Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 150267 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Buyung Arief Hamzah
"Salah satu faktor yang cukup penting pada penyelenggaraan pelayanan kesehatan adalah peralatan kesehatan. Tanpa dukungan peralatan kesehatan yang baik dan aman maka pelayanan kesehatan yang berkualitas dan prima tidak akan tercapai. Penggunaan alat kesehatan dalam pelayanan kesehatan perlu dikontrol dalam sistem pemeliharaan yang baik. Tujuan penelitian adalah menganalisis sistem pemeliharaan peralatan kesehatan di RS X Jakarta Timur, jenis penelitian yaitu kualitatif bersifat deskriptif dengan desain pendekatan case study. Penelitian dilaksanakan di RS X Jakarta Timur pada bulan September – Oktober 2023. Subjek penelitian adalah tenaga kesehatan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara mendalam dan telaah dokumen. Data diperoleh dari informan dengan menggunakan analisis kualitatif kemudian ditarik kesimpulan penelitian. Hasil penelitian menunjukkan masih adanya kekurangan sumber daya manusia yang belum sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 28 Tahun 2013 Tentang Jabatan Fungsional Teknisi Elektromedis, besaran dana yang dialokasikan untuk kegiatan harian pemeliharaan alat medis masih belum mencukupi, bahan baku yang disediakan belum sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan, peralatan dan fasilitas pengadaan alat medis belum memadai, kebijakan terkait pemeliharaan alat medis sudah disosialisasikan dengan baik, fungsi manajemen pemeliharaan sudah berjalan dengan baik. Secara umum dapat disimpulkan bahwa masih terdapat beberapa kekurangan dalam sistem pemeliharaan alat kesehatan di Unit Pemeliharaan Alat Kesehatan RS X Jakarta Timur yang terkait sumber daya manusia, anggaran, suku cadang dan bahan baku. Tetapi dari segi kebijakan dan dan evaluasi pemeliharaan alat kesehatan sudah berjalan dengan baik. Dengan demikian dapat direkomendasikan bahwa untuk peningkatan pelayanan kesehatan yang lebih baik perlu adanya penambahan sumber daya manusia bidang elektromedis, anggaran, bahan baku, suku cadang dan sarana prasarana lainnya.

One factor that is quite important in the provision of health services is health equipment. Without the support of good and safe health equipment, quality and excellent health services will not be achieved. The use of medical devices in health services needs to be controlled in a good maintenance system. The purpose of the study was to analyze the health equipment maintenance system at X Hospital, East Jakarta, the type of research was descriptive qualitative with a case study approach design. The research was conducted at X East Jakarta Hospital in September - October 2023. The research subjects were health workers. Data collection techniques were carried out by observation, in-depth interviews and document review. Data were obtained from informants using qualitative analysis and then research conclusions were drawn. The results showed that there was still a lack of human resources that were not in accordance with the Regulation of the Minister of Health and the Head of the State Personnel Agency Number 28 of 2013 concerning Functional Position of Electromedical Technician, the amount of funds allocated for daily activities of medical device maintenance was still insufficient, the raw materials provided were not fully in accordance with the needs, the equipment and facilities for the procurement of medical devices were inadequate, the policies related to the maintenance of medical devices had been well socialized, the management function of medical device maintenance had been well socialized, the maintenance management function has been running well. In general, it can be concluded that there are still some shortcomings in the medical device maintenance system at the Medical Device Maintenance Unit of East Jakarta X Hospital related to human resources, budget, spare parts and raw materials. But in terms of policy and and evaluation of medical device maintenance has been going well. Thus it can be recommended that to improve better health services it is necessary to increase human resources in the field of electromedicine, budget, raw materials, spare parts and other infrastructure facilities.
Keywords: excellent health services, medical device, medical device maintenance management system.
"
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Poppy Trisnawati E.S.
"Dalam pembangunan memasuki era industrialisasi akan menyebabkan timbulnya masalah ketenaga kerjaan, termasuk dampaknya terhadap kesehatan para pekerja. Untuk mengantisipasi hal tersebut perlu dipikirkan adanya suatu sistem informasi kesehatan, dalam hal ini sistem informasi kesehatan kerja yang dapat menunjang hal tersebut diatas. Sebagai contoh dipilih Pertamina, suatu BUMN yang dinyatakan sehat dan telah lama menerapkan sistem informasi kesehatan kerja dilingkungannya.
Studi ini bermaksud untuk mendapatkan gambaran sistem informasi pelayanan kesehatan kerja di Pertamina, bagaimana susunan organisasinya, pencatatan dan pengolahan data dan masalah yang timbul sehubungan dengan kegiatan ini. Juga dilihat bagaimana penggunaan informasi yang tersedia di SIK kerjanya sehubungan dengan fungsi manajemen dan program kesehatan keqia di Pertamina.
Dengan menggunakan rancangan yang bersifat observasional, dengan pendekatan kualitatif studi ini mengumpulkan data primer dan sekunder. Data primer didapat dari informan( 10 orang ), direkam dalam tape recorder, dan setelah ditulis dikonfirmasikan kembali ke informan tersebut. Data sekunder dikumpulkan dari arsip yang ada di Dinas Kesehatan Pertamina.
Dari penelitian ini diperoleh informasi bahwa informasi yang dibutuhkan pada umumnya tersedia di SIK, kecuali informasi tentang program promotif yang sebagian besar tersedia pada sistem informasi kesehatan yang lain. Dalam hubungannya dengan fungsi manajemen, untuk fungsi perencanaan dari laporan yang tersedia 40 % digunakan; sedangkan untuk fungsi penggerakan pelaksanaan 83 % digunakan dari SIK yang ada Sehubungan dengan fungsi pengawasan, pengendalian dan evaluasi , 52, 63 % informasi didapat dari SIK yang ada. Dalam hubungannya dengan program kesehatan kerja, dapat dijabarkan sebagai berikut :
- Program promotif : informasi yang torsedia dalam SIK kerja belum dapat memberikan gambaran yang menyeluruh.
- Program preventif : informasi yang tersedia dalam SIK kerja hanya memberikan gambaran sebagian dari program preventit] tctapi tersedia di SIK yang lain.
- Program kuratif dan Rehabilitatif : informasi yang dapat diperoleh dari SIK yang tersedia cukup lengkap dan rinci, karena pada dasarnya banyak program kesehatan kerja di Pertamina yang bersifat kuratif.
Dari penelitian ini diharapkan dapat diambil sebagai contoh untuk mengembangkan suatu sistem informasi kesehatan kerja di Departemen Kesehatan.

During industrialization era, man power problem will emerge, including its effect on the health of the workers. To anticipate that problem, a health information system has to be developed, in this case on the occupational health infomation system Pertamina has been chosen as a case, for it is agovemment owned company that has been declared as healthy and which has applied occupational health infomation system in its environment for a long time.
The aim of this study was to describe the occupational health service information system in Penamina, its organization, data recording and management, and problem which arise from this activities. This study described also how the information from the system are used in relation with the management function and occupational health program in Pertamina.
This was an obsetvational study, with qualitative approach, which collected primary and secondary data. Primary data were given by informer, recorded with tape recorder, then writen and confirmed by the informer. Secondary data were gathered from the archives ofthe Pertamina's Health Department.
This study revealed that the information needed generally were already existed in the occupational health information system, with the exception ofthe information of promotive program. The laster could be found in other health information system.
In its relation with management function, for planning function, 40 % ofthe report were used, while for organizing 83 % of the data were used For monitoring, controlling and evaluation, 52.63 % of informations were acquired from the occupational health system. In its relation with occupational health program, it could be stated as follows:
- Promotive program : information from the occupational health system could not yet give an over all picture.
- Preventive program : information nom the system could only give apartial picture ofthe preventive program. However other information could be found in another health information system
- Curative and rehabilitative program : complete and detailed information could be found in the system, for most of the occupational health program in Pertamina in reality are curative.
It is hoped that this study could be used as an example to develope an occupational health information system in the Department of Health.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1994
T9287
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ary Heryanto Putro
"ABSTRAK
Pelayanan kesehatan bagi ODHA di Rutan Jakarta Timur rnasih jauh
dari ideal. Faktor penyebabnya adalah adanya stigma dan perilaku
diskriminatifterhadap ODHA, baik oleh petugas maupun warga binaannya.
Stigma dan perilaku diskriminatif petugas disebabkan olch minimnya
informasi dan pengetahuan salah mengenai I-HV/AIDS.
Kebutuhan untuk dicintai dan diterima, sangat diperlukan ODHA,
dengan penerimaan, kasih sayang dan dukungan orang disekelilingnya akan
membuat hidup ODHA lebih positif dan berkualitas, pola hidupnya teriaga
sehingga diharapkan hidupnya akan lebih panjang. Sayangnya tidak
semudah itu ODHA mendapatkan penerimaan, kasih sayang dan dukungan
orang-orang disekelilingnya., baik itu dari keluarga, teman, petugas maupun
masyarakat secara luas
Petugas merupakan salah satu komponen penting yang ada dalam
lingkungan Rutan. Tugas pokok dan fungsi petugas Rutan adalah
melakukan perawatan dan pembinaan terhadap WBP. Seorang pctugas
dalam menjalankan tugasnya, harus memilild kompetensi dasar. Yang
dlmaksudkan dcngan kompentensi dasar tcrsebut antara lain adalah
kemampuan, sikap, pengctahuan yang dapat mendukung program
pcmbinaan. Daiam rangka melakukan pembinaan terhadap ODHA, salah
satu kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh petugas adalah kemampuan
empati dan pengetahuan mengenai ODHA dan HIV/AIDS. Kemampuan
bcrcmpali adalah petugas mampu mengerti dan memahami apa yang
dirasakan (empati) ODHA, sehingga dapat mcngetahui apa yang mcrcka
butuhkan
Tujuan umum dari penulisan tugas akhir ini adalah mcningkatkan
cfektifitas pelayanan kesehatan bagi ODHA di Rutan Jakarta Timur.
Sedangkan tujuan khususnya adalah, menumbuhkan empati pelugas terhadap ODHA di Rutan Jakarta Timur dengan jalan memberikan
pengetahuan dan pemahaman kepada petugas tcntang HIV/AIDS serta tata
cara berempati.
Dalam upaya menumbuhkan empati petugas terhadap ODHA perlu
dilakukan program intewensi. Program intervensi yang di tawarka oleh
penulis adalah program pelatihan untuk menumbuhkan empati terhadap
ODHA, dengan tumbuhnya empati secara tidak langsung akan dapat
rnenghilangkan stigma dan diskriminasi tcrhadap ODHA.
Setelah mengikuti program pelatihan empati diharapkan petugas dapat
mcngimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Petugas dapat
berempati terhadap ODHA, sehingga pelayanan keschatan terhadap ODHA
menjadi optimal."
2007
T34202
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saragih, Sortaman
"Perkembangan pesat persaingan rumah sakit sebagai pelayanan kesehatan memacu setiap institusi kesehatan mencari strategi yang terbaik. Peraturan perundang undangan juga memungkinan Rumah Sakit untuk dikelola secara bisnis tanpa melupakan fungsi sosial tentunya. Kebutuhan akan kesehatan yang merupakan kebutuhan primer menjadi area bidikan para pebisnis.
Rumah Sakit Bhakti Yudha yang sudah beroperasi selama 25 tahun juga mengalami hal sama, Pada 5 tahun terakhir dampak persaingan semakin terasa di Iihat dari kunjungan pasien dan sepak terjang Rumah sakit pesaing yang baru bermunculan.
Sebagai solusi untuk mengantisipasi persaingan sekaligus untuk mencapai visi dan misi RSBY, adalah menciptakan poliklinik jejaring sebagai satelit diwilayah Kota Depok. Namun pembuatan poliklinik jejaring ini sangat, membutuhkan investasi yang besar baik dari segi keuangan maupun dari segi SDM, sehingga muncul ide untuk membuat poliklinik jejaring tersebut secara waralaba yang artinya menjual merek dan sistim operasional poliklinik kepada masyarakat peminat bisnis kesehatan. RSBY mengadakan pelatihan dan pembuatan SOP kerja, sementara pembeli poliklinik (terwaralaba) tersebut membeli merek dan sistim dimaksud.
Penelitian ini mencoba mencari bentuk konsep waralaba terpilih yang lebih memungkinkan untuk diaplikasikan oleh RS Bhakti Yudha. Dengan analisis deskriptif secara kualitatif penelitian ini mencari konsep melaiui wawancara mendalam dari pihak : Pemilik RS Bhakti Yudha, Pengelola RS Bhakti Yudha, serta Calon Pembeli balk Mari Dokter, maupun dari kelompok non dokter.
Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa RS Bhakti Yudha sangat tepat untuk meluncurkan produk poliklinik jejaringnya secara waraiaba. Produk yang bisa dipasarkan adalah Layanan Dokter Umum, Layanan Dokter Gigi serta Iayanan Bidan. Untuk mewujudkan ide tersebut RS Bhakti Yudha harus melakukan :
1. Mematenkan merek RSBY sebagai usaha waralaba.
2. Membuat Training Center SDM
3. Membuat Buku Manual Oprarting, Standarisasi Pelayanan, Promosi, Pembiayaan serta Bentuk perjanjian yang baku.
Dengan mewujudkan waralaba poliklinik jejaring ini diharapkan RS Bhakti Yudha dapat berhasil memenangkan persaingan hingga mencapai visi dan misinya.

Big competition development on hospital as health services push every health institution to find out the best strategic. The Government regulation give a possibility to hospital organized as business oriented without forgetting social function. The need to health services as a primer need is becoming businessmen target. Bhati Yudha Hospital has been operational for 25 year and has have the same experience, for the last 5 year, the competition impact can be seen from patient visit and new hospital building appeared as well.
As solution to anticipate the competitor and to achieve mission and vision of Bhakti Yudha Hospital, is to build the polyclinic networking as satellite in Depok city. However, to build the polyclinic network as satellite needs big recourses and investments, nor finance aspect either human resources. New idea created to develop polyclinic net work as franchise, means to sell the polyclinic brand and operational system to community who are willing to business in health. Bhakti Yudha hospital conduct training and make job operational standard, meanwhile the franchisor buy those brand and system.
This research tries to find the possibility of franchise concept promptly to Bhakti Yudha Hospital to be implemented. Based on descriptive analyses qualitatively, this research finds out the concept through deep interview from: Bhakti Yudha hospital owner, operational people in hospital, and buyer candidates like : general medical doctor, specialist doctor or non doctor.
The research result is that, Bhakti Yudha hospital could be appropriately implements the franchise polyclinic network product. Products that can be sold are general health services, dental health services and midwives health services. To gain the above ideas, Bhakti Yudha hospital should do:
1. Register Bhakti Yudha hospital brand legally as franchise company
2. Build the Human Resource Training Center
3. Compile the Operational Standard Manual, Health Services Standard, Promotion, and Budgeting and fix Memorandum of Understanding shape.
By achieving franchise polyclinic network, Bhakti Yudha hospital could win the competition and gain its mission and vision."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
T19116
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Astri Ilhamsyah
"Penelitian Analisis Kualitas Jasa Pada Pelayanan Kesehatan di RSUD Pasar Rebo Jakarta Timur telah dilaksanakan sejak bulan Maret 2003 sampai dengan Juni 2003. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bersifat kualitatif yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar tingkat kepuasan masyarakat terhadap kualitas layanan kesehatan dilihat dari dimensi: Tangibility, Reliability, Responsiveness, Assurance, dan Empathy. Disamping itu penelitian ini juga ingin mengetahui faktor-faktor apa yang paling mempengaruhi tingkat kepuasan pengguna jasa layanan kesehatan di RSUD Pasar Rebo.
Tidak semua pelayanan kesehatan yang ada di RSUD Pasar Rebo yang diteliti, tapi hanya dibatasi pada unit pelayanan rawat jalan (poliklinik) saja. Penelitian ini hanya dilakukan terhadap pengguna jasa layanan kesehatan di poliklinik RSUD Pasar Rebo tersebut. Kualitas diukur atas dasar kinerja pelayanan dan harapan dari pengguna jasa layanan kesehatan di RSUD Pasar Rebo. Kinerja diukur dari persepsi pengguna jasa layanan kesehatan mengenai layanan yang telah mereka terima, sedangkan harapan diukur dari anggapan pengguna jasa layanan kesehatan tentang idealnya suatu pelayanan kesehatan. Tingkat kepuasan pengguna jasa diukur berdasarkan: mean skor dan persentase tingkat kepuasan dari 120 orang responden yang diambil secara acak memakai teknik pengambilan sampel aksidental, dengan mempergunakan model pengukuran kualitas jasa SERVQUAL yang terdiri dari dimensi tangibility, reliability, responsiveness, assurance, dan empathy. Dimensidimensi itu kemudian dijabarkan menjadi 22 indikator variabel berbentuk pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam kuisioner. Dari data yang diperoleh dilakukan analisis reliabilitas, validitas, tingkat kepuasan, dan analisis faktor dengan mempergunakan SPSS 11,0.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 22 indikator variabel yang digunakan, hanya 20 indikator yang reliabel dan valid untuk dianalisis lebih lanjut. Kemudian diperoleh rata-rata tingkat kepuasan untuk masing-masing dimensi sebesar: -0,7222 (tangibility); -0,8700 (reliability); -0,8528 (responsiveness); -0,7375 (assurance); dan -0,5433 (empathy). Kalau dilihat dari masing masing indikator variabel, hasil tertiriggi berdasarkan mean skor adalah sebesar -0,23 yaitu indikator variabel Q14 (Persuasif) dengan tingkat kepuasan sebesar 94,04%. Sedangkan tingkat kepuasan terendah adalah indikator variabel Q17 (dukungan terhadap petugas) dengan mean skor sebesar -1,13 dan tingkat kepuasan sebesar 74,94%.Dari hasil analisis faktor yang dilakukan terhadap 20 indikator variabel, terbentuk 6 faktor utama yang menjadi pertimbangan pengguna jasa layanan kesehatan di RSUD Pasar Rebo. Pembentukan faktor-faktor tersebut juga didasarkan atas angka eigenvalues, dimana kriteria pemilihan banyaknya faktor yang terbentuk adalah faktor yang memiliki nilai eigennya lebih dari 1. Keenam faktor yang terbentuk dengan urutan persentase varian data masing-masing faktor adalah sebagai berikut: (1) faktor memahami pelanggan (29,300%); (2) faktor ketepatan dan keandalan layanan (9,446%); (3) faktor komunikasi (6,893%); (4) faktor kenyataan fisik (6,520%); (5) faktor profesionalisme petugas (5,526%); dan (6) faktor hubungan baik (5,150%).
Berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, disarankan agar pihak pengelola (management) RSUD Pasar Rebo lebih memperhatikan dan memahami keinginan pasien yang membutuhkan layanan kesehatan dalam meningkatkan kinerja pelayanannya, karena belum ada satupun dari indikator variabel yang digunakan dalam penelitian ini memberikan hasil yang memuaskan pengguna jasa. Penelitian untuk mengukur kualitas layanan kesehatan di rumah sakit ini harus dilakukan secara periodik dalam jangka waktu tertentu, sebab persepsi dari pengguna jasa suatu layanan akan terus berubah. Disamping itu perlu juga dilakukan penelitian serupa pada rumah sakit-rumah sakit yang dikelola oleh swasta, agar dapat memberikan perbandingan kualitas yang diberikan berdasarkan persepsi pengguna jasa."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12368
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nery Diana
"Penelitian ini mengkaji proses penciptaan nilai bersama pada program layanan kesehatan Gancang Aron di RSUD Blambangan Kabupaten Banyuwangi. Penelitian ini menggunakan pendekatan post-positivis dengan Teknik pengumpulan data kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis proses penciptaan nilai responsif di layanan Gancang Aron sebagai bagian dari peningkatkan delivery layanan kepada masyarakat. Hasil dari penelitian ini adalah keseluruhan proses berjalan dengan cukup baik, namun masih ada beberapa kekurangan dalam pelaksanaannya. Pada proses eksplisit yang terjadi adalah masyarakat dilibatkan dengan porsi sangat kecil akibat adanya gap pengetahuan mereka terkait system pelayanan kefarmasian, sehingga berdampak pada tidak adanya kontribusi langsung mereka dalam menciptakan sebuah nilai. Namun kondisi ini tidak meniadakan adanya aspek produksi atau desain persama karena terdapat pihak ekternal yang turut memberikan pandangan responsif pada proses konsultasi terkait keamanan dan legal dari pelayanan Gancang Aron sendiri. Pada prosesenya berbagai actor bersepakat bahwa aspek responsive tidak hanya kecepatan, tapi juga menyangkup ketepatan dan kecermatan. Dimesni selanjutnya adalah proses implisit yang mana kontribusi tidak langsung masyarakat diproyeksikan melalui tingkat kepuasan mereka atas penggunaan layanan yang kemudian menjadi tolak ukur untuk melakukan konstruksi kembali layanan gancang aron. Terakhir untuk meningkatkan nilai responsive tersebut kritik dan saran yang masuk direspon oleh sebuah sebuah solusi agar layanan lebih baik.

This study examines the process of value co-creation in the Gancang Aron health service program at Blambangan Hospital, Banyuwangi Regency. This study uses a post-positivist approach with qualitative data collection techniques. This study aims to analyze the process of creating responsive value in Gancang Aron services as part of improving delivery services to the community. The result of this research is that the whole process went well, but there are still some shortcomings in its implementation. In the explicit process that occurs is that the community is involved in a very small portion due to a knowledge gap related to the pharmaceutical service system, so that it has an impact on the absence of a direct contribution to creating value. However, this condition does not negate co-desain and co-production because there are external actors who also provide responses to consultations related to security and law of the Gancang Aron service itself. In the process, various actors agreed that the responsive aspect is not only speed, but also includes accuracy and precision. The next dimension is an implicit process which indirectly contributes to the service community through their level of satisfaction with use which then becomes a benchmark for reconstructing the gancang aron service. Finally, to increase the responsiveness value, incoming criticism and suggestions are responded to by a solution so that the service is better.
"
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Tri Fitriyanti
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang perancangan sistem informasi laporan gizi
khususnya pada balita untuk mendapatkan informasi mengenai isi dari laporan
bulanan gizi yang dapat mendukung dalam pengambilan keputusan yang
berkaitan dengan perencanan, pemantauan dan penilaian program gizi. Penelitian
ini merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan desain pendekatan sistem
untuk menyelesaikan masalah yang ada. Metode yang dipakai untuk
menyelesaikan masalah tersebut adalah pendekatan siklus hidup pengembangan
sistem yang memiliki tahapan perencanan, analisis, perancangan, hingga
penerapan sistem. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam,
observasi dan telaah dokumen. Hasil penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan
rancangan sistem yang dapat menghasilkan informasi laporan gizi yang berupa
data penimbangan balita, cakupan ASI Eksklusif, cakupan pemberian Vitamin A,
dan status gizi buruk menggunakan diagram alir data mengenai perancangan
sistemnya, dan membuat aplikasi dari sistem informasi tersebut menggunakan Ms.
Access 2007.

ABSTRACT
This thesis discusses the design of information systems, especially in infants
nutrition reports to obtain information about the nutritional content of monthly
reports that can be supported in making decisions related to planning, monitoring
and evaluation of nutrition programs. This study is a qualitative research design
using a systems approach to solve existing problems. The method used to solve
such problems is the system development life cycle approach that has stages of
planning, analysis, design, to implementation of the system. Data was collected
through in-depth interviews, observation and document review. The results of this
study aims to obtain design information systems that can generate reports of
nutrition in the form of data weighing a toddler, the scope of exclusive
breastfeeding, provision of Vitamin A coverage, and poor nutritional status using
data flow diagrams of the system design, and makes the application of the
information system using Ms. Access 2007.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Evi Marni Nasril
"Guna membuktikan, apakah terjadi efisiensi dalam pembiayaan kesehatan, maka dilakukan analisa terhadap hubungan sistem pembayaran dengan besaran klaim pada pasien Rawai Inap kasus Demam Berdarah Dengue dan Apendiktomi di 4 (empat) RSUD di DKI Jakarta. Penelitian ini, berupa penelitian evaluasi, dengan membandingkan hasil statistik besaran klaim kasus DBD dan Apendiktomi Program KJS dan Program JPK Gakin. Penelitian menggunakan 928 sampel, terdiri dari 329 sampel Program JPK Gakin, dan sisanya sebanyak 599 sampel. Total kasus Apendiktomi sebanyak 454 sampel, terbagi menjadi sistem PPE sebanyak 201, dan sistem INA CBG's sebanyak 253 sampel. Sedangkan pada kasus Demam Berdarah Dengue sebanyak 474 sampel, yang terdiri dari 128 sampel menggunakan sistem PPE, dan sisanya sebanyak 346 sampel menggunakan sistem INA CBG's.
Penelitian dilakukan di UP Jamkesda dengan menggunakan data sekunder, berupa rekapan klaim Rawat Inap kasus DBD dan Apendiktomi yang diajukan oleh 4 (empat) Rumah Sakit Umum Daerah. Adapun nama - nama 4 (empat) RSUD tersebut yaitu RSUD Budhi Asih, RSUD Koja, RSUD Cengkareng, dan RSUD Tarakan.
Dari hasil analisa bivariat didapatkan terjadi penurunan rata - rata besaran klaim kasus Apendiktomi pada sistem INA CBG's, hasil uji T Independen menyatakan ada perbedaan signifikan rata - rata besaran klaim antara sistem PPE dan INA CBG's. Sedangkan pada kasus Demam Berdarah Dengue, dari hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,692, berarti pada alpha 5 % terlihat tidak ada perbedaan yang signifikan antara sistem PPE dan INA CBG's. Berarti pada kasus DBD, sistem INA CBG's tidak lebih efektif dibandingkan dengan sistem PPE.

To prove the efficiency in health financing, then analyzed the relation of payment system, with the amount claims in patients of hospitalization of DHF case and Apendiktomi at four hospitals in Jakarta. This research is a study to compare the results of statistical evaluation of the amount claims of DHF case and Apendictomy between KJS Programme and JPK Gakin program. This study used 928 samples, which are 329 samples of JPK Gakin program, and leftover 599 samples. Total cases of Apendictomy are 454 samples, wich are 201 of PPE system, 253 samples of INA CBG's. Meanwhile, in cases of Dengue Haemorragic Fever are 474 samples, wich are 128 samples of PPE system, and 346 samples of the INA CBG's.
The study was conducted in UP Jamkesda used secondary data, such as recap of inpatient claims and Apendiktomi dengue cases filed by four Regional Public Hospital. The Regional General Hospitals are Budhi Asih Hospital, Koja Hospital, Cengkareng Hospital and Tarakan Hospital.
From the analysis results of bivariate statistical, founded the decline in average amount of claims in the Apendictomy case of the INA CBG's system, but the result of the Independent T test revealed, there are significant difference in the average amount of claims between the PPE system and the INA CBG's. Meanwhile in the case of DHF Fever based on the results of statistical test, pvalue = 0.692. It means that at 5% alpha there are no significant difference between the PPE system and the INA CBG's. Therefore, in the case of dengue High fever, the INA CBG's is not more effective than PPE system.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T41490
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sattrio Desrianto Prabowo
"Setiap warga negara Indonesia memiliki hak dan kewajiban, Salah satu hak tersebut yaitu tiap warga negara berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, serta terjangkau. Sehingga, pemerintah pusat memiliki kewajiban untuk memenuhinya dengan cara melakukan pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap sarana dan tenaga pelayanan kesehatan (Presiden Republik Indonesia, 2009). Pelayanan kesehatan berfungsi untuk mewujudkan derajat kesehatan setinggi-tingginya. Pemerintah pusat mendelegasikan kepada pemerintah daerah dengan membentuk badan berwenang di masing-masing daerah untuk mengurus bidang kesehatan sejak diberlakukannya otonomi daerah di Indonesia. Suku Dinas Kota mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia bekerja sama dengan Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat menyelenggarakan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA). Kegiatan PKPA ini dilaksanakan pada tanggal 11-29 Januari 2016 dengan tujuan untuk memberikan gambaran mengenai peran dan fungsi profesi apoteker di Suku Dinas Kesehatan, serta memberikan pengalaman bagi calon apoteker dalam menjalankan tugas tersebut.

Every Indonesian citizen has rights and obligations, One of these rights is that every citizen is entitled to health services which are safe, quality and affordable. Thus, the central government has an obligation to fulfill it by guidance, supervision and control of facilities and health care personnel (the President of the Republic of Indonesia, 2009). Health care functions to achieve the highest degree of health. The central government delegate to local governments to establish regulatory authorities in each region to take care of the health sector since the introduction of regional autonomy in Indonesia. Dept. of State has the task of carrying out activities in the promotion and development of public health. Therefore, Pharmacist Profession Program Faculty of Pharmacy, University of Indonesia in cooperation with the Dept. of Health West Jakarta Administration held Pharmacists Profession Internship. Internship activity was held on 11 to 29 January 2016, with the aim to provide an overview of the role and function of the pharmacist profession in the Dept. of Health, as well as providing experience for prospective pharmacists to undertake these duties."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>