survival rate. "
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saragih, Riahdo Juliarman
"Latar Belakang: Ventilator-associated pneumonia (VAP) merupakan infeksi yang sering terjadi di intensive care unit (ICU) dan memiliki angka mortalitas yang tinggi. Pengetahuan tentang prediktor mortalitas dapat membantu pengambilan keputusan klinis untuk tatalaksana pasien. Studi-studi tentang faktor prediktor mortalitas VAP menunjukkan hasil yang berbeda-beda dan tidak ada penelitian yang komprehensif di Indonesia.
Tujuan: Mengetahui faktor-faktor prediktor mortalitas pasien VAP di RSCM.
Metode: Penelitian ini merupakan studi kohort retrospektif pada pasien ICU RSCM yang didiagnosis VAP selama tahun 2003-2012. Data klinis dan laboratorium beserta status luaran (hidup atau meninggal) selama perawatan diperoleh dari rekam medis. Analisis bivariat dilakukan pada variabel kelompok usia, infeksi kuman risiko tinggi, komorbiditas, renjatan sepsis, kultur darah, prokalsitonin, ketepatan antibiotik empiris, acute lung injury, skor APACHE-II, dan hipoalbuminemia. Variabel yang memenuhi syarat akan disertakan pada analisis multivariat regresi logistik.
Hasil: Sebanyak 201 pasien diikutsertakan pada penelitian ini. Didapatkan angka mortalitas selama perawatan sebesar 57,2%. Kelompok usia, komorbiditas, renjatan sepsis, prokalsitonin, ketepatan antibiotik empiris, dan skor APACHE II merupakan variabel yang berpengaruh terhadap mortalitas pada analisis bivariat. Prediktor mortalitas pada analisis multivariat adalah antibiotik empiris yang tidak tepat (OR 4,70; IK 95% 2,25 sampai 9,82; p < 0,001), prokalsitonin > 1,1 ng/mL (OR 4,09; IK 95% 1,45 sampai 11,54; p = 0,01), usia ≥ 60 tahun (OR 3,71; IK 95% 1,35 sampai 10,20; p = 0,011), dan adanya renjatan sepsis (OR 3,53; IK 95% 1,68 sampai 7,38; p = 0,001).
Kesimpulan: Pemberian antibiotik empiris yang tidak tepat, prokalsitonin yang tinggi, usia 60 tahun atau lebih, dan adanya renjatan sepsis merupakan pediktor independen mortalitas pada pasien VAP.

Background: Ventilator-associated pneumonia (VAP) is a frequent infection with high mortality rates in intensive care unit (ICU). The prediction of outcome is important in decision-making process. Studies exploring predictors of mortality in patients with VAP produced conflicting results and there are no comprehensive reports in Indonesia.
Objective: To determine predictors of mortality in patients with VAP in Cipto Mangunkusumo Hospital.
Methods: We performed a retrospective cohort study on patients admitted to the ICU who developed VAP between 2003?2012. Clinical and laboratory data along with outcome status (survive or non-survive) were obtained for analysis. We compared age, presence of high risk pathogens infection, presence of comorbidity, septic shock status, blood culture result, procalcitonin, appropriateness of initial antibiotics therapy, presence of acute lung injury, APACHE II score, and serum albumin between the two outcome group. Logistic regression analysis performed to identify independent predictors of mortality.
Results: A total of 201 patients were evaluated in this study. In-hospital mortality rate was 57.2%. Age, comorbidity, septic shock status, procalcitonin, appropriateness of initial antibiotics therapy, and APACHE II score were significantly different between outcome groups. The independent predictors of mortality in multivariate logistic regression analysis were inappropriate initial antibiotics therapy (OR: 4.70; 95% CI 2.25 to 9.82; p < 0.001), procalcitonin > 1.1 ng/mL (OR: 4.09; 95% CI 1.45 to 11.54; p = 0.01), age ≥ 60 years old (OR: 3.71; 95% CI 1.35 to 10.20; p = 0.011), and presence of septic shock (OR: 3.53; 95% CI 1.68 to 7.38; p = 0.001).
Conclusion: Inappropriate initial antibiotic therapy, high serum procalcitonin level, age 60 years or older, and presence of septic shock were independent predictors of mortality in patients with VAP.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andika Afriansyah
"Model prediksi kesintasan kanker prostat metastasis tulang sudah pernah dilakukan sebelumnya. Namun, model prediksi kesintasan kanker prostat metastasis tulang pra-terapi belum pernah dialukan sebelumnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor klinis yang mempengaruhi ketahanan hidup (survival) pada kanker prostat dengan metastasis tulang serta mengembangkan nomogram prognostik ketahanan hidup pada pasien dengan kondisi tersebut. Terdapat 392 subyek dengan kanker prostat dengan metastasis tulang yang mendapat terapi Androgen Deprivation Therapy (ADT) dalam penelitian ini. Parameter pra-perawatan dianalisis menggunakan model cox-proportional untuk mengidentifikasi prediktor ketahanan hidup secara keseluruhan. Kovariat yang menunjukkan nilai signifikansi secara statistik pada analisis multivariat akan dipakai untuk membentuk nomogram. Model prediktor linier digunakan untuk mengembangkan nomogram. Nilai median ketahanan hidup keseluruhan adalah 40,3 bulan (95% CI: 32.2 - 48.5). Analisis univariat menunjukkan bahwa T-stage, Gleason Score, nilai antigen spesifik prostat inisial, dan jumlah lesi metastasis merupakan faktor-faktor prognostik independen terhadap angka ketahanan hidup keseluruhan. Semua prediktor ini tetap menunjukkan hasil yang signifikan secara statistik sebagai faktor prognostik independen pada analisis model multivariat cox-regression. Nomogram yang terbentuk dari faktor-faktor prediktor tersebut menunjukkan diskriminasi yan baik dalam memprediksi ketahanan hidup dalam 5 tahun dengan area under the curve (AUC) sebesar 0.69. Kesepakatan yang diterima dari probabilitas yang diamati dan diprediksi telah dinilai dalam plot kalibrasi. Nilai median ketahanan hidup keseluruhan adalah 40,3 bulan. Prediksi nomogram ini dapat berguna sebagai alat untuk memprediksi angka ketahanan hidup keseluruhan pada sebelum terapi kanker prostat metastasis, secara spesifik pada populasi Indonesia. Penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk memberikan validasi eksternal untuk mendukung penggunaan nomogram ini.

A survival prognostic model of prostate cancer with bone metastasis had been done before. However, a prognostic model of pre-treatment prostate cancer with bone metastasis had not yet done. This study aims to analyze the clinical factors among bone-metastatic prostate cancer and their relationships with survival as well as to develop a prognostic nomogram for overall survival in patients with this condition. This study included 392 patients with bone metastatic prostate caner treated with androgen deprivation therapy. Pre-treatment parameters were analyzed using cox-proportional hazard model to identify the predictors of overall survival. Covariates, which showed statistical significance on multivariate analysis, were used to develop a nomogram. Linear predictor model was utilized to develop the nomogram. Median overall survival was 40.3 months (95% CI: 32.2 to 48.5). Univariate analysis showed that clinical T-stage, Gleason Score, initial prostate specific antigen value, and number of metastatic lesion were independent prognostic factors for OS. These predictors still remained significant as independent prognostic factors for overall survival following analysis using multivariate cox-regression model. The nomogram constructed from those prognostic factors showed good discriminaton for predicting the 5-year OS with an Area Under the Curve of 0.69. Acceptable agreement of the observed and predicted probabilites was observed in the calibration plot. The median overall survival of patient with bone metastatic prostate cancer was 40.3 months. The prediction nomogram might be a useful tool for predicting overall survival in pre-treatment bone metastatic prostate cancer, specifically among Indonesian patients. Further studies are needed to provide external validation to support the utilization of this nomogram."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>