Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 166548 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ane Titisemita
"Bentuk upaya dalam pemberdayaan pemuda, Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga sebagai penanggung jawab dan pemegang mandat untuk pembangunan dan pengembangan pemuda dan olahraga di Indonesia, melaksanakan suatu program Jambore Pemuda Indonesia (JPI) dan Bakti Pemuda Antar Provinsi (BPAP). Dibentuknya program ini diharapkan dapat meningkatkan daya saing pemuda Indonesia dengan meningkatkan kapasitas mereka. Akan tetapi keberhasilan suatu program harus diukur efektifitasnya dengan melakukan evaluasi secara berkala, untuk mengetahui kendala-kendala yang harus diatasi pada periode berikutnya. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif, yakni dengan mengukur evaluasi program dengan menggunakan model evaluasi CIPP dari Daniel Stufflebeam. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah bahwa efektifitas program JPI dan BPAP tergolong rendah, dikarenakan hampir semua indikator evaluasi tidak tercapai sesuai dengan harapan dan tujuan program. Masukan untuk program JPI dan BPAP adalah perlu diadakan evaluasi secara berkala sehingga bisa menjadi bahan pertimbangan untuk perbaikan untuk ke depannya, dan program dapat berjalan sesuai dengan harapan dan tujuan program.

As efforts in youth empowerment, Ministry of Youth and Sports in charge and mandate holders for the construction and development of youth and sports in Indonesia, carrying out a program of Indonesian Youth Jamboree (JPI) and Youth Consecrated Inter-Provincial (BPAP). The establishment of this program is expected to improve the competitiveness of Indonesian youth by increasing their capacity. However, the success of a program should be measured by evaluating their effectiveness on a regular basis, to determine the constraints that must be overcome in the next period. The study was conducted using a qualitative approach, ie, by measuring the program evaluation with less use CIPP evaluation models from Daniel Stufflebeam. Results obtained from this study is that the effectiveness of the programe JPI and BPAP is low, because almost all of the evaluations indicators are not reached in accordance with the expectations and objectives of the program. Input to the program JPI and BPAP is necessary to hold regular evaluation so that it can be considered for improvement for the future, and the program can be run in accordance with expectations and objectives of the program. "
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Defreti
"

Youth Exchange programs PPAN is a cooperation program among Indonesian's government with foreign countries, which aims to develop Indonesian rsquo s young people in extending knowledge and insight. This study focuses on PPAN Indonesia China Youth Exchange Program IChYEP under the Ministry of youth and sports of the Republic of Indonesia with an approach to Grindle's theory 1980, by reason of 1 programs using the method of IChYEP visit to visit 2 balancing the number of participants either Indonesia or China 3 the program emphasis on entrepreneurship. The research method used is qualitative approach with case studies on PPAN IChYEP program by 2015. While the technique of collecting data through in depth interviews, observation and study of literature. Based on the results of findings using the theory of Grindle 1980, the researcher concludes and draw recommendations as follow a the need for selection and recruitment on IChYEP program must be run in a more transparent way, so that every youth has the same chance to join the program offered by Kemenpora. b the need for addition budget at the youth empowerment division of Kemenpora IChYEP because the program is beneficial to develop the competitiveness of Indonesian 39 s youth so as to bring the good name of Indonesia in the international arena c the need for coordination of related recruitment and selection by implementing institutions in the regions so that kemenpora can minimize non compliance areas against things that are set outside the mechanism of selection of participants the program IChYEP. For areas that do not follow the selection process Kemenpora set strict sanctions and learning to be transparent to all stakeholders."
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sakhyan Asmara
"Disertasi ini mengkaji evaluasi kebijakan pemberdayaan pemuda di Kementerian Pemuda dan Olahraga periode tahun 2010-2014. Untuk memandu penelitian ini, peneliti mengangkat tiga permasalahan utama yaitu: (i) Bagaimana konten kebijakan pemberdayaan pemuda, (ii) Bagaimana implementasi kebijakan pemberdayaan pemuda, dan (iii) Bagaimana dampak kebijakan pemberdayaan pemuda dalam merespons masalah kepemudaan. Guna menjawab pertanyaan tersebut, teori Fischer et al., Grindle, dan Royse digunakan oleh peneliti. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan post-positivism di mana data primer dikutip melalui kaidah indepth interview dengan para narasumber otoritatif serta melalui focus group discussions (FGD); data sekunder diperoleh melalui buku, jurnal, dan hasil penelitian sebelumnya. Penelitian ini mendapati beberapa temuan penting. Pertama, konten kebijakan pemberdayaan pemuda tidak sepenuhnya mengarah kepada sasaran pembangunan kepemudaan, miskin kreasi, inovasi dan improvisasi disebabkan lemahnya kontrol pimpinan dalam perumusan program, kebiasaan menjiplak program tahun sebelumnya serta tidak dikomunikasikan dengan stakeholders kepemudaan. Kedua, dalam implementasi kebijakan terdapat kelemahan koordinasi, tingkat kepatuhan dan daya tanggap yang rendah, sistem rekrutmen tidak memadai, kompetensi sdm yang kurang tepat, meskipun realisasi pelaksanaan tiap program cukup tinggi namun tidak berbanding lurus dengan derajat perubahan yang hendak dicapai. Ketiga, dampak yang dirasakan hanya pada tingkat individu, sedikit pada tingkat kelompok dan kecil sekali pada tingkat masyarakat, mengakibatkan lemahnya tingkat perubahan dan penerimaan sehingga belum mampu menjawab permasalahan kepemudaan secara lebih luas. Ironisnya proses evaluasi tidak pernah di lakukan sebagai umpan balik bagi penyempurnaan konten kebijakan pemberdayaan pemuda. Rekomendasi yang diajukan peneliti, Kemenpora harus merubah orientasi dalam memformulasi dan melaksanakan kebijakan agar berdampak luas pada pembangunan kepemudaan di Indonesia.

This dissertation examines an evaluation of a policy on youth empowerment at The Youth and Sports Ministry of The Republik Indonesia from year 2010 to 2014. To guide this study, this research raises 3 (three) main questions, namely (i) What the content of youth empowerment policy is, (ii) How does the implementation youth empowerment policy, and (iii) How does the impact of youth empowerment policy respond the youth issues. In order to answer such questions, theories of Fischer et al, Grindle, and Royse are used. The Research method adopted is post-positivism approach where primary data is collected through an in-depth interview system with several authoritative resource persons and through focus group discussion (FGD); secondary data is obtained through books, journals and prior research results. This research discovers some important findings. First, the content of youth empowerment is not totally directed towards youth development target, it lacks creativity, innovation and improvisation due to poor leaders control over program formulation, a practice of plagiarizing the program of previous years and it is not communicated with youth stakeholders. Second, in carrying out a policy there are weakness in coordination, lower levels of obedience and responsiveness, inadequate recruitment system, in-appropriate human resources competences, although the realization of each program is high, but it doesn?t reach the change to be intended. Third, the impact being felt is only at the level of individual, little at a group level and very little at a community one, causing the weaknesses of change and acceptance levels, so that it is unable to resolve youth problems comprehensively. Ironically, an evaluation process is never made as feedback for improvement to the content of youth empowerment policies. A recommendation put forward in this research is that Youth and Sports Ministry has to change orientation in formulating and implementing a policy so as to have a wide impact on youth development in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zerlina Roihana Suryaningrum
"Isu pemberdayaan pemuda (youth empowerment) tengah naik karena adanya agenda SDGs yang diterapkan oleh PBB serta kondisi di Indonesia. Seluruh elemen masyarakat, termasuk komunitas mengambil peran untuk meningkatkan pemberdayaan pemuda di berbagai sektor melalui agenda yang dijalankan. Rumah Millennials, salah satu komunitas pemberdayaan pemuda yang dipilih sebagai kasus yang diteliti dalam penelitian ini. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan bagaimana strategi community engagement yang dilakukan oleh Rumah Millennials. Konsep yang dibahas pada penelitian ini adalah komunitas, community engagement, dan youth empowerment. Metode yang digunakan adalah observasi dokumentasi yang diunggah pada media sosial Instagram dan situs web. Selain itu, peneliti juga berperan sebagai participant as observer untuk dapat mengenal nilai dan karakteristik interaksi yang implisit di dalamnya. Strategi community engagement yang dilakukan oleh Rumah Millennials adalah melibatkan anggota dalam program komunitas, berkomunikasi secara daring dan luring, serta mengunggah apresiasi untuk anggota. Selain itu, ditemukan bahwa pemimpin memiliki peran penting untuk menjalankan strategi community engagement tersebut.

The issue of youth empowerment is gaining prominence due to the implementation of the United Nations' Sustainable Development Goals (SDGs) and the prevailing conditions in Indonesia. All elements of society, including communities, are taking on a role in enhancing youth empowerment across various sectors through actively pursued agendas. Rumah Millennials, chosen as a case study in this research, is one such community actively involved in youth empowerment. The aim of this study is to describe the strategies of community engagement employed by Rumah Millennials. The concepts discussed in this research are community, community engagement, and youth empowerment. The methodology involves documentary observation through content uploaded on Instagram and the community's website. Additionally, the researcher also plays a role as a participant-as-observer to gain insights into the implicit values and characteristics of interactions within the community. The identified community engagement strategies implemented by Rumah Millennials include involving members in community programs, fostering online and offline communication, and expressing appreciation through various means, such as uploading on social media. Furthermore, the research reveals the significant role of leaders in executing these community engagement strategies."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Ishardino Satries
"Tesis ini membahas efektivitas program pemberdayaan pemuda yang dilaksanakan oleh OKP Al Fatih Ibadurrohman di Kota Bekasi. Evaluasi efektivitas program pemberdayaan ini menggunakan teori dari Budiani dengan menggunakan empat indikator efektivitas program yaitu ketepatan sasaran program, sosialisasi program, tujuan program, dan pemantauan program. Tesis ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif dengan sampel 40 orang peserta pelatihan. Jawaban responden kemudian diprosentasikan dan diinterpretasikan melalui tabel interpretasi dari Arikunto untuk mendapatkan nilai efektivitas program.
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa untuk keempat indikator efektivitas program mendapat nilai cukup untuk efektivitas pelakasanaan dengan nilai prosentase berbeda. Indikator ketepatan sasaran program mendapat prosentase 67,22%, indikator sosialisasi program mendapat prosentase 76,23%, indikator tujuan program mendapat prosentase 78,93% dan indikator pemantauan program mendapat prosentase 71,38%.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bila efektivitas program pemberdayaan pemuda yang dilaksanakan OKP Al Fatih Ibadurrohman telah berjalan cukup efektif. Selain itu dalam tesis ini dibahas pula faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan program pemberdayaan pemuda. Beberapa faktor pendukung yang ada adalah kerjasama pengurus yang solid, potensi donatur yang tersedia, dukungan dari pihak Pemda, dan antusiasme DKM sebagai rekanan dalam merekrut peserta. Sementara itu, faktor penghambat yang ada adalah kurangnya ketersediaan waktu para pengurus OKP dan belum adanya pengurus yang memiliki kompetensi di bidang teknologi informasi sebagai pendukung kegiatan.

This thesis discusses the effectiveness of youth empowerment programs implemented by the OKP Al Fatih Ibadurrohman in Bekasi. Evaluation of the effectiveness of this empowerment program uses the theory of Budiani using four indicators of program effectiveness of programs targeting accuracy, programs socialization, programs objectives, and programs monitoring. This thesis uses descriptive quantitative approach with a sample of 40 participants. Respondent's answer then made a percentage and interpreted through the interpretation of Arikunto table to get the value of program effectiveness.
The results suggest that for all four indicators of program effectiveness have enough value to the effectiveness of exercising with different percentage values. Indicators of accuracy of the target program received 67.22%, an indicator of programs socialization received 76.23%, an indicator of program goals get a percentage of 78.93%, and indicator of programs monitoring received 71.38%.
Thus, it can be concluded if the effectiveness of youth empowerment programs implemented by OKP Al Fatih Ibadurrohman functioning quite effectively. In this thesis also discussed the enabling factors and obstacles in the implementation of youth empowerment programs. Some of the factors supporting co-operation that exists is a solid board, potential donors are available, the support of the local government, and the enthusiasm DKM as partners in recruiting participants. Meanwhile, the existing constraint is the lack of availability of time the board OKP and the lack of management competence in the field of information technology as support activities.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2011
T29680
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Virda Altaria Putri
"Penelitian ini bertujuan untuk (1)menganalisa bentuk gerakan pemuda pelopor dalam memulai perubahan untuk mengatasi permasalahan yang ada didaerahnya dan menjalankan program kegiatannya, (2)untuk mengetahui analisis gerakan pemuda pelopor sebagai bagian dari agent of change dalam melakukan gerakan new social movement untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat didaerah serta, (3) mengetahui hambatan dan keberhasilan gerakan komunitas ruang sosial. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan metode wawancara. Informan pada penelitian ini adalah dua orang pemuda pelopor yang mendapatkan penghargaan dari Kemenpora dan sudah melaksanakan kegiatan penggerak dan perubahan di daerah, masyarakat, volunteer, dan aparatur desa.
Gerakan pemuda pelopor di komunitas ruang sosial sesuai dengan bagaimana the new social movement theory berhasil mendapat tempat di masyarakat dan mampu membawa dampak yang signifikan untuk daerah dalam mempelopori gerakan perubahan bagi pendidikan karakter serta pemberdayaan masyarakat di desa Negararatu sehingga karakter anak, gerakan masyarakat berdaya dan pengelolaan BUMDes menjadi maju dan membawa banyak perubahan bagi masyarakat. Hasil dari penelitian ini adalah (1)gerakan pemuda pelopor berhasil membawa perubahan dan mengatasi masalah didaerahnya melalui gerakan kepeloporan sehingga meng-influenze pemuda lainnya untuk bergerak melalui berbagai gerakan pendidikan karakter dan pemberdayaan masyarakat.(2))pemuda sebagai agent of change menghasilkan output kepercayaan pemerintah melalui pengelolaan BUMDes sehingga hasil dari gerakan ini membentuk pendidikan karakter yang lebih positif dan masyarakat yang berdaya. (3)Hambatan dalam gerakan ini adalah proses rekruitment dan evaluasi untuk meningkatkan dan keberlangsungan suatu komunitas.

This study aims to (1) find out the form of a pioneering youth movement in initiating change to address the problems in their area and carry out its activities program, (2) to find out the analysis of pioneering youth movements as part of the agent of change in carrying out a new social movement to increase community empowerment in the area as well, (3) knowing the obstacles and success of the social space community movement. This research is a qualitative descriptive study with interview method. The informants in this study were two young pioneers who received awards from the Ministry of Youth and Sports and had carried out activist and change activities in the regions, communities, volunteers, and village officials.
This pioneering youth movement is suitable and in accordance with the new social movement theory that has succeeded in gaining a place in the community and able to bring significant impacts to the region in spearheading the movement for character education and community empowerment in Negararatu villages so that the character of children, empowered community movements and management of BUMDes to be advanced and bring many changes to society. The results of this study are (1) a pioneering youth movement that succeeded in bringing change and overcoming problems in its area through the pioneering movement so as to influence other youth to move through various character education and community empowerment movements. (2) Barriers in this movement are the process of recruitment and evaluation and also answered (3) youth as agents of change resulted in output of government trust through the management of BUMDes so that the results of this movement formed more positive character education and empowered communities.
"
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2019
T52975
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Buang Sabdo Waryoko
"Pemuda merupakan elemen terpenting dari pondasi bagi setiap Negara, tak terkecuali di Indonesia. Banyak sudah sejarah besar bangsa Indonesia merupakan hasil dari kontribusi dan peran serta pemuda mulai dari peristiwa kebangkitan Indonesia, Sumpah Pemuda, peristiwa kemerdekaan sampai pada gerakan mahasiswa dan pemuda pada reformasi tahun 1998. Semua peristiwa-peristiwa diatas mencatatkan sejarah pergerakan pemuda di Indonesia dengan tinta emas. Sedangkan DKI Jakarta merupakan Ibukota Negara Indonesia, dimana segala pusat aktivitas ekonomi, politik bangsa Indonesia dan segala macam kejadian-kejadian besar diawali dari Jakarta. Setiap gejolak yang terjadi baik secara politik maupun ekonomi yang terjadi di Jakarta akan sangat berdampak bagi stabilitas nasional. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemuda dan Jakarta merupakan dua hal yang sangat strategis dan menarik untuk dikaji. Untuk itu dalam mensikapi fenomena diatas perlu adanya arah pemberdayan pemuda yang tepat dalam menggali potensi pemuda sesuai dengan karakter yang dimilikinya.
Penelitian ini berfokus pada bagaimana karakter dan potensi yang dimiliki oleh para penuda yang aktif dalam Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP), karena memang pemuda-pemuda inilah yang nanti akan menjadi pemimpin bangsa ini. Juga bagaimana program dan kebijakan pemerintah selama ini dan strategi pemberdayaan pemuda kedepan. Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP) selama ini perannya sangat membantu dalam pemberdayaan pemuda di DKI Jakarta ini, meskipun dirasakan perannya belum secara optimal.Untuk itu kedepan diperlukan strategi yang lebih baik dan matang dalam perencanaan programnya yang tentu disesuaikan dengan kemampuan pengurus dan OKP masing-masing. Dalam menjalankan strategi pemberdayaan pemuda, OKP di DKI Jakarta perlu melakukan tiga langkah yaitu : proses penyadaran, proses pengkapasitasan dan proses pemberdayaan. Dari penelitian, Proses pemberdayaan terhadap pemuda, sudah berjalan namun dirasakan kurang optimal. Strategi kedepan yang dilakukan untuk proses pemberdayaan pemuda : menjalin kerjasama dengan instansi dengan lebih massif, untuk itu diperlukan komunikasi yang baik antara pemerintah dengan pihak OKP, senantiasa menyebarkan nilainilai OKP kesemua pengurus dan anggota organisasi, meningkatkan kesolidan internal organisasi, memprioritaskan kegiatan yang berdampak langsung pada pemberdayaan pemuda dan masyarakat. Pemuda merupakan elemen terpenting dari pondasi bagi setiap Negara, tak terkecuali di Indonesia. Banyak sudah sejarah besar bangsa Indonesia merupakan hasil dari kontribusi dan peran serta pemuda mulai dari peristiwa kebangkitan Indonesia, Sumpah Pemuda, peristiwa kemerdekaan sampai pada gerakan mahasiswa dan pemuda pada reformasi tahun 1998. Semua peristiwa-peristiwa diatas mencatatkan sejarah pergerakan pemuda di Indonesia dengan tinta emas. Sedangkan DKI Jakarta merupakan Ibukota Negara Indonesia, dimana segala pusat aktivitas ekonomi, politik bangsa Indonesia dan segala macam kejadian-kejadian besar diawali dari Jakarta. Setiap gejolak yang terjadi baik secara politik maupun ekonomi yang terjadi di Jakarta akan sangat berdampak bagi stabilitas nasional. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemuda dan Jakarta merupakan dua hal yang sangat strategis dan menarik untuk dikaji. Untuk itu dalam mensikapi fenomena diatas perlu adanya arah pemberdayan pemuda yang tepat dalam menggali potensi pemuda sesuai dengan karakter yang dimilikinya. Penelitian ini berfokus pada bagaimana karakter dan potensi yang dimiliki oleh para penuda yang aktif dalam Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP), karena memang pemuda-pemuda inilah yang nanti akan menjadi pemimpin bangsa ini. Juga bagaimana program dan kebijakan pemerintah selama ini dan strategi pemberdayaan pemuda kedepan. Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP) selama ini perannya sangat membantu dalam pemberdayaan pemuda di DKI Jakarta ini, meskipun dirasakan perannya belum secara optimal. Untuk itu kedepan diperlukan strategi yang lebih baik dan matang dalam perencanaan programnya yang tentu disesuaikan dengan kemampuan pengurus dan OKP masing-masing. Dalam menjalankan strategi pemberdayaan pemuda, OKP di DKI Jakarta perlu melakukan tiga langkah yaitu : proses penyadaran, proses pengkapasitasan dan proses pemberdayaan.
Dari penelitian, Proses pemberdayaan terhadap pemuda, sudah berjalan namun dirasakan kurang optimal. Strategi kedepan yang dilakukan untuk proses pemberdayaan pemuda : menjalin kerjasama dengan instansi dengan lebih massif, untuk itu diperlukan komunikasi yang baik antara pemerintah dengan pihak OKP, s enantiasa menyebarkan nilainilai OKP kesemua pengurus dan anggota organisasi, meningkatkan kesolidan internal organisasi, memprioritaskan kegiatan yang berdampak langsung pada pemberdayaan pemuda dan masyarakat.

The youth is an important element of the national foundation in every
country, included Indonesia. Many historical events of this country which have been the result of the contribution and participation of its youth, from the resurgence of Indonesia, the Youth Declaration, the Independence of Indonesia to the student and youth movement in the Reformation in 1998. Those events underlining the importance of the youth movement history in Indonesia Jakarta is the capital city of the Republic of Indonesia, in which all of the economy and politic activities are centralized and many significant events were begun in this city. Every dynamic which happen in either politic or economy in Jakarta will affect the national stability. Therefore, it can be concluded that the youth and Jakarta are two strategic and interesting things to be discussed. For this reason, it is needed an appropriate direction of the youth empowerment in digging out the youth?s potencies based on their characteristics.
This research is focused on how the characteristics and potencies of youth who are active in the youth organizations. Since in the future, they will be the leader of this country. It is also analyzed the role of the government program and policies, and also its strategy in the empowerment of the youth. The youth organizations actually have supported the youth empowerment in Jakarta but their role has not been optimum yet. Furthermore, in the future, it is needed a better and well-planned strategy based on the ability of the youth organizations and its members. In implementing the strategy of the youth empowerment, the youth organizations in Jakarta have to follow these three processes: raising awareness, enhancement of capacity, and empowerment.
From this research, it is concluded that there is a process of youth empowerment but has not run well. So, the future strategies of the youth empowerment will be: a more massive coordination with the local government, regular internalization of the youth organization value to its members, enhance the internal bond, make a priority in the events that can directly affect to the youth and society empowerment."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fransiska Bonita Diliana
"Pemuda yang tidak sekolah dan tidak bekerja (NEE) menjadi suatu masalah karena orang muda tidak mengerjakan apa-apa, maka transisi kehidupan mereka selanjutnya akan semakin sulit. Studi ini menganalisis apakah pemuda yang NEE akan seterusnya menjadi NEE dengan menggunakan data panel IFLS 2007 dan 2014 untuk pemuda usia 15-29 tahun dengan metode regresi multinomial logit.
Analisis menunjukkan bahwa pemuda yang tetap NEE sejumlah 11,4 persen. Karakteristik yang berpengaruh terhadap peluang pemuda untuk tetap NEE yaitu karakteristik sosial demografi, regional, ekonomi, dan soft skills. Pemuda tersebut perlu dibantu dengan biaya pendidikan yang murah atau gratis dan peningkatan soft skills untuk menunjang employability.

Youth not in school and not working (NEE) become a problem because young people do not do anything, then the transition of their life will be increasingly difficult. This study analyzes whether the youth who are NEE will always be NEE using panel data from the 2007 and 2014 IFLS that covered youth aged 15-29 years with a multinomial logit regression method.
Analysis showed that the number of youth who remain NEE are 11.4 percent. Characteristics that affect the opportunities of youth to remain NEE are youth's socio demographic, economic characteristics, region, and soft skills. The youth needs help with the cheap or free cost for education and improving the soft skills for employability."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T45988
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Sri Wahyuni Setyawaty
"Penelitian ini berfokus pada kajian analisis implementasi program pemberdayaan pernuda berbasis tempat ibadah, khususuya di masjid yang dilakukan oleh Kemenpora dalam rentang waktu 2008 s/d 2011. Program ini masih menjadi pilot project yang dilaksanakan di beberapa tempat ibadah, yang tersebar di berbagai daerah. Penelitian ini k11usus meneliti implementasi di tempat ibadah masjtd. Pilot project program Pemberdayaan Pemuda Berbasis Tempat Ibadah (PPBTI) di masjid dilaksar.akan di empat Kabupaten yaitu Kahupaten Kendal, Indmmayu, Denpasar dan Mataram.
Penulis memandang periu menganalisis implementasi pilot project ini untuk mengetahui efektivitas implernentasi program ini dengan melihat kesesuaian antara program, organisasi pelaksana program dan peman(aat/ penerima program, serta melihat kesesuaian antara tujuan program dengan manfaat dan dampak yang diterima pemanfaat/ penerima program. Hasilnya dapat digunakan sebagai landasan keputusan implentasi kebijalam yang ak:an direalisasi dan direplikasi berikutnya.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Karena keterbatasan waktu data primer diambil dari dua daerah yaitu Kabupaten Kendal 'dan Indramayu. Data diambil dari basil wawancara mendalam terhadap para informan diantaranya Asdep Peningkatan Kapasitas Pemuda Kemenpora dan para pelaksana serta peserta program PPBTI di Kendal dan Indramayu. Hasilnya, di Kendal dan Indramayu program PPBTI ini.

This study focuses on the analytical study about the implementation of youth empowerment program based on worship place, especially on mosques, which has been performed by Kemenegpora (The Ministry of Youth and Sports) of the Republic of Indonesia within the period of 2008 until 2011. The program is a pilot project that has been being conducted in several places of worship in various areas. However, this study examines only on the implementation of the program in mosques. The pilot project of Youth Empowerment Program Based on Worship Places {PPBTI) was conducted in four districs namely Kendal regency) Indramayu, Denpasar and Mataram.
The author sees the need to analyze the implementation of this pilot project to examine the effectiveness of the program implementation by ob-serving the fitness among the program, the organization that implements the program and the beneficiaries. of the program; as well as the fitness between the program objectives with the benefits and impacts of the program received by the beneficiaries. The result of this analysis could be used as a base for implementation decision of the policies that will be realized and replicated in the future.
This study uses a qualitative approach. Due ro the time constraints, the primary datas are collected from two areasonly namely Kendal and Indramayu District. The data's are collected using depth interviews with informants such as Asdep on Youth Capacity Building of Kemenegpora and the committee of the programs as well as program participants of PPBTI in Kendal and Indramayu District.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2011
T20985
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Cnr Aly Nurmansyah
"Sebagai sebuah proses yang masih berlangsung hingga kini, di samping mendatangkan berbagai dampak positif globalisasi juga mendatangkan berbagai dampak negatif. Beberapa yang sangat dirasakan adalah arus keterbukaan informasi yang kuat dan masuknya budaya kosmopolitan. Kedua dampak negatif tersebut, tidak terkecuali juga menyasar pemuda di Indonesia dan membuat gerakan dan organisasi kepemudaan mengalami kemandekan. Melalui penelitian ini akan coba ditunjukkan bagaimana PMII, salah satu organisasi kepemudaan pertama di Indonesia, berupaya menghadapi dampak negatif globalisasi dalam kaitannya dengan ketahanan nasional bangsa ini. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, dilakukan wawancara mendalam terhadap lima orang unsur ketua PB PMII dari dua periode kepemimpinan yang berbeda 2011-2014 dan 2014-2017 sebagai pembanding.

As an ongoing process, besides all the positive impacts globalization also brings the negative impacts. Some of the most perceived is the strong current of information disclosure and the adoption of cosmopolitan culture. Both of these negative impacts are, not elast affect youth in Indonesia and making youth movements and organizations stagnate. This research attempts to show how PMII, as one of the first youth organizations in Indonesia, seeks to face the negative impact of globalization in relation to Indonesia 39 s national defense. In order to achieve these objectives, an in depth interview was conducted on five members of the PMII PB chairman from two different leadership periods 2011 2014 and 2014 2017 as a comparison"
Depok: Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>