Ditemukan 136774 dokumen yang sesuai dengan query
Aliefya Arshy Nabila Syaharani
"Penelitian ini tentang Strategi Resiliensi untuk Mempertahankan Keberfungsian Sosial pada Ibu yang Menderita Diabetes Melitus Tipe 2 yang dibahas dari disiplin Ilmu Kesejahteraan Sosial. Urgensi dilakukannya penelitian ini yaitu karena data menunjukkan bahwa 70 % kematian di Indonesia didominasi oleh penyakit tidak menular, salah satunya adalah diabetes dan diabetes merupakan penyakit penyebab kematian tertinggi ketiga di Indonesia yaitu sekitar 57,42 % kematian per 100.000 penduduk setelah stroke dan penyakit jantung. Penelitian ini berfokus pada ibu penderita diabetes melitus tipe 2 di Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah karena diabetes melitus merupakan penyakit dengan peringkat tertinggi kelima dengan jumlah kasus penyakit terbanyak di Kabupaten Boyolali. Maka dari itu, dibutuhkan adanya strategi resiliensi untuk mempertahankan keberfungsian sosial khususnya pada Ibu yang menderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Kabupaten Boyolali. Adapun tujuan dari penelitian ini, yaitu: (1) Menggambarkan strategi resiliensi ibu yang menderita diabetes melitus tipe 2. (2) Menggambarkan keberfungsian sosial pada ibu yang menderita diabetes melitus tipe 2. (3) Menggambarkan bagaimana strategi resiliensi tersebut dapat mencapai keberfungsian sosial pada ibu yang menderita diabetes melitus tipe 2. Dalam menganalisis masalah, penelitian ini menggunakan beberapa konsep, diantaranya: konsep Resiliensi dan konsep Keberfungsian Sosial. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif fenomenologi. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Agustus hingga Desember 2023. Proses pengumpulan data dilakukan menggunakan metode wawancara, dan studi literatur. Informan dalam penelitian ini terdiri dari 7 orang Ibu dengan Penderita Diabetes Tipe 2 dan 6 orang anak yang merupakan informan triangulasi. Teknis analisis data menggunakan Open Coding, Axial Coding, dan Selective Coding. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa beberapa strategi resiliensi dapat mencapai keberfungsian sosial pada ibu penyandang diabetes dalam kepuasan dalam berperan, memiliki hubungan positif dengan orang lain, dan memiliki penghargaan diri. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi pada pengembangan Ilmu Kesejahteraan Sosial khususnya pada mata kuliah Masalah Kesehatan pada Kesejahteraan Sosial dimana penelitian ini dapat memberikan gambaran yang mendalam mengenai strategi resiliensi untuk mempertahankan keberfungsian sosial khususnya pada Ibu yang menderita Diabetes Melitus Tipe 2 khususnya di Kabupaten Boyolali.
This research is about Resiliency Strategies to Maintain Social Functioning in Mothers Suffering from Type 2 Diabetes Mellitus which is discussed from the Social Welfare Science discipline. The urgency of this research is because the data shows that 70% of deaths in Indonesia are dominated by non-communicable diseases, one of which is diabetes and diabetes is the third highest cause of death in Indonesia, which is around 57.42% of deaths per 100,000 population after stroke and heart disease. This study focuses on mothers with type 2 diabetes mellitus in Boyolali Regency, Central Java Province. Diabetes mellitus is the fifth highest ranked disease with the highest number of disease cases in Boyolali Regency. Therefore, resilience strategies are needed to maintain social functioning, especially for mothers suffering from Type 2 Diabetes Mellitus in Boyolali Regency. The objectives of this study, namely: (1) Describing the resilience strategies of mothers suffering from type 2 diabetes mellitus. (2) Describing social functioning in mothers suffering from type 2 diabetes mellitus. (3) Describing how these resilience strategies can achieve social functioning in mothers suffering from type 2 diabetes mellitus. In analyzing the problem, this research uses several concepts, including: the concept of Resilience and the concept of Social Functioning. This research uses a qualitative approach with descriptive phenomenology research. This research was conducted from August to December 2023. The data collection process was carried out using interview and literature study methods. Informants in this study consisted of 7 mothers with Type 2 Diabetes and 6 children of diabetic mothers who were triangulation informants. Technical data analysis using Open Coding, Axial Coding, and Selective Coding. The results of this study indicate that several resilience strategies can achieve social functioning in mothers with diabetes in satisfaction in playing a role, having positive relationships with others, and having self-worth. The results of this study are expected to contribute to the development of Social Welfare Science, especially in the course of Health Problems in Social Welfare where this research can provide an in-depth description of resilience strategies to maintain social functioning, especially for mothers suffering from Type 2 Diabetes Mellitus, especially in Boyolali Regency."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Fitri Awaliyah Mardiani
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara keberfungsian keluarga dan resiliensi pada ibu yang memiliki anak Autistic Spectrum Disorder. Pengukuran keberfungsian keluarga menggunakan alat ukur family assessment device (Epstein, Bishop, & Levin, 1978) dan pengukuran resiliensi menggunakan alat ukur resiliet quotient (Reivich & Shatte, 2002). Partisipan berjumlah 40 ibu yang memiliki karakteristik sebagai ibu yang memiliki anak ASD.
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara keberfungsian keluarga dan resiliensi pada ibu yang memiliki anak ASD (r = 0.507; p = 0.000, signifikan pada L.o.S 0.01). Artinya, semakin tinggi keberfungsian keluarga, maka semakin tinggi resiliensi pada ibu yang memiliki anak ASD. Berdasarkan hasil tersebut, maka dukungan dari keluarga untuk ibu yang memiliki anak ASD sangat penting agar dapat meningkatkan kapasitas resiliensinya sehingga mampu bangkit dari trauma yang dialaminya dan mampu menghadapi kesulitan dalam kehidupan sehari-hari.
This research was conducted to find the correlation between family functioning and reseiliece on mother who have children with Autistic Spectrum Disorder (ASD). Family functioning was measured using a modification instrument named family assessment device (Epstein, Bishop, & Levin, 1978) and resilience was measured using a modification instrument named reseilient quotient (Reivich & Shatte, 2002). The participants of this research are 40 mother who have children with ASD. The main results of this research show that family functioning positively correlated significantly with resilience (r = 0.507; p = 0.000, significant at L.o.S 0.01). That is, the higher family functioning, the higher showing resilience. Based on these results, the support of the family for mothers of children with autistic spectrum disorder is important in order to increase her resiliece capacity so as able to rise from the trauma and able to face difficulties in everyday life."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Eunike Alvonciani
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara religious coping dan resiliensi pada remaja yang mengalami stres. Resiliensi adalah kualitas-kualitas dalam diri individu yang memampukannya untuk melalui situasi sulit. Keterlibatan religi dalam coping disebut dengan religious coping yang dapat berpola positive religious coping PRC dan negative religious coping NRC. Peneliti menyusun alat ukur resiliensi secara khusus untuk penelitian ini dengan menggunakan karakteristik resiliensi dari Earvolino-Ramirez 2007 ditambah dua karakteristik resiliensi dari Wagnild dan Young 1993. Religious coping diukur menggunakan Brief RCOPE yang dikembangkan oleh Pargament, Smith, Koenig, dan Perez 1998. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan melibatkan 128 remaja berusia 18-24 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara PRC dan resiliensi, namun tidak ditemukan hubungan antara NRC dan resiliensi. Ditemukan pula perbedaan yang signifikan antara skor PRC dan NRC laki-laki dan perempuan. Implikasi dari penelitian ini penting untuk didiskusikan dan dapat dimanfaatkan untuk ranah konseling remaja.
This study aims to understand the relationship between religious coping and resilience in adolescents with stress. Resilience is qualities within individual that enable them to go through difficult situation. Religious involvement in coping is called religious coping, which have two patterns, positive religious coping PRC and negative religous coping NRC. Researcher specifically constructed resilience measurement for this study using resilience characteristics from Earvolino Ramirez 2007 added with two characteristics from Wagnild and Young 1993. Religious coping is measured using Brief RCOPE which is developed by Pargament, Smith, Koenig, and Perez 1998. This study use quantitave method and involve 128 adolescent from 18 to 24 years. Results show that PRC and resilience relate significantly positive but no relationship between NRC and resilience. In addition, there is significant difference in PRC and NRC scores between male and female. This study has important implication to be discussed and can be used in adolescent counseling. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S68128
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Tasya Fitriana Semudi
"Kasus DMT2 pada anak di dunia meningkat 132,6 ribu anak. Ada 1213 kasus DMT2 pada anak di Indonesia. Manajemen perawatan harian yang dilakukan oleh anak-anak dengan DMT2 membuat stres. Stres yang dialami dapat mengganggu pengendalian penyakit dan tingkat kualitas hidup anak dengan DMT2. Salah satu aspek yang dapat meningkatkan manajemen pengasuhan dan kualitas hidup anak dengan DMT2 adalah ketahanan psikologis. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara tingkat stres, dukungan keluarga dan koping dengan resiliensi pada anak DMT1. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan sampel 36 balita di Jawa. Instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat stres adalah Area Masalah dalam Diabetes (DIBAYAR), Skala Dukungan Keluarga Diabetes Hensarling (HDFSS), Coping with a Disease (CODI) dan Child & Youth Resilience Measure-Revised Person Most Knowledgeable (PMK-CYRM) untuk mengukur ketahanan. Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat stres dengan resiliensi pada anak DMT1 dengan p-value 0,021, OR 5,360 dan α 0,05. Peneliti berharap penelitian ini dapat dikembangkan untuk meningkatkan pengetahuan dan pelayanan keperawatan psikologis pada anak DMT1.
T2DM cases in children in the world increased by 132.6 thousand children. There are 1213 cases of T2DM in children in Indonesia. The daily care management performed by children with T2DM is stressful. The stress experienced can interfere with disease control and the level of quality of life for children with T2DM. One aspect that can improve parenting management and quality of life for children with T2DM is psychological resilience. This study aims to see the relationship between stress levels, family support and coping with resilience in children with T2DM. This study used a cross sectional design with a sample of 36 toddlers in Java. The instruments used to measure stress levels are the Problem Area in Diabetes (PAID), the Diabetes Hensarling Family Support Scale (HDFSS), Coping with a Disease (CODI) and the Child & Youth Resilience Measure-Revised Person Most Knowledgeable (PMK-CYRM) to measure endurance. The results of the chi-square test showed that there was a relationship between stress levels and resilience in DMT1 children with p-value 0.021, OR 5.360 and α 0.05. Researchers hope that this research can be developed to improve knowledge and psychological nursing services in children with diabetes mellitus."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Priska Novia Shabhati
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran hubungan antara resiliensi keluarga dan harapan pada mahasiswa yang berasal dari keluarga miskin. Pengukuran resiliensi keluarga menggunakan alat ukur Walsh Family Resilience Questionnaire (WFRQ) yang disusun oleh Walsh (personal communication, 1 April, 2012) dan pengukuran harapan menggunakan alat ukur State Hope Scale (SHS) yang disusun oleh Snyder (1994). Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 247 mahasiswa S1 Reguler yang berasal dari keluarga miskin.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara resiliensi keluarga dan harapan pada mahasiswa yang berasal dari keluarga miskin (r = 0.388; p = 0.000, signifikan pada L.o.S 0.01). Artinya, semakin tinggi resiliensi keluarga yang dimiliki suatu keluarga, semakin tinggi harapan yang dimiliki. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa 15.1% skor resiliensi keluarga dapat dijelaskan oleh skor harapan. Berdasarkan hasil tersebut, penting dilakukan intervensi pengembangan harapan, sebagai faktor pendorong terbentuknya resiliensi keluarga.
This research was conducted to find the correlation between family resilience and hope among college students from poor families. Family resilience was measured using Walsh Family Resilience Questionnaire (WFRQ) that originally constructed by Walsh (personal communication, April 1, 2012) and hope was measured using the original version of State Hope Scale (SHS) by Snyder (1994). The participants of this research are 247 college students who come from poor families.The main results of this research show that family resilience positive significantly correlated with hope (r = 0.388; p = 0.000, significant at L.o.S 0.01). That is, the higher family resilience, the higher showing hopes. In addition, the result shows that 15.1% of family resilience score can be explained by the score of hope. Based on these results, it is important to develop hope intervention, as one of protective factor of family resilience."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Inda Annisa Fauzani
"Pengembangan suatu wilayah menjadi Kawasan Ekonomi Khusus berpotensi memberikan dampak bagi masyarakat yang ada di dalamnya. Dampak tersebut terjadi akibat adanya perubahan-perubahan dari adanya pengembangan kawasan. Akibatnya, masyarakat dapat merasakan ancaman dan gangguan. Masyarakat sebagai obyek pembangunan dituntut untuk mampu memiliki ketahanan agar tercapai sinergi pengembangan kawasan dengan pengembangan masyarakat. Kurangnya ketahanan pada masyarakat dapat menghilangkan kemampuan untuk dapat pulih dari gangguan dan beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di daerahnya. Resiliensi sosial merupakan kemampuan masyarakat untuk dapat bertahan, beradaptasi, dan pulih dari gangguan dan perubahan yang terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian resiliensi sosial masyarakat pada pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus, mengetahui faktor prioritas, dan penerapan faktor prioritas dalam manajemen perubahan. Wawancara dan kuesioner digunakan sebagai instrumen dalam penelitian ini yang disebarkan kepada pakar dan responden yang telah ditentukan. Dari penelitian yang dilakukan, didapatkan 43 faktor yang memiliki pengaruh terhadap pencapaian resiliensi sosial masyarakat dan 3 faktor yang menjadi faktor prioritas. Faktor prioritas tersebut kemudian dipetakan dalam kurva manajemen perubahan sehingga dapat diketahui strategi high level untuk mencapai resiliensi sosial masyarakat.
Development of a SEZ has the potential to have an impact on the community in it. These impacts occur due to changes from the development of the area, in the form of changes in the main regional industries and changes in the main livelihoods of the community. As a result, people can feel threats and disturbances. The community as the object of development is required to be able to have resilience in order to achieve a synergy between regional development and community development. Lack of resilience in the community can eliminate the ability to recover from disturbances and difficulty to adapt to changes that occur in their area. Social resilience is the ability of the community to be able to recover from disturbances and changes that occur. This study aims to identify and analyze social factors that influence the achievement of social resilience in the community in Special Economic Zones, finding the priority factors, and implementing priority factors in change management. Interviews and questionnaires were used as instruments in this study which were distributed to predetermined experts and respondents. From the research conducted, there are 43 factors that have an influence on the achievement of social resilience and 3 factors that become priority factors. The priority factors are then mapped in the change management curve so that high-level strategies can be identified to achieve social resilience."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Maudy Putri Anindita
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah psychological capital PsyCap memediasi hubungan antara trait mindfulness dan work-family balance ibu bekerja. Mengingat menyeimbangkan antara kehidupan pekerjaan dan keluarga pada masa kini merupakan usaha yang cukup menantang namun penting untuk diperhatikan bagi ibu bekerja. Penelitian ini bersifat korelasional dengan menggunakan sampel ibu yang bekerja penuh waktu dan setidaknya memiliki satu anak usia enam tahun ke bawah di Jabodetabek N = 307. Instrumen penelitian yang digunakan antara lain Mindfulness Attention Awareness Scale MAAS, Psychological Capital Questionnaire PCQ-12, dan alat ukur Work-Family Balance.
Hasil analisis mediasi menunjukkan bahwa terdapat indirect effect b = .06, p < .01 dan direct effect b = .25, p < .01 yang signifikan, yang mengindikasikan bahwa PsyCap memediasi secara parsial hubungan antara trait mindfulness dan work-family balance. Dengan kata lain, trait mindfulness dapat melewati PsyCap terlebih dahulu untuk memengaruhi work-family balance, namun juga dapat memengaruhi work-family balance secara langsung.
The purpose of this study was to find out whether psychological capital PsyCap mediates the relationship between trait mindfulness and work family balance of working mothers. Given balancing between work and family life in the present day is a challenging yet important effort to be considered for working mothers. This is a correlational study with full time mothers having at least one child aged six or younger in Jabodetabek as sample N 307. Instruments used in this study among others are Mindfulness Attention Awareness Scale MAAS, Psychological Capital Questionnaire PCQ 12, and Work Family Balance Measurement. The result of mediation analysis has shown a significant indirect b .06, p .01 and direct effect b .25, p .01, which indicates that PsyCap partially mediates the relationship between trait mindfulness and work family balance. In other words, trait mindfulness can pass through PsyCap first to affect work family balance, but it can also affect work family balance directly."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Haris Indra Susilo
"Penelitian ini berfokus pada pemahaman mengenai resiliensi orangtua yang memiliki anak ADHD dan Autisme. Reivich & Satte (2002), resiliensi adalah sebagai kemampuan untuk tetap gigih dan menyesuaikan diri ketika keadaan tidak berjalan dengan baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara orangtua dengan anak ADHD dengan orangtua dengan anak autis. Metode yang digunakan yaitu kuantatif deskriptif. Penelitian ini menggunakan alat ukur kuesioner resiliensi Reivich & Shatte (2002). Diperoleh hasil tidak ada perbedaan signifikan antara orang tua ADHD dan Autisme pada 60 partisipan.
This research focuses on understanding the resilience of parents of children with ADHD and Autism. Reivich & Shatte (2002), resilience is the ability to persevere and adapt when things are not going well. The purpose of this study was to determine whether there are differences between parents with ADHD children with a parent with an autistic child. The method used is quantitative descriptive. This study used a questionnaire measure of resilience Reivich & Shatte (2002). The results obtained indicate no significant differences between parents of ADHD and Autism at 60 participants."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S46983
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Florentynia Pradnya Paramita
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara resiliensi dan coping pada remaja akhir yang memiliki orangtua penderita penyakit kronis. Responden penelitian ini sebanyak 42 orang remaja akhir berusia 18-22 tahun. Resiliensi responden diukur dengan alat ukur bernama Resilience Scale-14 yang disusun oleh Wagnild dan Young (1993) dan telah diadaptasi ke dalam konteks Indonesia. Coping diukur dengan alat ukur Brief COPE yang disusun oleh Carver (1997) dan telah diadaptasi ke dalam konteks Indonesia. Hasil penelitian menujukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara resiliensi dan coping pada remaja yang memiliki orangtua penderita penyakit kronis.
This research was conducted to find the correlation between resilience and coping stress in late adolescence with parental chronic illness. The participants of this research were 42 late adolescence in age 18 to 22 years old. Resilience was measured by using Resilience Scale-14 which was constructed by Wagnild and Young (1993) and had been adapted to Indonesian context. Coping was measured by using Brief COPE which was constructed by Carver (1997) and had been adapted to Indonesian context. The results of this research show that there were not significant correlation between resilience and coping stress in adolescence with parental chronic illness."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Mochammad Ardhya Irawan
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran resiliensi pada remaja penyintas erupsi Gunung Merapi tahun 2010 serta untuk mengidentifikasi nilai-nilai budaya Jawa yang berhubungan dengan kemampuan resiliensi masyarakat suku Jawa yang tinggal di sekitar Gunung Merapi, khususnya di Desa Krinjing, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Gambaran resiliensi remaja di Desa Krinjing ini diperoleh dengan menggunakan alat ukur resiliensi Connor-Davidson Resilience Scale (CD-RISC) 10 (Connor & Davidson, 2003; Campbell-Sills & Stein, 2007) juga melalui wawancara mendalam yang merujuk kepada karak-teristik resiliensi yang dikemukakan oleh Wagnild (2010), yaitu meaningfulness, perseverance, equanimity, self-reliance, dan existential aloneness. Wawancara secara mendalam juga digunakan untuk menggali penghayatan nilai-nilai budaya Jawa dari partisipan. Partisipan penelitian terdiri dari 15 orang remaja berusia 15-20 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja di Desa Krinjing telah menunjukkan resiliensi dalam tingkat yang sedang. Adapun budaya Jawa yang terkait dengan kemampuan resiliensi mereka adalah gotong royong, sopan santun, kebersamaan, dan berbakti pada orang tua. Sejumlah saran untuk menindaklanjuti penelitian ini, termasuk untuk mengatasi keterbatasan yang ditemui, disertakan.
This research was carried out to get an idea of resilience in young survivors of the eruption of Mount Merapi in 2010 and to identify the Javanese cultural values that related to the resilience ability of the Javanese community who live around Mount Merapi, particularly in Krinjing, Magelang regency, Central Java. The idea of resilience in young survivors in Krinjing is achieved by using a measuring instrument Connor Davidson Resilience Scale (CD-RISC) 10 (Connor & Davidson, 2003; Campbell-Sills & Stein, 2007) and by in-depth interviews refers to the characteristics proposed by Wagnild (2010): meaningfulness, perseverance, equanimity, self-reliance, and existential aloneness.. Interviews were also used to explore the appreciation of Javanese cultural values of the participants. The participants consisted of 15 adolescents aged 15-20 years. The results showed that young survivors in Krinjing have shown resilience in the medium level. The Javanese culture associated with the resilience ability of survivors of the eruption of Mount Merapi are mutual cooperation, courtesy, togetherness, and dutiful to parents. A number of suggestions to follow-up this research, and to overcome the limitations that were encountered, are included"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S45461
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library