Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 186867 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Putri Wijayanti
"Aspergiloma sering ditemui pada pasien-pasien paska tuberkulosis paru, namun sangat jarang terjadi pada ibu hamil. Oleh karena itu, pemantauan terapi obat pada pasien aspergilloma paru bekas TB penting untuk dilakukan. Tugas khusus ini bertujuan untuk menganalisis pemantauan terapi obat pada pasien ibu hamil dengan aspergilloma paru bekas TB di RSUP Persahabatan. Metode pelaksanaan dilakukan dengan memilih pasien di ruang rawat inap berdasarkan kondisi dan obat-obatan pasien. Data yang dikumpulkan meliputi Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT), SOAP dokter, perawat, dan apoteker, daftar terapi obat yang diterima pasien selama dirawat, dan hasil pemeriksaan laboratorium pasien. Analisis data dilakukan secara deskriptif untuk memberikan gambaran mengenai masalah terkait obat dan rekomendasi terapi pada pasien. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien diberikan Itrakonazol 1 x 200 mg yang diindikasikan untuk aspergilloma paru serta untuk mengurangi gejala simptomatiknya yakni hemoptisis diberikan asam traneksamat inj, fitomenadion, dan adona sementara batuk nya diberikan N-asetilsistein 3 x 200 mg. Selain itu, masalah terkait obat (DRP) yang terjadi pada pasien ibu hamil dengan aspergilloma paru bekas TB ini meliputi menerima obat salah dan ketidakpatuhan (stok obat kosong), serta peneliti memberikan rekomendasi untuk penggantian terapi obat kodein menjadi N-Asetilsistein. Kesimpulan tugas khusus ini adalah terdapat masalah terkait obat pada pasien ibu hamil dengan aspergilloma paru bekas TB di RSUP Persahabatan.

Aspergilloma is often found in post-pulmonary tuberculosis patients, but it is very rare in pregnant women. Therefore, monitoring of drug therapy in patients with ex-TB pulmonary aspergilloma is important to do. This special assignment aims to analyze the monitoring of drug therapy in pregnant women with ex-TB pulmonary aspergilloma at Persahabatan General Hospital. The implementation method is carried out by selecting patients in the inpatient room based on the patient's condition and medications. The data collected includes the Integrated Patient Development Record (CPPT), SOAP of doctors, nurses and pharmacists, a list of drug therapy received by the patient while being treated, and the results of the patient's laboratory examinations. Data analysis was carried out descriptively to provide an overview of drug-related problems and therapeutic recommendations for patients. The results showed that the patient was given Itraconazole 1 x 200 mg which was indicated for pulmonary aspergilloma and to reduce the symptomatic symptoms namely hemoptysis was given tranexamic acid inj, fitomenadion, and adona while the cough was given N-acetylcysteine 3 x 200 mg. In addition, drug-related problems (DRP) that occur in pregnant women with ex-TB pulmonary aspergilloma include receiving the wrong drug and non-adherence (empty drug stock), and researchers providing recommendations for changing codeine drug therapy to N-Acetylcysteine. The conclusion of this special assignment is that there are drug-related problems in pregnant women with ex-TB pulmonary aspergilloma at Persahabatan Hospital."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Handayani
"Pemantauan terapi obat adalah proses yang mencakup kegiatan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien. Kegiatan dalam pemantauan terapi obat berupa pengkajian pemilihan obat, dosis, cara pemberian, respon terapi, reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD) dan rekomendasi atau alternatif terapi. Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Sistem organ yang paling sering terkena dampaknya dari penyakit ini adalah sistem pernapasan, sistem gastrointestinal (GI) sistem limforetik, kulit, sistem saraf pusat, sistem muskuloskeletal, sistem reproduksi, dan hati. Apoteker dalam menjalankan tugas pemantauan terapi obat melalui 6 (enam) tahapan seperti seleksi pasien, pengumpulan data pasien, identifikasi masalah terkait obat, rekomendasi terapi, rencana pemantauan dan tindak lanjut. Pengumpulan data pasien dan data penunjang lainnya diperoleh dari sistem prima rumah sakit. Kesimpulan dari studi kasus ini adalah pasien didiagnosis TB Paru Bakteriologis relaps (kambuh) dan pasien memiliki riwayat Diabetes Melitus, kemudian terapi diberikan untuk infeksi yang diderita berserta keluhan lain yang diderita oleh pasien tersebut. Terdapat drug related problemberupa ketidaksesuaian dosis OAT dengan berat badan pasien yang tertulis di cppt dan interaksi obat yang mungkin dapat terjadi akibat penggunaan OAT dan parasetamol.

Drug therapy monitoring is a process that includes activities to ensure safe, effective and rational drug therapy for patients. Activities in drug therapy monitoring include assessment of drug selection, dosage, administration method, therapeutic response, adverse drug reactions (AEDs) and recommendations or alternative therapies. Tuberculosis is an infectious disease caused by the germ Mycobacteriumtuberculosis. The organ systems most commonly affected by this disease are the respiratory system, gastrointestinal (GI) system, lymphoretic system, skin, central nervous system, musculoskeletal system, reproductive system, and liver. Pharmacists in carrying out drug therapy monitoring tasks go through 6 (six) stages such as patient selection, patient data collection, identification of drug-related problems, therapy recommendations, monitoring and follow-up plans. Patient data collection and other supporting data are obtained from the hospital's prime system. The conclusion of this case study is that the patient was diagnosed with bacteriological relapsing pulmonary tuberculosis (relapse) and the patient has a history of diabetes mellitus, then therapy is given for the infection suffered along with other complaints suffered by the patient. There are drug related problems in the form of a mismatch in the dose of OAT with the patient's weight written on the cppt and drug interactions that may occurdue to the use of OAT and paracetamol.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nasrin Nabila
"Masalah anemia pada ibu hamil masih menjadi permasalahan kesehatan serius karena menjadi penyebab tertinggi kematian Ibu. Anemia pada ibu hamil akan berdampak terhadap tidak optimalnya pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan serta berpotensi menimbulkan komplikasi kehamilan dan persalinan, bahkan menyebabkan kematian ibu dan anak. Prevalensi anemia pada ibu hamil di seluruh dunia menurut WHO adalah sebesar 40%. Data Riskesdas Tahun 2018 menunjukkan persentase ibu hamil di Indonesia yang mengalami anemia adalah sebesar 48.9%. Program Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) pada ibu hamil dimulai sejak tahun 1990 yang bertujuan untuk mencegah dan menanggulangi anemia gizi besi dan masuk dalam indikator SPM bidang kesehatan yaitu bagian dari standar pelayanan Antenatal 10 T serta menjadi salah satu intervensi spesifik dalam upaya percepatan penurunan stunting. Untuk mencegah anemia ibu hamil diharapkan mengonsumsi TTD minimal 90 tablet selama kehamilan. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis implementasi kebijakan Suplementasi Tablet Tambah Darah pada ibu hamil di Kota Medan dengan melihat faktor yang berpengaruh yaitu komunikasi, sumberdaya, disposisi, struktur birokrasi dan lingkungan ekonomi, sosial dan politik. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan teori Edward III dan Van Meter Van Horn. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam dan FGD dengan informan stakeholder terkait dan telaah dokumen. Penelitian dilakukan bulan Mei hingga Juni 2023. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi kebijakan suplementasi TTD pada ibu hamil di Kota Medan sudah terlaksana dengan cukup baik hingga saat ini. Komunikasi yang dilakukan untuk menyampaikan informasi kebijakan suplementasi TTD pada Ibu Hamil tidak hanya disampaikan kepada pelaksana kebijakan tapi juga kepada kelompok sasaran dan pihak yang terkait secara berjenjang dari pusat, provinsi, kota, puskesmas, hingga kader dan masyarakat. Ketersediaan sumber daya baik SDM, anggaran dan kewenangan sudah cukup memenuhi untuk ketersediaan TTD. Terkait disposisi untuk pelaksanaan pemberian TTD ini tidak memerlukan perintah lagi dari pimpinan, karena sudah rutin berjalan. Belum ada SOP khusus untuk TTD. Koordinasi masih terus dilakukan antar lintas sektor dan lintas program. Banyak ibu dengan ekonomi menengah keatas tidak memeriksakan kehamilannya di puskesmas, sementara pencatatan di seluruh puskesmas dan jejaringnya masih belum optimal. Keterlibatan tokoh masyarakat dan tokoh agama di Kota Medan sangat memengaruhi keberhasilan suatu program.

The problem of anemia in pregnant women is still a serious health problem because it is the highest cause of maternal death. Anemia in pregnant women will have an impact on the optimal growth and development of the fetus in the womb and has the potential to cause complications of pregnancy and childbirth, and even cause death of mother and child. The prevalence of anemia in pregnant women worldwide according to WHO is 40%. Riskesdas data for 2018 shows that the percentage of pregnant women in Indonesia who experience anemia is 48.9%. The Program for Giving Blood Supplement Tablets (TTD) to pregnant women began in 1990 which aims to prevent and treat iron nutrition anemia and is included in the MSS indicator in the health sector, which is part of the 10 T Antenatal service standard and is one of the specific interventions in efforts to accelerate the reduction of stunting. To prevent anemia, pregnant women are expected to consume iron tablets at least 90 tablets during pregnancy. The aim of the study was to analyze the implementation of the Iron Blood Tablet Supplementation policy for pregnant women in the city of Medan by looking at the influencing factors, namely communication, resources, disposition, bureaucratic structure and the economic, social and political environment. This research is a descriptive qualitative research with Edward III and Van Meter Van Horn theory approach. Data collection was carried out through in-depth interviews and FGDs with relevant stakeholder informants and document review. The research was conducted from May to June 2023. The results showed that the implementation of the iron supplement supplementation policy for pregnant women in Medan City has been implemented quite well so far. Communications carried out to convey information on iron supplementation policies for pregnant women are not only conveyed to policy implementers but also to target groups and related parties in stages from the center, provinces, cities, health centers, to cadres and the community. The availability of human resources, both human resources, budget and authority is sufficient to meet the availability of TTD. Regarding the disposition for the implementation of the provision of TTD, it does not require any more orders from the leadership, because it is already running routinely. There is no specific SOP for TTD yet. Coordination is still being carried out across sectors and across programs. Many women with middle and upper income levels do not have their pregnancies checked at the puskesmas, while registration at all puskesmas and their networks is still not optimal. The involvement of community leaders and religious leaders in Medan greatly influences the success of a program."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghina Salma Fadhila
"Gagal jantung kongestif (CHF) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang progresif dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi baik di negara maju maupunun berkembang, seperti Indonesia. Pasien gagal jantung biasanya menderita penyakit penyerta yang lain sehingga membutuhkan berbagai macam obat dalam terapinya. Pemantauan Terapi Obat (PTO) bertujuan untuk meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan risiko Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD). Pasien dengan diagnosa gagal jantung kongestif akibat hypertensive heart disease dengan penyakit penyerta lainnya, seperti diabetes mellitus Tipe 2 dan gagal ginjal akut, dan anemia di RSUP Persahabatan perlu dilakukan monitoring karena agar dapat mendapatkan obat yang rasional dan meningkatkan efektivitas terapi obat pasien. Berdasarkan PTO penulis, pasien mengetahui dan memantau terapi pasien. Kemudian mengidentifikasi permasalahan terkait interaksi obat pada terapi pasien. Rekomendasi yang diberikan terhadap pasien adalah monitoring pendarahan (contoh: Hb, trombosit, feses berwarna gelap dan lembek, muntah darah), monitoring kadar gula darah, dan monitoring tekanan darah.

CHF (congestive heart failure) is a progressive public health problem with high morbidity and mortality rates in both developed and developing countries, such as Indonesia. Heart failure patients usually suffer from other comorbidities so they require various kinds of drugs in their therapy. Drug Therapy Monitoring (PTO) aims to increase the effectiveness of therapy and minimize the risk of Undesirable Drug Reactions (ROTD). Patients diagnosed with congestive heart failure due to hypertensive heart disease with other comorbidities, such as Type 2 diabetes mellitus and acute kidney failure, and anemia at Persahabatan Hospital need to be monitored because they can get rational medication and increase the effectiveness of the patient's drug therapy. Based on the author's PTO, the patient knows and monitors the patient's therapy. Then identify problems related to drug interactions in patient therapy. Recommendations given to patients are monitoring bleeding (for example: Hb, platelets, dark and soft stools, vomiting blood), monitoring blood sugar levels, and monitoring blood pressure."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Irvan Firdausy
"ABSTRAK
Tuberkulosis paru adalah salah satu penyakit menular yang membutuhkan pengobatan yang panjang. Ketidakpatuhan pengobatan dapat menyebabkan TB resisten obat. Ketidaktahuan masyarakat dan persepsi yang salah tentang penyakit dan pengobatannya dapat menimbulkan stigma. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara stigma pasien TB paru terhadap kepatuhan minum OAT. Penelitian ini menggunakan studi kuantitatif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan non convenience sampling dengan jumlah sampel 100 responden. Variabel independen menggunakan instrumen kuesioner 8-Stigma Scale dengan 8 pertanyaan seputar stigma, variabel dependen menggunakan kuesioner kepatuhan yang sudah digunakan sebelumnya. Kedua kuesioner tersebut sudah di uji validitas dan reliabilitasnya dan dinyatakan valid dan reliabel. Uji analisis data menggunakan chi square. Hasil penelitian terdapat hubungan yang signifikan antara stigma pasien TB paru terhadap kepatuhan minum OAT P value = 0,025 ; OR 0,332 . Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rekomendasi untuk memberikan pendidikan kesehatan tentang stigma TB dan dapat meningkatkan kepatuhan dan efikasi diri pasien TB.

ABSTRACT
Tuberculosis is an airborne infectious disease that requires a long treatment. Noncompliance with medication may result TB drugs resistant. TB patients are commonly stigmatized due to inadequate knowledge concerning TB disease. The purpose of the study was to investigate the relationship between stigma of pulmonary TB patients and patient rsquo s drugs compliance. This study used quantitative correlational study with cross sectional approach. A convenience sample of 100 patients was involved in this study. The independent variable used the 8 Stigma Scale questionnaire instrument with 8 questions about stigma, dependent variable used compliance questionnaire that has been tested. Both questionniare has been tested the validity and reliability and declared valid and reliable. The data were analyzed using chi square. The result of the study showed significant correlation between stigma of pulmonary TB patients and TB drugs medication compliance P value 0,025 OR 0,332 . This study was expected to be a recomendation to provide health education about TB stigma and then improve compliance and self efficacy of pulmonary TB patient."
2017
S69748
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Putriana
"Geriatri adalah pasien lanjut usia dengan multi penyakit dan/atau gangguan akibat penurunan fungsi organ, psikologi, sosial, ekonomi, dan lingkungan yang membutuhkan pelayanan kesehatan secara terpadu. Pemantauan terapi obat merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien. Tujuan dari dilaksanakannya Pemantauan Terapi Obat (PTO) adalah untuk meningkatkan efektivitas dari terapi obat dan meminimalisir resiko adanya Reaksi Obat Yang Tidak Dikehendaki (ROTD). Acute Kidney Injury (AKI) merupakan salah satu kondisi yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal secara cepat/mendadak dengan laju filtrasi glomerulus (LFG) yang umumnya berlangsung reversible, diikuti kegagalan ginjal untuk mengekskresi sisa metabolisme dengan/atau tanpa gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Terapi hipertensi pada pasien CKD dengan eksresi albumin urine > 30 mg/24 jam direkomendasikan menggunakan obat-obatan antihipertensi golongan Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI) atau menggunakan golongan Angiotensin Receptor Blockers (ARB). Acute Lung Udema (ALO) merupakan penumpukan cairan secara berlebihan diruang interstisial dan alveolus paru secara mendadak yang terjadi karena adanya tekanan hidrostatik kapiler meningkat dan penurunan tekanan koloid osmotik serta terjadinya kerusakan dinding kapiler sehingga menyebabkan kebocoran di kapiler ke ruang interstisial dan menjadi edema alveolar. Pengobatan yang diterima sudah sesuai indikasi namun terdapat beberapa permasalahan seperti beberapa interaksi obat yang dapat menimbulkan efek samping, dosis yang tidak sesuai serta pemberian beberapa obat yang tidak sesuai interval dan regimen pemberian.

Geriatrics are elderly patients with multiple diseases and/or disorders due to decreased organ, psychological, social, economic and environmental function who require integrated health services. Monitoring drug therapy is an activity carried out to ensure safe, effective and rational drug therapy for patients. The aim of implementing Drug Therapy Monitoring (PTO) is to increase the effectiveness of drug therapy and minimize the risk of Undesirable Drug Reactions (ROTD). Acute Kidney Injury (AKI) is a condition that affects the structure and function of the kidneys which is characterized by a rapid/sudden decline in kidney function and glomerular filtration rate (GFR) which is generally reversible, followed by failure of the kidneys to excrete metabolic waste with/or without interference. fluid and electrolyte balance. Hypertension therapy in CKD patients with urinary albumin excretion > 30 mg/24 hours is recommended using antihypertensive drugs in the Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI) group or using Angiotensin Receptor Blockers (ARB). Acute Lung Oedema (ALO) is a sudden accumulation of excessive fluid in the interstitial space and alveoli of the lungs which occurs due to increased capillary hydrostatic pressure and decreased colloid osmotic pressure as well as damage to the capillary walls, causing leakage in the capillaries into the interstitial space and becoming alveolar edema. The treatment received was according to the indications, but there were several problems such as several drug interactions that could cause side effects, inappropriate doses and the administration of several drugs that did not match the interval and administration regimen.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nindya Nuriesta Prilly
"UPT Puskesmas Lima Kaum I termasuk 5 besar puskesmas yang memiliki capaian pendistribusian Tablet Tambah Darah (TTD) pada ibu hamil yang rendah yaitu sebesar 62,43%. Rendahnya cakupan ini disebabkan rendahnya tingkat kepatuhan ibu hamil mengonsumsi TTD. Rendahnya tingkat mengonsumsi TTD pada ibu hamil disebabkan karena timbulnya efek samping yang mereka rasakan dan keterlambatan melakukan ANC. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan persepsi ibu hamil dengan kepatuhan mengonsumsi TTD di wilayah kerja UPT Puskesmas Lima Kaum I. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain studi cross-sectional. Sampel penelitian ini berjumlah 64 sampel Ibu (ibu hamil, ibu nifas, ibu yang memiliki anak usia maksimal 6 bulan) yang sudah mendapatkan Tablet Tambah darah (TTD) minimal 90 tablet selama masa yang dipilih menggunakan teknik consecutive sampling. Hasil penelitian menjelaskan bahwa berdasarkan uji statistik didapatkan persepsi keparahan, persepsi manfaat, persepsi hambatan, efikasi diri, dan isyarat untuk bertindak berhubungan dengan tingkat kepatuhan mengonsumsi TTD secara teratur. Intervensi yang disarankan menekankan bahwa manfaat yang lebih besar daripada efek samping yang dirasakan saat mengonsumsi TTD. Untuk mengatisipasi kelupaan, petugas kesehatan dapat menginformasikan untuk mencatat setiap mengonsumsi TTD di buku KIA dengan bekerjasama dengan kader kesehatan dan keluarga ibu hamil.

Lima Kaum I Health Center is one of the top 5 health centers that have a low distribution of iron tablet to pregnant women, which is 62.43%. This low coverage is due to the low level of compliance in pregnant women taking iron tablets. The low level of taking iron tablets in pregnant women is due to the side effects they feel and the delay in performing ANC. The purpose of this study was to determine the relationship between perceptions of pregnant women and adherence to taking iron tablets in the working area of the Lima Kaum I Health Center. This study used a quantitative method with a cross-sectional study design. The sample of this study consisted of 64 samples of mothers (pregnant women, postpartum mothers, mothers with children with a maximum age of 6 months) who had received IFA tablets. of at least 90 tablets during the selected period using consecutive sampling technique. The results of the study explained that based on statistical tests obtained perceptions of severity, perceived benefits, perceived barriers, self-efficacy, and cues to aciont related to the level of adherence to taking iron tablets regularly. The recommended intervention is to inform that the benefits outweigh the perceived side effects of taking iron tablet.. To anticipate forgetfulness, health workers can inform to record every consumption of iron tablets in the KIA book in collaboration with village health workers and families of pregnant women."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farhan Mahmudi Wicaksono
"Perdarahan gastrointestinal atas (upper gastrointestinal bleeding, UGIB) adalah kondisi terjadinya perdarahan di saluran gastrointestinal atas, termasuk esofagus, lambung, dan usus halus. Perdarahan gastrointestinal atas adalah penyakit yang umum terjadi, dengan perkiraan 80-150 dari 100.000 orang menderita perdarahan gastrointestinal atas setiap tahunnya. Hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus di hati. Sekitar 30% dari populasi dunia memiliki tanda-tanda serologis dari infeksi hepatitis B yang sudah selesai atau masih berlangsung. Kerusakan hati kronis yang disebabkan oleh hepatitis dapat berujung ke berbagai penyakit, di antaranya sirosis dan ascites. Dalam pasien yang menderita sirosis hati, penyebab paling umum dari perdarahan gastrointestinal atas adalah adanya penyakit varises esofagus (PVO). Perdarahan varises adalah komplikasi sirosis yang berbahaya, dengan mortalitas total di antara 10% sampai 20%, oleh karena itu, manajemen pasien yang tepat diperlukan untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas pasien.

Upper gastrointestinal bleeding (UGIB) is a condition where bleeding occurs in the upper gastrointestinal tract, including the esophagus, stomach, and small intestine. Upper gastrointestinal bleeding is a common disease, with an estimated 80-150 in 100,000 people suffering from upper gastrointestinal bleeding each year. Hepatitis B is a disease caused by a viral infection in the liver. About 30% of the world's population has serological signs of completed or ongoing hepatitis B infection. Chronic liver damage caused by hepatitis can lead to various diseases, including cirrhosis and ascites. In patients suffering from cirrhosis of the liver, the most common cause of upper gastrointestinal bleeding is the presence of esophageal variceal disease. Variceal bleeding is a dangerous complication of cirrhosis, with a total mortality of between 10% and 20%, therefore, appropriate patient management is necessary to reduce patient morbidity and mortality."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Friscilia Nindita Pamela
"Pemantauan terapi secara berkala mengenali interaksi obat gejala efek samping lebih awal dapat mencegah reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD) pada pengobatan pasien. Anemia dapat terjadi karena perdarahan baik akut maupun kronis mengakibatkan penurunan total sel darah merah. Pendarahan saluran gastrointestinal bagian bawah dengan keluarnya darah segar sewaktu buang air besar disebut hematochezia. Tuberkulosis ekstra paru perlu diwaspadai pada orang hidup dengan HIV/AIDS(ODHA) karena kejadiannya lebih sering dibandingkan TB dengan HIV negatif. Pemberian antibiotik pada pasien suspek TB paru sebagai alat bantu diagnosis TB paru tidak direkomendasikan lagi karena hal ini dapat menyebabkan keterlambatan diagnosis TB dengan konsekuensi keterlambatan pengobatan TB sehingga meningkatkan risiko kematian. Klasifikasi PCNE (Pharmaceutical Care Network Europe) dapat membantu tenaga kesehatan profesional untuk mendokumentasikan informasi-informasi mengenai DRPs (Drug Related Problem) yang terjadi dalam proses asuhan kefarmasian. Pada pasien Hematochezia dengan Anemia, TB Paru, dan SIDA perlu dilakukan kultur resistensi antibiotik untuk melihat antibiotik yang tepat untuk pengobatan pasien. Tahapan tatalaksana pemberian terapi hematochezia, TB terlebih dahulu kemudian dijeda dengan pemberian ARV juga dinilai sudah tepat.

therapy to recognize drug interactions early side effects can prevent unwanted drug reactions (ROTD) in patient treatment. Anemia can occur due to both acute and chronic bleeding resulting in a decrease in total red blood cells. Bleeding in the lower gastrointestinal tract with the release of fresh blood during bowel movements is called hematochezia. Extrapulmonary tuberculosis needs to be watched out for in people living with HIV/AIDS (PLWHA) because it occurs more frequently than TB with HIV negative. Giving antibiotics to patients with suspected pulmonary TB as a tool for diagnosing pulmonary TB is no longer recommended because this can cause a delay in the diagnosis of TB with consequent delays in TB treatment, thereby increasing the risk of death. The PCNE (Pharmaceutical Care Network Europe) classification can help health professionals to document information about DRPs (Drug Related Problems) that occur in the process of pharmaceutical care. In Hematochezia patients with Anemia, Pulmonary TB, and SIDA, it is necessary to carry out antibiotic resistance cultures to determine the appropriate antibiotic for treating the patient. The stages of management of giving hematochezia therapy, TB first and then stopping it with giving ARVs are also considered appropriate."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Andini Nadya Putri
"Penyakit gagal ginjal kronik (CKD) adalah kondisi yang terjadi karena kerusakan pada ginjal dan/atau penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR) di bawah 60 mL/menit/1,73 m2 selama lebih dari tiga bulan. Prevalensi CKD meningkat secara global, termasuk di Indonesia, dengan hipertensi dan nefropati diabetik sebagai penyakit penyerta utama. Terapi untuk pasien CKD dengan komplikasi hipertensi dan diabetes melitus sering kali melibatkan terapi polifarmasi, meningkatkan risiko masalah terkait obat atau drug-related problems (DRPs). Pemantauan terapi obat (PTO) merupakan proses penting untuk memastikan keamanan, efektivitas, dan rasionalitas pengobatan yang diterima pasien. PTO dilakukan pada pasien dengan diagnosis CKD yang menjalani hemodialisis dengan penyakit penyerta hipertensi dan diabetes melitus tipe 2. PTO dilakukan melalui pengumpulan data primer dari wawancara pasien dan keluarganya, serta data sekunder dari rekam medis dan catatan medis lainnya. Metode Hepler dan Strand digunakan dalam menganalisis DRPs. Hasil PTO menunjukkan tiga kategori DRP teridentifikasi, di antaranya dosis obat terlalu tinggi, indikasi tanpa obat, dan pemilihan obat yang kurang tepat. Semua DRP yang ditemukan telah diatasi dengan rekomendasi terapi alternatif yang sesuai dengan persetujuan dokter penanggung jawab.

Chronic kidney disease (CKD) is a condition that occurs due to damage to the kidneys and/or a decrease in the glomerular filtration rate (GFR) below 60 mL/min/1.73 m2 for more than three months. The prevalence of CKD is increasing globally, including in Indonesia, with hypertension and diabetic nephropathy as the main comorbidities. Therapy for CKD patients with complications of hypertension and diabetes mellitus often involves polypharmacy, increasing the risk of drug-related problems (DRPs). Drug therapy monitoring (DTM) is an essential process to ensure the safety, efficacy, and rationality of the treatment received by patients. DTM was conducted on patients with a diagnosis of CKD undergoing hemodialysis with comorbidities of hypertension and type 2 diabetes mellitus. DTM was conducted by collecting primary data from interviews with patients and their families, as well as secondary data from medical records and other medical documents. The Hepler and Strand method was used to analyze DRPs. The results of DTM showed three categories of DRPs identified, including excessive drug dosage, indication without medication, and inappropriate drug selection. All DRPs found have been addressed with recommendations for alternative therapies in accordance with the approval of the responsible physician.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>