Ditemukan 201826 dokumen yang sesuai dengan query
Haura Syifa
"Pemantauan Terapi Obat (PTO) pada pasien PPOK eksaserbasi dengan hiponatremia merupakan hal penting dalam manajemen penyakit ini. Pasien dengan PPOK eksaserbasi yang mengalami hiponatremia dapat menghadapi risiko kesehatan yang lebih serius dan kompleks. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang terkait dengan pemantauan terapi obat pada pasien PPOK eksaserbasi.Data diperoleh secara prospektif melalui catatan rekam medik dan Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT). PTO dilakukan terhadap pasien yang didiagnosis PPOK eksaserbasi dan hiponatremia yang dirawat di ruang rawat inap teratai lantai 4 selatan RSUP Fatmawati. Data yang diperoleh terdiri dari data demografis dan klinis pasien. Dari data tersebut, dilakukan analisis kesesuaian indikasi dan dosis obat, serta Drug Related Problem (DRP) dengan metode PCNE.Terapi pengobatan pasien secara keseluruhan telah sesuai dengan indikasi dan tata laksana. DRP yang terjadi, antara lain: kemungkinan munculnya efek samping dan efek obat yang tidak optimal akibat regimen dosis dan durasi obat yang tidak sesuai. Apoteker di bidang farmasi klinis memiliki peran yang penting dalam edukasi dan pemantauan terapi obat pasien. Pemantauan terapi obat bertujuan untuk meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan risiko efek samping yang mungkin muncul. Pemantauan terapi obat pada pasien perlu dilakukan sejak awal pasien masuk fasilitas pelayanan kesehatan hingga pasien pulang sehingga permasalahan yang berpotensi muncul dapat segera diintervensi dan diselesaikan.
Drug therapy monitoring in exacerbated COPD patients with hyponatremia is important in the management of the disease. Patients with COPD exacerbations who experience hyponatremia may face more serious and complex health risks. Therefore, this study aims to identify the problems associated with drug therapy monitoring in exacerbated COPD patients. Data were obtained prospectively through medical records and integrated patient progress records. Drug therapy monitoring was performed on patients diagnosed with exacerbation of COPD and hyponatremia who were treated at the Teratai inpatient room on the 4th floor south of Fatmawati Hospital. The data obtained consisted of patient demographic and clinical data. From these datas, an analysis of the suitability of drug indications and dosages, as well as Drug Related Problems (DRP) with the PCNE method was carried out. The overall treatment of the patient was in accordance with the indications and management. DRP that occurs, among others: the possibility of side effects and drug effects that are not optimal due to inappropriate dosage regimens and drug durations. Pharmacists in clinical pharmacy have an important role in educating and monitoring patient drug therapy. Drug therapy monitoring aims to increase the effectiveness of therapy and minimize the risk of side effects that may arise. Monitoring of drug therapy in patients needs to be done from the time the patient enters the health care facility until the patient returns so that problems that potentially arise can be immediately intervened and resolved."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Alavoe Talivin Makhfudya
"Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di rumah sakit bertujuan untuk memahami peran dan tanggung jawab Apoteker di rumah sakit, baik dalam hal pelayanan farmasi klinis maupun pengelolaan sediaan farmasi. Pemantauan terapi obat (PTO) adalah salah satu kegiatan farmasi klinik oleh Apoteker di rumah sakit untuk mengetahui keberhasilan ataupun kegagalan terapi obat. Berdasarkan hal tersebut, PTO dipilih sebagai tugas khusus PKPA di RSUP Fatmawati. Kegiatan ini dilakukan degan tujuan calon Apoteker dapat mengkaji pemilihan obat, dosis dan cara pemberian obat, respons terapi, reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD), memantau efektivitas dan efek samping obat, dan memberikan rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat atau DRP. Pemantauan obat dilakukan pada pasien dyspnea et causa suspek tumor paru dengan riwayat tuberkulosis di unit rawat inap gedung Teratai RSUP Fatmawati. PTO dilaksanakan dengan menganalisis DRP sesuai pedoman PCNE V9.0 dengan metode SOAP. Pada kasus ini, ditemukan beberapa DRP yang perlu dievaluasi kembali.
Pharmacist Professional Work Practice (PKPA) in hospitals aims to understand the roles and responsibilities of pharmacists in hospitals, both in terms of clinical pharmacy services and management of pharmaceutical preparations. Therapy drug monitoring (TDM) is one of the clinical pharmacy activities by pharmacists in hospitals to determine the success or failure of drug therapy. Based on this, TDM was chosen as a PKPA special assignment at Fatmawati Hospital. This activity is carried out with the aim that prospective pharmacists can review drug selection, dosage and method of drug administration, therapeutic response, unwanted drug reactions, monitor drug effectiveness and side effects, and provide recommendations for solving drug-related problems or DRP. Drug monitoring was carried out in patients with dyspnea et causa suspected lung tumors with a history of tuberculosis in the inpatient unit of the Teratai building at Fatmawati General Hospital. TDM is carried out by analyzing the DRP according to PCNE V9.0 guidelines using the SOAP method. In this case, several DRPs were found that needed to be re-evaluated."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Michicho Citra Zhangrila
"Pemantauan terapi obat (PTO) adalah rangkaian proses kegiatan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif, dan rasional bagi pasien. Pasien yang mendapatkan terapi obat mempunyai risiko mengalami masalah terkait obat (MTO). Risiko MTO meningkat pada pasien lanjut usia dengan banyak penyakit penyerta (komorbid) akibat polifarmasi yang diterimanya. Pada penelitian ini, dilakukan kegiatan PTO terhadap pasien rawat inap atas nama Tn. B dengan diagnosis Pneumonia, PPOK Eksaserbasi Akut, Unstable Angina Pectoris, dan Hipertensi. Pasien yang dipilih termasuk dalam kalangan yang rentan terhadap penyakit di atas, yaitu berusia di atas 65 tahun, memiliki riwayat kebiasaan merokok, disertai riwayat penyakit PPOK dan Hipertensi. Data yang diperoleh selama kegiatan PTO dianalisa dan dikaji berdasarkan kategori MTO menurut Hepler dan Strand menggunakan metode SOAP. Ditemukan dua MTO yang diidentifikasi pada terapi pasien selama periode PTO, yaitu masalah terkait pemilihan obat, dan interaksi obat dengan obat. Tindak lanjut yang direncanakan terkait MTO yaitu dengan memberikan rekomendasi pilihan terapi alternatif, dan dilakukannya monitoring untuk memantau keberhasilan terapi pada pasien. Selain itu, kegiatan PTO terhadap Tn. B menunjukkan bahwa terapi yang diberikan kepada pasien sudah sesuai dengan pedoman pengobatan tatalaksana terapi Pneumonia, PPOK Eksaserbasi Akut, Unstable Angina Pectoris, dan Hipertensi.
Drug therapy monitoring (DTM) ensures safe, effective, and rational drug therapy for patients. Patients who receive drug therapy are at risk of experiencing drug-related problems (DRP). The risk of DRP increases in elderly patients with many comorbidities due to the polypharmacy they receive. In this study, DTM activities were carried out for inpatients on behalf of Mr. B with a diagnosis of Pneumonia, Acute Exacerbation of COPD, Unstable Angina Pectoris, and Hypertension. The selected patients are among those susceptible to the above diseases, namely those aged over 65 years who have a history of smoking habits accompanied by a history of COPD and hypertension. The data obtained during the DTM activities were analyzed and reviewed based on the DRP category according to Hepler and Strand using the SOAP method. Two DRPs were identified in the patient's therapy during the DTM period: problems related to drug selection and drug-drug interactions. Planned follow-up related to DRP is by providing recommendations for alternative therapy options and monitoring the success of therapy in patients. In addition, DTM activities towards Mr. B indicate that the therapy given to the patient already follows the guidelines for treating Pneumonia, Acute Exacerbation of COPD, Unstable Angina Pectoris, and Hypertension."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Cindy Alti
"Trauma Brain Injury (TBI) merupakan kondisi cedera pada otak yang terjadi ketika terjadi serangan fisik secara tiba-tiba dari kondisi eksternal. Kerusakan dapat bersifat focal (terbatas pada satu area otak) atau diffuse (terjadi di lebih dari satu area otak). Perubahan fisiologis pada pasien geriatri seperti penurunan fungsi ginjal, fungsi hati dan komposisi tubuh menyebabkan adanya perbedaan farmakokinetika dan farmakodinamika pada pasien geriatri. Dengan dilakukannya PTO diharapkan dapat mengoptimalkan efek terapi obat dan mencegah atau meminimalkan efek merugikan akibat penggunaan obat. Apoteker berperan penting dalam pelaksanaan PTO untuk mencegah terjadinya masalah terkait obat. Tujuan dalam penyusunan laporan tugas khusus ini adalah melakukan pemantauan terapi obat dan mengidentifikasi masalah terkait penggunaan obat pada pasien Ny. YS di lantai 6 Selatan Gedung Anggrek di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati. Berdasarkan hasil kegiatan Pemantauan Terapi Obat pada pada pasien Ny. YS dengan Trauma Brain Injury di Gedung Teratai Lantai 6 Selatan RSUP Fatmawati dapat disimpulkan bahwa pengobatan yang diterima oleh pasien Ny. YS telah tepat indikasi dan tepat dosis. Penggunaan antibiotik seftriakson telah tepat sesuai dengan PPK KSM Bedah Saraf RSUP Fatmawati dengan diagnosis Trauma Brain Injury. Namun durasi penggunaannya terlalu lama yaitu 22 hari.
Trauma Brain Injury (TBI) is a condition of injury to the brain that occurs when there is a sudden physical attack from external conditions. Damage can be focal (limited to one area of the brain) or diffuse (occurring in more than one area of the brain). Physiological changes in geriatric patients such as decreased kidney function, liver function and body composition lead to differences in pharmacokinetics and pharmacodynamics in geriatric patients. Drug Therapy Monitoring can optimize the effects of drug therapy and prevent or minimize adverse effects due to drug use. Apothecary play an important role in implementing Drug Therapy Monitoring to prevent drug-related problems. The purpose of preparing this special assignment report is to monitor drug therapy and identify problems related to drug use in Mrs. YS on the 6th floor South of the Orchid Building at Fatmawati General Hospital. Based on the results of monitoring drug therapy activities in patients Ny. YS with Trauma Brain Injury at Teratai Building South Floor 6 Fatmawati Hospital, it can be concluded that the treatment received by patient Ny. YS has the right indication and the right dose. The use of ceftriaxone antibiotics was appropriate according to PPK KSM Neurosurgery at Fatmawati Hospital with a diagnosis of Trauma Brain Injury. But the duration of use is too long (22 days)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Melda Nesta Febrina
"Pemantauan terapi obat (PTO) merupakan suatu prosedur atau kegiatan yang dilakukan untuk memastikan terapi obat yang diberikan kepada pasien bersifat aman, efektif, dan rasional (Departemen Kesehatan RI, 2009). Tujuan penulisan ini adalah untuk melakukan pemantauan terkait pengobatan pasien rawat inap dengan diagnosis Subarachnoid Hemorrhage ec. Vertebral Artery Disecting Aneurysm di RSUP Fatmawati. Metode pelaksanaan dilakukan secara prospektif melalui data sekunder berupa catatan rekam medis pasien, catatan pengobatan, dan hasil laboratorium. Berdasarkan hasil pemantauan terapi obat yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pengobatan yang diterima telah sesuai dengan indikasi dan tidak ditemukan efek samping maupun reaksi obat yang tidak dikehendaki pada pasien.
Drug therapy monitoring is a procedure or activity carried out to ensure that the drug therapy given to patients is safe, effective and rational (Indonesian Ministry of Health, 2009). The purpose of this paper is to carry out monitoring regarding the treatment of inpatients with a diagnosis of Subarachnoid Hemorrhage ec. Vertebral Artery Dissecting Aneurysm at Fatmawati General Hospital. The implementation method is carried out prospectively through secondary data such as patient medical records, treatment records and laboratory results. Based on the results of drug therapy monitoring that has been carried out, it can be concluded that the treatment received was in accordance with the indications and no side effects or undesirable drug reactions were found in the patien"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Qinthara Alifya Pramatiara
"Pemantauan terapi obat (PTO) adalah suatu proses yang mencakup kegiatan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif, dan rasional bagi pasien. Selain itu, PTO juga dilakukan untuk mengoptimalkan terapi obat dengan mengidentifikasi masalah terkait obat disertai dengan rekomendasi intervensi. Oleh karena itu, tugas khusus ini bertujuan untuk mengevaluasi masalah terkait obat/Drug Related Problem (DRP) pada pasien Limfoma Non Hodgkin yang dirawat di ruang rawat inap RSUP Fatmawati dan memberikan rekomendasi intervensi penyelesaian masalah terkait obat. Tugas khusus ini mengambil data secara prospektif dengan melihat lembar instruksi medik farmakologis dan pemantauan pemberian obat pasien, hasil pemeriksaan laboratorium, lembar pemantauan tanda vital pasien, catatan rekam medis pasien, serta CPPT pada sistem komputer terpadu rumah sakit. Data kemudian diolah dan dievaluasi terkait masalah terkait obat dengan menggunakan klasifikasi Pharmaceutical Care Network Europe (PCNE) V. Secara umum, terapi pengobatan kepada pasien sudah diberikan sesuai dengan indikasi dan memberikan efek terapi. Namun, masih terdapat beberapa pengobatan yang tidak sesuai dosis, frekuensi, dan durasi pengobatannya sehingga dapat terjadi DRP.
Drug therapy monitoring (PTO) is a process that includes activities to ensure safe, effective and rational drug therapy for patients. Apart from that, PTO is also carried out to optimize drug therapy by identifying drug-related problems accompanied by intervention recommendations. Therefore, this special task aims to evaluate drug-related problems (DRP) in Non-Hodgkin's Lymphoma patients treated in the inpatient ward at Fatmawati General Hospital and provide recommendations for interventions to resolve drug-related problems. This special task collects data prospectively by looking at pharmacological medical instruction sheets and monitoring patient medication administration, laboratory examination results, patient vital sign monitoring sheets, patient medical records, and CPPT on the hospital's integrated computer system. The data is then processed and evaluated regarding drug-related problems using the Pharmaceutical Care Network Europe (PCNE) V classification. In general, medical therapy to patients has been given according to indications and provided a therapeutic effect. However, there are still some treatments that do not match the dose, frequency, and duration of treatment so that DRP can occur."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Anisa Qisti Mathriul
"TO diperlukan untuk memastikan keamanan, efektifitas dan rasionalis penggunaan terapi obat pasien sehingga meminimalisir reaksi obat yang tidak dikehedaki apabila terdapat masalah terkait obat pada pasien. Pada laporan ini dilakukan pemantauan terapi obat terhadap pasien pediatrik dengan diagnosis utama pneumonia yang menerima polifarmasi di RSUD Tarakan. Laporan ini dibuat berdasarkan pengumpulan data dan observasi langsung terhadap pasien yang merujuk pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 tahun 2016. Hasil PTO menunjukan bahwa terdapat dua masalah terkait obat pada pengobatan pasien yaitu dosis parasetamol dan octreotida yang rendah, serta interaksi obat antara salbutamol dengan octreotida. Hasil ini menunjukan perlunya peningkatan dosis pada salbutamol dan ocreotida dan pemantauan interaksi obat.
Pediatric patient in intensive care unit with polypharmacy requires therapy drug monitoring (TDM). TDM is needed to ensure safety, effectiveness and rationale of drug therapy hence minimize adverse drug reactions if there are drug-related problems with patients. This report monitors drug therapy for pediatric patients with pneumonia who receive polypharmacy at RSUD Tarakan. This report was based on data collection and observation of patient referring to Minister of Health Regulation Number 72 of 2016. This report shows that there are two drug-related problems in patient treatment, i.e low doses of paracetamol, octreotide and drug interactions between salbutamol and octreotide. Therefore, it requires for adjustment of the dose and monitoring of the drug interactions."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Deani Nurul Mubarika
"Setiap pasien yang mendapatkan terapi obat memiliki resiko mengalami masalah terkait obat seperti efek samping obat, kontraindikasi hingga polifarmasi. Kompleksitas penyakit dan penggunaan obat, serta respon pasien yang sangat individual meningkatkan munculnya masalah terkait obat. Hal tersebut menjadi dasar perlunya dilakukan pemantauan terapi obat dalam praktik profesi untuk mengoptimalkan efek terapi dan meminimalkan efek yang tidak dikehendaki. Pasien dengan diagnosis epilepsi mendapatkan terapi obat keppra, depakene serta vitamin D. Pasien dengan diagnosis tukak lambung mendapatkan terapi obat pariet, dan obat racikan yang berisikan obat clast, domperidone, disflatyl, dan irbosyd. Pasien dengan diagnosis epilepsi mendapatkan terapi obat keppra (levetiracetam) dengan dosis yang tinggi sehingga apoteker perlu melakukan diskusi dengan dokter yang mendiagnosis terkait dosis yang digunakan. Pasien dengan diagnosis tukak lambung mendapatkan polifarmasi untuk terapi antiemetik sehingga perlu di hentikan salah satu dari antiemetik yang sedang dikonsumsi. Selain itu, terdapat interaksi antara obat antisekresi dengan domperidon apabila dikonsumsi secara bersamaan. Kemudian, dosis dari obat-obat racikan tidak sesuai dan perlu dilakukan peninjauan ulang atau dilakukan diskusi antara apoteker dengan dokter.
Patients who gets drug therapy has the risk of experiencing drug-related problems such as drug side effects, contraindications to polypharmacy. The complexity of the disease and drug use, as well as the highly individualized patient response increases the emergence of drug-related problems. This is the basis for the need to monitor drug therapy in professional practice to optimize the effect of therapy and minimize undesirable effects. Patients with a diagnosis of epilepsy received drug therapy for prescription drugs, depakene and vitamin D. Patients with a diagnosis of gastric ulcers received parietal drug therapy, and a concocted drug containing clast, domperidone, dysflatyl, and irbosyd drugs. Patients with a diagnosis of epilepsy receive high doses of prescription drug therapy (levetiracetam) so that pharmacists need to have a discussion with the doctor who diagnoses the dosage used. Patients with a diagnosis of gastric ulcers receive polypharmacy for antiemetic therapy so it is necessary to stop one of the antiemetics that is being consumed. In addition, there is an interaction between antisecretory drugs and domperidone when taken simultaneously. Then, the dosage of the concocted drugs is not appropriate and needs to be reviewed or discussed between the pharmacist and the doctor."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Fira Nabilla
"Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan proses yang mencakup kegiatan seperti pengkajian terkait obat yang digunakan pasien, pemberian rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat serta pemantauan efektivitas dan efek samping obat. Data penggunaan obat merupakan komponen penting dalam proses PTO. Analisis yang dapat dilakukan berdasarkan data penggunaan obat adalah penilaian kualitas penggunaan antibiotik serta analisis MTO pengobatan yang diterima pasien. Masalah Terkait Obat (MTO) yang terjadi pada pengobatan pasien dan memberikan rekomendasi tindak lanjut menggunakan metode SOAP. PTO dilakukan pada pasien berinisial NAN yang didiagnosis sindrom gangguan pernapasan akut, perdarahan intraserebral dan PDVK. Masalah Terkait Obat (MTO) yang terjadi pada pengobatan pasien N di ruangan PICU RSUP Fatmawati dengan diagnosis sindrom gangguan pernapasan akut, perdarahan intraserebral dan PDVK adalah adanya ketidaksesuaian dosis yaitu amikasin 1x60 mg. Kemudian ditemukan Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan (ROTD) terjadi pada pasien yaitu hipoalbumin yang merupakan ROTD dari parasetamol dan hiperglikemi akibat pemberian deksametason. Interaksi obat yang terjadi yaitu antara amikasin dan mannitol, asam valproate dan meropenem, parasetamol dan fenitoin, fenitoin dan asam valproate, amikasin dan furosemide, seftriakson dan furosemide, serta omeprazole dan fenitoin. Penilaian kualitas penggunaan antibiotik menggunakan metode gyssens menunjukkan bahwa penggunaan antibiotik seftriakson sudah tepat atau bijak karena masuk ke dalam kategori 0. Kemudian Penggunaan meropenem masuk kategori IVA dan IIIA yang menginterpretasikan bahwa ada antibiotik lain yang lebih efektif daripada meropenem karena berdasarkan hasil kultur yaitu seftazidim dan sefepim masih sensitif terhadap pasien serta penggunaan antibiotik terlalu lama (lebih dari 14 hari). Penggunaan amikasin masuk kategori IIA dan IIB yang menunjukkan bahwa dosis dan interval yang tidak tepat.
Drug Therapy Monitoring (DTM) is a process that includes activities such as assessments related to drugs used by patients, providing recommendations for solving drug-related problems, and monitoring the effectiveness and side effects of drugs. Drug use data is an important component of the DTM process. Analysis that can be carried out based on drug use data is an assessment of the quality of antibiotic use as well as an DRP analysis of the treatment the patient receives. Drug-Related Problems (DRP) that occur in patient treatment and provide follow-up recommendations using the SOAP method. DTM was performed on a patient with the initials NAN who was diagnosed with acute respiratory distress syndrome, intracerebral hemorrhage, and PDVK. Drug-Related Problems (DRP) that occurred in the treatment of patient N in the PICU room at Fatmawati Hospital with a diagnosis of acute respiratory distress syndrome, intracerebral hemorrhage, and PDVK was a dose mismatch, namely amikacin 1x60 mg. Then it was found that adverse drug reactions (ADR) occurred in patients, namely hypoalbumin which was ADR from paracetamol, and hyperglycemia due to dexamethasone administration. Drug interactions that occur are between amikacin and mannitol, valproic acid and meropenem, paracetamol and phenytoin, phenytoin and valproic acid, amikacin and furosemide, ceftriaxone and furosemide, and omeprazole and phenytoin. Assessment of the quality of antibiotic use using the Gyssens method showed that the use of ceftriaxone was appropriate or wise because it was included in category 0. Then the use of meropenem was included in categories IVA and IIIA which interpreted that other antibiotics were more effective than meropenem because they were based on culture results, namely ceftazidime and cefepime. still sensitive to patients and the use of antibiotics for too long (more than 14 days). The use of amikacin is in categories IIA and IIB which shows that the dose and interval are incorrect."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Farhan Mahmudi Wicaksono
"Perdarahan gastrointestinal atas (upper gastrointestinal bleeding, UGIB) adalah kondisi terjadinya perdarahan di saluran gastrointestinal atas, termasuk esofagus, lambung, dan usus halus. Perdarahan gastrointestinal atas adalah penyakit yang umum terjadi, dengan perkiraan 80-150 dari 100.000 orang menderita perdarahan gastrointestinal atas setiap tahunnya. Hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus di hati. Sekitar 30% dari populasi dunia memiliki tanda-tanda serologis dari infeksi hepatitis B yang sudah selesai atau masih berlangsung. Kerusakan hati kronis yang disebabkan oleh hepatitis dapat berujung ke berbagai penyakit, di antaranya sirosis dan ascites. Dalam pasien yang menderita sirosis hati, penyebab paling umum dari perdarahan gastrointestinal atas adalah adanya penyakit varises esofagus (PVO). Perdarahan varises adalah komplikasi sirosis yang berbahaya, dengan mortalitas total di antara 10% sampai 20%, oleh karena itu, manajemen pasien yang tepat diperlukan untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas pasien.
Upper gastrointestinal bleeding (UGIB) is a condition where bleeding occurs in the upper gastrointestinal tract, including the esophagus, stomach, and small intestine. Upper gastrointestinal bleeding is a common disease, with an estimated 80-150 in 100,000 people suffering from upper gastrointestinal bleeding each year. Hepatitis B is a disease caused by a viral infection in the liver. About 30% of the world's population has serological signs of completed or ongoing hepatitis B infection. Chronic liver damage caused by hepatitis can lead to various diseases, including cirrhosis and ascites. In patients suffering from cirrhosis of the liver, the most common cause of upper gastrointestinal bleeding is the presence of esophageal variceal disease. Variceal bleeding is a dangerous complication of cirrhosis, with a total mortality of between 10% and 20%, therefore, appropriate patient management is necessary to reduce patient morbidity and mortality."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library