Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 119172 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alif Dimassajid
"Pasca ditetapkannya Keppres Nomor 17 Tahun 2023 tentang Penetapan Berakhirnya Status Pandemi Corona Virus Desease 2019, nyatanya kebiasaan untuk bekerja di luar kantor seperti di kafe, menjadi kebiasaan yang dilanjutkan pasca masa pandemic. Fenomena bekerja dari kafe menjadikan kafe sebagai tempat ketiga produktif atau Productive Third Place bagi para pekerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pekerja sebagai konsumen yang diukur dari usia, jenis pekerjaan, domisili tempat tinggal, dan lokasi bekerja terhadap pilihan coffee shop sebagai tempat bekerja. Untuk mengetahui hal tersebut metode tabulasi silang digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik konsumen terhadap karakteristik site dan situation dari masing masing coffee shop. Hasil yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis deskriptif dengan tujuan jawaban dijelaskan secara menyeluruh. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar konsumen adalah pekerja usia produktif antara 24-39 tahun yang berdomisili di Jakarta Selatan. Adapun motif para konsumen memilih tempat work from coffee dilihat dari site yaitu café yang memiliki fasilitas penunjang yang lengkap dari variasi tempat duduk, variasi meja, variasi sumber pencahayaan, layanan internet, layanan stop kontak, pengatur suhu ruangan, toilet, dan kesediaan lahan parkir. Selain itu, aspek situation juga turut menjadi pertimbangan konsumen yang dilihat dari aksesibilitas tinggi dan berada di sekitar kawasan jasa dan usaha.

After the Presidential Decree Number 17 of 2023 concerning Determination of the End of the Corona Virus Disease 2019 Pandemic Status applied, in fact the habit of working outside the office such as in a cafe, became a habit that was continued after the pandemic. The phenomenon of working from cafes makes cafes a productive third place for workers. This study aims to determine the characteristics of workers as consumers as measured by age, type of work, domicile of residence, and work location on the choice of coffee shop as a place of work. To find out this, the cross-tabulation method was used to identify consumer characteristics for the site and situation characteristics of each coffee shop. The results obtained were analyzed using descriptive analysis with the aim of explaining the answers thoroughly. The results of this study indicate that most consumers are workers of productive age between 24-39 years who live in South Jakarta. As for the motives of consumers to choose a place to work from coffee, seen from the site, namely a café that has complete supporting facilities, from a variety of seats, a variety of tables, a variety of lighting sources, internet services, socket outlet services, room temperature control, toilets, and availability of parking space. In addition, the situation aspect is also a consideration for consumers, seen from high accessibility and being around service and business areas."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajrina Reza
"Pergeseran gaya hidup masyarakat menjadikan kedai kopi sebagai tempat yang nyaman untuk bersosialisasi, sampai bekerja sembari ditemani secangkir kopi atau minuman lain. Hal tersebut menyebabkan prospek bisnis kedai kopi terlihat menjanjikan, termasuk di Kawasan Kemang, suatu Kawasan yang memiliki karakteristik unik dengan sejarah perkembagannya yang panjang. Meningkatnya jumlah kedai kopi di Jakarta setiap tahunnya menyebabkan diperlukannya strategi pemasaran yang baik dan terukur. Salah satu pertimbangan bagi seorang pebisnis dalam membuka usahanya adalah ketepatan dalam memilih lokasi. Pemilihan lokasi yang tepat mempengaruhi risiko dan keuntungan kedai kopi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh lokasi terhadap kesuksesan usaha pada bisnis kedai kopi di Kawasan Kemang. Observasi dilakukan dalam penelitian ini untuk melihat bagaimana visibilitas, lahan parkir, dan kondisi lingkungan bisnis pada lokasi usaha. Adapun variable yang digunakan untuk mengukur kesuksesan usaha adalah lama usaha, pencapaian BEP, jumlah penjualan kopi, dan rating. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi terhadap lingkungan kedai kopi, serta wawancara kepada pemilik kedai kopi. Penelitian ini menemukan bahwa lokasi yang berada di kelas jalan arteri, memperoleh kesuksesan yang lebih besar dibanding kelas jalan lainnya. Hasil dari penelitian ini didapatkan temuan bahwa lokasi memiliki pengaruh terhadap kesuksesan bisnis. Kedai dengan visibilitas, lahan parkir, dan lingkungan bisnis yang tinggi memiliki tingkat kesuksesan usaha yang tinggi pula. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa kelas jalan dan nilai spasial lokasi menajdi kunci penting bagi kesuksesan usaha.

The shifting in people's lifestyles makes coffee shos a comfortable place to socialize, or work while accompanied by a cup of coffee or other drinks. This causes the coffee shop business prospects to look promising, especially in the Kemang area, an area that has unique characteristics with a long development historical. The increasing number of coffee shops in Jakarta every year requires a good and measurable marketing strategy. One consideration by an entrepreneur in opening his business is the accuracy in choosing a location, this is one of the factors that can affect the risks and profits of an overall business. The purpose of this study was to determine the effect of location on business success in the coffee shop business success in the Kemang area. Observations were carried out in this study to see how visibility, parker space and business environment around coffee shop business location. The variables used to measure business success are the years in operation, break-even point, number of coffee sales, and rating. Data collection was done by observing the coffee shop environment and the interview survey was conducted to find out how the development of the coffee shop business in the Kemang area. Spatial descriptive analysis was used in this study to explain the effect of location on the success of a coffee shop business in the Kemang Area. This study found that locations in the arterial road class had greater success than other road classes. The results of this study found that location has an influence on business success. Stores with high visibility, parking space, and business environment have a high level of business success as well. The conclusion of this study shows that the road class and the spatial value of the location are important keys to business success."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alief Sulthan Jordan
"Karakteristik Tempat dan Konsumen saling berkaitan satu sama lain yang dengan mengetahui karakteristik tempat maka akan mengenal apa yang terdapat di tempat coffee shop tersebut yang utamanya diketahui adalah fasilitas, suasana, produk, harga, promosi, dan ruang interior yang mempunyai fungsi untuk memahami apa yang diwujudkan oleh coffee shop. Objek penelitian yang dijadikan unit analisis adalah Dua Coffee Bintaro Sektor 3A, Tomoro Coffee Bintaro Sektor 5, Bajawa Kopi Flores Bintaro Sektor 7, dan Bakoel Koffie Bintaro Sektor 7. Untuk mengerjakan hal tersebut, maka penting untuk memahami pustakanya secara geografi. Untuk menganalisis penelitian skripsi ini diketahui pustaka yang paling baik adalah dengan memahami sejarah coffee shop dengan variasinya, perkembangan di dalam & luar negeri serta memahami variabel penelitian. Variabel yang dipilih adalah site & situation dengan komponen gabungannya site adalah bauran pemasaran sebagai cara/taktik agar mendapati data yang mau dikerjakan pada karakteristik tempat dan variabel geografi, demografi, dan motivasi konsumen yang variabelnya adalah fisik, sosial, status, intelektual, dan mental untuk karakteristik konsumen. Penelitian ini dibuat secara deskriptif kualitatif yang disertai data tambahan atau pendukung secara survey utamanya untuk memahami karakteristik konsumen sehingga hasil yang didapatkan komprehensif. Oleh karena itu, dibuatkan Peta Wilayah di Kawasan Bintaro Jaya agar memahami kependudukan, penggunaan tanah, dan jaringan jalan yang terbentuk utamanya untuk Sektor 3A, 5 dan 7. Hasil penelitian yang didapatkan adalah secara site konsumen yang didapatkan pada Kawasan Bintaro Jaya di keempat coffee shop, faktor suasana yang paling berpengaruh kepada konsumen dalam pemilihan coffee shop, sedangkan secara situation konsumen factor yang paling berpengaruh adalah kondisi lingkungan di sekitar coffee shop dan jaringan jalan. Sedangkan motivasi konsumen yang terbentuk adalah motivasi sosial merupakan motivasi utama konsumen berkunjung di suatu coffee shop baik itu untuk pertemuan, perjanjian, maupun perkenalan yang lebih banyak ditujukan kepada terjadinya interaksi sosial. Kemudian keterkaitannya adalah dengan karakteristik tempat yang disertai dengan suasana yang kuat dengan motivasi sosial yang kuat maka akan tericpta ulasan konsumen yang baik sehingga potensi pertumbuhan lokasi coffee shop di Bintaro Jaya akan semakin tumbuh.

The characteristics of the place and the consumer are related to each other. By knowing the characteristics of the place, you will know what is in the coffee shop. The main things to know are the facilities, atmosphere, product, price, promotion, and interior space which has the function of understanding what the coffee shop embodies. The research objects used as the unit of analysis are Dua Coffee Bintaro Sector 3A, Tomoro Coffee Bintaro Sector 5, Bajawa Kopi Flores Bintaro Sector 7, and Bakoel Koffie Bintaro Sector 7. To do this, it is important to understand the literature geographically. To analyze this thesis research it is known that the best literature is understanding the history of coffee shops with their variations, developments at home & abroad and understanding research variables. The selected variables are site & situation with the combined components site being the marketing mix as a method/tactic for obtaining data to be worked on on the characteristics of the place and the geographic, demographic and motivational variables of the consumers whose variables are physical, social, status, intellectual and mental for the characteristics of the consumers. This research was made in a qualitative descriptive manner accompanied by additional or supporting data in a survey primarily to understand consumer characteristics so that the results obtained were comprehensive. Therefore, a Map of the Area in the Bintaro Jaya Region was made in order to understand population, land use, and the road network that was formed mainly for Sectors 3A, 5 and 7. The research results obtained were from a consumer site obtained in the Bintaro Jaya Area in the four coffee shops, the atmosphere factor that most influenced consumers in choosing a coffee shop, while in terms of consumer the most influential factor was the environmental conditions around the coffee shop and the road network. Meanwhile, the consumer motivation that is formed is social motivation which is the main motivation for consumers to visit a coffee shop, be it for meetings, agreements, or introductions that are more aimed at the occurrence of social interaction. Then the relationship is with the characteristics of the place which is accompanied by a strong atmosphere with strong social motivation so that good consumer reviews will be created so that the growth potential for coffee shop locations in Bintaro Jaya will grow even more."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Alif Pratama
"Penelitian ini membahas mengenai kedai kopi sebagai salah satu budaya perkotaan di Kota Bekasi, Jawa Barat. Kehadiran Kedai kopi di perkotaan dipengaruhi dengan digitalisasi dan penciptaan ruang publik perkotaan, lalu dengan jadwal aktivitas perkotaan yang padat dan kebutuhan akan tempat rekreasi, relaksasi dan hiburan untuk tetap produktif dan fleksibel. Dengan begitu kedai kopi menjadi tempat ketiga yang dibutuhkan masyarakat perkotaan, dengan berbagai fasilitas, suasana, lingkungan dan interaksi sosial yang diperlukan. Penelitian ini dilakukan pada beberapa kedai kopi di Kota Bekasi, seperti Cotta Coffee, Fwb Coffee dan Kopi Prijaji dengan menggunakan metode etnografi dengan nongkrong langsung dan wawancara kepada pelanggan dan barista kedai kopi dan juga studi pustaka. Dalam penelitian ini menggambarkan budaya perkotaan yang ter manifestasikan ke dalam sebuah kedai kopi dengan melihat pola-pola interaksi didalamnya dan menganalisis pemikiran kedai kopi sebagai tempat ketiga.

This study discusses coffee shops as one of the urban cultures in Bekasi City, West Java. The presence of coffee shops in Indonesia is influenced by digitalization and creating urban public spaces, then with the busy schedule of urban activities and the need for recreation, relaxation and entertainment places to stay productive and flexible. That way the coffee shop becomes the third place needed by urban communities, with various facilities, atmosphere, environment and social interaction needed. This research was conducted in several coffee shops in Bekasi City, such as Cotta Coffee, Fwb Coffee and Prijaji Coffee using the ethnographic method by hanging out directly and interviewing customers and coffee shop baristas as well as literature study. This study describes urban culture that is manifested in a coffee shop by looking at the patterns of interaction in it and analyzing the thinking of a coffee shop as a third place."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarhana Lutfia
"

Produksi kopi nasional Indonesia mencapai 720.000 ton pada tahun 2022 dengan pertumbuhan 1,2% dari tahun sebelumnya. Hal ini berdampak positif pada industri kopi lokal terutama dalam pendirian kedai kopi lokal. Peningkatan bisnis kedai kopi lokal sedang dialami oleh Kecamatan Tebet yang menandakan perkembangan industri kedai kopi lokal yang semakin pesat dan meningkatkan pentingnya strategi pemasaran dalam sektor kuliner kopi yang erat dengan kebudayaan dan sosial masyarakat setempat. Salah satu kawasan yang diminati sebagai tempat nongkrong di Jakarta adalah Kecamatan Tebet. Peningkatan peluang bagi para pemilik kedai kopi untuk mendirikan usaha di Kecamatan Tebet disebabkan oleh letaknya yang strategis. Strategi dalam menjalankan usaha kedai kopi menjadi kebutuhan bagi para pemiliknya. Pengaruh lokasi terhadap kesuksesan kedai kopi lokal harus dipertimbangkan dengan serius dalam pemilihan lokasi (place based). Pengolahan data dilakukan dengan metode kualitatif studi kasus dimana memfokuskan place attachment pada empat kedai kopi lokal yang dipilih berdasarkan kriteria dan karakteristik khusus. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik lokasi bisnis kedai kopi lokal di Kecamatan Tebet serta dampaknya terhadap kesuksesan bisnis. Hasil penelitian ini mengungkap dua karakteristik lokasi utama berdasarkan wilayah ekonomi dan wilayah pemukiman, di mana keempat kedai kopi beroperasi. Sleepless Owl's Coffee dan Sodare Kopi yang berada di wilayah ekonomi menunjukkan kesuksesan dengan aksesibilitas yang tinggi, sementara Onkel John's Jakarta dan Sky High Coffee House yang berada di wilayah permukiman menunjukkan omzet yang lebih rendah. Pada analisis ini, peran place-based marketing mix menjadi kunci dalam memahami kesuksesan kedai kopi lokal di Tebet. Strategi pemasaran yang tepat sesuai dengan karakteristik lokasi menjadi faktor utama yang mempengaruhi kesuksesan bisnis.


The national coffee production of Indonesia reached 720,000 tons in 2022, with a 1.2% growth from the previous year. This has had a positive impact on the local coffee industry, especially in the establishment of local coffee shops. The increased business of local coffee shops is being experienced in the Tebet District, indicating rapid development in the local coffee shop industry and the growing importance of marketing strategies in the coffee culinary sector, which is closely related to the local culture and social aspects. One of the areas popular for hanging out in Jakarta is the Tebet District. The increased opportunities for coffee shop owners to establish businesses in the Tebet District are due to its strategic location. The location's influence on the success of local coffee shops must be seriously considered in the selection of the location (place-based). Data processing was done using a qualitative case study method, focusing on place attachment in four local coffee shops selected based on specific criteria and characteristics. This research aims to analyze the characteristics of the local coffee shop business locations in the Tebet District and their impact on business success. The research revealed two main location characteristics based on economic and residential areas, where the four coffee shops operate. Sleepless Owl's Coffee and Sodare Kopi, located in the economic area, have shown success with high accessibility, while Onkel John's Jakarta and Sky High Coffee House, located in the residential area, have shown lower turnover. In this analysis, the role of place-based marketing mix is key to understanding the success of local coffee shops in Tebet. The right marketing strategies according to the location's characteristics are the main factors influencing business success.

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Coffee shop saat ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat untuk menikmati kopi, tetapi telah menjadi tempat bersosialisasi, hiburan dan produktivitas. Beberapa pengunjung coffee shop memiliki kecenderungan untuk beraktivitas dan menghabiskan waktu di coffee shop secara berkala, sehingga secara tidak sadar penggunaan ruang yang berulang dapat menciptakan keterikatan emosi pada tempat (place attachment). Penelitian ini membahas tentang tingkat keterikatan terhadap ruang antara responden laki-laki dan perempuan di coffee shop. Metode penelitian pendekatan kualitatif survey dengan menyebarkan kuisioner kepada 36 orang pengunjung coffee shop, menggunakan metode analisis uji beda rata-rata dua sampel independen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat keterikatan terhadap ruang di Roemah kopi tergolong dalam kategori sedang dan hasil hipotesa tidak terbukti karena tidak terdapat perbedaan tingkat keterikatan antara responden laki-laki dan perempuan. Penelitian ini memberikan referensi untuk penelitian lebih lanjut tentang place attachment pada ruang publik."
JSIO 14:3 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Evan Dewadana
"Penelitian ini membahas tentang manajemen risiko pada pelaksanaan relokasi pabrik injeksi plastik PT. Tebeindo Sunshine Technica Mandiri dari Jakarta ke Semarang. House of Risk adalah proses yang digunakan untuk mengidentifikasi risiko dan menetapkan risiko serta tindakan pencegahan yang paling efektif untuk menghadapi risiko yang muncul. House of Risk merupakan metode yang menggabungkan model House of Quality dengan Failure Mode and Effect Analysis. House of Risk memiliki dua bagian. Langkah 1 menciptakan prioritas risiko dan Langkah 2 menciptakan aksi pencegahan dalam pemindahan pabrik. Penelitian tersebut didukung oleh aturan Pareto 80/20 untuk menentukan program risiko dan tindakan pencegahan yang paling akurat dan fleksibel untuk dikelola oleh perusahaan. Hasil dari penilitian ini memperoleh 15 risk event dengan damage on machine sebagai yang paling ber-resiko dengan angka severity sebesar 7, dan 21 risk agent dengan violation of SOP sebagai yang paling ber-resiko dengan angka occurance sebesar 6, kedua event tersebut menghasilkan ARP sebesar 1512. Metode ini juga menghasilkan 10 tindakan preventif dengan establishing safety training sebagai yang paling ber-kontribusi dengan angka ETD sebesar 4451,4

This research discusses risk management in the relocation of a plastic injection molding factory PT. Tebeindo Sunshine Technica Mandiri from Jakarta to Semarang. House of Risk is a process used to identify risks, determine risks, and preventive measures to deal with emerging risks. House of Risk is a method that combines the House of Quality model with Failure Mode and Effect Analysis. House of Risk has two parts. Step 1 creates risk priorities and Step 2 creates preventive actions in factory relocation. The research is supported by the Pareto 80/20 rule to determine the most accurate and flexible risk and prevention action programs for companies to manage. The results of this research obtained 15 risk events with damage to machines as the most risky with a severity number of 7, and 21 risk agents with violation of SOP as the most risky with an occurrence number of 6, both events produced an ARP of 1512. This method also produces 10 preventive actions with establishing safety training as the most contributing with an ETD figure of 4451.4."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Astri Fauzi
"Kecamatan Cakung merupakan pusat industri garmen berskala rumah tangga, kecil dan menengah sebagai hasil relokasi yang bertujuan agar tata ruang DKI Jakarta dapat tertata dengan baik dan industri tidak lagi berada ditengah-tengah permukiman. Dalam penelitian ini lokasi industri garmen yang ideal dilihat dari besar atau kecilnya biaya pengelolaan yang dikeluarkan oleh industri garmen tersebut sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Malvin Greenhut. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis.
Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa di Kecamatan Cakung lokasi industri garmen ideal diluar kawasan Perkampungan Industri Kecil (PIK) tersebar pada seluruh kelurahan di Kecamatan Cakung. Di ketahui juga bahwa apabila suatu industri garmen mempunyai omzet yang tinggi maka biaya pengelolaan yang dikeluarkan oleh industri garmen tersebut akan tinggi pula. Dapat kita ketahui juga bahwa lokasi industri garmen pada Kecamatan Cakung banyak yang tidak sesuai dengan peruntukan tanah dalam rencana rinci tata ruang wilayah Kecamatan Cakung.

Cakung sub-district is the center of the household-scale garment industry, small and medium enterprises as a result of the relocation which aims to Jakarta layout can be well ordered and the industry is no longer at the center of the settlement. In this study an ideal location garment industry viewed from big or small the management costs incurred by the garment industry in accordance with the theory expressed by Malvin Greenhut. This research uses descriptive analytical method.
From this research it is known that in the District Cakung ideal location outside of the garment industry of Small Settlements (PIK) scattered throughout the villages in the district in Cakung. In the know also that if a garment industry has a high turnover of the management costs incurred by the garment industry will be high as well. We know also that the location of the garment industry in the District of Cakung many are not in accordance with the allotment of land in a detailed spatial plan of the District Cakung.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S43443
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rayhan
"Berdasarkan data BPS 2020, DKI Jakarta memiliki 5.159 tempat kuliner, dengan 1.424 di Jakarta Selatan. Jakarta Selatan juga memiliki pengguna internet terbanyak, dengan lebih dari 90% menggunakan media sosial. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi karakteristik tempat kuliner sebagai wisata kuliner di Jakarta Selatan dan pengaruh placemaking dari media sosial pada persepsi konsumen. Metode analisis yang digunakan meliputi analisis deskriptif dan spasial menggunakan data dari Twitter, wawancara, observasi, dan data spasial. Hasil penelitian menunjukkan kesamaan karakteristik tempat kuliner di Gultik Blok M dan Sate Sambas karena berada di Kawasan Blok M yang dipengaruhi stasiun MRT dan Terminal Blok M. Taichan Senayan, meskipun di Kebayoran Lama, dipengaruhi kawasan Senayan, pusat perbelanjaan, akomodasi, olahraga, perkantoran, stasiun Palmerah, dan halte transportasi. Persebaran Konsumen dari Jabodetabek hingga luar kota menunjukkan fenomena sosial dan potensi tempat wisata kuliner. Media sosial berperan penting membentuk persepsi Konsumen dan identitas tempat. Analisis word cloud dan sentimen menunjukkan kesan positif terhadap ketiga tempat kuliner. Terbentuklah identitas baru tempat-tempat tersebut sebagai wisata kuliner.

Based on BPS 2020 data, DKI Jakarta has 5,159 culinary places, with 1,424 in South Jakarta. South Jakarta also has the most internet users, with more than 90% using social media. This study aims to evaluate the characteristics of culinary places as culinary tourism in South Jakarta and the influence of placemaking from social media on consumer perceptions. The analysis methods used include descriptive and spatial analysis using data from Twitter, interviews, observations, and spatial data. The results showed similarities in the characteristics of culinary places in Gultik Blok M and Sate Sambas because they are located in the Blok M area which is influenced by the MRT station and Terminal Blok M. Taichan Senayan, although in Kebayoran Lama, is influenced by the Senayan area, shopping centers, accommodation, sports, offices, Palmerah station, and transportation stops. The distribution of visitors from Jabodetabek to outside the city shows the social phenomenon and potential of culinary attractions. Social media plays an important role in shaping visitor perceptions and place identity. Word cloud and sentiment analysis showed a positive impression of the three culinary places. A new identity of these places as culinary tourism is formed."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Dachyar
"Lokasi dari sebuah industri industri mempakan faktor yang harus dipertimbangkan oleh penanam modal apabila ingin membangun ataupun mengembangkan suatu industri. Permasalahan dalam penentuan lokasi ini merupakan masalah yang kompleks, mempunyai dampak yang besar bagi keberhasilan perusahaan di masa datang. Industri dalam menentukan lokasinya akan dipengamhi oleh potensi dari lokasi tersebut, karena setiap lokasi mempunyai perbedaan dalam kualitas ruang sebagai tempat untuk melaksanakan kegiatan produksi_ Pemilihan lokasi industri ditentukan oleh bekerjanya faktor-faktor lokasi industri yaitu kriteria-kriteria pemilihan lokasi. Keberadaan kawasan-kawasan industri yang mempakan pemusatan dari beberapa industri pada lokasi tertentu, merupakan alternatif terbaik sebagai lokasi industri. Dengan berlokasi di kawasan industri diharapkan agar industri tersebut dapat bemperasi secara komplementer dan rnemudahkan dalam usaha memperkecil dampak yang kurang menguntungkan yang ditimbulkan oleh kegiatan industri. Berdasarkan hal tersebut maka diusulkan pcnggunaan metode proses hirarki analitjk untuk membantu penentuan lokasi industri di kawasan industd secara hirarkis. Metode ini merupakan teknik pengambilan kcputusan yang mampu mempertimbangkan kriteria~krileria kuantitatlf dan kualitatif. Sebagai contoh penerapan metode ini dalam Studi kasus PT Metal Diameter, akan dinilai beberapa kawasan industri di DKI Iakana dan Jawa Barat sebagai lokasi industri yang harus dipertimbangkan. Hasil penilaian terhadap beberapa altematif kawasan industri menunjukkan bahwa Jakarta lndustrial Estate Pulogadung merupakan kawasan industri terbaik berdasarkan atas penilaian dan skala banding berpasangan dengan metode Proses Hirarki Analitik."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>