Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 177363 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nisriinaa Jasmine Chairunnisa
"Pengelasan memiliki peran penting dalam berbagai aplikasi kehidupan sehari-hari, seperti struktural jembatan dan komponen engineering. Selain itu, baja tahan karat austenitik 316L memiliki keunggulan dalam mengatasi korosi dan permasalahan weld decay sehingga seringkali digunakan di berbagai industri. Selama proses pengelasan suatu material transfer panas dan penggunaan elektroda tungsten yang tidak tepat dapat mempengaruhi sifat mekanis produk. Oleh karena itu, penelitian dilakukan untuk mengusulkan penggunaan metode Tungsten Inert Gas (TIG) autogenous dengan variasi sudut ujung elektroda tungsten untuk mengoptimalkan hasil lasan baja tahan karat 316L. Studi ini mencakup pengaruh geometri manik las, karakterisasi mikrostruktur, dan profil kekerasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sudut ujung elektroda tungsten memengaruhi lebar dan kedalaman manik las, serta rasio W/D. Meskipun belum mencapai rentang nilai yang dianggap aman terhadap kegagalan retak solidifikasi, sudut ujung elektroda 90º hingga 180º menunjukkan potensi untuk mencapai rentang tersebut. Pengaruh mikrostruktur menunjukkan pengaruh sudut ujung terhadap arah pertumbuhan dendrit, dan profil kekerasan yang merata pada sudut ujung 90º. Penelitian ini memberikan wawasan tentang pengaruh sudut ujung elektroda tungsten dan variasinya terhadap hasil lasan baja tahan karat 316L, dengan harapan memberikan kontribusi pada pemahaman dan pengembangan proses pengelasan yang optimal.

Welding plays an important role in various daily life applications, such as bridge structures and engineering components. In addition, 316L austenitic stainless steel has the advantage of overcoming corrosion and weld decay problems so it is often used in various industries. During the welding process of a material heat transfer and improper use of tungsten electrodes can affect the mechanical properties of the product. Therefore, a study was conducted to propose the use of autogenous Tungsten Inert Gas (TIG) method with varying tungsten electrode tip angle to optimize the weld yield of 316L stainless steel. The study includes the influence of weld bead geometry, microstructure characterization, and hardness profile. The results show that the tungsten electrode tip angle affects the width and depth of the weld bead, as well as the W/D ratio. Although it has not yet reached the range of values considered safe against solidification crack failure, tip angles of 90º to 180º show the potential to reach that range. The influence of microstructure shows the effect of tip angle on the direction of dendrite growth, and an even hardness profile at a tip angle of 90º. This research provides insight into the effect of tungsten electrode tip angle and its variations on 316L stainless steel weld yields, with the hope of contributing to the understanding and development of optimized welding processes.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jessica Adriana
"Penelitian ini didasarkan pada kebutuhan untuk menggabungkan material dengan sifat mekanik yang berbeda guna memperoleh sifat mekanik gabungan yang lebih baik dan biaya yang lebih rendah, yang sering digunakan dalam berbagai industri, seperti industri petrokimia, minyak dan gas, pembangkit listrik, serta otomotif. Penelitian ini dilakukan untuk memahami pengaruh variasi logam pengisi terhadap mikrostruktur dan nilai kekerasan pada penyambungan baja tahan karat 316L dan baja karbon rendah A36 menggunakan metode pengelasan Tungsten Inert Gas (TIG). Pengelasan dua jenis material dilakukan dengan menggunakan tiga variasi logam pengisi, yaitu ER309L, ER316L, dan ER308LSi. Pengujian yang dilakukan meliputi pengujian mikrostruktur menggunakan mikroskop optik, pengujian kekerasan dengan metode microvickers, serta analisis unsur kimia menggunakan pengujian OES. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi logam pengisi mempengaruhi mikrostruktur dan nilai kekerasan pada daerah lasan dan Heat Affected Zone (HAZ). Salah satu hasil signifikan dari penelitian ini adalah bahwa penggunaan logam pengisi ER309L menghasilkan nilai kekerasan yang lebih tinggi dan mikrostruktur yang lebih halus pada sambungan las dibandingkan dengan logam pengisi lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa pemilihan logam pengisi yang tepat sangat penting untuk meningkatkan kualitas sambungan las pada material dengan karakteristik yang berbeda.

This research is based on the necessity to combine materials with different mechanical properties to achieve better combined mechanical properties and lower costs, which are frequently used in various industries, such as petrochemical, oil and gas, power generation, and automotive industries. This study aims to understand the effect of filler metal variation on the microstructure and hardness values in the welding of 316L stainless steel and low carbon steel A36 using the Tungsten Inert Gas (TIG) welding method. The welding of the two types of materials was conducted using three variations of filler metals, namely ER309L, ER316L, and ER308LSi. The tests conducted included microstructure analysis using an optical microscope, hardness testing using the microvickers method, and chemical element analysis using OES testing. The results showed that the variation in filler metals affects the microstructure and hardness values in the weld area and the Heat Affected Zone (HAZ). One of the significant findings of this study is that the use of ER309L filler metal resulted in higher hardness values and a finer microstructure in the weld joint compared to the other filler metals. This indicates that the appropriate selection of filler metal is crucial for improving the quality of weld joints in materials with different characteristics."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Immanuel Santoclin B.
"Pengelasan Tungsten Inert Gas TIG merupakan pengelasan yang menggunakan elektroda non konsumabel, sehingga dapat dilakukan tanpa logam pengisi. Pengelasan TIG secara umum dilakukan untuk pengelasan stainless steel 304. Material Stainless Steel 304 merupakan material yang umum digunakan di bidang industri perminyakan dan manufaktur. Arus merupakan parameter yang paling umum diubah untuk mencari karakteristik yang berbeda. Namun pengubahan frekuensi masih sangat jarang digunakan dan masihsedikit penelitian yang membahas pengaruh frekuensi terhadap hasil pengelasan. Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai pengaruh frekuensi terhadap geometri manik hasil pengelasan pelat SS 304 dengan dimensi 100 mm x 50 mm x 3 mm. Pengelasan dilakukan secara otomatis menggunakan peralatan Power TIG 2200 AC/DC Pulse Welding Machine Gekamac dengan besar arus sebesar 90, 93, 95, 97, dan 100 A dan variasi frekuensi pengelasan sebesar 50-250 Hz dengan jarak 50 Hz. Karakterisasi hasil pengelasan dilakukan melalui makrografi dengan jangka sorong digital ketelitian 0,01 mm dan perangkat lunak Dinolight. Hasilnya adalah pengaruh kenaikan frekuensi terhadap geometri manik las sebanding dengan penurunan arus pengelasan. Bagian yang berbeda hanya geometri lebar manik las bagian tengah.

Tungsten Inert Gas TIG welding procedure is done using non consumable electrodes. This method is widely used for welding stainless steel SS 304 components in petroleum and manufacturing industry. Most of the available studies are conducted to observe the influence of various current inputs to the produced weld. Welding frequency, however, has not been discussed significantly regarding to its effect on the result of TIG weld. This research mainly discusses about the effect of welding frequency to bead geometry of welded SS 304 plates. Initial specimens were shaped into 100 mm x 50 mm x 3 mm dimension using hand jigsaw. The welding procedures were done automatically using Power TIG 2200 AC DC Pulse Welding Machine Gekamac instrument with variations on welding current and frequency of 90, 93, 95, 97, 100 A and 50 250 Hz with 50 Hz step, respectively. Characterizations of produced welds were done by macrography using digital caliper and Dinolight software. The result is effect for higher frequency to bead geometry are the same with effect of lower current."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simare-Mare, Filipus
"Aluminium AA1100 banyak diaplikasikan seperti peralatan dalam proses kimia, reflektor cahaya, dan lainnya. Pengelasan aluminium rentan akan cacat pengelasan karena termasuk material lunak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh masukan panas pada pengelasan AA1100 terhadap kekerasan, penetrasi, dan struktur mikro, serta dilihat pula pengaruh masukan panas pada kekerasan di HAZ. Pada penelitian ini dilakukan pengelasan dengan metode Autogenous Tungsten Inert Gas, yang berarti tanpa menggunakan logam pengisi, dengan material yang digunakan adalah aluminium paduan seri 1, yaitu AA1100 dengan dimensi 120x50 mm tebal 3 mm menghasilkan lasan bead on plate, gas argon sebagai shielding gas atau gas pelindung. Pada pemvariasian masukan panas, divariasikan kecepatan serta arus pengelasan. Setelah proses pengelasan dilakukan pengujian metalografi, pengujian kekerasan, serta pengukuran geometri las. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa, seiring meningkatnya masukan panas, mempengaruhi bentuk geometri hasil lasan, yaitu meningkatkan penetrasi dan rasio lebar banding kedalaman menurun. Tingkat porositas menurun seiring peningkatan masukan panas. Wilayah HAZ dan logam las mengalami penurunan kekerasan seiring peningkatan masukan panas akibat pertumbuhan butir yang meningkat seiring meningkatnya nilai masukan panas.

Aluminum AA1100 has many applications, such as equipment in chemical processes, light reflectors, etc. Aluminum welding is prone to welding defects because it is a soft material. This study aims to determine the effect of heat input on AA1100 welding on hardness, penetration, and microstructure and to see the effect of heat input on hardness in HAZ. In this study, welding was carried out using the Autogenous Tungsten Inert Gas method, which means without using filler metal, with the material used is series one aluminum alloy, namely AA1100, with dimensions of 120x50 mm 3 mm thick to produce bead on plate welds, argon gas as shielding gas or protective gas. In the variation of heat input, the speed and current of welding are varied. After the welding process, metallographic testing, hardness testing, and welding geometry measurements are carried out. The results show that, as the heat input increases, the geometric shape of the weld results is affected, i.e., the penetration increases and the width to depth ratio decreases. The degree of porosity decreases with increasing heat input. The HAZ region and the weld metal experience a decrease in hardness with increasing heat input due to grain growth which increases with increasing heat input values."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Husain Haikal
"ABSTRAK
Dalam studi ini, penelitian mengenai penggunaan metode External Magnetic Field - Tungsten Inert Gas pada aplikasi sambungan tumpul dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari pemampatan busur las terhadap kualitas hasil sambungan tumpul pelat tipis SS 304. Proses pengelasan ini dilakukan tanpa menggunakan logam pengisi tambahan autogenous weld . Pada penelitian ini medan magnet luar ditimbulkan dengan meletakkan solenoid magnetik di sekeliling obor las TIG. Pengaktifkan medan elektromagnetik ini dilakukan secara dinamis dengan menggunakan mikrokontroler. Parameter pengelasan yang digunakan yaitu arus pengelasan 100; 105; 110 A dan kecepatan pengelasan 1,6; 1,8; 2,05 mm/s. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengelasan EMF-TIG dapat menghasilkan lebar manik yang lebih seragam di sepanjang jalur las dengan standar deviasi sebesar 0,08 dibandingkan dengan las TIG konvensional sebesar 0,12. Peningkatan kecepatan las sebesar 2,05 mm/s menyebabkan tidak berpengaruhnya penambahan medan magnet luar terhadap lebar manik las. Parameter arus 105 A dengan kecepatan 1,6; 1,8; 2,05 mm/s menghasilkan pemampatan lebar manik atas berturut- turut sebesar 0,87; 0,61; 0,1 mm. Parameter pengelasan dengan arus 105 A dan kecepatan las 1,6 mm/s memiliki efek pemampatan manik atas yang lebih besar yaitu sebesar 0,84 mm dibandingkan arus 110 A yaitu 0,38 mm.

ABSTRACT
In this study, research on the use of External Magnetic Field method Tungsten Inert Gas in butt joint applications was done to determine the effect of welding arc compression on the quality of butt joint of SS 304 thin plate. The welding process was performed without using autogenous welds. In this study an external magnetic field was generated by placing a magnetic solenoid around the TIG welding torch. Enabling this electromagnetic field is done dynamically using a microcontroller. Welding parameters used are welding current 100 105 110 A and welding speed 1.6 1.8 2.05 mm s. The results of this study showed that EMF TIG welding can produce a more uniform bead width along the weld line with a standard deviation of 0.08 compared with conventional TIG welding of 0.12. Increased welding speed of 2.05 mm s causes no effect on the addition of an external magnetic field to the width of the weld bead. The current parameters are 105 A with a speed of 1.6 1.8 2.05 mm s resulted in compression of the top bead width by 0.87 0.61 0.1 mm. The welding parameters with a current of 105 A and welding speed of 1.6 mm s have a larger upper bead compression effect of 0.84 mm compared to 110 A currents of 0.38 mm."
2017
T48474
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erlangga Novtrama Ciko
"Tungsten Inert Gas (TIG) adalah salah satu jenis pengelasan busur listrik dengan pelindung gas dimana busur nyala listrik ditimbulkan oleh elektroda tungsten dengan benda kerja. Terdapat banyak perkembangan dalam metode mengelas pada jenis las TIG ini salah satunya penambahan media eksternal berupa magnet. Dalam studi ini busur plasma akan diberi medan magnet eksternal secara statis. Medan magnet statis yang diberikan berasal dari magnet permanen yang diletakan di sekitar busur plasma. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui geometri dari busur las pada pengelasan TIG yang dipengaruhi oleh beberapa formasi kutub dari medan magnet eksternal. Dan untuk mengetahui kedalaman (penetration) serta lebar manik hasil pengelasannya. Dari hasil uji coba yang telah dilakukan, dengan berbagai macam konfigurasi letak arah medan magnet yang digunakan didapati medan magnet sangat memberikan efek terhadap lebar manik lasan, kedalaman yang bervariasi serta bentuk busur las sesuai simulasi yang ada. Konfigurasi medan magnet NS NS NS NS (pola F) menunjukkan lebar manik las terlebar, namun memliki kedalaman lasan terendah serta lebar busur las yang dihasilkan sebesar 28 cm yang merupakan paling lebar.

Tungsten Inert Gas (TIG) is one type of electric arc welding with a gas shield where an electric arc is generated by a tungsten electrode with a workpiece. There are many developments in the welding method for this type of TIG welding, one of whuch is the addition of external media in the form of magnets. In this study plasma arcs will be given static external magnetic fields. Thes static magnetic field given comes from a permanent magnet placed around the plasma arc. This study aims to determine the geometry of the weld arc, to find out the depth (penetration) and the width of the bead resulting from the welding. from the results of the trials that have been done, with various types of configurations the magnetic field, has an effects on the width of the weld beads, configuration of the magnetic NSNSNSNS (pattern F) shows the widest of the weld bead, but has the lowest of weld bead while haved the weld arc 28cm which is the widest."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinatrya Azali Aryadhani
"ABSTRAK
Pengelasan pertama berkembang sebagai teknik kepentingan ekonomi utama ketika penggunaan besi menjadi luas, karena diperlukan tidak hanya untuk membuat produk jadi tetapi juga sebagai bagian dari pembuatan besi itu sendiri. Pengelasan terdiri dari fusi atau penyatuan dua atau lebih potongan bahan (logam atau plastik) dengan aplikasi panas dan / atau tekanan. Pengelasan adalah cara utama untuk membuat dan memperbaiki produk logam. Prosesnya efisien, ekonomis, dan dapat diandalkan sebagai cara untuk menggabungkan logam. Pada penelitian ini, dilakukan proses pengelasan pada Baja Tahan Karat SUS 304. Pengelasan dilakukan tanpa bahan tambah (autogenous). Pengelasan dilakukan dengan dua cara yaitu tanpa fluks dan dengan fluks (A-TIG Welding). Fluks yang digunakan yaitu SiO2, TiO2, dan NSN308. Pengujian yang dilakukan untuk mendapatkan struktur makro dan sifat mekaniknya. Pada ketiga fluks terjadi peningkatan kedalaman penetrasi sebesar 56.7% dibandingkan dengan pengelasan tanpa fluks. Nilai kekerasan pada daerah terpengaruh panas lebih rendah sebesar 18.9% pada pengelasan A-TIG dibandingkan dengan pengelasan tanpa fluks. Nilai kekuatan tarik semakin meningkat sebesar 12.9% dengan metode A-TIG dibandingkan tanpa fluks. Sifat mekanik pada pengelasan A-TIG lebih ductile dibandingkan dengan pengelasan tanpa fluks.

ABSTRACT
The first welding developed as a technique of primary economic importance when the use of iron became widespread, because it was needed not only to make finished products but also as part of making iron itself. Welding consists of fusion or joining of two or more pieces of material (metal or plastic) with the application of heat and / or pressure. Welding is the main way to make and repair metal products. The process is efficient, economical, and reliable as a way to combine metals. In this study, the welding process was carried out on SUS 304 Stainless Steel. Welding was carried out without added material (autogenous). Welding is done in two ways, without flux and with flux (A-TIG Welding). Fluxes used are SiO2, TiO2, and NSN308. Tests carried out to obtain the macro structure and mechanical properties. In all three fluxes there was an increase in penetration depth of 56.7% compared to welding without flux. The value of hardness in heat-affected areas is lower by 18.9% in A-TIG welding compared to welding without flux. The value of tensile strength increased by 12.9% with the A-TIG method compared without flux. Mechanical properties of A-TIG welding are more ductile compared to welding without flux.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alexandro Marshall Zakaria
"Gas Tungsten Arc Welding (GTAW) atau dapat disebut juga tungsten inert gas (TIG) merupakan proses pengelasan yang memberikan kualitas hasil lasan yang baik dengan biaya yang relatif lebih rendah. Namun, kemampuan proses pengelasan ini terbatas pada pada kapasitas penetrasi yang berujung pada produktivitas yang rendah. Dengan itu, pengembangan harus dilakukan untuk meningkatkan kemampuan penetrasi. Untuk pengembangan tersebut, metode penggunaan fluks pengaktif diperkenalkan pertama kali oleh Paton Welding Institute untuk pengelasan TIG yang digunakan pada material sebelum pengelasan. Dapat diketahui bahwa adanya peningkatan penetrasi dari pengamatan geometri hasil lasan dan sejak itu penggunaan fluks pengaktif yang disebut A-TIG menjadi banyak digunakan dan memberikan pengaruh besar.
Penelitian kali ini meninjau proses pengelasan A-TIG yang mencakup beberapa kegiatan eksperimental yang sudah diteliti sebelumnya pada material baja tahan karat SUS 304. Dalam pengelasan A-TIG, parameter-parameter seperti arus, tegangan, kecepatan pengelasan, gas pelindung, dan jenis fluks mempengaruhi kualitas lasan. Selain itu, beberapa pengujian telah dilakukan pada struktur makro dan sifat mekanik untuk memiliki pemahaman yang lebih baik tentang pengelasan A-TIG.

Gas Tungsten Arc Welding (GTAW) or can also known as tungsten inert gas (TIG) is one of the welding processes that provide good weld quality with relatively lower costs. However, this welding process is limited to penetration capacity which results in low productivity. With that regard, a development must be done to improve the ability of penetration. In this case, the method of using activated flux was first introduced by Paton Welding Institute for TIG welding by using it on the material before welding. It was obsereved that there was an increase in penetration on the weld geometry and by that the use of activated flux, called A-TIG, becomes more widely used and has a major influence.
In this study, the A-TIG welding process is discussed from several experimental activities that have been previously carried out on stainless steel SUS 304. In A-TIG welding, parameters process such as current, voltage, welding speed, gas shield, and type of flux affect weld quality. In addition, several testings was made on the macrostructure and mechanical properties to have a better understanding on A-TIG welding.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Setyoningrum
"Aluminum adalah salah satu logam dengan pengunaan paling banyak di berbagai bidang. Tidak terkecuali, salah satu serinya, yakni seri 6061. Agar dapat digunakan, AA 6061 perlu mengalami beberapa tahapan manufaktur dasar, seperti pengelasan. Walaupun paduan ini memiliki kemampulasan yang baik, tidak menutup kemungkinan bahwa akan terbentuk cacat las setelah dilakukan pengelasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui parameter masukan panas yang paling sesuai untuk meminimalisir terjadinya cacat las dan menghasilkan hasil lasan yang baik. Metode yang digunakan adalah pengelasan autogenous Tungsten Inert Gas, dengan sampel AA 6061 berdimensi 120 x 50 x 6 mm, hasil lasan berbentuk bead on plate, menggunakan gas argon sebagai gas pelindung, & memvariasikan parameter kecepatan dan arus pengelasan. Setelah pengelasan, dilakukan pengujian visual, radiografi, metalografi, dan Microvickers. Dari penelitian ini, didapatkan hasil bahwa masukan panas yang terlalu rendah tidak menghasilkan penetrasi pengelasan yang baik dan masukan panas yang terlalu tinggi membuat manik bertekstur kasar dan melebar. Ditinjau dari rasio w/d untuk mencegah terjadinya retak pembekuan (rasio 1 sampai 2), sampel dengan masukan panas 0,45 kJ/mm terkategori sebagai parameter optimal (220 A; 3,8 mm/s). Penggunaan masukan panas yang semakin tinggi menyebabkan penurunan kekerasan di HAZ karena membuat daerah sekitar pengelasan yang terpengaruh panas menjadi lebih luas, sehingga butir tumbuh lebih besar. Oleh karena itu, pengelasan sebaiknya dilakukan dengan masukan panas yang tidak terlalu rendah dan juga tidak terlalu tinggi. Masukan panas yang terlalu rendah menyebabkan penetrasi dangkal dan masukan panas yang teralu tinggi menyebabkan penurunan kekerasan di HAZ yang signifikan.

Aluminium, being widely utilized in various industries, encompasses numerous alloys, including the widely employed AA 6061. To enable its usage, AA 6061 undergoes essential manufacturing processes, such as welding. Despite its commend able workability, the occurrence of weld defects post-welding remains a possibility. Thus, this research aims to determine the optimal heat input parameters to minimize weld defects and ensure favorable welding outcomes. Autogenous Tungsten Inert Gas (TIG) welding technique was employed, utilizing AA 6061 samples with dimensions of 120 x 50 x 6 mm, resulting in bead-on-plate welds. Argon gas was implemented as the shielding gas, while the welding speed and current parameters were systematically varied. Subsequently, visual, radiographic, metallographic, and Microvickers testing were conducted to evaluate the welds comprehensively. The findings revealed that excessively low heat input resulted in inadequate weld penetration, whereas excessively high heat input caused the formation of coarse and expanded bead textures. Optimal weld performance was achieved by maintaining a width-to-depth ratio of 1:2, crucial for preventing hot cracking, with a heat input parameter of 0.45 kJ/mm (220 A; 3.8 mm/s). Notably, higher heat input levels were observed to induce a reduction in hardness within the Heat Affected Zone (HAZ) due to the enlargement of the heat-affected area, promoting enhanced grain growth. Consequently, welding operations necessitate the careful selection of heat input parameters to ensure both satisfactory penetration and desirable hardness within the HAZ, avoiding extremes of too low or too high heat input. Inadequate heat input leads to superficial penetration, while excessive heat input results in a substantial decline in hardness within the HAZ."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andriawan Dwi Putra
"Pengelasan Tungsten Inert Gas (TIG) merupakan salah satu jenis pengelasan tipe las busur listrik (Arc Welding) yang banyak digunakan dalam industri karena aplikasinya yang luas dan stabilitas proses yang baik. Namun kekurangan utama dalam pengelasan TIG adalah sulitnya mendapatkan penetrasi yang dalam pada pengelasan TIG single pass untuk pelat-pelat tebal diatas 6mm. Metode pengelasan dengan fluks atau A-TIG welding pertama kali dikembangkan di Paton Welding Institute pada 1960, metode ini mampu menghasilkan penetrasi yang lebih dalam dibandingkan dengan pengelasan TIG konvensional. Pada penelitian ini, dilakukan proses pengelasan pada Baja Tahan Karat SUS 304 dengan metode pengelasan Activated Flux Tungsten Inert Gas (A-TIG). Pengelasan dilakukan tanpa logam pengisi (autogenous). Fluks yang digunakan yaitu SiO2, TiO2, dan NSN308. Pengujian yang dilakukan untuk mendapatkan struktur mikro dan komposisi kimia pada daerah lasannya. Pengujian struktur mikro dilakukan dengan metode metalografi pada hasil pengelasan dengan menggunakan mikroskop optik sementara pada pengujian komposisi kimia dilakukan dengan metode Energy-dispersive X-ray spectroscopy (EDS). Dari hasil pengujian metalografi ditemukan bahwa terjadi peningkatan jumlah δ-ferrite pada daerah weld metal dari semua pengelasan yang menggunakan fluks sementara pada daerah HAZ dan logam induk struktur mikro menunjukan butir austenite yang lebih halus jika dibandingkan dengan pengelasan yang dilakukan tanpa fluks. Komposisi kimia pada weld metal dari semua jenis pengelasan tidak menunjukan adanya perbedaan yang signifikan pada kandungan unsur kimia.

Tungsten Inert Gas (TIG) welding is a type of electric arc welding that is widely used in industry because of its wide application and good process stability. However, the main disadvantage of TIG welding it is difficult to get deep penetration in single pass welding for plates over 6mm thick. Flux or A-TIG welding method was first developed at Paton Welding Institute in 1960, this method is capable to produce deeper penetration compared to conventional TIG welding. In this study, the welding process was carried out on SUS 304 Stainless Steel by using Activated Flux Tungsten Inert Gas (A-TIG) welding method. Welding was carried out without filler metal (autogenous). Fluxes used are SiO2, TiO2, and NSN308. Tests carried out to obtain the microstructure and chemical composition of the weld area. Microstructure testing was carried out by metallography using an optical microscope while chemical composition testing was done by Energy-dispersive X-ray spectroscopy (EDS). From the results of metallographic testing it was found that an increase in the amount of δ-ferrite in the weld metal region of all welding using flux, while in the HAZ and the base metal micro structure showed finer grain of austenite compared to welding carried out without flux. The chemical composition of weld metal of all types of welding does not show any significant difference in the content of chemical elements.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>