Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 189336 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agus Rhesa Rudiansyah
"Pandemi COVID-19 yang terjadi pada awal 2020 membuat pemerintah di seluruh dunia menutup sementara lembaga pendidikan dan sekolah dalam upaya menahan penyebaran penyakit pernafasan ini. Sebagai respon dari penutupan sekolah, UNESCO memberikan rekomendasi solusi berupa program pembelajaran jarak jauh dengan menggunakan aplikasi serta platform pendidikan terbuka yang dapat digunakan sekolah dan guru agar dapat menjangkau peserta didik walau tidak bertemu fisik agar disrupsi pendidikan dapat diminimalisir. Indonesia sendiri turut menerapkan hal ini melalui Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 4 Tahun 2020 yang wajib diikuti seluruh institusi pendidikan di Indonesia, termasuk SMAN 8 Tangerang. Penelitian ini mengangkat kasus adopsi inovasi PJJ daring yang dilakukan SMAN 8 Tangerang. Menariknya, karena keadaan pandemi yang ada di Indonesia, para guru di SMAN 8 Tangerang yang mayoritas adalah imigran digital harus menguasai inovasi yang sebelumnya tidak pernah digunakan untuk kegiatan belajar mengajar dalam waktu yang singkat dan supervisi yang minimal tanpa standarisasi yang diterapkan oleh pengambil kebijakan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan paradigma post-positivistik, dan metode studi kasus. Dalam kasus ini, peneliti dapat melihat bahwa keputusan adopsi inovasi berbeda-beda pada setiap individu tergantung proses dalam diri setiap guru karena karakteristik para guru yang berbeda walaupun sama-sama berasal dari generasi imigran digital. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya tahapan adopsi inovasi yang terjadi dalam diri informan. Masing-masing guru memutuskan untuk menggunakan suatu inovasi dengan perilaku dan alasan yang berbeda berdasarkan pengalaman diri dan pengetahuan yang telah dicari sebelumnya. Peneliti juga menemukan beberapa unsur inovasi yang mempengaruhi satu guru, belum tentu diterima sama oleh guru lainnya.

The COVID-19 pandemic that occurred in early 2020 prompted governments around the world to temporarily close educational institutions and schools in an effort to contain the spread of this respiratory disease. In response to school closings, UNESCO recommended solutions in the form of distance education programs using online applications and education platforms which is the education of students who may not always be physically present at a school to minimize education disruption. Indonesia is one of the countries that also implement distance education through the Minister of Education and Culture Instructions Number 4 of 2020 for all educational institutions in Indonesia, including SMAN 8 Tangerang. This research studied the case of the adoption of online distance education innovations by SMAN 8 Tangerang. Interestingly, because of the pandemic situation that in Indonesia, teachers at SMAN 8 Tangerang, the majority of whom are digital immigrants, must master innovations that have never been used for teaching and learning activities in a short time and minimal supervision without standardization applied by policy makers. This research uses a qualitative approach with a post-positivistic paradigm and case study method. The findings from this research showed the decision to adopt innovation varies from person to person depending on the process within each teacher's inner self because the teachers have different characteristics despite the fact that they belong to digital immigrant generation. The results revealed that there were stages of adoption of innovation that occurred in their inner selves. Each teacher decided to use innovation with different behaviors and reasons based on self-experience and knowledge that had been previously sought. Researchers also found that several elements of innovation that affect one teacher are not necessarily accepted equally by other teachers."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosdiana Lukitasari
"Pandemi COVID-19 yang berasal dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China saat ini turut melanda Indonesia dengan angka kasus yang meningkat secara signifikan. COVID-19 diketahui menimbulkan komplikasi terhadap fungsi pernafasan. Salah satu di antara komplikasi yang disebabkan oleh COVID-19 adalah Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS). ARDS menimbulkan masalah keperawatan utama, yaitu gangguan pertukaran gas. Sehingga, pasien dengan masalah gangguan pertukaran gas membutuhkan intervensi keperawatan yang dapat membantu ventilasi-perfusi yang adekuat, salah satunya dengan penerapan pemberian posisi yang sesuai, seperti high-fowler. Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi efektivitas penerapan pemberian posisi high-fowler pada pasien COVID-19 dengan ARDS. Pemberian posisi high-fowler dilakukan selama tiga hari dengan durasi 8 jam per hari pada pasien COVID-19 dengan ARDS di setting ruang high-care. Hasil menunjukkan perbaikan difusi alveolar paru yang adekuat berdasarkan indikator laju respirasi, saturasi oksigen, tidak adanya penggunaan otot bantu nafas dapat dipertahankan dalam batas normal. Penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam memberikan intervensi keperawatan yang efektif untuk mengatasi gangguan pertukaran gas pada pasien COVID-19 dengan ARDS.

The COVID-19 pandemic, which was obtained from Wuhan City, Hubei Province, China, is currently experiencing a significant increase in Indonesia. COVID-19 is known caused complication for respiratory function. One of complications that caused by COVID-19 is Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS). ARDS poses a major nursing problem, namely impaired gas exchange. Thus, patient with impared gas exchange problem require nursing interventions that can help reach adequate ventilation-perfusion, one of which is by applying appropriate positioning, such as high-fowler. The aim of the study is to identify the effectiveness of applying high-fowler positioning in COVID-19 patient with ARDS. The implementation of high-fowler positioning was carried out for three days with a duration 8-hours per day in COVID-19 patient with ARDS in high-care unit setting. The results show an adequate improvement in pulmonary alveolars diffusion based on indicator, such as respiration rate, oxygen saturation, absence the use of breath-assisted muscles can be maintained within normal limits. This research is expected to be useful in providing effective nursing interventions to overcome impaired gas exchange in COVID-19 patient with ARDS.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Marilaeta Cindryani Ra R.
"Latar Belakang: Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) merupakan penyakit saluran pernafasan yang menjadi pandemi dasawarsa terakhir dan dapat menyebabkan disfungsi jantung. Galectin-3 diduga terkait dengan proses inflamasi yang berlanjut pada remodelling dan akhirnya fibrosis organ. Diharapkan penilaian terhadap Galectin-3 akan memperoleh gambaran perburukan jantung pasien COVID-19 sehingga diperoleh data faktor-faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan Left Ventricular End Diastolic Volume (LVEDV) yang nantinya menjadi gagal jantung pada pasien COVID-19.
Metode: Rancangan penelitian ini adalah observasional prospektif analitik di ICU COVID-19 RSUP Sanglah. Penelitian dilakukan sejak bulan Juni sampai Oktober 2021. Semua subjek penelitian diperiksa kadar Galectin-3 menggunakan pemeriksaan Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA). Subjek juga dilakukan evaluasi Left Ventricular End Diastolic Volume (LVEDV) dengan ekokardiografi, diidentifikasi menggunakan skor SOFA saat di ICU COVID-19, serta pemeriksaan terhadap kadar Troponin I. Subjek penelitian tetap akan mendapat terapi COVID-19 sesuai dengan protokol standar Kementerian Kesehatan RI. Setelah 72 jam pasca admisi ICU COVID-19, subjek penelitian akan dilakukan pemeriksaan ulangan terhadap kadar Galectin-3 dan LVEDV. Data yang didapatkan dianalisis dengan uji statistik menggunakanSTATATM.
Hasil: Didapatkan total 45 subjek penelitian. Dari hasil analisis bivariat terhadap selisih Galectin-3 dengan LVEDV didapatkan tidak signifikan (r=0,08), uji korelasi antara Galectin-3 dan LVEDV saat masuk ruang rawat ICU ternyata tidak signifikan (r=0,191), dan korelasi antara Galectin-3 dan LVEDV pasca rawat 72 jam juga tidak signifikan (r=0,197). Dari hasil multivariat variabel bebas yakni selisih Galectin-3, usia, jenis kelamin, troponin I, skor SOFA dan CHARLSON terhadap variabel LVEDV ternyata tidak ada satu pun variabel yang memiliki hasil yang bermakna secara statistik (p<0,05) terhadap LVEDV.
Simpulan: Tidak ada korelasi antara Galectin-3 dengan peningkatan LVEDV dalam penelitian ini

.
Background: Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) is a respiratory disease that has become the largest pandemic and also could put heart at risk of dysfunction. Galectin-3 is thought to be related to the inflammatory process that continues with remodeling and eventually fibrosis. By using Galectin-3 assesment, we could overview the possible worsening of the heart and evaluate data on influencing factors in increased Left Ventricular End Diastolic Volume (LVEDV) which could later become heart failure.
Methods: This is an observational prospective analytic study in the COVID-19 ICU of Sanglah Hospital. The study was started from June to October 2021. All research subjects will have their blood samples taken for Galectin-3 levels using Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA). Subjects were also evaluated for Left Ventricular End Diastolic Volume (LVEDV) with echocardiography, identified using SOFA scores, and also examined their Troponin I levels. Subjects were treated with COVID-19 standard protocol from the Health Ministry. After 72 hours post-admission, subjects were re-examined for Galectin-3 levels and LVEDV. The data were analyzed by statistical tests using STATATM.
Results: A total of 45 research subjects were analysed. Bivariate analysis of the difference of Galectin-3 and LVEDV shown to be insignificant (r=0.08), no correlation was found between Galectin-3 level and LVEDV while admitted to the ICU (r=0.191), and no correlation found between Galectin-3 level and LVEDV after 72 hours of hospitalization (r=0.197). Multivariate analysis also showed that none of variables namely difference of Galectin-3 level, age, gender, troponin I, SOFA and CHARLSON had statistically significant results (p<0.05) on LVEDV.
Conclusions: No correlation was found between Galectin-3 level and an increase in LVEDV.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nyimas Sharima
"Pada tanggal 11 Maret 2020, WHO menetapkan COVID-19 sebagai pandemi di dunia. Dilansir dari situs covid19.who.int, per 19 Juni 2021 Indonesia berada di urutan ke-18 dan memiliki 1,963,266 kasus terkonfirmasi dengan total 54,043 pasien yang meninggal. Salah satu kasus berat atau termasuk dalam kelompok kritis adalah pasien dengan Acute Respiratory Distress Syndrom (ARDS). Melihat banyaknya kasus ARDS yang berakhir dengan kematian dan terbatasnya gambaran klinis terkait ARDS yang disebabkan oleh COVID-19 membuat penelitian ini berfokus untuk mengidentifikasi faktor risiko yang berasosiasi dengan kejadian ARDS pada pasien COVID-19. Faktor-faktor risiko kejadian ARDS pada pasien COVID-19 diidentifikasi dengan menggunakan metode classification tree dimana performa model diukur dari nilai akurasi, sensitivitas, spesifisitas, dan AUC. Cost matrix digunakan sebagai strategi rebalancing data. Besaran risiko relatif faktor-faktor tersebut terhadap ARDS akan dihitung dengan menggunakan metode regresi logistik. Model yang dihasilkan memiliki nilai akurasi, sensitivitas, spesifisitas, dan AUC masing-masing sebesar 0.879, 0.804, 0.900, dan 0.852. Pasien COVID-19 yang mengalami peningkatan kadar hemoglobin, PCO_2 dan CRP, penurunan kadar PCT, saturasi oksigen, dan urea, mengalami gejala sesak napas, dan memiliki komorbid pneumonia secara rata-rata memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami kejadian ARDS.

On March 11, 2020, WHO declared COVID-19 as a worldwide pandemic. Reporting from the website covid19.who.int, as of June 19, 2021, Indonesia was in 18th place and had 1,963,266 confirmed cases with a total of 54,043 patients who died. One of the severe cases or included in the critical group was a patient with Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS). Seeing the large number of ARDS cases that ended in death and the limited clinical picture related to ARDS caused by COVID-19 made this research to be focused on identifying risk factors associated with ARDS incidence in COVID-19 patients. Identification of risk factors for the incidence of ARDS in COVID-19 patients using a classification method where the performance of the model is measured of the values of accuracy, sensitivity, specificity, and AUC. Cost matrix is used as a data rebalancing strategy. The relative risk of ARDS was calculated using the logistic regression method. The accuracy, sensitivity, specificity, and AUC obtained in the model are 0.879, 0.804, 0.900, and 0.852, respectively. COVID-19 patients who experienced increased hemoglobin, PCO_2, and CRP levels, decreased PCT levels, oxygen saturation, and urea, experienced symptoms of shortness of breath, and had pneumonia on average had a higher risk of developing ARDS."
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
Unggah4  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Hastuti
"Studi kasus dilakukan di industri mebel informal yang selama ini masih kurang mendapat perhatian dalam hal usaha kesehatan dan keselamatan kerja. Tujuan studi kasus untuk mendapat informasi tentang sarana dan pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja, pajanan di tempat kerja, keluhan akibat pajanan debu kayu, gangguan saluran napas pada tenaga kerja, faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi terjadinya penyakit, usulan alternatif pemecahan masalah serta hasilnya. Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan dan pengukuran lingkungan kerja serta sarana kesehatan dan keselamatan kerja; pada tenaga kerja dilakukan wawancara, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan uji faal paru.
Hasil studi kasus didapatkan sarana kesehatan dan keselamatan kerja masih kurang antara lain ventilasi, penerangan (75 luks), kadar pajanan debu kayu masih di bawah nilai ambang batas (1-5mg/m3), keluhan akibat pajanan debu kayu sudah dirasakan antara lain bersin-bersin dua orang, gatal di mata dan kulit dua orang, batuk-batuk dua orang dan satu kasus asma tanpa disertai penurunan uji faal paru. Faktor yang mungkin berpengaruh terhadap kasus adalah merokok dan atopi, asma yang diderita mungkin berhubungan dengan pekerjaan. Hasil perbaikan yang dicapai antara lain perbaikan ventilasi, pencahayaan dan kebersihan lingkungan kerja, terhadap kasus pembatasan waktu kerja dan mengurangi merokok.

This case study was conducted, considering that informal furniture industries usually do not on work health and safety. The objective of this study was to obtain information on facilities and its health and safety, exposure on work environment, complaints caused by exposure to wooden dust, disorders of respiratory tract in the workers, other factors that seems to contribute the illness, to propose of alternative problem solving and the result of it's. Data for this case study have been collected from observation and measurements of the work environment, observation of the facilities and health safety, interview, physical examination, laboratory examination and lung function test to the workers.
The results of this case study indicates that work health and safety is not adequate, such as minimal ventilation and light (75 lux). Although exposure to wooden dust is still below the permitted limit (1-5 mg/m3), are complaints caused by exposure to wooden dust such as sneezing, irritation of eyes and skin, cough each other two workers; and one special case asthma without decrease of the lung function. Other factors that may contribute to the effect are cigarettes and individuals atopi, asthma probably work related diseases. The improvements of this case study are ventilation, lighting and environment; one special case asthma have suggested to reduce the working hours and cigarettes.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisyah Indriani
"Pajanan PM2,5 baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, telah diketahui dapat menyebabkan kematian yang salah satunya diakibatkan oleh penyakit pernapasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur konsentrasi pajanan personal PM2,5 dan mengukur persentase dari keluhan pernapasan subyektif pada petugas uji mekanis di Pusat Pengujian Kendaraan Bermotor (PKB) Unit Ujungmenteng tahun 2015. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan mengukur konsentrasi pajanan personal PM2,5 selama jam kerja, menggunakan alat personal sampling seperti Leland Legacy Pump dan Sioutas Cascade Impactor. Subyek penelitian dalam pengukuran pajanan personal PM2,5 ini ialah sebanyak 21 petugas uji mekanis.
Hasil penelitian ini menunjukan rata-rata pajanan personal PM2,5 yang diterima oleh petugas uji mekanis PKB Unit Ujungmenteng ialah sebesar 272, 347μm/m3, dimana berdasarkan berbagai penelitian epidemiologi menunjukan dengan rata-rata pajanan PM2,5 yang diterima oleh petugas uji mekanis memiliki risiko yang sangat tinggi akan penyakit pernapasan dan kardiovaskular, dan sebanyak 90,5% petugas uji mekanis mengalami keluhan pernapasan, dengan keluhan terbanyak ialah hidung tersumbat/flu (76,2%) dan sakit tenggorokan (57,1%).

Exposure of particulate matter 2,5 in both short and long term has been known to cause the death, that caused by respiratory diseases. This study purposed to measure personal exposure concentrations of particulate matter 2,5 and percentage of subjective respiratory complaints on Mechanic in Pusat Pengujian Kendaraan Bermotor (PKB) Unit Ujungmenteng in 2015. This research is quantitive descriptive study by measuring the personal exposure concentration of particulate matter 2,5 during working hours using personal sampling equipment such as Leland Legacy Pump and Sioutas Cascade Impactor. Subjek of research in the measurement of personal exposure PM2,5 are 21 clerk of mechanical testing.
The result showed the average personal exposure concentrations of PM2,5 that received by the clerk of mechanical testing amounted to 272,347μm/m3, which is based on various epidemiological studies showed that average personal exposure concentrations of PM2,5 that received by the clerk of mechanical testing have a very high risk of respiratory and cardiovascular disease, and 90,5% the clerk of mechanical testing experiencing respiratory complaints with the highest complaints is nasal congestion / flu (76,2%) and sore throat (57,1%).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S62320
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suherman
"Penyakit Tuberkulosis Paru BTA (+) di DKI Jakarta masih merupakan masalah kesehatan, prevalensi penderita TB. Paru BTA (+) tahun 1580 sebesar 2,6%o (dua koma enam perseribu atau permil), tahun 1993-1994 dengan pemeriksaan mikroskop flouresence sebesar $,25%o, sedangkan prevalensi untuk kelompok umur ≥ 15 tahun 4,9%o. Sebagian besar (91,7%) penderita TB. Paru BTA (+) berpenghasilan rendah dan tidak mampu membeli paket obat, sementara paket Obat Anti Tuberkulosisi yang tersedia di Puskesmas belum dimanfaatkan sepenuhnya (79,4%). Oleh karena itu timbul pertanyaan faktor-faktor apakah yang mempengaruhi pemanfaatan pengobatan TB. Paru BTA (+) di Puskesmas ?
Penelitian ini menggunakan pendekatan disain kasus kontrol dengan tujuan untuk menjawab pertanyaan diatas. Variabel utama yang dipelajari adalah pengetahuan penderita tentang penyakit TB. Paru BTA (+) dan pengcbatannya, lama sakit serta tingkat keparahan terhadap pemanfaatan pengobatan TB. Paru BTA (+) di Puskesmas.
Kasus adalah penderita TB.Paru BTA (+) yang ditemukan melalui Survei Prevalensi tahun 1993-1994 sebanyak 40 penderita, kontrol sebanyak 92 penderita adalah penderita TB. Paru BTA (+) yang mendapat pengobatan paket jangka pendek dari Puskesmas dan bertempat tinggal di wilayah kelurahan yang lama dengan kasus.
Analisis bivariat menunjukan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap pemanfaatan pengobatan TB. Paru BTA (+) di Puskesmas adalah pengetahuan dengan Odds Rasio (OR) 3,80 (95% CI ; 1,59-9,21 p < 0,001), lama sakit dengan OR 2,52 (95% CI ; 1,02-6,32 p = 0,026), biaya berobat dengan OR 15,83 (957 CI ; 3,44 - 95,85 p < 0,001), biaya transportasi dengan OR 3,43 (95% CI ; 1,48 - 8,07 p < 0,001), kelengkapan pelayanan dengan OR 12,62 (95% CI ;4,76 - 34,31 p<0,001) dan pekerjaan penderita dengan OR 2,23 (95% CI ; 0,94 - 5,36 p = 0,044).
Analisis multivariat dengan regresi logistik menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap pemanfaatan pengobatan TB.Paru BTA (+) di Puskesmas berdasarkan kontribusinya secara berurutan adalah variabel biaya berobat, kelengkapan pelayanan, pengetahuan dan lama sakit dengan nilai likelihood rasio = 112,7062 dan nilai p<0,001.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa penderita dengan pengetahuan yang baik, biaya berobat yang murah dan pelayanan yang lengkap akan meningkatkan jumlah penderita yang memanfaatkan pengobatan TB Paru BTA (+) di Puskesmas.

Cases Control Study The Utilization Treatment Of Lung Tuberculosis Sputum Smear Positive Mycobacterium Tuberculosis (Tb. Positive) At Public Health Centres Jakarta Province In 1995Lung Tuberculosis of sputum smear TS (+) at Jakarta Province is still made up of health problem, the prevalence of Lung Tuberculosis in 1980 was 2,C %o (two point six per mill), in 1993-1994 it was 3,25%o of examine by fluorescence microscope, mean while the prevalence for age group 3 15 years was 4,9 %o. Most of sufferers (91,7%) of Lung tuberculosis patients were coming from low-income family and could not afford the package of chemotherapy drugs regimen, while existing package of drugs regimen Anti Tuberculosis at Public Health Centers are unused yet at a whole (79,4%). Therefore, a question comes out, what is the inhibited factors the utilization treatment of Lung Tuberculosis sputum smear (+) at Public Health Centers ?
This research used a kind of "cases control design" approach on the purpose to answer the above question. The primary variables to be learned was knowledge patients on Lung Tuberculosis sputum smear (+) and treatment programme, the length of suffering the desease and degree of seriousness of condition against to the utilization of Lung Tuberculosis sputum smear (+) at Public Health Centers.
A cases is patient of Lung Tuberculosis sputum smear (+) founded of 40 patients trough Prevalence Survey con-ducted in 1993-1994, control of $2 patients were the sufferers of this desease who had short-term package drugs regimen at Public Health Centers which is located at the same sub-district as the case.
Bivariate analysis indicated that affecting variables to the utilization treatment of Lung Tuberculosis sputum smear (+) at Public Health Centers is the knowledge of Odds Ratio (OR) is 3,80 (95% CI ; 1,59-9,21 p < 0,001), the OR of length of suffering is 2,52 (95% CI ; 1,02 - 6,32 p = 0,062), The OR treatment cost is 15,83 (95% CI; 3,44-95,85 p < 0,001 ), the OR of transportation cost is 3,44 (95% CI; 1,48 - 8,07 p t 0,001 ), the OR of services completeness is 12,62 (95% CI ;4,76-34,31 p 0,001) and the OR of patients occupations is 2,23 (95% CI ; 0,94 - 5,36 p = 0,044).
Multivariate analysis by logistic regression indicated that affecting variables to the utilization treatment of Lung Tuberculosis sputum smear (+) at Public Health Centers in accordance with the respective contribution are cost treatment, services completeness, knowledge and length of suffering the desease with likelihood ratio = 112,7062 and p value < 0,001.
This research concluded that good knowledge of the patient, low-cost of medicinal treatment and completed services will increase the number of patients to the utilization treatment of Lung Tuberculosis sputum smear (+) at Public Health Centers."
Depok: Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laila Rahmah
"Sektor industri kecil menengah saat ini mencapai angkatan kerja yang terbilang cukup besar jumlahnya. Di sektor inilah terdapat lingkungan kerja yang kurang baik dan kurang mendapat perhatian dalam perlindungan tenaga kerja khususnya masalah kesehatan. Keterbatasan dalam hal pemeliharaan kesehatan, beban kerja yang berat dan minimnya pelayanan kesehatan menyebabkan mudahnya pemajanan bahaya-bahaya yang ada di lingkungan kerja. Industri garmen yang tergolong industri kecil menengah di kawasan Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung telah menempati 60% unit yang tersedia. Ini perlu mendapat perhatian lebih karena industri ini potensial berbahaya dalam proses produksinya, mulai dari memotong bahan, menjahit, sampai membuang benang tidak luput dari peran debu di tempat kerjanya. Debu total yang terdapat di udara lingkungan kerja potensial bahaya jika terpajan secara terus-menerus dan dalam jangka waktu yang lama. Hal ini bisa menyebabkan gangguan pernapasan hingga akhirnya mengakibatkan menurunnya fungsi paru.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ?gambaran fungsi paru pada pekerja CV. Silkids Garmindo, tahun 2008?. metode penelitian menggunakan metode semi kualitatif dengan pendekatan Cross Sectional.
Hasil penelitian menunjukkan fungsi paru pekerja CV. Silkids Garmindo mengalami kelainan (restriktif ringan dan restriktif sedang). Karena keterbatasan penelitian dalam hal pemeriksaan spirometri, maka diperlukan penelitian lebih lanjut. Disarankan perlu adanya upaya perlindungan tenaga kerja dengan pelayanan kesehatan yang memadai, penyediaan masker oleh pihak perusahaan, dan penyuluhan kesehatan (atau pelatihan) yang berkelanjutan untuk meminimisasi penurunan fungsi paru serta memotivasi pekerja untuk hidup sehat."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sitorus, Seven
"Residensi Keperawatan Medikal Bedah merupakan aplikasi praktek pada program spesialis yang menggali ilmu sesuai dengan peminatan, dalam hal ini adalah sistem pernapasan. Kegiatan yang dilakukan selama residensi adalah melaksanakan asuhan keperawatan dengan pendekatan model teori self care deficit Dorothea Orem. Masalah keperawatan yang sering muncul pada pasien dengan gangguan sistem respirasi adalah batuk, sesak, nyeri, demam, gangguan nutrisi dan kelelahan. Kegiatan berikutnya adalah pemberian intervensi berbasis bukti (evidence based nursing) dengan memberikan latihan napas pursed lip breathing pada pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK).
Hasilnya adalah pursed lip breathing dapat menurunkan frekwensi pernapasan, meningkatkan arus puncak respirasi dan saturasi oksigen. Kegiatan berikutnya adalah dan melaksanakan program inovasi tentang water seal drainage 1 botol. Hasilnya adalah sangat direkomendasikan untuk digunakan pada pasien yang memerlukan pemasangan water seal drainage dilihat dari keamanan dan estetika penglihatan.
Disimpulkan bahwa model Teori self care deficit Dorothea Orem dapat diterapkan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien gangguan sistem respirasi, pursed lip breathing pada pasien penyakit paru obstruksi kronik, dan penggunaan water seal drainage 1 botol inovasi sangat direkomendasikan dapat memberi keamanan bagi pasien dan baik secara estetika penglihatan.

Medical surgical nursing residency is the practice in the application of specialist practice where student explore a new science a technologi related to, in the respiratory system. The activities that always do during the residency is carring out nursing care with theoretical approach model self care deficit Dorothea Orem.
The nursing problem that always appears to patient with disorder of respiratory system are coughing, tightness, pain, fever, nutrisional disorders and fatique. The next step is giving evidence based nursing by giving breathing excercise is pursed lip breathing to Chronic Obstruction Pulmonary Disease (COPD).
The result is pursed lip breathing that make be able to lower frequency breathing , increasing the current peak of respiration and oxygen saturation. The next activity is creating a new innovation program about water seal drainage one bottle. The result is highly recommended for use by patients who need the installation of a water seal drainage in the context of safety and visual aesthetics.
Concluded that the theory of model self care deficit dorothea orem can be applied in the implementation of nursing care for with disorders of respiration system, pursed lip breathing for patients chronic obstruction pulmonary disease and the user of water seal drainage one bottle of innovation is very recommended and it can give for patients and it?s better also from visual aesthetics.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>