Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 198890 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Intan Putri Atmini
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara kebahagiaan psikologis dan ideasi bunuh diri pada siswa SMA di Kabupaten Gunung Kidul. Kabupaten Gunung Kidul dipilih sebagai lokasi penelitian karena angka bunuh diri di Gunung Kidul cukup tinggi. Kebahagiaan psikologis diukur menggunakan Ryff rsquo;s Scale of Psychological Well-Being RPWB, sementara itu ideasi bunuh diri diukur menggunakan Scale for Suicide Ideation SSI. Penelitian melibatkan 249 siswa di tiga sekolah SMA di Kabupaten Gunung Kidul. Analisis korelasi menunjukkan hasil r = -,131;p = 0,039, signifikan pada L.o.S 0,05. Penelitian menunjukkan hasil bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara kebahagiaan psikologis dan ideasi bunuh diri.

This research was conducted to find the correlation between psychological well being and suicide ideation among High School student in Gunung Kidul Regency. Gunung Kidul regency was chosen as location in this research beacuse suicide rate in Gunung Kidul is quite high. Psychological well being was measured by using Ryff rsquo s Scale of Psychological Well Being RPWB and suicide ideation was measured by using Scale for Suicide Ideation SSI. The participants of this research were 249 high school students of three school in Gunung Kidul regency. Correlation analysis showed r 131 p 0,039 significant at L.o.S 0,05. The result of this research showed that psychological well being negatively correlated significantly with suicide ideation.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S68080
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Renata Felichiko Nurandhita
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peran keberfungsian keluarga terhadap hubungan antara stres akademis dengan gagasan bunuh diri pada mahasiswa. Instrumen yang digunakan untuk mengukur keberfungsian keluarga adalah Family Assessment Device FAD versi 3. Instrumen yang digunakan untuk mengukur stres akademis adalah Educational Stress Scale for Adolescent ESSA . Kemudian, instrumen yang digunakan untuk mengukur gagasan bunuh diri adalah Suicide Ideation Scale SIS . Responden penelitian ini ada sebanyak 303 mahasiswa Universitas Indonesia dengan rentang usia 18-25 tahun.
Hasil penelitian menggunakan metode regresi Hayes, dan hasil yang diperoleh adalah terdapat hubungan yang signifikan antara variabel stres akademis terhadap gagasan bunuh diri t 303 = 5.0403, p < 0.01 . Namun hasil perhitungan regresi yang dilakukan tidak menemukan adanya pengaruh yang signifikan antara efek interaksi keberfungsian keluarga dan stres akademis terhadap gagasan bunuh diri t 303 = 1.2612, p > 0.05.

This study is conducted to search for the role of family functioning towards the relationship between academic stress and suicide ideation on University students. The instrument used to measure family functioning is Family Assessment Device FAD version 3. The instrument used to measure academic stress is the Educational Stress Scale for Adolescent ESSA. And the instrument used to measure suicide ideation is Suicide Ideation Scale SIS. The sample used for this study are students of the University of Indonesia. There are as much as 303 participants with the age ranging from 18 25 years old.
The results of this study was obtained by using Hayes regression method. The results are that there is a significant correlation between academic stress and suicide ideation t 303 5.0403, p 0.01. But the result also shows that there is no significant correlation between the interaction effect of family functioning and academic stress towards suicide ideation t 303 1.2612, p 0.05.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S70156
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nainggolan, Theresa Ayu Febrinia
"Pendahuluan. Bunuh diri merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi pada remaja dan dewasa muda secara global. Dalam sebuah penelitian ditemukan bahwa 62% pasien mengalami readmisi psikiatri dengan risiko bunuh diri sebagai alasan terbanyak. Saat ini tidak banyak penelitian yang menilai faktor risiko yang memengaruhi readmisi pada pasien berisiko bunuh diri. Berdasarkan kebutuhan tersebut, perlu dilakukan penelitian yang mempelajari tentang profil dan karakteristik pasien-pasien yang mengalami readmisi berulang karena risiko bunuh diri serta hubungannya dengan kejadian readmisi. Metode. Penelitian dengan rancangan studi potong lintang dengan melibatkan 38 rekam medis pasien yang dirawat inap psikiatri dengan indikasi risiko bunuh diri selama Januari 2020 hingga Juni 2022. Kedatangan ke Ruang Rawat Inap Psikiatri RSCM ditelusuri dari Electronic Health Record. Analisis data menggunakan uji chi-square, uji regresi logistik biner, dan Independent Sample T-test. Hasil. Terdapat 33 (86,84%) sampel yang mengalami rawat inap psikiatri berulang dalam satu tahun di RSCM. Tidak ditemukan hubungan bermakna profil demografi (usia, jenis kelamin, status pernikahan, status pekerjaan), frekuensi rawat inap sebelumnya, derajat risiko bunuh diri dan profil kepribadian terhadap kejadian rawat inap berulang psikiatri atas indikasi risiko bunuh diri. Terdapat hubungan bermakna antara episode depresi dengan kejadian rawat inap berulang psikiatri atas indikasi risiko bunuh diri, dengan peningkatan risiko 21,333 kali, namun tidak dapat digeneralisasi pada populasi umum karena interval kepercayaan yang lebar. Kesimpulan. Penelitian ini menunjukkan adanya kebutuhan untuk penelitian lanjutan dengan metode yang lebih baik, dan menerapkan evaluasi panduan tatalaksana bunuh diri yang menekankan pada kelompok yang rentan mengalami perawatan berulang atas indikasi risiko bunuh diri.

Introduction. Suicide is one of the leading causes of death in adolescents and young adults globally. Study found 62% of patients had psychiatric readmissions with the risk of suicide being the most common factor. There were few literatures for risk factors in psychiatric readmission due to suicide risk. It is necessary to carry out research that studies the profiles and characteristics of patients who experience repeated readmissions due to the risk of suicide and its association to psychiatric readmissions. Method. The research was a cross-sectional study design involving 38 patient medical records who admitted to psychiatric ward RSCM with suicide risk in January 2020 – June 2022. Admission to the psychiatric ward were traced from the Electronic Health Record. Data analysis used chi-square test, fisher exact’s test, binary logistic regression test and independent sample t-test. Result. There were 33 samples (86,84%) who had psychiatric readmission within one year with suicide risk. No significant relationship was found between demographic factor (sex, age, working status, marital status), suicide risk severity, history of previous admission, and personality with readmissions due to the risk of suicide. There was significant relationship between depressive episode with readmissions due to the risk of suicide, which heighten the risk 21,333 folds. Nevertheless, high range of confidence interval indicates that this finding cannot be applied in general population. Conclusion. This study highlighted the need for a better study method and evaluating suicide risk management guideline with emphasis on group at risk for readmission due to suicide risk."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khalis Al Ghifari
"ABSTRACT
Penelitian ini membahas mengenai keberfungsian keluarga sebagai prediktor terhadap ide bunuh diri pada remaja akhir. Keberfungsian keluarga menjadi faktor protektif maupun faktor risiko dari ide bunuh diri pada remaja akhir. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, dengan jumlah partisipan sebanyak 496 individu, dengan rentang umur 18-22 tahun. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Positive and Negative Suicide Ideation Inventory PANSI untuk mengukur ide bunuh diri, dan Family Assesment Device FAD untuk mengukur persepsi individu mengenai keberfungsian keluarga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberfungsian keluarga secara signifikan dapat memprediksi ide bunuh diri pada remaja akhir R=-0.487.

ABSTRACT
This research explaining about family functioning as a predictor of suicide ideation among late adolescents. Family functioning could become a protective and risk factor, for adolescents rsquo suicide ideation. This is a quantitative research that includes 496 participants, aged 18 22. The data were collected using Positive and Negative Suicide Ideation Inventory PANSI to measures suicide ideation, and Family Assesment Device FAD to measures individual perception of their family functioning. The result suggests that family functioning can significantly predict suicide ideation among late adolescents R 0.487."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Fitriani
"Ide bunuh diri menjadi salah satu komponen penting dalam memprediksi upaya bunuh diri serta diasumsikan sebagai indikator dari masalah kesehatan mental lainnya. Mahasiswa salah satu kelompok yang rentan memiliki ide bunuh diri dikarenakan adanya tekanan hidup dan sumber stres lainnya. Peranan coping styles menjadi penting bagi individu dalam menghadapi masalah dalam hidupnya. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara coping styles (problem-focused coping, emotion-focused coping, dan avoidant coping) dengan ide bunuh diri pada mahasiswa program sarjana di Universitas Indonesia. Desain penelitian menggunakan kuantitatif Cross-Sectional dengan membagikan kuesioner secara daring melalui Kobo ToolBox sejumlah 570 responden mahasiswa dari 14 fakultas. Teknik sampling menggunakan metode Incidental sampling dan Quota Sampling. Alat ukur Brief COPE dipakai untuk mengukur coping styles dan Beck Scale for Suicide Ideation untuk mengukur ide bunuh diri. Dari hasil uji statistik Spearman Correlation menunjukkan ada hubungan antara problem-focused coping (r = -0,453, p<0,05), emotion-focused coping (r = -0,210, p<0,05), dan avoidant coping (r = 0,593; p<0,05) dengan ide bunuh diri pada pada mahasiswa program sarjana di Universitas Indonesia. Arah hubungan negatif pada problem-focused coping dan emotion-focused coping dengan ide bunuh diri, sedangkan avoidant coping memiliki hubungan positif. Semakin sering mahasiswa menggunakan problem-focused coping dan emotion-focsed coping akan semakin rendah ide bunuh diri yang dimiliki. Serta, semakin sering penggunaan avoidant coping akan semakin tinggi ide bunuh diri yang dimiliki. Maka itu, peneliti merekomendasikan mahasiswa untuk mengkombinasikan penggunaan problem-focused coping dan emotion-focused coping yang adaptif ketika mengatasi tekanan hidup dibandingkan avoidant coping atau penghindaran terhadap masalah.

Suicidal ideation is essential in predicting suicide attempts, also assumed to be an indicator of other mental health problems. Undergraduate students are one of the groups most vulnerable to suicidal ideation due to life pressures and other sources of stress. Coping styles is a crucial role for individuals in dealing with life problems. The aim of this study is to examine the relationship between coping styles (problem-focused coping, emotion-focused coping, and avoidant coping) with suicidal ideation on undergraduate students at University of Indonesia. This study using quantitative cross-sectional design with distributed online questionnaires via Kobo ToolBox to collected 570 student respondents from 14 faculties. The sampling techniques used are incidental sampling and quota sampling. The Brief COPE was used to measurement coping styles, and the Beck Scale for Suicide Ideation was used to measurement suicidal ideation. The result of study using Spearman correlation statistical tests indicated coping styles significantly correlated between problem-focused coping (r = -0.453, p<0.05), emotion-focused coping (r = -0.210, p<0.05), and avoidant coping (r = 0.593, p<0.05) with suicidal ideation on undergraduate students at University of Indonesia. Problem-focused coping and emotion-focused coping has negative correlation with suicidal ideation, inverse avoidant coping has a positive correlation. The more frequently students use problem-focused coping and emotion-focused coping, the lower their suicidal ideation. Conversely, the more frequently avoidant coping is used, the higher the suicidal ideation. Recommendation that undergraduate students to combine the use of adaptive problem-focused coping and emotion focused coping when dealing with life pressures rather than resorting to avoidant coping."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chichester: Wiley-Blackwell, 2011
616.858 445 INT
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Shanty Kurniasari
"Latar Belakang
Bunuh diri tetap menjadi masalah kesehatan masyarakat yang signifikan, dengan lebih dari 2.000 wanita di Indonesia meninggal karena bunuh diri pada tahun 2016 saja. Faktor- faktor seperti jenis kelamin, penyakit kronis, dan gangguan kesehatan mental diduga berkontribusi terhadap munculnya pikiran dan perilaku bunuh diri. Pasien HIV sering mengalami beban kesehatan mental yang lebih besar akibat kesulitan dalam mengelola penyakit tersebut. Penelitian ini menyelidiki hubungan antara ide bunuh diri dan psikopatologi di antara pasien HIV/AIDS wanita di Indonesia, dengan menunjukan tantangan kesehatan mental yang dihadapi oleh kelompok rentan ini.
Metode
Penelitian cross-sectional ini menggunakan Self-Reporting Questionnaire-20 untuk menilai psikopatologi dan survei untuk mengidentifikasi ide bunuh diri serta karakteristik pasien pada 95 pasien wanita HIV/AIDS di Pokdisus, RSCM. Data dianalisis menggunakan SPSS v.25 untuk macOS dengan uji Chi-square, Fisher, dan Kruskal- Wallis.
Hasil
Kami menemukan prevalensi ide bunuh diri dan psikopatologi di antara pasien wanita HIV/AIDS masing-masing sebesar 9,47% dan 27,37%. Selain itu, terdapat hubungan signifikan antara usia, tingkat pendidikan, dan sistem support dengan ide bunuh diri (p=0,005, p=0,019, dan p=0,026). Ditemukan pula adanya hubungan positif yang kuat antara psikopatologi dan ide bunuh diri pada pasien HIV/AIDS wanita, dengan kemungkinan ide bunuh diri yang 12 kali lebih tinggi pada mereka yang memiliki psikopatologi (OR=12.342).
Kesimpulan
Tingginya prevalensi psikopatologi dan asosiasinya yang kuat dengan ide bunuh diri menekankan perlunya integrasi skrining dan intervensi terkait isu kesehatan mental ke dalam perawatan HIV untuk wanita, serta memperkuat jaringan support sosial untuk meningkatkan hasil kesehatan mental pasien.

Introduction
Suicide remains a significant public health concern, with over 2,000 Indonesian women dying by suicide in 2016 alone. Factors such as gender, chronic physical illnesses, and mental health disorders are thought to contribute to suicidal thoughts and behaviours. HIV patients often struggle with greater mental health burden due to the difficulties in managing the illness. This study investigated the association between suicidal ideation and psychopathology among Indonesian female HIV/AIDS patients, highlighting the mental health challenges faced by this vulnerable group.
Method
This cross-sectional study utilized the Self-Reporting Questionnaire-20 to assess characteristics in 95 female HIV/AIDS patients in Pokdisus, RSCM. The data was analysed through SPSS v.25 for macOS using the Chi-square, Fisher, dan Kruskal-Wallis tests.
Results
We found the prevalence of suicidal ideation and psychopathology among female HIV/AIDS patients to be 9.47% and 27.37%, respectively. Additionally, there are significant associations between age, education levels, and support system with suicidal ideation (p=0.005, p=0.019 and p=0.026). A strong positive association between psychopathology and suicidal ideation among female HIV/AIDS patients was found, with 12-fold higher odds of suicidal ideation in those with psychopathology (OR=12.342) Conclusion
The high prevalence of psychopathology and its strong association with suicidal ideation underscore the need for integration of screening and interventions for mental health issues into HIV care for women, along with strengthening social support networks to improve
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arrohman Prayitno
"Fokus penelitian ini ialah eksplorasi hubungan potensial antara percobaan bunuh diri di Jakarta pada tahun 1982/1983, dan diagnosis psikiatri dan faktor sosiokultural. Sistem Kesehatan Nasional 1982 dalam menyongsong tahun 2000 memperkirakan bahwa jumlah gangguan kesehatan jiwa rakyat Indonesia secara relatif lebih besar berkembang di bidang yang diakibatkan oleh tekanan hidup dengan akibat meningkatnya angka perilaku menyimpang, termasuk percobaan bunuh diri. Berdasarkan ulasan kepustakaan mengenai tindakan bunuh diri, ditinjau dari sejarah, agama, psikologi, sosiologi, patodinamika percobaan bunuh diri serta pengalaman pribadi penulis, diajukan permasalahan utama sebagai berikut. Apakah percobaan bunuh diri yang terjadi pada akhir-akhir ini di Jakarta berhubungan dengan gangguan kesehatan (penyakit) jiwa dan faktor sosiokultural tertentu?
Metode penelitian ini adalah suatu studi kasus kelola dengan cara menyelidiki kelompok pasien yang melakukan percobaan bunuh diri, kelompok pasien psikiatri yang tidak melakukannya, dan kelompok orang yang melakukan bunuh diri. Pada penelitian ini diuji sejumlah 17 hipotesis yang terdiri dari variabel utama diagnosis psikiatri menurut Sistem dan Evaluasi Multiaksial dan faktor-sosiokultural tertentu. Analisis statistik menggunakan tabel 2 x 2 untuk uji X2, risiko relatif dan kuatnya hubungan asosiasi б (phi) dan Y (Yule). Sampel yang digunakan ialah sampel sengaja (purposive sample) dan sampel berlapis (stratified sample), yaitu wanita menikah yang berusia muda dengan tujuan agar diperoleh sampel yang spesifik untuk percobaan bunuh diri.
Hasil penelitian ini membuktikan terdapatnya asosiasi yang sangat bermakna (significant) (p <0,01) dan hubungan yang sangat kuat antara percobaan bunuh diri dan gangguan depresi, Gangguan dan Ciri Kepribadian Histrionik,
Stres Psikososial yang berat, Fungsi Adaptif Tertinggi yang lumayan pada setahun terakhir, metode yang lunak, penyalahgunaan obat dan alkohol, faktor pencetus/stres kehidupan berupa masalah pernikahan, predileksi jenis kelamin (wanita) dan usia (16-30 tahun), status menikah, dan golongan etnik Cina. Di samping itu, terdapat asosiasi yang bermakna (p <0,05) dan hubungan yang kuat antara PBD dan Gangguan dan Kondisi Fisik yang minimal, sikap keluarga yang tergolong menerima, dan bermukim kurang dari tiga tahun di Jakarta. Hipotesis yang ditolak ialah asosiasi antara percobaan bunuh diri dan status sosial ekonomi yang rendah, komposisi keluarga, kepatuhan beragama yang kurang, dan aktivitas kemasyarakatan yang kurang. Pada analisis regresi berganda teruji urutan prediksi variabel Stres Psikososial yang berat, gangguan depresi, dan Fungsi Adaptif Tertinggi Setahun Terakhir yang lumayan. Ternyata prediksi variabel Gangguan dan Ciri Kepribadian Histrionik dan golongan etnik Cina kurang menunjukkan peran yang nyata. Hasil yang lain ialah dapat dicatat sejumlah 1.337 pasien pada tahun 1982/1983 atau angka prevalensi 2,3/100.000 orang penduduk serta peta tindakan bunuh diri menurut kecamatannya. Secara ringkas, penemuan hasil penelitian ini ialah tentang patodinamika terjadinya, profit orang yang mempunyai risiko tinggi untuk melakukannya, dan informasi terbaru mengenai peristiwa percobaan bunuh diri di Jakarta.
Implikasi studi ini ialah bahwa karena asosiasi yang sangat bermakna antara diagnosis psikiatri dan percobaan bunuh diri, diperlukan evaluasi dan terapi di bidang psikiatri untuk semua pelaku percobaan bunuh diri. Pola penanggulangan percobaan bunuh diri dengan cara pendekatan Ilmu Kesehatan Jiwa Masyarakat berupa prevensi primer, sekunder, dan tersier (postvention) disarankan agar dikembangkan. Penelitian ini mengundang penelitian-penelitian lain di bidang epidemiologi, perilaku destruksi diri yang lain, dan masalah lain seperti depresi, stres kehidupan, dan faktor sosiokultural lainnya yang diduga ada kaitannya dengan percobaan bunuh diri.

The focus of this research is the exploration of the potential relationship between attempted suicides in Jakarta in the year 1982/1983 and psychiatric diagnosis and socio-cultural factors. The National Health System of 1982 in its approach towards the year 2000 estimates that there will be a relatively larger increase in disturbances of mental health among the Indonesian people in the category caused by life stresses resulting in deviant behavior, including attempted suicide. Based on a literature review on suicidal act concerning history, religion, psychology, sociology and the pathodynamics of attempted suicide, and the author's personal observations, the main problem is formulated as follows: Are the recent attempted suicides in Jakarta connected with mental health disturbance (mental illness) and particular socio-cultural factors?
The investigation method is the case-control study in which were examined one group of patients who attempted suicide, one group of psychiatric patients who did not, and a group of persons who committed suicide. In this study, 17 hypotheses were tested., involving such variables as certain psychiatric diagnosis according to the Multiaxial System and Evaluation and socio-cultural factors. For statistical analysis the 2 X 2 table for testing X2, relative risk, and associative strength between (phi) and Y (Yule) were used. Samples used were purposive samples and stratified samples, i.e. married young women in order to obtain a specific sample for attempted suicide.
The results of this study show a highly significant (p {0,O1) association and a very strong association between attempted suicide on the one hand - and on the other: depression and Histrionic Personality Disturbance and Traits, severe Psychosocial Stress, fair Highest Level of Adaptive Functioning Past Year, "soft" method, drug and alcohol abuse, life stress in the from of a marital discord as precipitating factor, predilection of the female sex aged 16--30, married status, and ethnic group (Chinese).
Further, the results show a significant (p < 0.05) association and strong association between attempted 'suicide on the one hand and on the other Minimal Physical Disturbance and Conditions, accepting attitude on the part of the family, and residence of less than 3 years in Jakarta.
Hypotheses that remain unsupported are concerning an association between attempted suicide on the one hand and on the other: low social and economic status, family structure, loose religious adherence, and insufficient social activity.
Multiple regression analysis indicates that prominent predictors to lead a person for attempting suicide are severe Psychosocial Stress, depressive disorders, and fair Highest Level of Adaptive Functioning Past Year. On the other hand, Histrionic Personality Disorder or Trait and Chinese ethnicity are relatively less prominent predictors.
Another result was that 1,337 patients were registered during 1982-1983, a prevalence of 2.3 per 100,000 city residents, and were entered on a map showing the distribution by district. In summary, the findings of this research throw light on the pathodynamics, provide a profile of persons at high risk of attempted suicide and the latest information on attempted suicide in Jakarta.
Because the study shows a highly significant association between psychiatric diagnosis and attempted suicide, it implies that psychiatric evaluation and therapy are required for all persons who attempt suicide. Programs based on the community mental health approach for dealing with attempted suicide, its primary, secondary and tertiary prevention (postvention) should be developed. This study invited further investigations in the field of epidemiology, self-destructive behavior, and other problems such as depression, life stresses and socio-cultural factors suspected to have a bearing on attempted suicide.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1984
D259
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Florensa
"Bunuh diri pada remaja merupakan salah satu persoalan serius dalam kesehatan masyarakat saat ini. Data Global School based student Health Survey tahun 2015 terhadap remaja sekolah yang berusia 13-17 tahun di Indonesia menunjukkan bahwa 5% remaja memiliki ide bunuh diri, 6% sudah merencanakan bunuh diri dan 4% sudah melakukan usaha bunuh diri. Keputusan remaja untuk melakukan bunuh diri dipengaruhi oleh berbagai macam faktor risiko maupun faktor protektif yang merupakan faktor pencegah munculnya risiko bunuh diri pada remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengontrol faktor risiko dan meningkatkan faktor protektif terhadap risiko bunuh diri pada remaja dengan melibatkan peran serta perawat UKS, guru dan orang tua. Metode penelitian ini dibagi menjadi 3 tahap. Tahap pertama yaitu studi kualitatif dengan desain kualitatif deskriptif untuk mengetahui faktor protektif dan faktor risiko bunuh diri pada remaja. Partisipan pada tahap ini adalah remaja, guru, orang tua dan perawat UKS. Tahap ke dua adalah pengembangan model pencegahan risiko bunuh diri berbasis sekolah pada remaja. Pada tahap ke tiga dilakukan uji coba model dengan menggunakan pendekatan studi kuantitatif dengan desain quasy experiment dan rancangan penelitian pre and post with control group. Intervensi diberikan kepada 212 remaja. Hasil penelitian tahap satu ditemukan dua tema pada faktor protektif terhadap risiko bunuh diri yaitu faktor individu dan faktor sosial, dua tema pada faktor risiko risiko yaitu faktor individu dan sosial. Tahap dua diperoleh model pencegahan risiko bunuh diri berbasis sekolah pada remaja dan tahap tiga menunjukkan bahwa model meningkatkan mekanisme koping, dukungan sosial dan perilaku mencari bantuan serta menurunkan depresi dan ide bunuh diri pada remaja. Rekomendasi bagi pelayanan kesehatan disekolah bahwa model ini dapat diaplikasikan untuk pencegahan risiko bunuh diri di sekolah dengan melibatkan perawat UKS, guru, orang tua serta teman sebaya.

Suicide in adolescents is one of the serious problems in public health today. Data from the 2015 Global School based Student Health Survey on school adolescents aged 13-17 years in Indonesia showed that 5% of adolescents had suicidal ideation, 6% had planned suicide and 4% had attempted suicide. Adolescent's decision to commit suicide is influenced by various risk faktors and protective faktors which are faktors that prevent the emergence of suicide risk in adolescents. This study aims to control risk faktors and increase protective faktors against suicide risk in adolescents by involving the participation of school nurses, teachers and parents. This research method is divided into 3 stages. The first stage is a qualitative study with a descriptive qualitative design to determine the protective faktors and risk faktors for suicide in adolescents. Participants at this stage were teenagers, teachers, parents and UKS nurses. The second stage is the development of a school-based suicide risk prevention model in adolescents. In the third stage, a model trial was conducted using a quantitative study approach with a quasi-experimental design and a pre and post research design with a control group. The intervention was given to 212 adolescents. The results of the first phase of the study found two themes on protective faktors against suicide risk, namely individual faktors and social faktors, two themes on risk faktors, namely individual and social faktors. In the second stage, the model of school-based suicide risk prevention in adolescents showed that the model improved coping mechanisms, social support and help-seeking behavior and reduced depression and suicidal ideation in adolescents. Recommendations for health services in schools that this model can be applied to prevent the risk of suicide in schools by involving school nurses, teachers, parents and peers."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Afriadi Hamdan
"Latar belakang: IKPP merupakan salah satu pilihan terapi reperfusi. Kesintasan pasien pasca IKPP dipengaruhi berbagai faktor. Namun, dari hasil penelitian lain pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap kesintasan memiliki hasil yang kontradiktif.
Tujuan: Mengetahui kesintasan satu tahun pasien yang menjalani IKPP di RSCM
dan faktor-faktor yang memengaruhinya.
Metode: Studi kohort retrospektif dilakukan dengan menelusuri RM pasien yang menjalani IKPP di RSCM periode Januari 2014 hingga Desember 2019. Pasien diamati selama satu tahun dengan luaran berupa mortalitas kardiovaskular. Analisis kesintasan dilakukan dengan metode Kaplan-Meier dan uji log rank untuk melihat kemaknaannya. Setelah itu, dilakukan analisis multivariat. Hasil: Didapatkan sebanyak 220 pasien untuk diteliti. Kesintasan satu tahun pasien pasca IKPP di RSCM sebesar 88,2% (SE 0,254) dengan rerata usia sebesar 54,96 ± 9,51 tahun di mana usia < 60 tahun (72,3%), laki-laki (85%), hiperglikemia (65%), Killip I-II (74,1%), dan lesi anterior (89,5%) memiliki proporsi lebih banyak.
Sedangkan, obesitas (39,5%), kadar kreatinin serum tinggi (34,1%), dan PJK 3PD (45,5%) memiliki proporsi yang lebih sedikit. Rasio monosit-HDL memiliki nilai median 14,53 (0 – 61,4). Dari analisis multivariat didapatkan usia > 60 tahun dengan HR 4,25 (IK95% 1,93 – 9,37), kreatinin serum tinggi dengan HR 2,41 (IK 95% 1,08 – 5,33), dan nilai Killip III-IV dengan HR 4,06 (IK 95% 1,83 – 9,00) memengaruhi kesintasan satu tahun pasien pasca IKPP. Kesimpulan: Kesintasan satu tahun pasca IKPP di RSCM sebesar 88,2% (SE 0,254), dipengaruhi oleh usia, rasio monosit-HDL, dan nilai Killip.

Background: Primary PCI plays important roles as reperfusion therapy in STEMI.
The survival rate of post-Primary PCI patients is affected by some of risk factors.
However, the effect of these factors on survival has contradictory results from
others studies.
Objective: To assess the one-year survival of patients undergoing Primary PCI in
Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta, Indonesia (RSCM) and factors
affecting.
Method: A retrospective cohort study was conducted by tracing the medical
records of patients undergoing Primary PCI at RSCM for the period January 2014
to December 2019. Patients were observed for one year after Primary PCI for
cardiovascular mortality outcomes. Survival analysis was performed using the
Kaplan-Meier method, then log rank test to see its significance. Then, multivariate
analysis was performed.
Results: There were 220 patients to be studied. One-year survival rate of patients
undergoing Primary PCI in RSCM is 88.2% (SE 0.254). The mean age of this study
is 54.96 ± 9.51 years with groups of age < 60 years, males, hyperglycemia on
admission, Killip I-II, and anterior lesions had higher proportions (respectively:
72.3%, 85%, 65%, 74.1%, and 89.5%). Meanwhile, the groups of obesity, high
serum creatinine level, and CAD 3VD had lower proportions (39.5%, 34.1%, and
45.5%, respectively). The monocyte-HDL ratio has a median value of 14.53 (0 –
61.4). The variables of age > 60 years, high serum creatinin, and Killip III-IV values
affect one-year survival with HR 4.25 (CI95% 1.93 – 9.37), 2.41 (CI95% 1.08 –
5.33), and 4.06 (CI95% 1.83 – 9,00), respectively.
Conclusion: One year survival after Primary PCI in RSCM is 88.2% (SE 0.254),
affected by age, high serum creatinine, and Killip scores.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>