Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 182699 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Cevin Rosse Octaviane
"Obesitas sentral yaitu obesitas yang menyerupai apel, dimana lemak disimpan pada bagian pinggang dan rongga perut. Tujuan utama dari penelitian adalah mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan obesitas sentral pada pekerja di PT. X Kota Semarang dan faktor yang paling berhubungan terhadap kejadian obesitas sentral. Penelitian ini menggunakan desain cross- sectional dengan jumlah sampel sebanyak 110 orang pekerja. Penelitian ini mengolah data primer yang didapatkan dengan cara wawancara dan pengukuran antropometri. Variabel independen yang diteliti yaitu faktor perilaku berisiko meliputi aktifitas fisik, status merokok, dan asupan gizi (energi, protein, lemak dan karbohidrat). Faktor sosial meliputi tingkat pendidikan, status pernikahan dan tingkat pengetahuan. Faktor yang tidak dapat diubah meliputi usia dan jenis kelamin. Analisis bivariat menggunakan uji chi-square dan analisis multivariat menggunakan regresi logistik ganda. Proporsi obesitas sentral pada pekerja di PT. X Kota Semarang sebesar 69,1%. Hasil bivariat menunjukkan obesitas sentral berhubungan signifikan dengan faktor perilaku berisiko yakni asupan energi, asupan lemak, dan asupan karbohidrat; faktor sosial yakni status pernikahan dan faktor yang tidak dapat diubah yakni jenis kelamin. Hasil analisis multivariat diketahui faktor paling berhubungan terhadap obesitas sentral adalah faktor perilaku berisiko yakni asupan karbohidrat dengan OR 11,580 (95% CI: 1,208-111,047). Asupan karbohidrat berlebih dapat meningkatkan risiko obesitas sentral sebesar 11,58 kali lebih tinggi dibandingkan asupan karbohidrat cukup, setelah dikontrol oleh aktifitas fisik, asupan energi, asupan protein, asupan lemak, status pernikahan, tingkat pengetahuan, usia, dan jenis kelamin.

Central obesity is obesity that resembles an apple, where fat is stored in the waist and abdominal cavity. The main objective of this study is to determine the factors associated with central obesity in workers at PT. X Semarang City and the factor most related to the incidence of central obesity. This study used a cross-sectional design with a total sample of 110 workers. This study processes primary data that obtained by means of interviews and anthropometric measurements. The independent variables studied were risk behavior factors include physical activity, smoking status, and nutrition intake. Social factors include education level, marital status and level of knowledge. Factors that cannot be changed include age and gender. Bivariate analysis used the chi-square test and multivariate analysis used multiple logistic regression. The proportion of central obesity in workers at PT. X Semarang City is 69.1%. Bivariate results show that central obesity is significantly related to risk behavior factors, include energy intake, fat intake, and carbohydrate intake; social factors, include marital status and factors that cannot be changed, include gender. The results of the multivariate analysis revealed that the factor most related to central obesity was a risky behavior factor, namely carbohydrate intake with an OR of 11.580 (95% CI: 1.208–111.047). Excessive carbohydrate intake can increase the risk of central obesity by 11.58 times higher than adequate carbohydrate intake, after controlling for physical activity, energy intake, protein intake, fat intake, marital status, level of knowledge, age, and gender."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angeline
"Obesitas sentral atau abdominal obesity merupakan kondisi tubuh yang mengalami akumulasi lemak di bagian tengah perut (intra-abdominal fat) yang merupakan faktor utama terjadinya insidens penyakit kardiovaskular dan sindrom metabolik. Prevalensi obesitas sentral terus meningkat termasuk di Jakarta. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa pola makan vegetarian memiliki risiko lebih rendah mengalami obesitas sentral. Adapun, penelitian mengenai obesitas sentral pada kelompok vegetarian di Indonesia masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi obesitas sentral dan hubungan antara jenis diet vegetarian dan faktor lainnya yang berhubungan dengan obesitas sentral pada kelompok dewasa vegetarian dan non-vegetarian usia 20-59 tahun di Pusdiklat Buddhis Maitreyawira dan Vihara Prajna Dhyana Jakarta tahun 2024. Penelitian ini dilakukan dengan metode cross-sectional dengan melibatkan 139 responden. Pengambilan data dilakukan pada bulan Maret sampai April 2024 dengan metode purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 51,8% responden tergolong obesitas sentral dengan proporsi obesitas sentral pada non-vegetarian (70,0%) dibandingkan vegetarian (46,8%). Hasil analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan antara pola makan vegetarian dan non-vegetarian (p-value 0,041), usia (p-value 0,001), status pernikahan (p-value 0,011), asupan energi (p-value 0,002), asupan protein (p-value 0,034), asupan lemak (p-value ≤0.001), aktivitas fisik (p-value ≤0,001), kebiasaan mengemil (p-value 0,004), dan durasi tidur (p-value ≤0,001) dengan obesitas sentral. Namun, tidak berhubungan dengan jenis kelamin, tingkat pendidikan, asupan karbohidrat, kebiasaan konsumsi fast food, makanan/minuman manis, dan gorengan.

Central obesity or abdominal obesity is a body condition that experiences fat accumulation in the middle of the abdomen (intra-abdominal fat) which is a major factor in the incidence of cardiovascular disease and metabolic syndrome. The prevalence of central obesity continues to increase, including in Jakarta. Various studies show that a vegetarian diet has a lower risk of central obesity. Meanwhile, research on central obesity in vegetarian groups in Indonesia is still limited. This study aims to determine the prevalence of central obesity and the relationship between the type of vegetarian diet and other factors related to central obesity in a group of vegetarian and non-vegetarian adults aged 20-59 years at the Maitreyawira Buddhist Education and Training Center and the Prajna Dhyana Vihara Jakarta in 2024. This research was conducted using a cross-sectional method involving 139 respondents. Data collection was carried out from March to April 2024 using the purposive sampling method. The results showed that 51.8% of respondents were classified as central obese with the proportion of central obesity in non-vegetarians (70.0%) compared to vegetarians (46.8%). The results of bivariate analysis showed a relationship between vegetarian and non-vegetarian diets (p-value 0.041), age (p-value 0.001), marital status (p-value 0.011), energy intake (p-value 0.002), protein intake ( p-value 0.034), fat intake (p-value ≤0.001), physical activity (p-value ≤0.001), snacking habits (p-value 0.004), and sleep duration (p-value ≤0.001) with central obesity. However, it is not related to gender, education level, carbohydrate intake, fast food consumption habits, sweet foods/drinks, and fried foods."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghina Amalia Prayudita
"Indonesia termasuk salah satu negara yang menghadapi tiga permasalahan gizi sekaligus, yaitu stunting, wasting, dan overweight. Obesitas sentral atau yang disebut obesitas tipe apel merupakan disebabkan oleh penumpukkan lemak dalam tubuh dalam jumlah berlebih di bagian perut. Obesitas sentral diamati sebagai jenis obesitas yang merugikan dengan implikasi serius dan pemicu penyakit degeneratif. Provinsi Sulawesi Utara merupakan daerah dengan prevalensi obesitas sentral tertinggi berdasarkan data Riskesdas 2018 yaitu sebesar 42,5%. Penelitian ini bertujuan untuk dapat mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian obesitas sentral pada penduduk usia ≥45 Tahun di Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara. Penelitian ini menggunakan data sekunder Riskesdas 2019 dengan desain penelitian cross sectional. Hasil penelitian menggunakan analisis bivariat didapatkan pada laki-laki konsumsi alkohol (p-value = 0,015) memiliki hubungan secara statistik dengan kejadian obesitas sentral. Sedangkan pada perempuan aktivitas fisik (p-value = 0,045), konsumsi minuman manis (p-value = 0,036), konsumsi makanan berlemak (p-value = 0,023), dan konsumsi bumbu penyedap (p-value = 0,020) memiliki hubungan secara statistik dengan kejadian obesitas sentral. Peneliti menyarankan untuk dinas kesehatan dapat bekerja sama dengan berbagai pihak seperti organisasi masyarakat dan institusi keagamaan dalam memberikan edukasi terkait bahaya obesitas sentrak, faktor-faktor yang mempengaruhi, dampak yang disebabkan dan bagaimana cara mengatasinya.

Indonesia is one of the countries that faces three nutritional problems at once, namely stunting, wasting and overweight. Central obesity or what is called apple-type obesity is caused by the accumulation of excess fat in the body in the abdomen. Central obesity is observed as a detrimental type of obesity with serious implications and triggers degenerative diseases. North Sulawesi Province is the area with the highest prevalence of central obesity based on the 2018 Riskesdas data, namely 42.5%. This study aims to determine the factors associated with the incidence of central obesity in people aged ≥45 years in Minahasa, North Sulawesi Province. This study uses secondary data from the 2019 Riskesdas with a cross-sectional research design. The results of the study using bivariate analysis found that male alcohol consumption (p-value = 0.015) had a statistical relationship with the incidence of central obesity. Whereas in women physical activity (p-value = 0.045), consumption of sweet drinks (p-value = 0.036), consumption of fatty foods (p-value = 0.023), and consumption of seasonings (p-value = 0.020) have a statistical relationship with central obesity. Researchers suggest that the health office can work together with various parties such as community organizations and religious institutions in providing education regarding the dangers of central obesity, the factors that influence it, the impact it causes and how to overcome it."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dedi Laksono
"Psychological safety yang rendah telah berkontribusi terhadap kecelakaan-kecelakaan besar yang terjadi di industri minyak dan gas bumi. PT. X yang merupakan salah satu industri minyak dan gas bumi di Indonesia merujuk pada hasil Health & Safety Engagement Survey dan analisis cidera akibat kerja menunjukkan bahwa profil psychological safety pada pekerja fasilitas produksi minyak dan gas bumi lepas pantai di PT. X perlu ditingkatkan. Oleh karena itu, peneliitian ini bertujuan untuk menganalisis profil psychological safety dan faktor – faktor yang berhubungan dengan profil psychological safety guna dapat memberikan rekomendasi yang tepat dalam rangka peningkatan profil psychological safety pada pekerja fasilitas produksi minyak dan gas bumi lepas pantai di PT. X. Penelitian ini dilakukan pada periode Maret – Juni 2024 di 4 (empat) lokasi menggunakan metode penelitian campuran, yaitu metode kuantitatif dengan desain cross-sectional dan metode kualitatif dengan desain studi kasus. Sampel untuk metode kuantitatif berjumlah 255 responden dan sampel untuk metode kualitatif berjumlah 8 (delapan) informan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden (65,5%) memiliki profil psychological safety rendah yang berarti sebagian besar responden merasa takut untuk melakukan hal – hal yang berkaitan dengan HSE. Kemudian, dengan menggunakan uji chi square didapatkan bahwa faktor – faktor yang berhubungan dengan profil psychological safety pada pekerja fasilitas produksi minyak dan gas bumi lepas pantai di PT. X, yaitu kompetensi keselamatan (OR 3,37, 95% CI 1,96 – 5,78), kepercayaan (OR 5,35, 95% CI 3,06 – 9,36), tekanan rekan kerja (OR 5,27, 95% CI 3,00 – 9,26), hubungan interpersonal (OR 6,05, 95% CI 3,40 – 10,75), tekanan pekerjaan (OR 4,88, 95% CI 2,80 – 8,50), kecerdasan emosional manajemen lapangan (OR 7,43, 95% CI 3,97 – 13,89), kebijakan, poses dan prosedur (OR 6,94, 95% CI 3,91 – 12,33), penekanan hirarki atasan bawahan (OR 1,88, 95% CI 1,07 – 3,29). Selain itu, faktor lain yang berhubungan dengan profil psychological safety yang terungkap berdasarkan metode kualitatif melalui wawancara semi terstruktur yaitu proses investigasi.

Low psychological safety has contributed to major accidents occurred in oil and gas industry. PT. X is an oil and gas industry in Indonesia which referred to the result of Health & Safety Engagement Survey and analysis of occupational injuries showed that psychological safety profile of offshore oil and gas production facility’s workers in PT. X need to be improved. Therefore, this research aimed to analyze the psychological safety profile and associated factors of the psychological safety profile in order to provide effetive recommendations to improve psychological safety profile of offshore oil and gas production facility’s workers in PT. X. This research was conducted during March – June 2024 at 4 (four) locations using mixed methods, which were quantitative method with cross-sectional design and qualitative method with case study design. Samples for the quantitative research were 255 respondent and samples for the qualitative method were 8 (eight) informants. The result showed that most of the respondents (65,5%) have low psychological safety profile which means that most of respondents are afraid to do HSE related matters. Then, used chi square test found that associated factors of the psychological safety profile of offshore oil and gas production facility’s workers in PT. X are safety competence (OR 3,37, 95% CI 1,96 – 5,78), trust (OR 5,35, 95% CI 3,06 – 9,36), co-worker’s pressure (OR 5,27, 95% CI 3,00 – 9,26), interpersonal relationship (OR 6,05, 95% CI 3,40 – 10,75), work pressure (OR 4,88, 95% CI 2,80 – 8,50), emotional intelligence of field management (OR 7,43, 95% CI 3,97 – 13,89), policy, process and procedure (OR 6,94, 95% CI 3,91 – 12,33), superior-subordinate hierarchy emphasizing (OR 1,88, 95% CI 1,07 – 3,29). In addition, another associated factor of the psychological safety profile revealed based on the qualitative method by semi-structured interview is investigation process."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agustina Rahutami
"Penggunaan bahan baku yang mengandung silika bebas dan terikat pada berbagai industri dapat menimbulkan dcbu silika di udara lingkungan kerja yang dapat terhirup masuk ke dalam saluran respirasi. NIOSH menyatakan bahwa. pekexja yang terpajan debu silika dalam waktu 5 tahun mempunyai risiko tinggi menderita silikosis sebesar 0,2 %, 6 - 9 tahun sebesar 1,5 %, lebih dari 10 mhun sebesar 16,6 %, 11 - 16 tahun sebesar 20 % dan lebih dari 16 tahun sebesar 42 % dan dapat mengakibatkan gangguan fungsi paru pekerjanya.
Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional dan menggunakan pendekatan nilai Odds Ratio yang mempelajari hubmmgan amara faktor risiko dengan gangguan kesehatan pckcrja yang dilaksanakan di bagian produksi sebuah pabrik saniter di Jawa Barat tahun 2001 dengan ng uan diketahuinya gambaran umum iimgsi pam pekcrja pabrik saniter dan mencari faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Hasil penelitian ini mcnunjukkan bahwa konsentrasi debu silika bebas dan terikat di indusui saniter melebihi nilai ambang batas yang telah ditentukan, sedangkan umur tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan gambaran fungsi paru pekenja dan faktor-faktor yang paling mempengaruhi gambaran fmmgsi paru pekelja pabdk saniter X adalah konsentrasi debu silika bebas dan tedkat rata-rata, masa kexja, kebiasaan merokok dan kebiasaan memakai alat pelindung dir Untuk mendukung program kesehatan dan kcselamatan kelja bagi pekerja di lingkungan industd yang memakai bahan dasar silika bebas dan terikat disarankan untuk dilakukan pengawasan yang ketat terhadap alat pengendali dcbu dan memonitor Nilai Ambang Batas ( NAB ) yang tclah ditentukan oleh pemerintah Republik Indonesia."
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T6129
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raih Zenita Imami
"Perilaku selamat adalah tindakan atau perbuatan dari seseorang atau beberapa orang karyawan yang memperkecil kemungkinan terjadinya kecelakaan terhadap karyawan (Heinrich, 1931). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penerapan perilaku kerja selamat pada pekerja bagian warehouse dan workshop di PT X. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan desain studi cross sectional. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer berupa hasil kuesioner, observasi, dan wawancara dengan pihak manajemen. Sedangkan data sekunder didapatkan dari dokumen perusahaan dan literatur. Sampel pada penelitian ini berjumlah 79 responden, 62 responden dari bagian warehouse dan 17 responden dari bagian workshop. Analisis bivariat menggunakan uji Chi Square, dengan menggunakan α = 0,05 dan CI = 95%.
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui 53,2% pekerja berperilaku selamat, dan 46,8% pekerja berperilaku tidak selamat. Faktor-faktor yang secara statistik memiliki hubungan dengan perilaku selamat adalah peran rekan kerja dan lingkungan. Faktor-faktor yang secara statistik tidak memiliki hubungan dengan perilaku selamat adalah pengetahuan, sikap, peraturan, pengawas, dan ketersediaan APD.

Safe behavior is an act or behavior from someone or some workers who reduce the possibility of accident to employees (Heinrich, 1931). The purpose of this research is to determine factors associated with the safe behavior on workers at warehouse and workshop department of PT X. This research is a quantitative research, using cross sectional study method. This research use primary and secondary data. Primary data is collected with questionnaire, observation, and interview the management. Secondary data is collected from documents and literatures. This research has 79 samples, 62 respondents from warehouse department and 17 respondents from workshop department. Bivariat analysis is done with chi square test, using α = 0,05 and CI = 95%.
The result showed that 53,2% of workers have done safe behavior, while 46,8% of workers have done unsafe behavior. Factors that were proven have significant relationship with safe behavior are working relation and environment. Factors that were not proven have significant relationship with safe behavior are knowledge, attitude, regulation, supervising, and Personal Protective Equipment.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55869
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Almira Keviena
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran status gizi serta faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi lebih pada karyawan shift di PT Akebono Brake Astra Indonesia tahun 2013. Penelitian ini menggunakan metode cross-sectional, pengambilan sampel secara acak sederhana (simple random sampling), dan dianalasis dengan menggunakan uji chi-square dan uji t independen. Sampel penelitian ini terdiri dari 150 karyawan shift. Pengambilan data penelitian dilakukan pada bulan April 2013. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 34% responden memiliki status gizi lebih. Penelitian ini juga menemukan bahwa status gizi lebih berhubungan dengan asupan energi (p value 0,000), asupan protein (p value 0,004), asupan lemak (p value 0,000) dan asupan karbohidrat (p value 0,000). Disarankan agar perusahaan melakukan pemantauan status gizi karyawan secara rutin, minimal dengan cara melakukan penimbangan berat badan sebulan sekali agar terbangun kesadaran bersama akan keadaan status gizi karyawan sehingga perubahan perilaku ke arah yang lebih sehat dapat terjadi.

The focus of this study was to determine nutritional status and factors that associated with overweight and obesity among shift workers at PT Akebono Brake Astra Indonesia. This study used a cross-sectional design, simple random sampling method and analyzed using the chi-square test and independent t test. The study sample consisted of 150 shift workers. This study was conducted on April 2013. The result of this study shows that 34% of respondents were overweight and obesity. This study also found that overweight and obesity has been associated with energy intake (p value 0,000), protein intake (p value 0,004), fat intake (p value 0,000) and carbohydrate intake (p value 0,000). The researcher suggest that company should take a part to monitoring employees’ nutritional status, minimum by conducting weighing weight once a month to raise awareness about the current condition of employees’ nutritional status so the behavioral changes toward healthy life style could happen.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S47474
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Yasmin Syauki
"Obesitas merupakan masalah kesehatan yang sudah mendunia, termasuk di Indonesia. Situasi ini erat kaitannya dengan terjadinya perubahan asupan gizi ditandai dengan penambahan pola makan dimana hal ini dapat menyebabkan penyakit degenerasi. Lingkar pinggang mempakan salah satu faktor prediksi yang kuat pada resistensi insulin, yang merupakan fase dini perkembangan penyakit diabetes melitus. Asupan asam lemak jenuh yang tinggi dapat mcnyebabkan terjadinya resistensi insulin. Data mengenai hubungan antara asam lemak dan resistensi insulin di Indonesia sangat terbatas. Untuk melihat hubungan antara berbagai asupan lemak dengan insulin pada laki-laki dewasa dengan obesitas sentral di Jakarta, maka diadakanlah penelitian dengan metode potongan lintang. Kuesioner semi kuantitaf-frekuensi makanan yang telah divalidasi digunakan untuk memperoleh data asupan lemak pada 126 laki-laki usia 30-50 tahun dengan obesitas sentral di Jakarta yang sebelumnya telah mengikuti prosedur skrining melalui pemeriksaan klinis dan pengambilan darah. Pengukuran antropometrik dilakukan untuk mendapatkan data berat badan, tinggi badan dan lingkar pinggang. Data plasma insulin puasa, plasma glukosa puasa, plasma asam lemak bebas dan profil lemak darah diperoleh melalui pemeriksaan biokimia. Kucsioner global aktivitas tisik dan surveilens penyakit kronik digunakan untuk memperoleh data aktivitas fisik, kcbizmaan merokok, konsumsi alkohol, sayuran dan buah. Asupan lemak total, lemak jenuh, lemak tidak jenuh tunggal maupun ganda (% dari total kalori) diperolch Icbih tinggi dibandingkan rekomendasi PERKENI/NCEP/AHA/ADA (4l.23%, 21.51% and 9.32%), kecuali asupan lemak tidak jenuh ganda berdasarkan PERKENI (6.8?7%). Asupan omega-3 dan omega-6 tidak memenuhi rekomendasi berdasarkan IOM. Hiperkolesterolemia dan hipertrigliseridemia ditemukan pada penelitian ini. Sementara itu, insulin puasa berada dalam nilai nonnal (7.63 u/L). Tidak ditemukan hubungan antara asupan berbagai jenis lemak dengan insulin pada laki-laki dcwasa dengan obesitas sentral, tetapi plasma asam lemak bebas memiliki hubungan positif dengan asupan temak tidak jenuh ganda (% dari total kalori) (rp=0.l90, p<0.05), dan plasma glukosa puasa (r=0.l93, p<0.05). Penelitian kasus-kontrol perlu dilakukan untuk dapat melihat secara jelas hubungan antara asupan berbagai jenis lemak dengan insulin pada seseorang dengan dan tanpa obesitas sentral atau pada seseorang dengan dan tanpa resistensi insulin.

Obesity is known as the major global health problems, including in Indonesia. This situation is associated with nutritional transitional characterized by changing in dietary patterns, leading to the prevailing degenerative diseases. Waist circumference is strong predictor of insulin resistance, an initial phase for development of type 2 diabetes melitus. High intake of SFA is contributed to insulin resistance. Data on the relations between intake of fatty acids and insulin resistance in Indonesia are very limited. A cross-sectional study was undertaken to examine the association between intake of different fatty acids and insulin level in abdominal obese adult men in Jakarta. Dietary fatty acids was obtained through validated fat SQ-F FQ to |26 men with abdominal obesity aged 30-SO, who pass the screening procedure through clinical and blood assessment. Anthropomethric assessments were done to obtain body weight, height and waist circumference. Biochemichal assessments were undertaken to obtain fasting plasma insulin, glucose, FFA and profile lipid. Global Physical Activity Questionnaire and STEPS questionnaire were used to obtain data on physical activity, smoking habit, alcohol use, fruit and vegetable consumption. Intake of total fat, SFA, MUFA and PUFA (% of total calories) were found higher than that of the PERKENI/NCEP/AI-IA/ADA recommendations (4l.23% , 21.51% and 9.32%), except PUFA intake based on PERKENI (6.87%). Intake of omega-3 and omega-6 PUFA did not meet the requirement suggested by IOM. Hypercholesterolemia and hypertrigliseridemia were found among subjects. Mean fasting plasma insulin was found within desirable range (7.63 ufL). There is no correlation between intakes of different fatty acids and insulin levels in abdominal obese adult men, but FFA plasma were positively correlated with PUFA intake (% of total calories) (rp=0-l90, p<0.05) and fasting plasma glucose (rp=0.l93, p<0.05)- Further study need to be conducted to have clearly understanding of the relationship between intake of different fatty acids and insulin level between abdominal obese and non-abdominal obese or insulin resistance and non insulin resistance using case-control study."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
T32320
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Erwanda Desire Budiman
"Latar Belakang: Besarnya jumlah tenaga kerja industri pengolahan di Pulau Jawa dengan bahaya potensial yang sangat beragam telah teridentifikasi dapat meningkatkan adanya Penyakit Akibat Kerja (PAK) serta Kecelakaan Kerja (KK), sehingga diperlukan upaya preventif kesehatan kerja yang baik agar dapat mengendalikan faktor risiko yang ada. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan, sikap, dan perilaku pekerja terhadap upaya preventif kesehatan kerja pada industri pengolahan di Pulau Jawa dan faktor-faktor yang memengaruhi.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian data sekunder dengan metode analisis data menggunakan metode campuran. Survei dilakukan pada 691 pekerja dari 64 perusahaan industri. Focus group discussions dilakukan pada 102 pekerja (manajemen puncak/ jajaran direktur, bagian K3, atau SDM)
Hasil: Subjek penelitian terdiri atas 658 responden. Setengah dari keseluruhan responden (57,3%) memiliki pengetahuan baik, sebanyak 89,4% memiliki sikap positif, dan 50,5% memiliki perilaku baik mengenai upaya preventif kesehatan kerja. Analisis multivariat menunjukkan bahwa faktor yang memiliki hubungan adalah jenis kelamin (aOR 1,417, IK95% 1,02-1,95), jabatan (aOR 2,015, IK95% 1,14-3,56), skala industri [(dengan pengetahuan: aOR 1,531, IK95% 1,08-2,16), (dengan sikap: p=0,004), (dengan perilaku: aOR 2,945, IK95% 2,01-4,30)], program upaya preventif di tempat kerja, dan kebijakan pemberi kerja. Data kualitatif menunjukkan bahwa industri skala  mikro dan kecil belum menerapkan upaya preventif, sedangkan industri skala menengah dan besar telah menerapkan beberapa upaya preventif.
Kesimpulan: Pekerja industri pengolahan memiliki tingkat pengetahuan yang sedang, sikap yang positif dan perilaku yang baik dalam upaya preventif kesehatan kerja. Skala industri ditemukan sebagai faktor utama yang berkontribusi.

Background: There were increasing number of occupational accident and work-related disease cases among manufacturing workers in Indonesia, especially in Java Island. Therefore, strategies to implement the occupational health prevention are necessary to reduce the number of these cases. This study aims to determine the knowledge, attitude, and practice of manufacturing industry workers in Java Island on occupational health prevention and its influencing factors.
Methods: This was a mixed method study design using secondary data and focus group discussion. Surveys were conducted among 691 workers in 64 manufacturing companies. Focus group discussions were held among 102 employers (top management, Occupational Health and Safety, or Human Resources).
Results: About 658 respondents were participated in the survey. More than half of the respondents (57.3%) had good knowledge, about 89.4% had positive attitude, and half of them (50.5%) had good practice towards the occupational health prevention strategies. Multivariate analysis showed that the associated factors were gender (aOR 1.417, 95%CI 1.02-1.95), job level (aOR 2.015, 95%CI 1.14 – 3.56), industry scale [(with knowledge: aOR 1.531, 95%CI 1.08-2.16), (with attitude: p=0.004), (with behavior: aOR 2.945, 95%CI 2.01-4.30)], workplace preventive measures programs, and employer policies. The qualitative analysis also found that small scale industries had not implemented any prevention strategies, while moderate to large scale industries had executed some strategies. 
Conclusion: Findings of this study suggested that manufacturing workers had moderate level of knowledge, good attitude, and moderate level of good practice on the prevention of occupational health. Industry scale was found to be the main contributing factor.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Oktaria Penny
"Tinginya angka prevalensi perilaku tidak aman berisiko menimbulkan sebuah kecelakaan ataupun insiden yang pada akhirnya dapat menimbulkan kerugian secara finansial bagi perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku tidak aman pada pekerja Preparation dan Assembling di PT X Tahun 2016. Faktor yang di teliti merupakan faktor personal (Pengetahuan, Masa Kerja, dan Tingkat Pendidikan) dan daktor pekerjaan (Ketersediaan Informasi K3 dan Pengawasan). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa 77,92% pekerja mempunyai perilaku tidak aman, dengan 61,7% diantaranya mempunyai risiko rendah dan 38,3% lainnya berisiko tinggi. Selain itu juga terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan, tingkat penddikan, dan ketersediaan informasi terhadap perilaku tidak aman pekerja preparation dan assembling dimana tingkat pendidikan merupakan faktor paling dominan terhadap perilaku tidak aman setelah dikontrol dengan faktor lainnya. Oleh karena itu diperlukan perbaikan terhadap perilaku pekerja.

The high number of unsafe act prevalence could yield incidents which cause lose financially to company. The aim of this study is to analyse factors that correlated to unsafe act of workers in preparation and assembling department. This research was conducted in PT X on April to July 2016. These factors divided into two categories, personal factors (knowledge, work experience, and education level) and job factors (OHS Information and Supervision). The result shows that 72,92% of workers have performed unsafe act in which 61,7% of it is high risk and 38,3% low risk. Moreover, there are siginificant correlations between education level, knowledge, and availibity of OHS information with unsafe act whereas education level predominantly contributes to unsafe act after has been controlled with other factors. Therefore, company should commit several attempts to reduce unsafe act on its workers."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T45833
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>