Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 187078 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ni Gusti Ayu Nyoman Anggraini Larasati
"Pada masa era digital, banyak perubahan yang terjadi seperti pola pikir dan gaya hidup masyarakat. Perubahan akibat perkembangan dunia yang semakin pesat mewajibkan orang yang berusia di atas 50 tahun untuk beradaptasi. Selain itu, pada usia tersebut banyak peristiwa yang dialami oleh seorang individu, seperti ditinggalkan anak menikah, pensiun, dan cemas menghadapi kematian. Permasalahan mengenai perubahan dan ketidakpastian atas peristiwa di masa depan menyebabkan perasaan cemas pada orang yang usianya di atas 50 tahun. Hal ini membutuhkan perhatian khusus agar kualitas hidup orang dengan usia tua menjadi lebih optimal. Kecemasan menghadapi masa depan pada usia tua dipengaruhi oleh beberapa faktor. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis deskripsi tingkat kecemasan menghadapi masa depan, menganalisis variabel-variabel yang secara signifikan menjelaskan kecemasan menghadapi masa depan pada orang yang berusia di atas 50 tahun dan menganalisis profil orang yang berusia di atas 50 tahun dengan tingkat kecemasan masa depan yang tinggi. Metode yang digunakan adalah regresi logistik untuk melihat variabel-variabel yang menjelaskan kecemasan menghadapi masa depan pada orang dengan usia di atas 50 tahun dan Classification and Regression Tree (CART) untuk melihat profil orang yang berusia di atas 50 tahun dengan tingkat kecemasan masa depan yang tinggi. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari populasi orang yang berusia di atas 50 tahun di Provinsi DKI Jakarta. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa tingkat kecemasan menghadapi masa depan responden mayoritas masuk ke dalam kategori tinggi. Kemudian, variabel-variabel yang secara signifikan menjelaskan tingkat kecemasan menghadapi masa depan responden adalah dukungan sosial, status pernikahan, dan jumlah anak kandung. Profil orang dengan usia di atas 50 tahun yang memiliki tingkat kecemasan menghadapi masa depan yang tinggi yaitu responden yang mendapatkan dukungan sosial rendah, memiliki anak kandung lebih dari atau sama dengan 3 orang, dan berstatus menikah.

In the digitalization era, a lot of changes happen, such as changes in mindset or lifestyle. Changes happened due to rapid world evolution forces people aged above 50 to adapt. People in that age also experience many things as individuals, such as being left by their children to marry, retirement, and fear of death. This problem about changes and uncertainty of the future cause anxiety to people aged above 50. This needs special attention so the life quality of the elderly be more optimal. Anxiety of facing the future in old age is caused by several factors. The goal of this study is to do description analysis about anxiety facing the future, to analyze variables that significantly explain anxiety facing the future on people aged above 50, and to analyze profiles of people aged above 50 who have high anxiety level facing the future. The method used in this study is logistic regression to see which variables explain anxiety facing the future on people aged above 50 and Classification and Regression Tree (CART) to see profiles of people aged above 50 who have high anxiety level facing the future. Samples for this study are taken from population in DKI Jakarta Province of people aged above 50. Based on the results, it is seen that the anxiety level of most respondents are high. Variables that significantly explain anxiety level facing the future of the respondents are social support, marriage status, and number of biological children. The profile of people aged above 50 who have high anxiety level facing the future are respondents who are married, get low social support, and have 3 or more biological children."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aprilia Rahmawati
"Mahasiswa diharapkan untuk dapat menempuh jenjang pendidikan sarjananya dengan baik dan tentunya selesai tepat waktu. Sebagai mahasiswa, mempunyai aktivitas yang cukup banyak di luar rutinitas kuliah sudah menjadi hal yang lazim, misalnya seperti berorganisasi, berkegiatan di luar kampus, belum lagi ada mahasiswa yang sambil bekerja. Dengan banyaknya rutinitas, mahasiswa seringkali menunda belajar atau menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosennya. Inilah yang disebut dengan prokrastinasi akademik. Prokrastinasi akademik pada mahasiswa dapat berdampak pada penurunan prestasi akademiknya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui variabel-variabel yang menjelaskan tingkat prokrastinasi akademik pada mahasiswa. Metode yang digunakan adalah metode Regresi Linier Berganda, sedangkan untuk mengetahui profil mahasiswa yang mempunyai tingkat prokrastinasi akademik yang tinggi menggunakan metode Classification and Regression Tree (CRT), dan juga ingin mengetahui perbedaan antara Regresi Linier Berganda dan Classification and Regression Tree (CRT) berdasarkan urutan variabel-variabel yang signifikan menjelaskan tingkat prokrastinasi akademik pada mahasiswa FMIPA Universitas Indonesia. Variabel yang diduga menjelaskan tingkat prokrastinasi akademik adalah jenis kelamin, tempat tinggal, kondisi fisik, kondisi psikologis, kondisi lingkungan, motivasi belajar, persepsi mahasiswa, dukungan sosial orang tua, dan dukungan sosial teman sebaya. Penelitian ini menggunakan data primer yaitu 660 mahasiswa FMIPA Universitas Indonesia yang diambil dengan cara purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel-variabel yang secara signifikan menjelaskan tingkat prokrastinasi akademik mahasiswa FMIPA Universitas Indonesia adalah jenis kelamin, kondisi fisik, kondisi psikologis, motivasi belajar, persepsi mahasiswa, dukungan sosial orang tua, dan dukungan sosial teman sebaya. Profil mahasiswa yang memiliki tingkat prokrastinasi akademik yang tinggi yaitu mahasiswa dengan kondisi fisik dan kondisi psikologis yang buruk, serta dukungan sosial orang tua yang rendah. Selain itu, ada perbedaan dalam urutan variabel-variabel yang signifikan antara metode Regresi Linier Berganda dan CRT, namun keduanya memiliki satu kesamaan yaitu variabel tertinggi adalah kondisi fisik.

Students are expected to be able to undertake their undergraduate studies satisfactorily and graduate as scheduled. As a students, it is normal having with numerous activities outside academic routine, such as organizations, off-campus activities, not to mention students who are employed. Consequently, students often delay studying and completing the tasks given by their lecturers. This is called academic procrastination. Academic procrastination may lead to a declining academic achievement. This study aimed to determine variables that affect academic procrastination levels and to find out the profile of students with high levels of academic procrastination. The methods used are Multiple Linear Regression and Classification and Regression Tree (CRT), respectively. Furthermore, this study aims to the difference between Multiple Linear Regression and CRT based on the sequence of significant variables explains the level of academic procrastination of FMIPA students of University of Indonesia. The variables considered to affect the level of academic procrastination include gender, residence, physical conditions, psychological conditions, environmental conditions, learning motivation, student perception, parental support, and peer support. This study used primary data, namely 660 FMIPA students of University of Indonesia obtained through purposive sampling. The results showed that the variables that significantly affect the level of academic procrastination of FMIPA students of University of Indonesia include gender, physical conditions, psychological conditions, learning motivation, student perception, parental support, and peer support. Students who demonstrate a high level of academic procrastination are characterized by poor physical and psychological conditions, as well as low parental support. In addition, there is a significant difference in the sequence of variables between the Multiple Linear Regression method and CRT, but both have one thing in common, that is, the highest variable is physical condition."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ekavanya Utami Widodo
"Setiap orang akan melewati fase-fase kehidupan mulai dari kanak-kanak, remaja hingga dewasa. Fase transisi dari remaja menuju dewasa disebut fase dewasa awal, di mana terjadi pada mahasiswa yang transisi sekolah menuju tingkat lebih tinggi seperti universitas. Pada fase ini, individu akan mengalami perkembangan fisik dan emosional. Kondisi kematangan emosi tidak terlepas dari berbagai pengaruh, seperti lingkungan, sekolah, keluarga, interaksi sosial dan aktivitas sehari-harinya. Penelitian ini dilakukan untuk melihat faktor apa saja yang dapat menjelaskan tingkat kematangan emosi mahasiswa. Metode yang digunakan adalah Partial Least Square (PLS) untuk menganalisis kausalitas tersebut. Kemudian akan digunakan metode analisis korespondensi berganda untuk melihat profil tingkat kematangan emosi mahasiswa berdasarkan variabel-variabel yang signifikan. Penelitian ini menemukan bahwa variabel yang menjelaskan tingkat kematangan emosi adalah parental demandingness, parental responsiveness, keaktifan dalam organisasi, religiusitas, jenis kelamin, usia dan status pernikahan orang tua. Penelitian ini juga menemukan profil mahasiswa yang memiliki tingkat kematangan emosi yang tinggi, yaitu berjenis kelamin perempuan, berusia 21‒23 tahun, memiliki tingkat religiusitas yang tinggi, aktif dalam organisasi, memiliki pola asuh orang tua tipe permisif, dan dengan kondisi salah satu atau kedua orang tua meninggal dunia serta yang menikah dan masih bersama. Profil mahasiswa yang memiliki tingkat kematangan emosi yang rendah, yaitu berjenis kelamin laki-laki, berusia 18-20 tahun, tingkat religiusitas rendah, tidak aktif dalam organisasi, serta memiliki pola asuh orang tua tipe otoriatif dan dengan kondisi orang tua menikah dan masih bersama.

Every individual goes through phases of life, starting from childhood, adolescence, and into adulthood. The transitional phase from adolescence to adulthood is referred to as early adulthood, which occurs in students transitioning from school to higher levels such as university. During this phase, individuals undergo development, both in terms of physical maturation and emotional maturation. The state of emotional maturity is influenced by various factors, such as the environment, school, family, social interactions, and daily activities. This research was conducted to examine the factors that can explain the level of emotional maturity among students. The method used is Partial Least Square (PLS) to analyze the causality between these variables. Furthermore, the multiple correspondence analysis method will be employed to examine the profiles of students' emotional maturity levels based on significant variables. The research findings indicate that the variables explaining the level of emotional maturity are parental demandingness, parental responsiveness, involvement in organizations, religiosity, gender, age, and parental marital status. The research also identified profiles of students who exhibit high levels of emotional maturity, namely female gender, aged 21‒23 years, high level of religiosity, active participation in organizations, permissive parenting style, and experiencing the death of one or both parents, also parents who are married and still together. On the other hand, the profiles of students with low levels of emotional maturity include male gender, aged 18‒20 years, low level of religiosity, inactivity in organizations, authoritarian parenting style, and parents who are married and still together."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rindang Eka Swari
"Kegiatan belanja online sudah menjadi tren belakangan ini. Pandemi Covid-19 yang membatasi kegiatan di luar rumah menjadikan belanja online sebagai alternatif untuk belanja. Kemudahan belanja online memberikan manfaat bagi penggunanya. Namun, jika konsumen memiliki online buying habits yang tidak terencana akan berdampak pada masalah ekonomi, menyebabkan gaya hidup konsumtif dan materialistis, serta menimbulkan sifat individualis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variabel-variabel yang menjelaskan online buying habits selama pandemi Covid-19 dan mencari profil mahasiswa dengan online buying habits yang tidak terencana. Variabel yang diduga berhubungan dengan online buying habits adalah kecemasan sosial, kecemasan finansial, wellbeing kesehatan, wellbeing emosi, wellbeing sosial, mood, dan penilaian terhadap online marketplace yang paling sering dikunjungi. Penelitian ini menggunakan metode Partial Least Square dan Classification and Regression Tree. Data yang digunakan adalah data primer yaitu sebanyak 350 mahasiswa S1 FMIPA UI. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan teknik quota sampling. Hasil dari penelitian ini adalah variabel kecemasan sosial, wellbeing emosi, wellbeing kesehatan, mood, dan penilaian terhadap online marketplace yang paling sering dikunjungi memiliki hubungan dengan online buying habits secara signifikan. Profil mahasiswa dengan online buying habits tidak terencana adalah mahasiswa dengan wellbeing kesehatan yang buruk dan mahasiswa dengan wellbeing kesehatan yang buruk serta kecemasan sosial yang tinggi.

Online shopping has become a trend these days. Covid-19 pandemic conditions that limit outdoor activity make online shopping as an alternative to shopping. The ease offered by online shopping benefits the consumers. However, if consumers had unplanned buying habits, it would impact economic problems, lead to a consumptive and materialistic lifestyle, and lead to individualism The purpose of this study is to find out variables that explain the online buying habits during the covid-19 pandemic and to know the profile of students with unplanned online buying habits. Variables suspected corresponded to online buying habits are social anxiety, financial anxiety, health wellbeing, emotions wellbeing, social wellbeing, mood, and assessment of the most frequent visited online marketplace. The study uses the Partial Least Square Method and Classification and Regression Tree. The data used are the primary data: 350 S1 FMIPA UI active students from 2017, 2018, 2019, and 2020 in the academic year 2020/2021 taken by quota sampling. The results of this study are variable social anxiety, emotions wellbeing, health wellbeing, mood, and assessments of the most frequently visited online marketplace have significant relationships with online buying habits. Profile students with unplanned buying habits are students with poor health wellbeing and students with poor health wellbeing and high social anxiety."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ameria Paramita
"ABSTRAK
Tesis ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik sosiodemografi dan faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan age-related macular degeneration AMD pada penduduk usia 50 tahun ke atas di provinsi DKI Jakarta. Desain penelitian berbasis populasi dengan menggunakan metode kasus kontrol. Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah semua responden yang turut serta dalam survei Rapid Assessment of Avoidable Blindness RAAB DKI Jakarta tahun 2015. Kriteria inklusi kelompok kasus adalah responden yang didiagnosa AMD pada survei RAAB DKI Jakarta 2015 dan kriteria eksklusi adalah pada pemeriksaan validasi diagnostik tidak ditemukan AMD pada kedua mata. Kriteria inklusi kelompok kontrol adalah responden yang tidak didiagnosa AMD pada survei RAAB DKI Jakarta 2015 dan kriteria eksklusi adalah pada pemeriksaan validasi diagnostik ditemukan AMD pada salah satu mata. Pemeriksaan funduskopi direk dilakukan terhadap responden lalu dilanjutkan dengan pemeriksaan tekanan darah, glukosa darah sewaktu, kolesterol total darah, berat badan dan tinggi badan. Wawancara terpimpin dilakukan untuk mengetahui karakteristik sosiodemografi, riwayat merokok dan riwayat penggunaan obat-obatan. Jumlah total sampel adalah 87 orang dalam kelompok kasus dan 89 orang dalam kelompok kontrol. Pada analisis multivariat diperoleh faktor risiko untuk AMD adalah diabetes mellitus OR 3,691; 95 CI 1,116-12,208 , hiperkolesterolemia OR 3,206, 95 CI 1,669-6,517 , dan merokok OR 1.987; 95 CI 1,027 ndash; 3,884 . Faktor usia, hipertensi, serta obesitas tidak memiliki hubungan yang bermakna secara statistik terhadap AMD.

ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the socio demographic characteristics and risk factors associated with age related macular degeneration AMD in population aged 50 years and above in the Province of DKI Jakarta. Population based case control study was performed. The accessible population in this study was all respondents who participated in the Rapid Assessment of Avoidable Blindness RAAB survey DKI Jakarta 2015. Inclusion criteria for case group was respondents who are diagnosed with AMD in the RAAB survey DKI Jakarta 2015 and the exclusion criteria was no signs of AMD in both eyes at diagnostic validation examination. The inclusion criteria for control group was respondents who are not diagnosed with AMD in RAAB survey DKI Jakarta 2015 and the exclusion criteria was signs of AMD found in either eye. Direct funduscopy examination conducted on the respondent and then followed by blood pressure, blood glucose, and total blood cholesterol checks, and also weight and height measurement. Guided interviews conducted to determine the socio demographic characteristics, smoking history and a history of drugs consumed. The total number of samples was 87 people in the case group and 89 in the control group. On multivariate analysis, risk factors for AMD are diabetes mellitus OR 3.691 95 CI 1.116 to 12.208 , hypercholesterolemia OR 3.206, 95 CI 1.669 to 6.517 , and smoking OR 1,987 95 CI 1.027 to 3.884 while age, hypertension, and obesity were not significant related against AMD. Keywords age related macular degeneration, risk factors"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ratu Permata Karimah
"ABSTRAK
Loyalitas karyawan merupakan kemauan karyawan untuk bekerja sebaik mungkin dan berkorban untuk mencapai tujuan perusahaan. Penting bagi suatu perusahaan untuk memiliki karyawan dengan loyalitas yang tinggi, karena semakin tinggi loyalitas karyawan maka akan semakin mudah bagi perusahaan dalam mewujudkan tujuan perusahaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan faktor-faktor yang memengaruhi loyalitas karyawan PT X di wilayah Jakarta, serta mencari profil dari karyawan PT X di wilayah Jakarta yang memiliki loyalitas tinggi. Data yang digunakan dalam analisis adalah data 467 karyawan PT X yang berasal dari kantor pusat serta 12 kantor cabang dan diperoleh dengan menggunakan kuesioner secara purposive sampling. Metode analisis data meliputi Partial Least Square PLS dan Classification and Regression Tree CART. Diperoleh hasil bahwa kepuasan kerja dan jenis kelamin memengaruhi loyalitas karyawan secara langsung, sementara kebutuhan fisiologis, keamanan, mencintai dan dicintai serta aktualisasi diri memengaruhi loyalitas karyawan secara tidak langsung melalui kepuasan kerja. Profil karyawan PT X di wilayah Jakarta yang memiliki loyalitas tinggi yaitu karyawan dengan tingkat kepuasan kerja yang tinggi serta tingkat kebutuhan fisiologis yang rendah, dan karyawan dengan tingkat kepuasan kerja yang rendah serta tingkat kebutuhan mencintai dan dicintai yang rendah.

ABSTRACT
Loyalties of employees are defined as their desires to do the best in their work so that the company target is achieved. Having loyal employees is important for the company, as it will be easier to achieve the company target. This study is conducted to identify variables that explain the employees loyalty in PT X, Jakarta. Furthermore, we also aim to generate the profiles of the high loyalty employees. Questionnaires were used to collect data from the central office and 12 branches office, using the purposive sampling scheme, giving 467 respondens in total. Data processing were conducted using Partial Least Square PLS and Classification and Regression Tree CART methods. The results showed that job satisfaction and gender directly influence employees rsquo loyalty. While, physiological needs, safety needs, love needs, and self actualization needs indirectly influence loyalty of employees through job satisfaction. The profile for high loyalty employees are high job satisfaction and low physiological needs or low job satisfaction and low level of love needs."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Michael Mario Bramanthyo Adhi
"Angka Harapan Hidup (AHH) merupakan rata-rata perkiraan banyak tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang sejak lahir. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa AHH penduduk di Provinsi Jawa Barat tahun 2021 mencapai 73,23 tahun dan menempati posisi keempat dengan nilai AHH tertinggi di Indonesia pada 2021. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis variabel-variabel yang menjelaskan AHH di setiap kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat tahun 2021 menggunakan model regresi linear berganda, Geographically Weighted Regression (GWR), dan Mixed Geographically Weighted Regression (MGWR) yang kemudian dievaluasi untuk memeroleh model terbaik. Pada penelitian ini, model regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel AHH dimana nilai estimasi parameter regresi sama untuk setiap wilayah penelitian atau disebut dengan model regresi global. Provinsi Jawa Barat terdiri dari 27 kabupaten/kota yang memiliki karakteristik berbeda antarwilayah sehingga memungkinkan adanya heterogenitas spasial. Model GWR bertujuan untuk mengeksplor heterogenitas spasial dengan membentuk model regresi yang berbeda pada setiap lokasi pengamatan atau dapat disebut dengan model regresi lokal. Hal ini akan menimbulkan permasalahan apabila terdapat variabel independen yang tidak bersifat lokal atau tidak mempunyai pengaruh lokasi, tetapi diduga memiliki pengaruh terhadap variabel dependen secara global. Oleh karena itu, dikembangkan lagi menggunakan model MGWR. Model MGWR menghasilkan estimasi parameter yang bersifat global dan lokal sesuai dengan lokasi pengamatan. Variabel yang bersifat global, yaitu Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dan Pengeluaran Per Kapita (PPK), sedangkan variabel yang bersifat lokal, yaitu Jumlah Penduduk Miskin (JPM), Harapan Lama Sekolah (HLS), dan Persentase Penduduk yang Mempunyai Keluhan Kesehatan Sebulan Terakhir (KK). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kedua variabel global berpengaruh terhadap AHH, sedangkan variabel lokal yang berpengaruh terhadap AHH berbeda pada setiap wilayahnya, begitu pula dengan model yang terbentuk juga akan berbeda untuk setiap wilayahnya. Selain itu, model terbaik yang diperoleh adalah model GWR dengan fungsi pembobot fixed Gaussian kernel dengan nilai AIC terkecil, adjusted R-squared terbesar, dan RMSE terkecil dibandingkan model regresi linier berganda dan MGWR.

Life Expectancy (AHH) is an estimate of the years that a person will take from birth. Badan Pusat Statistik (BPS) notes that the AHH of the population in West Java Province in 2021 reached 73.23 years and ranked fourth with the highest AHH value in Indonesia in 2021. This study aims to analyze the variables that explain AHH in each district/city in West Java Province in 2021 using multiple linear regression models, Geographically Weighted Regression (GWR) models, and Mixed Geographically Weighted Regression (MGWR) models which are then evaluated to obtain the best model. In this study, the multiple linear regression model is used to determine how much influence the independent variables had on the AHH variable where the estimated values of the regression parameters were the same for each study area or called the global regression model. West Java Province consists of 27 districts/cities which have different characteristics between regions, thus allowing for spatial heterogeneity. The GWR model aims to explore spatial heterogeneity by forming a different regression model at each observation location or it can be called a local regression model. This will cause problems if there are independent variables that are not local in nature or do not have a location effect, but are suspected of having an influence on the dependent variable globally. Therefore, it is further developed using the MGWR model. The MGWR model produces parameter estimates that have global and local characteristics according to the observation location. Global variables are Open Unemployment Rate (TPT) and Per Capita Expenditures (PPK), while local variables are Number of Poor Population (JPM), Expected Years of Schooling (HLS), and Percentage of Population with Health Complaints in the Last Month (KK). The results of this study indicate that both global variables have a significant effect on AHH, while local variables which have a significant effect on AHH are different in each region, as well as the model formed will also be different for each region. In addition, the best model obtained is the GWR model with a fixed Gaussian kernel weighting function with the smallest AIC value, the largest adjusted R-squared, and the smallest RMSE compared to the multiple linear regression model and MGWR model.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Wahyu Rahmadiani
"Di Indonesia, kasus kematian terkait Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) terus meningkat sebesar lebih dari dua kali lipat dari 11.971 kasus di tahun 2010 menjadi 26.501 di tahun 2022, dan 40% di antaranya disebabkan oleh Tuberkulosis (TBC). AIDS adalah perkembangan dari Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang mengakibatkan sistem kekebalan tubuh menurun sehingga Orang Dengan HIV (ODHIV) rentan terkena penyakit atau infeksi oportunistik, termasuk TBC. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berasosiasi dengan adanya status TBC pada ODHIV setelah inisiasi ART dilakukan dengan menggunakan data Sistem Informasi HIV AIDS (SIHA) 2.1. Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan sampel penduduk berusia ≥ 15 tahun yang memanfaatkan data Sistem Informasi HIV AIDS tahun 2023 dan menggunakan uji chi-square untuk analisis bivariat dan regresi logistik untuk analisis multivariat. Dari 39.623 ODHIV yang tercatat pada tahun 2023, terdapat 34.662 data yang eligible untuk digunakan dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini menunjukkan wilayah dengan prevalensi kasus HIV tertinggi di DKI Jakarta adalah Jakarta Pusat (30,8%) sedangkan wilayah dengan prevalensi HIV-TBC tertinggi adalah Jakarta Barat (25,1%). Selanjutnya, ditemukan prevalensi HIV-TBC pada populasi ≥ 15 tahun di DKI Jakarta setelah melakukan inisiasi ART adalah 4,4%. Stadium klinis 3 dan 4 (AOR = 9,99; 95% CI = 8,72 – 11,45), Indeks Massa Tubuh (IMT) kurus (AOR = 2,54; 95% CI = 2,22 – 2,91), kelompok usia 25 – 34 tahun (AOR = 2,16; 95% CI = 1,86 – 2,52), tidak mengonsumsi Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT) (AOR = 17,73; 95% CI = 10,42 – 30,18) adalah faktor risiko yang berpengaruh dalam meningkatkan adanya status TBC pada ODHIV. Selain itu, faktor yang menunjukkan protektif terhadap status TBC pada ODHIV adalah menunda inisiasi Antiretrvorial Therapy (ART) (AOR = 0,10; 95% CI = 0,09 – 0,12) dan kelompok populasi kunci (AOR = 0,44; 95% CI = 0,39 – 0,51). Faktor yang memiliki kontribusi terbesar dalam penelitian ini adalah riwayat konsumsi TPT. Dengan demikian, dibutuhkan peningkatan cakupan TPT untuk dapat mencegah adanya status TBC pada ODHIV dan ODHIV dewasa muda diharapkan dapat meningkatkan pencegahan TBC.

In Indonesia, Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) related deaths have more than doubled from 11,971 cases in 2010 to 26,501 in 2022, 40% of which are caused by Tuberculosis (TBC). AIDS is a progression of the Human Immunodeficiency Virus (HIV) that results in a decreased immune system so that People Living with HIV (PLHIV) are susceptible to opportunistic diseases or infections, including tuberculosis. This study aims to determine the factors associated with TBC status in PLHIV after ART initiation using HIV AIDS Information System (SIHA) 2.1 data. The design of this study was cross sectional with a sample of population aged ≥ 15 years utilizing HIV AIDS Information System data in 2023 and using chi-square test for bivariate analysis and logistic regression for multivariate analysis. Of the 39,623 PLHIV recorded in 2023, 34,662 data were eligible to be used in this study. The results showed that the region with the highest prevalence of HIV cases in DKI Jakarta was Central Jakarta (30.8%) while the region with the highest prevalence of HIV-TBC was West Jakarta (25.1%). Furthermore, the prevalence of HIV-TBC in the population ≥ 15 years old in DKI Jakarta after ART initiation was found to be 4.4%. Clinical stage 3 and 4 (AOR = 9.99; 95% CI = 8.72 - 11.45), lean body mass index (BMI) (AOR = 2.54; 95% CI = 2.22 - 2.91), age group 25 - 34 years (AOR = 2.16; 95% CI = 1.86 - 2.52), not taking Tuberculosis Preventive Therapy (TPT) (AOR = 17.73; 95% CI = 10.42 - 30.18) are risk factors that increase the presence of TBC status in PLHIV. In addition, the protective factors for TBC status among PLHIV were delayed initiation of antiretroviral therapy (ART) (AOR = 0.10; 95% CI = 0.09 - 0.12) and key population groups (AOR = 0.44; 95% CI = 0.39 - 0.51). The factor with the largest contribution in this study was history of TPT consumption. Thus, there is a need to increase TPT coverage to prevent TBC status in PLHIV and young adult PLHIV are expected to improve TBC prevention."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Nabila Setiawan
"Praktik sunat perempuan menurut WHO tidak diperkenankan untuk dilakukan dalam bentuk dan tingkat apapun sebab membahayakan anak perempuan dan perempuan serta melanggar hak kesehatan reproduksi. Di Indonesia, 48.8% pada anak perempuan usia 0-11 tahun di Indonesia dengan 80% orang tua menunjukkkan persetujuan keberlanjutan sunat perempuan pada masa yang akan datang pada tahun 2013. Mahasiswa sebagai calon pemimpin dan orang tua di masa depan adalah yang menentukan keberlanjutan praktik sunat perempuan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran dan faktor yang mempengaruhi persetujuan mahasiswa terhadap praktik sunat perempuan di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022. Disain studi dalam penelitian ini menggunakan studi potong lintang pada 248 mahasiswa yang berdomisili di DKI Jakarta yang dipilih secara acak pada Mei – Juni 2022. Analisis hubungan menggunakan chi-square dan pemodelan dengan regresi logistik biner. Hasil penelitian menunjukkan faktor mempengaruhi persetujuan mahasiswa terhadap praktik sunat anak perempuan pada masa depan di DKI Jakarta adalah persetujuan terhadap persepsi manfaat moral seksual sunat perempuan (aOR=4.05, p=0.025) dan mahasiswa fakultas non kesehatan (aOR=2.79, p=0.037). Intervensi direkomendasikan melalui pendidikan dan media massa untuk mengedukasi tidak adanya hubungan sunat perempuan memiliki manfaat moral seksual bagi mahasiswa kesehatan maupun non kesehatan.

Female circumcision is not allowed to be carried out in any form and level since it endangers girls and women and violates reproductive health rights. According to National Basic Health Riset 2013, female circumcision occurred 48.8% of girls aged 0-11 years followed with 80% of parents showing agreement of the continuation of female circumcision in the future. University students as future leaders and future parents are related to the continuation of the practice of female circumcision in the future. This study aims to describe and identify factors influencing agreement toward female circmcission of future daughter among university students in DKI Jakarta 2022. Analysis was performed using chi-square and binary logistic regression. Data was collected between May - June 2022 through an online questionnaire involving 248 students in DKI Jakarta. Students who agreed of sexual moral perceptions of female circumcision strongly influenced their agreement toward female circmcission of future daughter (aOR=4.05, p=0.025). Also, non-medical faculty students strongly agreed toward female circmcission of their future daughter (aOR=2.79, p=0.037) than medical faculty students. Interventions are recommended through education and mass media to educate that the absence of female circumcision has sexual moral benefits for both medical and non-medical students.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Grisdy Mahardikana
"Beberapa tahun terakhir, masyarakat dihadapakan oleh kondisi pandemi COVID-19 yang sedang melanda dunia. Kondisi ini mengganggu seluruh aktivitas di berbagai sektor tak terkecuali sektor informal, seperti ojek online. Hal ini dipicu oleh kebijakan-kebijakan pemerintah yang menyebabkan terbatasnya pergerakan ekonomi masyarakat tak terkecuali pada sektor informal seperti ojek online. Dengan adanya kebijakan tersebut mengakibatkan menurunnya penghasilan pengemudi ojek online. Hal ini menggambarkan bagaimana tertekananya pengemudi ojek online, dimana kondisi ini dapat memicu terjadinya stres. Stres merupakan gangguan kesehatan mental yang sangat berbahaya karena dapat mengganggu produktivitas, fisik dan psikologis. Pada skripsi ini akan dicari faktor-faktor yang signifikan memengaruhi tingkat stres pada pengemudi ojek online di DKI Jakarta dan untuk mengetahui profil pengemudi ojek online yang mempunyai tingkat stres tinggi berdasarkan faktor-faktor yang signifikan. Faktor yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dukungan sosial, religiusitas, kepuasan kerja, umur, status nikah, jumlah tanggungan, masa kerja, lama kerja dan pendapatan. Metode yang digunakan dalam penyelesaian masalah penelitian ini yaitu metode Partial Least Square (PLS) dan metode Classification and Regression Tree (CART). Data yang digunakan adalah data primer sebanyak 271 pengemudi ojek online di DKI Jakarta yang diambil menggunakan purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan dukungan sosial, kepuasan kerja, lama kerja, dan masa kerja berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat stres. Selain itu, diperoleh pula bahwa profil pengemudi ojek online yang memiliki tingkat stres tinggi yaitu pengemudi dengan tingkat kepuasan kerja rendah, memiliki lama waktu bekerja >8 jam/hari, serta memiliki dukungan sosial rendah dan juga pengemudi dengan tingkat kepuasan kerja rendah, memiliki lama kerja > 8 jam/hari, memiliki dukungan sosial tinggi, serta memiliki masa kerja > 2 tahun

In recent years, society has been faced with the COVID-19 pandemic that is sweeping the world. As a result of this condition, it disrupts all activities in various sectors, including the informal sector, such as online motorcycle taxis. This is triggered by government policies that limit the economic movement of the community, including the informal sector such as ojek online. This is the pressure experienced by ojek online which can trigger stress. Stress is a mental health disorder that is very dangerous because it can interfere with productivity, physically and psychologically. In this research, the researcher wants to know the factors that significantly affect the stress level of online in DKI Jakarta and to find out the profile of ojek online who have high stress levels based on significant factors. The factors used in this research are social support, religiosity, job satisfaction, age, marital status, number of dependents, years of service, length of work and income. The methods used in solving this research problem are Partial Least Square (PLS) method and Classification and Regression Tree (CART) method. The data that are used in this research is primary data as many as 271 ojek online in DKI Jakarta taken using purposive sampling. The results showed that social support, job satisfaction, length of work, and year of service had a significant effect on stress levels. In addition, it was also found that the profiles of online who have high stress levels are drivers with low levels of job satisfaction, have a long working time of > 8 hours/day, and have low social support and are also drivers with a low level of job satisfaction, have long working hours/day, have high social support, and have a year of service > 2 years"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>