Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 132128 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Umniah Hanesti
"Sampah makanan merupakan jenis sampah yang banyak dihasilkan dari berbagai sektor, seperti rumah tangga, restoran, dll. Hal ini menyebabkan timbulan sampah di Kota Jambi cukup besar yaitu 433,17 ton/hari. Penelitian ini bertujuan menganalisis timbulan dan komposisi sampah makanan restoran, potensi ekonomi, pengetahuan, sikap dan perilaku konsumen serta pengelola restoran dalam mengurangi sampah makanan, merekomendasikan konsep pengelolaan sampah makanan berkelanjutan. Metode yang digunakan adalah SNI 1903964-1994, analisis nilai ekonomi dan deskriptif, regresi linear berganda, dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan timbulan & komposisi sampah restoran didominasi sampah makanan 88%, memiliki nilai ekonomi ketika diolah menjadi larva BSF dan kompos. Pengetahuan dan sikap pengunjung berpengaruh positif dan signifikansi dalam mempengaruhi perilaku pengunjung, sedangkan pengelola hanya pengetahuan saja yang berpengaruh pofitif. Rekomendasi konsep pengelolaan sampah makanan restoran yaitu pemerintah menetapkan aturan kepada restoran untuk bekerjasama dengan TPS3R dan Bank Sampah, dan adanya kolaborasi oleh setiap stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan sampah makanan restoran.

Food waste is a type of waste that is often generated from various sectors, such as households, restaurants, etc. This causes waste generation in Jambi City to be quite large, namely 433.17 tons/day. This research aims to analyze the generation and composition of restaurant food waste, economic potential, knowledge, attitudes and behavior of consumers and restaurant managers in reducing food waste, recommending the concept of sustainable food waste management. The methods used are SNI 1903964-1994, economic value and descriptive analysis, multiple linear regression, and SWOT. The research results show that the generation & composition of restaurant waste is dominated by 88% food waste, and has economic value when processed into BSF larvae and compost. Consumers knowledge and attitudes have a positive and significant to influence consumers behavior, while the restaurant managers knowledge just has a positive influence. The recommended concept for managing restaurant food waste is that the government sets rules for restaurants to collaborate with TPS3R and the Waste Bank, and there is collaboration by every stakeholder involved in managing restaurant food waste."
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aryani Zahara Kartini
"Sistem pangan yang tidak stabil akan berdampak pada ekosistem alam dan rantai makanan. Salah satu bukti ketidakseimbangan ini adalah meningkatnya jumlah limbah pangan. Masalah dalam penelitian adalah limbah pangan di rumah tangga masih mendominasi, salah satunya informasi dan pengangan yang salah oleh ibu rumah tangga akan mengakibatkan sisa makanan yang masih layak dikonsumsi menjadi limbah. Tujuan penelitian ini menganalisis strategi yang tepat dalam mengolah limbah pangan rumah tangga. Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan metode studi kasus dengan intervensi. Hasil pada penelitian adalah partisipan menyumbangkan limbah pangan non kemasan sebesar 327 g/hari sedangkan limbah pangan kemasan sebesar 24g/hari sebelum edukasi dan pelatihan, setelah dilakukannya edukasi dan pelatihan partisipan menyumbangkan limbah pangan non kemasan sebesar 8,43 g/hari sedangkan limbah pangan kemasan sebesar 0 g/hari setelah edukasi dan pelatihan. Berdasarkan hasil pelatihan 25 partispan yaitu partisipan yang memilih kompos Takakura sebanyak 18 orang, MoL sebanyak 2 orang dan yang memilih kedua-duanya sebanyak 5 orang. Kesimpulan penelitian ini adalah pelatihan pengenalan produk dan kompos Takakura dan MoL dapat memberikan perubahan dan solusi dalam mengelola limbah pangan skala rumah tangga.

An unstable food system will have an impact on natural ecosystems and the food chain. One proof of this imbalance is the increasing amount of food waste. The problem in this research is that food waste in the household still dominates, one of which is incorrect information and handling by housewives will result in leftover food that is still fit for consumption into waste. The purpose of this study is to analyze the right strategy in processing household food waste. This research method uses qualitative methods with case study intervention. The results of the study were that participants contributed 327 g/day of non-packaged food waste while 24g/day of packaged food waste before education and training, after education and training participants contributed 8.43 g/day of non-packaged food waste while packaged food waste of 0 g/day after education and training. Based on the results of the training 25 participants, namely 18 participants who chose Takakura compost, 2 people who chose MoL and 5 people who chose both. The conclusion of this research is the introduction of Takakura and MoL products and compost training can be said to provide changes and solutions in managing household-scale food waste."
Depok: Sekolah Ilmu Lingkungan Uiniversitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Kamilia Musri
"Peningkatan jumlah penduduk di Kota Banda Aceh berdampak signifikan terhadap pengeluaran masyarakat dalam mengonsumsi makanan dan minuman jadi yang bersumber dari rumah makan. Hal ini mengakibatkan semakin banyak timbulan limbah makanan yang dapat meghasilkan jejak karbon, sehingga berpotensi dalam peningkatan emisi Gas Rumah Kaca (GRK). Terkait dengan hal tersebut, maka pada penelitian ini dilakukan analisis komposisi dan timbulan limbah makan, analisis jumlah gas rumah kaca (CO2eq) yang dihasilkan dari timbulan sisa makanan edible serta pemberian rekomendasi terkait pengelolaan limbah makanan dari rumah makan di Kota Banda Aceh. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling, yaitu memilih rumah makan dengan penyajian prasmanan dan kategori rumah makan menengah ke bawah. Metode pengambilan sampel pada penelitian ini sesuai dengan Waste Composition Analysis (WCA) untuk memisahkan dan menimbang sisa makanan edible dan non-edible dari 50 piring sisa makanan konsumen pada masing-masing 10 rumah makan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, didapatkan total timbulan limbah makanan rata-rata dari 10 rumah makan di Kota Banda Aceh adalah 1.253,3 g/rumah makan/hari dengan 896,3 g/rumah makan/hari adalah rata-rata total limbah makanan edible atau setara dengan 17,926 g/piring/hari. Komposisi limbah makanan rumah makan terdiri dari 50% makanan kaya karbohidrat, 31% buah dan sayur serta 19% makanan kaya protein, dengan sisa nasi merupakan timbulan limbah makanan terbesar. Nilai rata-rata jejak karbon yang dihasilkan limbah makanan dari rumah makan di Kota Banda Aceh sebesar 32,30 kgCO2eq/piring/tahun. Rekomendasi yang dapat diberikan berkaitan dengan pengurangan limbah makanan dari rumah makan dapat dilakukan dengan memberikan edukasi pada konsumen untuk mengambil makan secukupnya melalui poster yang menarik, perubahan cara pelayanan konsumen oleh pelayan rumah makan, donasi makanan layak konsumsi, serta pengolahan limbah makanan lanjutan sebagai kompos

The cost of consuming ready-to-eat food and drinks from restaurants has been significantly impacted by the increasing of population in Banda Aceh City. This causes a greater amount of food waste to be produced, which has the potential to increase greenhouse gas (GHG) emissions. In connection with this, the research examined the composition and generation of food waste, assessed the quantity of greenhouse gases (CO2eq) that produced as a result of edible food waste generation, and offered suggestions regarding initiatives to lessen food waste from restaurants in Banda Aceh City. This study was used a purposive sampling method in quantitative research and selects a middle-to-lower-priced restaurant with a buffet serving type. The waste composition analysis (WCA) sampling method was used in this study to separate and weigh edible and non-edible food waste from 50 plates of leftover consumer food in each of the 10 restaurants. According to the study, the average amount of food waste from 10 restaurants in Banda Aceh City daily was 1,253.3 grams, or 17.926 grams per plate. The average amount of edible food waste was 896.3 grams/restaurant/day. The food waste restaurants were made up of 50% carbohydrate-rich food, 31% fruit and vegetable food, and 19% protein-rich food, with rice residue being the biggest contributor to food waste. In Banda Aceh City, the average carbon footprint created by food waste from restaurants was 32.30 kgCO2eq/plate/year. The reduction of food waste from restaurants can be accomplished in a number of ways, including educating costumer to take enough food through eye-catching posters thus could minimize food waste production, altering the way waiters serve the food to the customers, collecting donations of proper food, and composting the food waste"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khairunisa
"Limbah makanan merupakan salah satu limbah yang jumlahnya paling tinggi. Untuk menurunkan timbulan limbah makanan maka perlu diupayakan pengelolaan melalui penurunan timbulan. Redistribusi makanan surplus mulai dilakukan sebagai cara untuk mengurangi limbah makanan dan kerawanan pangan. Makanan surplus adalah makanan yang jumlahnya berlebih namun masih aman dan layak dikonsumsi. Tujuan tesis ini adalah  Menyusun strategi pengelolaan makanan surplus sehingga tidak meningkatkan timbulan limbah dan berakhir di TPA. Metode yang digunakan adalah metode mix-method. Berdasarkan hasil penelitian, pengelolaan makanan surplus berjalan dengan bagus pada aspek teknis dan manajerial sedangkan aspek ekonomi tidak berjalan bagus. Penerima makanan surplus memiliki persepsi dan sikap yang baik terhadap redistribusi makanan surplus. Berdasarkan hasil analisis, tantangan yang ada saat ini adalah tidak adanya regulasi yang mengatur redistribusi makanan surplus dan rendahnya inisiatif atau dukungan dari pemerintah. Strategi yang direkomendasikan antara lain menetapkan peraturan yang mengatur pengelolaan redistribusi makanan surplus, adanya insentif dan disentif dalam upaya penurunan limbah makanan dan pengelolaan makanan surplus, pemberdayaan NFA dalam pengembangan foodbank dan menjaga kerja sama yang baik antara foodbank, donatur dan penerima.

ood waste is one of the highest sources of waste. Finding management through reduction is essential to lowering the production of food waste. The redistribution of surplus food began to be carried out to reduce food waste and food insecurity. Food surplus is food that is in excess but is still safe and suitable for consumption. This thesis aims to devise a strategy for managing food surpluses so that they do not increase waste generation and end up in landfills. The method used is the mix-method method. Based on the research results, food surplus management went well in the technical and managerial aspects, while the economic aspects did not. Recipients of food surplus have a good perception and attitude toward receiving redistributed food surplus. The current challenges are the absence of regulations about redistributing surplus food and the need for more initiative or support from the government. The recommended strategies include establishing regulations governing the redistribution of surplus food, providing incentives to reduce food waste and manage surplus food, empowering NFA to develop food banks and maintaining good cooperation between food banks, donors, and recipients."
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naula Hamidah
"Skripsi ini merupakan sebuah penelitian kualitatif mengenai pengaturan dalam rumah tangga yang berhubungan dengan konsumsi dan kaitannya dengan proses terjadinya sampah makanan. Penelitian ini menggunakan perbandingan antara dua rumah tangga kelas menengah yang berlokasi di daerah sub-urban Jakarta Barat, Indonesia. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bagaimana makanan dimaknai oleh kedua rumah tangga sudah terbentuk sejak proses pengadaan, kemudian diekspresikan dalam proses pengolahan dan konsumsi makanan, dan hasil akhirnya ditentukan oleh keputusan yang dibuat pada tahap penyimpanan yang ada di rumah tangga. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa masyarakat telah memiliki sistem pencegahan yang bersifat kultural, disimbolkan dengan adanya tabu tentang “nasi menangis“ yang telah diturunkan secara turun-temurun. Diskusi tentang “nasi menangis” ini juga menunjukkan bagaimana peran tenaga kerja domestik, dalam hal ini didominasi perempuan (ibu, kakak perempuan, asisten rumah tangga), dapat menginternalisasikan pola ‘conscious consumption’ (konsumsi sadar) dalam anggota rumah tangga.

This thesis is a qualitative study on household arrangements related to consumption and the process of food waste. This study uses a comparison between two middle class households located in the sub-urban area of West Jakarta, Indonesia. The results of this study explain how the meaning of food by the two households has been formed since the procurement process, then expressed in the food-processing and consumption process, and finally determined by decisions made at the food-storing stage in the household. This study also shows that the community originally possessed what is called a cultural prevention system, symbolized by the taboo on “crying rice” which has been passed down from generation to generation. This discussion about “crying rice” also shows how the role of domestic workers, in this case dominated by women (mother, older sister, household assistant), can internalize the pattern of 'conscious consumption' within household members."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Rahmawati
"Sampah makanan menjadi topik yang masih perlu diangkat dan digaungkan. Makanan yang menjadi kebutuhan manusia sehari-hari ternyata jika dibiarkan tersisa dan menjadi gunungan sampah akan membawa dampak buruk bagi lingkungan. Berita lingkungan atau jurnalisme lingkungan hadir untuk membangun persepsi publik terkait pengelolaan sampah makanan dan pentingnya untuk menjaga lingkungan. Jurnalisme lingkungan yang dikemas dalam format newsgame dapat memperdalam keterlibatan (engagement) audiens.

Food waste is a topic that still needs to be raised and echoed. Food that is a daily human need turns out to be left behind and becomes a pile of garbage, which will negatively impact the environment. Environmental news or environmental journalism exists to build public perceptions regarding food waste management and the importance of protecting the environment. Environmental journalism packaged in newsgame format can deepen audience engagement."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Jilan Athaya
"Permalasahan timbulan limbah makanan merupakan masalah yang sudah teridentifikasi sejak lama namun belum terselesaikan dan terus berkembang. Pada tahun 2018 di Indonesia, 62% sampah berasal dari rumah tangga dan komposisi sampah yang paling banyak adalah sampah sisa makanan sebanyak 44%. Makanan yang dibuang dan membusuk di tempat pembuangan sampah mengeluarkan metana, yaitu gas rumah kaca yang memiliki kekuatan 25 kali lebih efisien dalam memerangkap panas daripada karbon dioksida. Untuk mengatasi masalah tersebut, Pemerintah Indonesia memiliki target untuk mengurangi sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga sebesar 30% pada tahun 2025 dan Provinsi DKI Jakarta memiliki target penurunan emisi GRK sebesar 30% pada tahun 2030. Maka, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis komposisi limbah makanan dan mengetahui jumlah emisi karbon yang dihasilkan akibat limbah makanan edible khususnya pada rumah tangga di Kelurahan Cipulir. Penelitian ini menggunakan metode waste composition analysis untuk mengetahui komposisi limbah makanan rumah tangga dan metode faktor emisi berdasarkan penelitian terdahulu untuk memperoleh nilai jejak karbon. Jejak karbon yang diperhitungkan hanya pada limbah makanan yang edible. Penelitian ini menemukan bahwa rata-rata limbah makanan yang dihasilkan rumah tangga Kelurahan Cipulir adalah sebesar 1161,4 ± 595,62 g/rumah/hari atau 280,6 ± 144,55 g/orang/hari. Rata-rata sampah makanan rumah tangga Kelurahan Cipulir mengandung 26% limbah makanan edible yaitu 350 ± 341,54 g/rumah/hari atau 71 ± 58,31 g/orang/hari. Komposisi edible yang paling banyak dibuang secara berturut adalah kategori makanan pokok (41,48%), sayuran (21,91%), dan buah-buahan (14,4%). Rata-rata jejak karbon yang dihasilkan tiap rumah tangga di Kelurahan Cipulir adalah 768,93 ± 0,88 g CO2 eq/rumah/hari atau 280659,89 ± 324,24 g CO2 eq/rumah/tahun, dan rata-rata jejak karbon yang dihasilkan tiap orang di Kelurahan Cipulir adalah 152,81 ± 0,15 g CO2 eq/orang/hari atau 55774,16 ± 55,13 g CO2 eq/orang/tahun. Kategori makanan yang menyumbangkan jejak karbon terbesar secara berturut adalah kategori makanan pokok (49,1%), daging (25,1%), dan sayuran (9%). Faktor yang paling mempengaruhi jumlah edible waste dan jejak karbon adalah jumlah anggota keluarga. Maka, rekomendasi upaya pengurangan limbah makanan edible hasil rumah tangga Kelurahan Cipulir yang dapat dilakukan adalah melakukan perencanaan yang baik untuk pengolahan makananan, penggunaan kembali makanan dengan cara memberikan ke tetangga atau sebagai pakan hewan, dan mendaur ulang makanan menjadi kompos.

Food waste generation is a problem that has been around for a long time but has not been resolved and continues to be a growing problem. In 2018 in Indonesia, 62% of waste came from households and the food waste contributed to 44% of the total waste. Food that is discarded and decomposed in landfills emits methane; a greenhouse gas that is 25 times more efficient at storing heat than carbon dioxide. To overcome this problem, the Government of Indonesia has a target to reduce household waste and similar household waste by 30% by 2025 and DKI Jakarta Province has a target of reducing GHG emissions by 30% in 2030. Therefore, this research aims to analyze the composition food waste and obtaining the amount of carbon emissions produced due to food waste, specifically from households in Cipulir Village. This research uses waste composition analysis method to determine the composition of household food waste and emission factor method based on previous research to obtain carbon footprint value. The carbon footprint that estimated in this research is only from edible food waste. This study found that the average food waste produced household in Cipulir Village was 1161,4 ± 595,62 g/house/day or 280,6 ± 144,55 g/person/day. The average household food waste in Cipulir Village contain 26% of edible waste, which is 350 ± 341,54 g/house/day or 71 ± 58,31 g/person/day. Edible food waste that was discarded the most, respectively, were staple foods such as rice (41.48%), vegetables (21.91%), and fruits (14.4%). The average carbon footprint generated by each household in Cipulir Village is 768,93 ± 0,88 g CO2 eq/house/day or 280659,89 ± 324,24 g CO2 eq/house/year, and the average carbon footprint generated by each person from households in Cipulir Village is 152,81 ± 0,15 g CO2 eq/person/day or 55774,16 ± 55,13 g CO2 eq/person/year. Edible food waste categories that contribute the largest carbon footprint are staple foods (49.1%), meat (25.1%), and vegetables (9%). The factor that influences the amount of edible waste and carbon footprint the most is the number of family members. Based on the research, to reduce household food waste in Cipulir Village, there needs to be effort to make good planning for food consumption, reuse food by giving it to neighbors or as animal feed, and recycling food into compost."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shinta Citra Lestari
"Sampah makanan atau sampah organik merupakan kontributor terbesar timbulan sampah rumah tangga di Indonesia. Besarnya dampak yang disebabkan sampah makanan memerlukan pergeseran fokus penanganan yang mengarah pada peningkatan kesadaran masyarakat. Penelitian terdahulu menyebutkan bahwa rumah tangga sebagai konsumen akhir dalam rantai pasok makanan adalah penghasil utama sampah makanan. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi berbagai faktor potensial yang mempengaruhi timbulan sampah makanan rumah tangga, dengan menganalisis aktivitas sehari-hari seperti kebiasaan perencanaan dan belanja, motivasi yang mendorong mengurangi timbulan sampah makanan, serta kebiasaan mengelola sampah. Dengan menggabungkan metode analisis deskriptif yang didukung dengan analisis regresi, penelitian dilakukan dengan menyebarkan kuisioner kepada 277 responden rumah tangga di kota Depok. Penelitian ini menemukan bahwa kebiasaan pemilahan sampah, perencanaan dalam penyediaan makanan, serta motivasi ekonomi berpengaruh terhadap timbulan sampah makanan yang dihasilkan rumah tangga.

Organic waste, which include food waste, are the biggest contributor of Indonesias waste generation. Many previous studies reported that household as the last downstream tier of food chain supply were the biggest contributor of food waste generation. This study attempts to identified various factors which affecting household food waste generation by analyzing household socio-demographic characteristics, motivations, food provision practices including planning and shopping habits, and waste management activities. By combining descriptive and regression analysis, a survey held in Depok municipality, by interviewing 257 households through questionnaires. The result showed that indeed waste sorting, economic motivation, planning habit in household are important determinants to how much food being wasted at home.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T52628
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Ayuna Kuncoroputri
"Hingga saat ini, masih sering dijumpai kasus keracunan makanan ataupun penyakit yang timbul akibat mengonsumsi makanan yang mutu keamanan dan kesehatannya rendah. Usaha jasa boga informal termasuk catering merupakan salah satu potensi permasalahan dalam penerapan food safety. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penerapan food safety pada usaha jasa boga informal di Catering X, Y, dan Z Purworejo, Jawa Tengah, tahun 2012.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei hingga Juni 2012 menggunakan disain studi deskriptif observasional dengan pendekatan kualitatif. Peneliti menggunakan metode wawancara mendalam, observasi, dan pengisian checklist dalam melakukan pengambilan data. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa pembinaan dan pengawasan terhadap usaha jasaboga informal masih sangat kurang sehingga ditemukan berbagai ketidaksesuaian penerapan food safety dengan yang seharusnya.

Up till now, there are still encountered food poisoning cases or foodborne illnesses that caused by eating foods which have low-quality of safety and health. Catering services become one of potential problem in food safety implementation. The purpose of this study is to understand food safety implementation in Catering Services at X, Y, and Z Catering, Purworejo, Central Java, 2012.
This research was conducted in May and June 2012 using observational descriptive study design with qualitative approach. Researcher used in-depth interview method, observation, and checklist when used to perform data retrieval. Result of the study shows that lack of supervision and guidance for informal catering services affects various mismatches in food safety implementation.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arisman
"Peningkatan jumlah penduduk yang semakin besar di kota/kabupaten membawa dampak terhadap besarnya peningkatan jumlah timbulan sampah khususnya sampah plastik. Penelitian ini bertujuan memberikan usulan kebijakan dalam bentuk formulasi efektif dalam pengelolaan sampah plastik berkelanjutan di tingkat kota/kabupaten. kebijakan pengurangan penggunaan produk plastik sekali pakai di Kota Bandung dan Kabupaten Malang merupakan kebijakan yang paling prioritas dibandingkan dengan kebijakan pelarangan penggunaan produk plastik sekali pakai. Kebijakan yang efektif juga perlu melibatkan pemangku kepentingan yaitu konsumen/masyarakat dan produsen. Data tingkat keinginan untuk berpartisipasi masyarakat dan keinginan produsen untuk berpatisipasi dalam pengurangan sampah plastik akan lebih efektif apabila di berikan insentif. Respon masyarakat terhadap himbauan mengurangi sampah plastik dan menggunakan kembali plastik sangat positif, namun kemungkinan implementasinya akan menjadi lebih besar jika ada insentif yang diberikan oleh pemerintah. Pemilahan sampah di rumah tangga perlu didorong, guna meningkatkan efektifitas penanganan sampah plastik. Insentif fiskal perlu di berikan kepada produsen agar pengurangan sampah plastik oleh produsen lebih optimal dan berkelanjutan

The increasing population in cities and regencies has an impact on the amount of waste generation, especially plastic waste. This study aims to provide policy proposals in the form of effective formulations in sustainable plastic waste management at the city/district level. The policy of reducing the use of single-use plastic products in Bandung City and Malang Regency is the most priority policy compared to the policy of banning the use of single-use plastic products. Effective policies also need to involve stakeholders, namely consumers/communities and producers. Data on the level of willingness to participate in the community and the desire of producers to participate in reducing plastic waste will be more effective if incentives are given. The public's response to the call to reduce plastic waste and reuse plastic is very positive, but the possibility of implementation will be even greater if there are incentives provided by the government. Waste segregation in households needs to be encouraged, in order to increase the effectiveness of handling plastic waste. Fiscal incentives need to be given to producers so that the reduction of plastic waste by producers is more optimal and sustainable."
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>