Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 194943 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nisa Sholihah Zulkieflimansyah
"Prevalensi Sindroma Pre-Menstruasi (PMS) yang tinggi di kalangan perempuan Indonesia tidak sejalan dengan tingkat pengetahuan yang ada, di mana pengetahuan remaja di Indonesia tentang kesehatan reproduksi masih terbilang rendah. Topik kesehatan reproduksi seperti kejadian menstruasi masih kerap dianggap tabu di beberapa kalangan masyarakat. Sebagai calon dokter, mahasiswi kedokteran memiliki tanggung jawab untuk memberikan edukasi dan menormalisasi topik PMS pada masyarakat luas. Sehingga evaluasi mengenai tingkat pengetahuan, persepsi, dan perilaku dalam PMS pada mahasiswi kedokteran penting untuk diketahui. Penelitian ini menggunakan metode potong lintang dengan target populasi yaitu Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia angkatan 2020-2022. Hasil analisis univariat mengenai kejadian PMS serta Pengetahuan, Persepsi, dan Perilaku mengatasi PMS pada Mahasiswi Kedokteran Universitas Indonesia menunjukkan kejadian PMS dengan mayoritas intensitas sedang-berat (61%), tingkat pengetahuan yang baik (73,8%), persepsi yang baik (95,2%), dan perilaku positif dalam mengatasi gejala PMS (62,2%). Hasil analisis bivariat menunjukkan tidak adanya hubungan signifikan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku mengatasi PMS dengan p value sebesar 0,174. Didapatkan pula hasil hubungan tidak signifikan antara tingkat persepsi dengan perilaku mengatasi PMS karena didapatkan p value sebesar 0,554. Walau demikian, adanya penelitian ini penting untuk mengetahui gambaran kejadian PMS, serta sejauh mana tingkat pengetahuan, persepsi, dan perilaku terhadap PMS pada mahasiswi.

The high prevalence of PMS among Indonesian women is not in line with the existing level of knowledge, in which the level of knowledge in Indonesian teenagers about reproductive health is still relatively low. Reproductive health topics such as menstruation are still often considered taboo in some circles of society. As future doctors, medical students have a responsibility to provide education and normalize the topic of PMS to the wider community. Thus, it is important to evaluate the level of knowledge, perception and behavior in dealing with PMS in medical students. This was a cross-sectional research with the target population being female students from the Faculty of Medicine, Universitas Indonesia class 2020-2022. The results of univariate analysis regarding the incidence of PMS as well as Knowledge, Perception and Behavior to overcome PMS among Medical Students at the University of Indonesia showed that the majority of PMS incidence was moderate-severe intensity (61%), good level of knowledge (73.8%), good perception (95,2%), and positive behavior in overcoming PMS symptoms (62.2%). The results of bivariate analysis showed that there was no significant association between the level of knowledge and behavior to overcome PMS with a p value of 0.174. The association between the level of perception and behavior to overcome PMS was also insignificant in which the p value was 0.554. Nevertheless, this research is important to find out the depiction of the incidence of PMS, as well as the extent level of knowledge, perception and behavior towards PMS among female students."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vries, Jan de
"Teddy bears left by their owners in a hospital for sick children become "The Bear Brigade" - who can be seen by the children there but not by any parents or staff. Royalties from the sale of this collection of short stories are being donated to The Royal Hospital for Sick Children in Edinburgh"
German: Mainstream, Edinburgh, 1992
618.172 VRI m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Noerzamanti Lies Karmawati
"Program Promosi Kesehatan merupakan salah satu program pokok pembangunan kesehatan, untuk penatalaksanaan promosi kesehatan tersebut oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 1996 disusun Strategi Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (SP2HBS) yang ditujukan agar terjadi perubahan perilaku hidup yang bersih dan sehat. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) meliputi 5 tatanan yaitu tatanan di rumah tangga, institusi pendidikan, institusi kesehatan, tempat umum dan tempat kerja.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan intervensi pelatihan PHBS terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku dari petugas promosi kesehatan puskesmas di Kota Depok. Penelitian ini menggunakan rancangan quasi experimental, dengan jumlah sampel 26 orang petugas promosi kesehatan puskesmas dari 26 puskesmas di Kota Depok. Metode pelatihan yang dipilih adalah metode ceramah, tanya jawab dan dinamika kelompok.
Hasil intervensi pelatihan PHBS secara umum menunjukkan bahwa pengetahuan, sikap, dan perilaku petugas berbeda yaitu meningkat secara bermakna ;.setelah pelatihan dibanding sebelum pelatihan, pada kemaknaan a < 0,05 dengan p.value 0,045.. Kesimpulan dari penilitian ini adalah bahwa intervensi pelatihan PHBS berpengaruh terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku petugas promosi kesehatan Puskesmas se Kota Depok.
Agar dapat mewujudkan peningkatan PHBS di tatanan institusi kesehatan maka disarankan kepada petugas promosi kesehatan puskesmas untuk melaksanakan pelatihan manajemen PHBS di tatanan institusi kesehatan dan membuat jadwal kegiatan program PHBS. Untuk puskesmas se Kota Depok disarankan membuat surat tugas untuk petugas promosi kesehatan puskesmas secara khusus (tidak tugas rangkap), deseminasi informasi program PHBS, melaksanakan manajemen promosi kesehatan melalui 4 fungsi tahapan manajemen promosi kesehatan puskesmas, membuat uraian tugas bagi petugas promosi kesehatan puskesmas, dan meningkatkan serta mempertahankan hasil penilaian klasifikasi PHBSnya. Untuk Dinas Kesehatan Kota Depok disarankan melembagakan pelatihan yang berkesinambungan bagi petugas promosi kesehatan puskesmas, menyediakan sarana yang diperlukan, melakukan bimbingan pelakasanaan pengkajian PHBS, monitoring evaluasi pelaksanaan PHBS, membantu proses penilaian, dan menindakianjuti hasil penilaian PHBS. Bagi peneliti lain diharapkan dapat melakukan penelitian secara bertingkat, studi kualitatif dan kuantitatif, atau melakukan eksperimental murni.
Daftar bacaan: 35 (1979 - 2003)

Effect from Clean and Healthy Life Behavior Training toward Knowledge, Attitude, and Behavior of Health Promotion Staff at Health Center in Depok City, West Java, 2003Health promotion program is one of the main health development program an to manage its program the Ministry of Health (MOH) of Republic of Indonesia has prepared Strategy of Increasing Clean and Healthy Life Behavior in 1996. The program encompasses 5 issues as follows: education institution, health institution, public facility, and work place. As mentioned by Green (1980) that health promotion is combination of health education, health service, organization resource, and health environment effort that aims to generate the behavior that is valuable to the health.
The objective of this study was to assess the effect of Clean and Healthy Life Behavior Training toward knowledge, attitude, and behavior of health promotion staff of health center in Depok City. This study used a quasi-experimental research design and took 26 health promotion staffs as samples out of 26 health centers in Depok City. The methods that used in this study were lecture, discussion, and group dynamic.
The result of the study showed that generally there was a significant relationship between the staffs knowledge and Clean and Healthy Life Behavior with alpha <0.05 (p value--0.000) as well as between the staffs behavior and Clean and Healthy Life Behavior (p value=0,000). Nevertheless, the result showed that there was no significant relationship between the staff's attitude and Clean and Healthy Life Behavior. In addition, there was a negative attitude change toward the lecture using cassette radio and group education at health center. The study concluded that Clean and Healthy Life Behavior Training affected to the knowledge and behavior of health promotion staff at health center in Depok City.
In order to accomplish the increase of Clean and Healthy Life Behavior surrounding health institution, it was recommended to conduct Clean and Healthy Life Behavior and to arrange the schedule of program. Besides, for all health centers in Depok City should conduct dissemination of information of the program, apply management of health promotion through 4 levels of function of health promotion in health center, set out the job description for health promotion staff in health center, and improve the evaluation result of the program as well. In addition, Health Office of Depok City should propose to publish regional regulation of health promotion, make the director regulation for health promotion staff of health center, provide the needed facilities, give technical assistance to the program, monitor and evaluate the program, facilitate the evaluation process, and follow up the evaluation result.
References: 35 (1979-2003)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12995
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sella Devita
"Sindrom pramenstruasi merupakan kumpulan gejala yang muncul pada fase luteal yang menyebabkan ketidaknyamanan serta penurunan kualitas hidup. Salah satu faktor yang mempengaruhi keluhan sindrom pramenstruasi adalah aktivitas fisik. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan skor aktivitas fisik dengan keluhan sindrom pramenstruasi. Sampel penelitian adalah 104 anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Universitas Indonesia. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner aktivitas fisik Baecke dan Shortened Premenstrual Assessment Form. Hasil penelitian menunjukkan sebagian kecil mahasiswi mengalami sindrom pramenstruasi serta tidak ada hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik total dan sindrom pramenstruasi, namun terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik olahraga dan sindrom pramenstruasi (r=- 0,230, p=0,019). Mahasiswi disarankan untuk melakukan aktivitas olahraga yang cukup dan teratur untuk mengurangi keluhan sindrom pramenstruasi.

Premenstrual syndrome is the symptom which occurs in the luteal phase and cause discomfort and decrease life quality. One of the factors which contribute to premenstrual syndrome is physical activity. The purpose of this study was to determine the correlation between physical activities score and premenstrual syndrome. A sample of this study was 104 members of Unit of Student Activities. Data were collected using Shortened Premenstrual Assessment Form and Baecke physical activity questionnaire. The result showed a small number of students had premenstrual syndrome and there were no significant correlation between total physical activities and premenstrual syndrome, but there was a significant correlation between sport and premenstrual syndrome (r=-0,230; p=0,019). This study encourages students to do sport regularly and sufficiently to decrease premenstrual syndrome.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
S61126
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Setiawati Rahayu
"[ABSTRAK
Sindrom pramenstruasi merupakan sekumpulan gejala yang dirasakan 7-10 hari sebelum siklus
menstruasi, gejala yang sering dirasakan adalah perubahan mood, nyeri sendi atau otot, food
carving. Desain studi dalam penelitian ini adalah cross sectional dengan teknik sampling yang
digunakan adalah sensus, sehingga responden dari penelitian ini adalah seluruh mahasiswi yang
terdaftar di program studi gizi dari angkatan 2011?2013. Dari penelitian ini dapat dilihat bahwa
sebagian besar mahasiswi Gizi FKM UI mengalami defisiensi zat gizi mikro, sedangkan hasil uji
hubungan antara asupan zat gizi dengan sindrom pramenstruasi menyatakan beberapa asupan zat
gizi memiliki hasil yang signifikan dengan sindrom pramenstruasi yaitu, Protein (0.047),
Vitamin A (0.014), Vitamin B1 (0.000), Vitamin B2 (0.002), Vitamin B6 (0.000), Magnesium
(0.000) dan Kalsium (0.000). adapun asupan zat gizi yang paling dominan memengaruhi sindrom
pramenstruasi adalah vitamin B1, mahasiswi yang memiliki asupan vitamin B1 yang cukup
memiliki resiko 61 kali lebih kecil mengalami sindrom pramenstruasi dibandingkan dengan
mahasiswi yang mengalami defisiensi.

ABSTRACT
Premenstrual syndrome is a group of symptoms that is felt 7-10 days before the menstrual cycle,
which is often perceived symptoms are changes in mood, muscle pain, food carving and many
more. Design study in this research used cross-sectional with sampling technique used is the
census, so the respondents of this study are all female students enrolled in the course nutrition of
force from 2011 to 2013. From this study it can be seen that most of the FKM UI student
Nutritional deficiency of micronutrients, while the test results the relationship between nutrient
intake with premenstrual syndrome reveals some nutrient intake had significant results with
premenstrual syndrome, namely, Proteins (0047), Vitamin A (0014), Vitamin B1 (0.000),
Vitamin B2 (0002), Vitamin B6 (0.000), Magnesium (0000) and Calcium (0000). As for the
nutrient intake of the most dominant influence of premenstrual syndrome is vitamin B1, a student
who has a sufficient intake of vitamin B1 has a 61 times lower risk of experiencing premenstrual
syndrome compared with students who are deficient;Premenstrual syndrome is a group of symptoms that is felt 7-10 days before the menstrual cycle,
which is often perceived symptoms are changes in mood, muscle pain, food carving and many
more. Design study in this research used cross-sectional with sampling technique used is the
census, so the respondents of this study are all female students enrolled in the course nutrition of
force from 2011 to 2013. From this study it can be seen that most of the FKM UI student
Nutritional deficiency of micronutrients, while the test results the relationship between nutrient
intake with premenstrual syndrome reveals some nutrient intake had significant results with
premenstrual syndrome, namely, Proteins (0047), Vitamin A (0014), Vitamin B1 (0.000),
Vitamin B2 (0002), Vitamin B6 (0.000), Magnesium (0000) and Calcium (0000). As for the
nutrient intake of the most dominant influence of premenstrual syndrome is vitamin B1, a student
who has a sufficient intake of vitamin B1 has a 61 times lower risk of experiencing premenstrual
syndrome compared with students who are deficient, Premenstrual syndrome is a group of symptoms that is felt 7-10 days before the menstrual cycle,
which is often perceived symptoms are changes in mood, muscle pain, food carving and many
more. Design study in this research used cross-sectional with sampling technique used is the
census, so the respondents of this study are all female students enrolled in the course nutrition of
force from 2011 to 2013. From this study it can be seen that most of the FKM UI student
Nutritional deficiency of micronutrients, while the test results the relationship between nutrient
intake with premenstrual syndrome reveals some nutrient intake had significant results with
premenstrual syndrome, namely, Proteins (0047), Vitamin A (0014), Vitamin B1 (0.000),
Vitamin B2 (0002), Vitamin B6 (0.000), Magnesium (0000) and Calcium (0000). As for the
nutrient intake of the most dominant influence of premenstrual syndrome is vitamin B1, a student
who has a sufficient intake of vitamin B1 has a 61 times lower risk of experiencing premenstrual
syndrome compared with students who are deficient]"
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Carla Lucia Wantania
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara pendidikan lingkungan dengan sikap siswa SLIP terhadap Pelestarian Lingkungan di kotamadya Jakarta Barat , DKI Jakarta. Masalah lingkungan hidup sangat kompleks karena menyangkut dimensi ruang dan waktu serta dampaknya bersifat lokal, wilayah tertentu, daerah, negara bahkan global. Karenanya diperlukan penanganan dengan pendekatan terpadu dan komprehensif antar disiplin ilmu, pihak-pihak terkait serta partisipasi masyarakat.
Untuk mendukung pengelolaan lingkungan hidup ini perlu ditanamkan pemahaman tentang lingkungan hidup sejak dini mulai dari masa prasekolah, SD, SLTP dan SMU sampai perguruan tinggi. Inilah yang menjadi dasar pijak penelitian kami.
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan siswa SLTP mengenai materi lingkungan hidup sebagai hasil belajar pendidikan lingkungan hidup.
2. Mengetahui bagaimana sikap siswa SLTP terhadap pelestarian lingkungan sebagai hasil pengajaran pendidikan lingkungan hidup.
3. Mengetahui hubungan antara pendidikan lingkungan hidup dengan sikap siswa SLTP di Jakarta terhadap pelestarian lingkungan.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
"Terdapat hubungan yang berarti antara pemahaman materi pendidikan lingkungan dengan sikap siswa SLTP DKI Jakarta terhadap pelestarian lingkungan".
Penelitian ini dilakukan secara ekspos fakto di SLTP Negeri Jakarta Barat dengan jumlah sampel sebanyak 320 siswa kelas III dari 8 SLTPN Sanggar yang diambil secara acak sistematik juga dilakukan wawancara pada sejumlah guru dan Kepala Sekolah.
Data yang digunakan adalah data yang diperoleh dari hasil tes tingkat pengetahuan materi pendidikan lingkungan dan kuesioner sikap yang disusun sesuai dengan skala Likert untuk mengukur sikap siswa terhadap pelestarian lingkungan.
Untuk menguji hipotesis dilakukan dengan menerapkan teknik korelasi Pearson Product Moment yang dikuntkan dengan Uji T. tes. Sedangkan untuk melihat bentuk hubungan antara variabel bebas (tingkat pengetahuan materi pendidikan lingkungan) dengan variabel terikat (sikap siswa terhadap pelestarian lingkungan) digunakan analisis regresi linear sederhana dengan menggunakan petunjuk pengujian hipotesis dari Putrawan (1990).
Hasil Penelitian menunjukkan :
1. Tingkat pengetahuan materi pendidikan lingkungan hidup siswa SLTP rata rata cukup (skor rata-rata 23,4625 dari maksimum skor 36,0000).
2. Sikap siswa SLTP terhadap pelestarian lingkungan umumnya baik (rata-rata skor 83,1844 dari maksimum skor 100,0000).
3. Ada hubungan yang cukup bermakna antara tingkat pengetahuan materi pendidikan lingkungan hidup dengan sikap siswa terhadap pelestarian lingkungan (r= 0,3680; r tabel = 0,118)
4. Model regresi antara tingkat pengetahuan materi pendidikan lingkungan hidup (variabel x) dan sikap siswa terhadap pelestarian lingkungan (variabel y) adalah linear dengan rumus Y^ = 71,01 + 0,523
Kesimpulan yang dapat diambil adalah ada kontribusi positif dari tingkat pengetahuan materi pendidikan lingkungan hidup siswa SLTP kepada sikap siswa terhadap pelestarian lingkungan sebesar 13,54%.

ABSTRACT
This thesis was undertaken to know the correlation between environmental education and Junior High School Students' attitude towards environmental conservation in Jakarta. Environmental problems are very complex because it involved the dimensions of time and space and the impact could be locally, a certain area, a region, national, even global in nature.
Therefore, it is necessary to manage this living environment in an integrated and comprehensive manner, based on many disciplines, many parties concerned and also community participation. To support the management of this living environment, it is necessary to introduce environmental concepts early commencing since preschool, elementary school, junior high school and secondary high school up to tertiary education. That then is the basic idea of this research.
The objectives of this research are to :
1. Determine the level of Junior High School Student's knowledge on living environment.
2. Determine the student's -attitude towards environmental conservation as the result of environmental education.
3. Know the con-elation between the level of student's knowledge on the living environment and their attitude towards environmental conservation. The hypothesis formulated in this study is as follows : "There is a significant correlation between the level of student's knowledge on the subject of environmental education and their attitude towards environmental conservation".
The research had been conducted at the Public Junior High School in the municipality of West Jakarta. Samples were taken using the systematic random sampling technique numbering 320 students of the third grade from 8 (eight) workshop schools.
In addition, to complete the data, a number of headmasters and teachers were interviewed.
The data used in this research were gathered from assessment of environmental knowledge's test and questionaires that was used conform with the Liked Scale method to measure student's attitude towards environmental conservation.
To assess the correlation between the environmental knowledge (X-variable) and student's attitude (Y-variable) the Correlation Coefficient of Pearson Product Moment and the 1-test was used.
To seek out the regression model between the independent variable and dependent variable, a simple linear regression was used with the test-guideline of Putrawan (1990).
The research results showed that
1. The level of environmental knowledge of the student's average score was 23.4625 out of 36.0000.
2. The student's average score of attitude using Likert Scale was 83.1844 out of 100.0000. There was a significant correlation between environmental knowledge's level and the student's attitude towards environmental conservation 0-0,3680 ; r table = 0,118).
3. Regression model between indicator of the independent variable and dependent variable is shown as : YA =71,01+0,52X.
The conclusion that can be drawn is : "there is a positive contribution (13,54%) of the environmental knowledge's level towards junior high school student's attitude on environmental conservation".
Number of References : 41 (1982-1997).
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Gunawan
"Saat ini di Indonesia sedang diberlakukan peraturan baru yang mengharuskan para pengemudi mobil untuk menggunakan sabuk pengaman. Kebijakan ini berlandaskan UU No. 14/1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dan diperkuat dengan Keputusan Menteri Perhubungan No.85 / 2002 tentang pemberlakuan kewajiban melengkapi dan menggunakan sabuk keselamatan. Berdasarkan peraturan ini, toleransi masih dapat diberikan pada pengemudi yang mobilnya belum dilengkapi dengan sabuk pengaman. Tapi mulai November 2005 sudah tidak ada alasan bagi pengemudi untuk tidak menggunakan sabuk pengaman. Hal ini berarti bahwa cepat atau lambat, masyarakat Indonesia harus membiasakan diri dengan penggunaan sabuk pengaman.
Masyarakat Indonesia saat ini belum terbiasa dengan peraturan baru tersebut. Kesadaran akan kegunaannya juga dianggap masih rendah. Meskipun pemerintah telah mengupayakan penegakkan peraturan tersebut dengan tindakan yang cukup tegas, masih belum dapat dipastikan efeknya secara luas mengingat data-data yang diperoleh masih terpusat pada kota-kota besar seperti Jakarta dan itu pun hanya pada daerah tertentu.
Berdasarkan latar belakang inilah penelitian dilakukan. Secara umum penelitian ingin mengetahui sejauh mana pengemudi mobil di Jakarta berniat untuk mengenakan sabuk pengaman saat mengemudi. Informasi ini dapat memberikan gambaran mengenai keberhasilan upaya sosialisasi dan penegakan hukum yang dilakukan pemerintah sehubungan dengan pemakaian sabuk pengaman. Tujuan lain adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa yang paling mempengaruhi intensi atau niat pengemudi di Jakarta untuk mengenakan sabuk pengaman. Hal ini dapat digunakan untuk menentukan pendekatan atau metode sosialisasi yang paling efektif untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya sabuk pengaman.
Untuk menjawab pertanyaan dalam penelitian ini digunakan teori planned behavior dari Ajzen dan Fishbein (1980). Dalam teori ini disebutkan bahwa intensi atau niat untuk melakukan suatu perilaku ditentukan oleh interaksi dari tiga faktor yaitu sikap terhadap perilaku, norma subyektif, dan persepsi kontrol individu terhada perilaku (PBC) yang juga merupakan persepsi mengenai situasi-situasi yang menghambat atau mendukung dilakukannya suatu perilaku.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya, intensi untuk mengenakan sabuk pengaman cukup tinggi (mean 5.39). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa ketiga variabel independen memiliki hubungan dengan intensi. Meskipun demikian, diantara ketiga faktor tersebut, hanya faktor PBC yang memiliki sumbangan yang signifikan (beta 0.723 sig.0.01) ketika pengaruh dari ketiga variabel diukur secara simultan. Mesti hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap pengemudi cenderung positif (mean 29.53) dan dorongan sosial untuk mengenakan sabuk pengaman juga cenderung tinggi ( mean 303.66) hal ini tidak banyak berpengaruh terhadap niat dari pengemudi di Jakarta untuk mengenakan sabuk pengaman. Mereka cenderung lebih dipengaruhi oleh faktor situasional seperti ada tidaknya pengawasan dari polisi, desain sabuk pengaman, dan kondisi dijalan raya.
Besarnya pengaruh faktor situasional berarti bahwa jika kita ingin meningkatkan intensi pengemudi untuk menggunakan sabuk pengaman maka perlu dilakukan kontrol terhadap faktor-faktor situasional tersebut, terutama oleh pihak pemerintah. Hal-hal yang disarankan peneliti berdasarkan hasil penelitian ini antara lain adalah, agar pemerintah meningkatkan pengawasan terhadap pemakaian sabuk pengaman di sebanyak mungkin lokasi, jangan hanya terpusat di jalan-jalan utama. Pemerintah juga sebaiknya lebih terlibat secara aktif dalam mengontrol kualitas dan standar keamanan kendaraan, karena kendaraan yang beroperasi di Indonesia masih banyak yang kualitasnya dibawah standar keamanan dan kenyamanan yang layak. Penelitian terhadap sabuk pengaman juga harus ditingkatkan . Terakhir, dalam upaya untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya sabuk pengaman, pemerintah sebaiknya jangan hanya berfokus pada aspek penegakan peraturannya saja tapi juga harus memberikan pendidikan kepada masyarakat. Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan lembaga-lembaga pendidikan seperti sekolah umum, dan sebagainya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3261
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Zubaidi
"ABSTRAK
Masalah moralitas penting bagi pengembangan ilmu dan bagi masyarakat luas karena terkait dengan fungsi dan esensi kehidupan manusia Penelitian ini berusaha memberikan gambaran tentang perkembangan moral, khususnya untuk melihat pengaruh komponen interpersonal (pola asuh orangtua) dan komponen lntrapsikis (nurani dan kesadaran religius) terhadap pertimbangan moral dan tingkahlaku moral.
Menurut Rest (Kurtines & Gerwitz, 1984) ada empat komponen utama moralitas yang mendasari munculnya tingkahlaku moral yaitu (1)
sensitivitas seseorang dalam menafsirkan situasi tertentu (moral sensitivity), (2) penalaran seseorang dalam memperkirakan suatu tindakan moral (moral reasoning), (3) motivasi seseorang dalam menyeleksi penilaian tentang citra moral (moral motivation), (4) karakter seseorang berkenaan dengan kekuatan batin dan pengaturan diri untuk memutuskan suatu tindakan moral (moral character). Sensitivitas moral dan penalaran moral banyak terkait dengan komponen interpersonal, sedangkan motivasi moral dan karalrter moral erat kaitannya dengan komponen intrapsikis. Wilks (1995) menyatakan masing-masing komponen utama moral tersebut merupakan variabel yang bebas (independent), tidak harus keempat komponen itu menjalin kerjasama untuk menghasilkan suatu tindakan moral. Tingkahlaku moral boleh jadi muncul disebabkan karena berfungsinya salah satu kornponen moral tersebut.
Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk menguji model yang menyatakan bahwa terbentuknya pertimbangan moral dan tingkahlaku moral dipengaruhi oleh komponen interpersonal (pola asuh orangtua) dan komponen intrapsikis (nurani dan kesadaran religius).
Subjek penelitian adalah mahasiswa UPI YAI berjumlah 400 orang diambil dari Fakultas Psikologi, Fakultas Ekonomi, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, serta Fakultas Teknologi Industri. Data dijaring dengan mengggunakan instmmen pengumpul data, terdiri dari: (1) skala pola asuh orangtua, (2) skala nurani, (3) skala kesadaran religius, (4) The Defining Issues Test, dan (5) skala tingkahlaku moral.
Teknik analisis pengolahan data untuk menguji hipotesis (model penelitian) digunakan model persamaan struktural (structural equation models) biasa dikenal dengan sebutan LISREL (Linier Structural Relationshws) suatu perangkat lunak yang dikembangkan oleh Ioreskog dan Sorbom (1996).
Hasil pengujian yang dilakukan terhadap Model I sebagai initial model belum diperoleh model yang memuaskan, kemudian dilanjutkan dengan respesilikasi model, diperoleh Model II yang ternyata cooolc (fit) dengan data. Beberapa kesimpulan dapat disampaikan sebagai berikut:
1. Model II seeara teoretis terbukti dapat dipandang sebagai model yang tergolong lcuat karena semua hubungan antar variabel dalam model tersebut bermakna. Hubungan struktural yang terbentuk pada Model II merupakan hubungan struktural yang mantap dan andal.
2. Variabel pola asuh orangtua terbukti secara langsung mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pembentukan nurani.
3. Variabel pola asuh orangtua terbulcti secara langsung mempunyai pengaruh yang signiflkan terhadap pembentukan kesadaran religius.
4. Variabel nurani terbukti secara signiflkan memberikan pengaruh langsung terhadap terbentulcnya tingkahlalcu moral.
5. Variabel kesadaran religius secara signifikan memberikan pengaruh langsung terhadap terbentuknya tingkahlaku moral.
6. Variabel pola asuh orangtua melalui variabel nurani dan kesadaran religius terbukti secara signifikan memberikan pengaruh pada terbentuknya tingkahlaku moral.
Beberapa saran dapat diajukan sebagai berikut: (1) Aspek-aspek nurani yang terdiri dari: kewaspadaan (vigilance) dan perasaan tidak nyaman karena telah melakukan tindakan yang tidak baik (affective discomfort) memberikan pengaruh yang sangat menonjol bagi munculnya tingkahlaku moral. Temuan ini dapat dijadikan dasar bagi penyusunan program pelatihan bidang pengembangan tingkahlaku moral. (2) Dimensi pengetahuan dan keyakinan agama terbukti memberikan dukungan yang rendah pada variabel laten kesadaran religius. Dalam pendidikan agama, sebaiknya dihindari pendekatan yang bersifat indolctrinasi, dan dikembangkan cara-cara yang dapat memberikan orientasi pengetahuan dan keyakinan agama secara kritis dan lugas, (3) Para orangtua dan pendidik perlu merujuk pada strategi pengasuhan yang lebih komprehensif, dengan memperhatikan aspek-aspek induksi (induction), authoritarian, dan democratic famiy: decisions making, (4) Instrumen penelitian pertimbangan moral The Dejfning Issues Test (DIT) belum cukup memadai digunakan untuk mengukur pertimbangan moral. Bagi peneliti yang tertarik dengan permasalahan pertimbangan moral ini perlu mempertimbangkan dan lebih berhati-hati dalam penggunaan DIT, perlu menyederhanakan proses administrasi, skoring, maupun interpretasi tes, (5) Penelitian ini berhasil membuktikan peran variabel nurani dan kesadaran religius bagi terbentuknya tingkahlaku moral. Peneliti lain diharap dapat memperluas Lingkup kajiannya dengan melibatkan variabel intrapsikis lainnya dan juga variabel budaya."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
D630
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Rasyid Ridha
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3328
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ibadurrahman
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana sikap implisit dan sikap eksplisit remaja terhadap iklan kondom sensual dan iklan kondom simbolik. Pengukuran sikap implisit menggunakan Implicit Association Test (IAT) dan pengukuran sikap eksplisit menggunakan skala semantik diferensial. Partisipan berjumlah 40 orang remaja berusia 16-18 tahun yang merupakan siswa SMA negeri di Jakarta.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa remaja memiliki sikap implisit yang positif terhadap iklan kondom sensual, sedangkan secara eksplisit remaja memiliki sikap yang positif terhadap iklan kondom simbolik. Berdasarkan hasil tersebut, penggunaan konten sensual pada iklan kondom dapat dilakukan.

The study was conducted to examine the implicit attitude and explicit attitude among adolescents toward sensual condom ads and symbolic condom ads. Implicit attitude was measured using the Implicit Association Test (IAT) and explicit attitude measured using a semantic differential scale. Participants are 40 adolescents, senior high school students, 16-18 years old in Jakarta.
The results of this study indicated that adolescents have a positive implicit attitude toward sensual condom ads, but have a positive explicit attitude toward symbolic condom ads. The result indicated that sensual condom ads can be used as a message content targeted to adolescent.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S46913
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>