Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 77774 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gregorius Adrian Iskandar
"Transportasi adalah wadah yang vital dalam menunjang kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan sosial ekonomi dan pembangunan daerah. Sistem transportasi yang baik akan memudahkan masyarakat dan sumber daya lainnya untuk melakukan mobilitas. Stasiun Manggarai menempati posisi tersibuk di antara stasiun-stasiun yang termasuk dalam jaringan kereta komuter Jabodetabek. Stasiun Manggarai sebagai salah satu stasiun tersibuk yang ada di Jabodetabek perlu untuk memberikan kualitas layanan terhadap penggunanya setiap hari. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kualitas layanan Stasiun Manggarai sebagai Rute Transit KRL Jabodetabek dari Sisi Pengguna. Dalam melakukan analisis kualitas layanan pada penelitian ini menggunakan Transit Capacity and Quality of Service Manual Third Edition (2013) yang terdiri dari 2 dimensi, yaitu Availability (keterediaan) & Comfort and Convenience (Keamanan dan Kenyamanan) yang terdiri dari 11 subdimensi yang menjadi turunan kedua dimensi tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode analisis data campuran yang dilakukan melalui penyebaran kuesioner terhadap 112 responden dengan kriteria yang telah ditentukan dan wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kualitas Layanan Stasiun Manggarai berada dalam kategori memadai. Berdasarkan hasil penelitian, ada beberapa aspek yang perlu untuk diperbaiki dalam kualitas layanan Stasiun Manggarai.

Transportation is a vital means of supporting activities related to socio-economics and regional development. A good transportation system will make it easier for people and other resources to carry out mobility. Manggarai Station occupies the busiest position among the stations included in the Jabodetabek commuter train network. Manggarai Station, as one of the busiest stations in Jabodetabek, needs to provide quality service to its users every day. This research aims to analyze the service quality of Manggarai Station as a KRL Jabodetabek Transit Route from the User's Perspective. In analyzing service quality in this research, we used the Transit Capacity and Quality of Service Manual Third Edition (2013) which consists of 2 dimensions, namely Availability & Comfort and Convenience which consists of 11 subdimensions which supports those 2 dimensions. This research uses a quantitative approach with mixed data analysis methods carried out by distributing questionnaires to 112 respondents with predetermined criteria and in-depth interviews. The research results show that Manggarai Station Service Quality is in the adequate category. Based on the research results, there are several aspects that need to be improved in the service quality of Manggarai Station."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Latifah Hanum
"Dihapusnya rute KRL Bogor–Kampung Bandan dan Cikarang–Jakarta Kota mengharuskan sebagian penumpang untuk transit di Stasiun Manggarai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas pelayanan kereta rel listrik Jabodetabek pasca perubahan rute dan pola transit di Stasiun Manggarai. Teori yang digunakan adalah evaluation of the railway service quality oleh Eboli, Fu, & Mazulla dengan dimensi: safety, cleanliness, comfort, service, other, information, dan personnel menggunakan pendekatan kuantitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah mixed method melalui survei, wawancara, observasi, dan studi kepustakaan. Dari pengumpulan data, diperoleh sebanyak 106 responden survei, 6 narasumber wawancara. Penilaian kualitas pelayanan dalam penelitian ini terbagi dalam kategori: sangat tidak puas, puas, dan sangat puas. Kualitas pelayanan dari dimensi safety, comfort, other, dan information termasuk memuaskan. Dimensi pelayanan yang tergolong sangat memuaskan adalah cleanliness, service, dan personnel. Secara keseluruhan, kualitas pelayanan KRL dinilai memuaskan, namun masih ditemui berbagai masalah yang perlu ditindaklanjuti.

The elimination of the Bogor–Kampung Bandan and Cikarang–Jakarta Kota commuter line requires some passengers to transit at Manggarai Station. This study aims to determine the service quality of Jabodetabek commuter line after the shift of routes and transit patterns at Manggarai Station. The evaluation of the railway service quality by Eboli, Fu, & Mazulla is used with quantitative approach. The data collection technique used is mixed method through surveys, interviews, observations, and literature studies. From data collection, 106 survey respondents and 6 interview sources were obtained. The assessment of service quality in this study is divided into categories: very dissatisfying, satisfying, and very satisfying. The dimensions of safety, comfort, other, and information is valued as satisfying. The dimensions of service classified as very satisfying are cleanliness, service, and personnel. Overall, the quality of KRL services is considered satisfactory, but there are various problems ought to be resolved."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tobing, Theresia Febrianne L.
"ABSTRAK
KRL Jabodetabek merupakan salah satu moda transportasi yang tersedia di Jabodetabek untuk melayani masyarakat yang melakukan aktivitas commuter. Meningkatnya pengguna layanan KRL Jabodetabek mengakibatkan PT. KAI Commuter Jabodetabek meningkatkan frekuensi perjalanan. Hal ini menyebabkan terjadinya antrian kereta di Stasiun Manggarai yang merupakan stasiun transit terbesar. Antrian ini dipicu oleh tingkat kedatangan yang besar namun tingkat pelayanan kecil karena lamanya waktu berhenti di Stasiun Manggarai yang tidak sesuai dengan jadwal yang sudah dibuat. Melalui model matematis, antrian berlangsung selama 10 menit, dan hal ini akan mengakibatkan efek beruntun kepada kereta selanjutnya.

ABSTRACT
KRL Jabodetabek is one of the modes transportation that available on Jabodetabek to serve the people doing commuter activities. The increase of KRL Jabodetabek users make PT. KAI Commuter Jabodetabek increasing its travel frequencies. This led to the queue of trains at Manggarai Station which is the largest transit station. This queue is triggered by a large arrival rate but the service level is small due to the dwelling time at Manggarai Station which is not according to the schedule already made. Through mathematical model, the queue length lasts for 10 minutes, and this will effected the next train.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S69784
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naila Adinda Achmad
"Stasiun Transit Manggarai merupakan stasiun paling aktif yang menghubungkan tujuh persimpangan jalur kereta api. Sebelum pandemi, tercatat bahwa Stasiun Manggarai merupakan stasiun tersibuk yang melayani lebih dari 20.000 pengguna setiap harinya (Ditjen Perkeretaapian, 2022). Dan pada Januari 2023, terkonfirmasi bahwa Stasiun Manggarai memiliki 150.000 pengguna transit dan 14.000 pengguna stasiun per harinya (Fransisca, 2023). Jumlah pengguna yang banyak tentunya dapat meningkatkan kepadatan sehingga dapat meningkatkan potensi bahaya dan risiko yang ada, termasuk bahaya dan risiko kebakaran. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran sistem proteksi kebakaran dan keselamatan kebakaran di Stasiun Transit Manggarai Kereta Rel Listrik (KRL) Commuter Line Jabodetabek dengan menggunakan metode deskriptif observasional dengan pendekatan komparasi. Penulis membandingkan hasil penerapan sistem proteksi kebakaran dan keselamatan kebakaran di Stasiun Manggarai dengan standar NFPA 130 dan Code of Practice for Fire Precautions in Rapid Transit Systems 2022. Hasil dari penelitian ini didapatkan dengan wawancara online, telaah dokumen, dan observasi langsung pada stasiun. Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa persentase pemenuhan sistem proteksi kebakaran dan keselamatan kebakaran pada Stasiun Transit Manggarai Kereta Rel Listrik (KRL) Commuter Line Jabodetabek adalah sebesar 84,34% dengan pemenuhan tertinggi pada aspek Fungsi, Reliabilitas, dan Ketersediaan Sistem Komunikasi dan Kontrol dan Persyaratan Kawat dan Kabel sebesar 100% dan pemenuhan terendah pada aspek Sistem Komunikasi Keadaan Darurat sebesar 50%.

Stasiun Transit Manggarai is the most active station that connects seven railroad crossings. Before the pandemic, it was recorded that Manggarai Station was the busiest station serving more than 20,000 users every day (Ditjen Perkeretaapian, 2022). In January 2023, it was confirmed that Manggarai Station has 150,000 transit users and 14,000 station users per day (Fransisca, 2023). A large number of users can certainly increase the density, and according to research density can increase the existing potential hazards and risks, including fire hazards and risks. Therefore, this research was conducted to find out the implementation of the fire protection system and fire safety at Stasiun Transit Manggarai Kereta Rel Listrik (KRL) Commuter Line Jabodetabek using a descriptive observational method with a comparative approach. The author compares the results of implementing fire protection and fire safety systems at Manggarai Station with NFPA 130 and Code of Practice for Fire Precautions in Rapid Transit Systems 2022. The results of this study were obtained through interviews, document review, and direct observation at the station. Based on the research, it was found that the proportion of implementation of fire protection and fire safety systems at the Stasiun Transit Manggarai Kereta Rel Listrik (KRL) Commuter Line Jabodetabek is 84.34% with the highest fulfillment at the percentage of 100% on two aspects – Function, Reliability, and Availability of Communication and Control Systems and Wire and Cable Requirements. The lowest compliance is in the Emergency Communication System aspect with the percentage of 50%."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widia Afrianti Putri Krisna
"Penelitian ini membahas mengenai kualitas layanan pencegahan kekerasan seksual pada KRL Commuter Line berdasarkan sudut pandang pengguna di Jabodetabek. Penelitian ini bertujuan untuk menilai kualitas layanan Commuter Line berdasarkan metode Importance Performance Analysis yang membandingkan nilai kinerja dengan kepentingan layanan serta mengidentifikasi layanan apa yang dianggap penting sehingga perlu diperbaiki sebagai bentuk intervensi pemerintah guna mencegah terjadinya kekerasan seksual di KRL Commuter Line. Dalam merumuskan atribut layanan, penelitian ini menggunakan enam dimensi dari teori Inisiatif Pencegahan Kekerasan Seksual oleh Gekoski et al (2015) yaitu formal surveillance, natural surveillance, raising awareness, technology, women only transportation, dan other initiative. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah mix method, yakni melalui survei dengan menyebarkan kuesioner secara online, wawancara mendalam, dan studi kepustakaan. Penyebaran kuesioner dilakukan melalui platform Google Form dengan menghasilkan sebanyak 134 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan penilaian Importance Performance Analysis, secara keseluruhan tingkat kesesuaian pada 23 atribut layanan pencegahan kekerasan seksual di KRL Commuter Line di Jabodetabek adalah 80,27% yang berarti kualitas layanan sudah cukup baik. Terdapat 11 atribut layanan yang dianggap penting oleh pengguna yang pada diagram kartesius berada pada Kuadran I dan Kuadran II.

This study discusses the quality of sexual violence prevention services on the KRL Commuter Line based on user perspectives in Jabodetabek. This study aims to assess service quality of sexual violence prevention services on the KRL Commuter Line based on the Importance Performance Analysis method which compares performance level with importance level and identifies what services are considered important so that they need to be improved as a form of government intervention to prevent sexual violence on the KRL Commuter Line. In formulating service attributes, this study uses six dimensions of the Sexual Violence Prevention Initiative theory by Gekoski et al (2015), namely formal surveillance, natural surveillance, raising awareness, technology, women only transportation, and other initiative. This research use mix method as data collection method, through surveys by distributing questionnaires online, in-depth interviews, and literature studies. The questionnaire was distributed through the Google Form platform with 134 respondents. The results showed that based on the Importance Performance Analysis assessment, the overall level of conformity to 23 attributes of sexual violence prevention services on the KRL Commuter Line in Jabodetabek is 80.27% which means the service quality is quite satisfactory. There are 11 service attributes that are considered important by users which on the kartesius diagram located in Quadrant I and Quadrant II."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nada Salsabilla
"Parameter umum untuk melihat apakah suatu masyarakat sudah terpenuhi kondisi kesejahteraannya menurut konsep kesejahteraan sosial adalah di mana suatu masalah sosial dapat dikelola, sejauh mana kebutuhan masyarakat dapat dipenuhi, dan tingkatan di mana kesempatan untuk mengembangkan diri difasilitasi oleh pemerintah. Namun faktanya, kondisi KRL Commuter Line sering dikeluhkan karena tidak lagi memberikan kenyamanan sebagai bentuk kesejahteraan kepada penggunanya. Maka dari itu, penelitian ini dilakukan untuk memberi gambaran mengenai kondisi pengguna KRL Commuter Line yang transit di Stasiun Manggarai. Terdapat dua variabel yang diuji dalam penelitian ini, yakni resiliensi dan stres perjalanan (commuting stress). Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah accidental sampling dan online sampling menggunakan metode survei dengan instrumen kuesioner dalam ukuran skala Likert. Pengumpulan data dilakukan pada April–Mei 2024 dengan jumlah responden 331 pekerja pengguna KRL Commuter Line yang transit di Stasiun Manggarai. Hasil penelitian ini menunjukkan kondisi hubungan antara variabel resiliensi dengan variabel stres perjalanan (commuting stress) pada sebagian besar pekerja pengguna KRL Commuter Line transit Stasiun Manggarai termasuk signifikan dengan kekuatan hubungan masuk ke dalam kategori cukup berdasarkan hasil uji korelasi Kendall’s Tau-b sebesar 0,353. Arah hubungan yang terbentuk bersifat positif menunjukkan semakin tinggi tingkat stres perjalanan (commuting stress) pengguna maka semakin tinggi pula tingkat resiliensi diri.

The general parameters for seeing whether a society's welfare conditions have been met according to the concept of social welfare are the extent to which a social problem can be managed, the extent to which society's needs can be met, and the level to which the government facilitates opportunities for self-development. However, the condition of the KRL Commuter Line is often complained about because it no longer provides comfort as a form of welfare to its users. Therefore, this research was conducted to provide an overview of the conditions of KRL Commuter Line users who transit at Manggarai Station. Two variables were tested in this research: resilience and commuting stress. This study uses a quantitative approach. The data collection techniques used were accidental sampling and online sampling using a survey method with a questionnaire instrument on a Likert scale. Data was collected in April–May 2024 with 331 respondents who used the KRL Commuter Line and transited at Manggarai Station. The results of this research show that the condition of the relationship between the resilience variable and the commuting stress variable for the majority of workers using the KRL Commuter Line transit at Manggarai Station is significant, with the strength of the relationship being in the sufficient category based on the results of the Kendall's Tau-b correlation test of 0.353. The direction of the relationship formed is positive, indicating that the higher the user's level of commuting stress, the higher the self-resilience. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khansa Raihana Salsabila Khalawi
"Urban sprawl atau meluasnya kawasan perkotaan memaksa masarakat mencari hunian di pinggiran kota yang meningkatkan mobilitas dan kemacetan lalu lintas akibat kendaraan pribadi menjadi moda transportasi utama. Konsep Transit Oriented Development (TOD) hadir untuk mengatasi masalah ini dengan memaksimalkan penggunaan angkatan umum massal yang terbukti efektif mengurangi kemacetan dan meningkatkan kualitas hidup di berbagai negara seperti Eropa, Amerika, Hongkong, Jepang, dan lainnya. Indonesia mulai menerapkan konsep TOD dengan adanya Peraturan Gubernur DKI Jakarta No 44 Tahun 2017 tentang Pengembangan Kawasan Transit Oriented Development. Akan tetapi, implementasi TOD di Indonesia belum maksimal dikarenakan konsep TOD kurang proporsional karena pemikirannya terbatas dari aspek komersial terutama difokuskan pada tujuan perumahan mengakibatkan penggunaan kendaraan pribadi masih tinggi dan tidak mengatasi kemacetan. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis perencanaan TOD di Stasiun KRL Rawa Buntu dengan menggunakan variabel-variabel yang didapatkan dari beberapa referensi. Analisis dilakukan menggunakan variabel tersedia datanya di kawasan rencana TOD Stasiun Rawa Buntu. Setelah dilakukan analisis, didapatkan hasil bahwa kawasan rencana TOD Stasiun Rawa Buntu belum memenuhi standar dan prinsip yang ada. Maka dari itu, diperlukan perbaikan pada beberapa variabel untuk memaksimalkan kawasan TOD Stasiun Rawa Buntu.

Urban sprawl or the expansion of urban areas forces people to look for housing on the outskirts of the city which increases mobility and traffic jams due to private vehicles becoming the main mode of transportation. The Transit Oriented Development (TOD) concept is here to overcome this problem by maximizing the use of mass public transportation which has been proven to be effective in reducing congestion and improving the quality of life in various countries such as Europe, America, Hong Kong, Japan and others. Indonesia began implementing the TOD concept with the DKI Jakarta Governor's Regulation No. 44 of 2017 concerning the Development of Transit Oriented Development Areas. However, the implementation of TOD in Indonesia has not been optimal because the TOD concept is not proportional because the thinking is limited from a commercial aspect, especially focused on residential purposes, resulting in the use of private vehicles still being high and not solving traffic jams. This research was conducted to analyze TOD planning at Rawa Buntu KRL Station using variables obtained from several references. The analysis was carried out using variables available for data in the TOD planned area of Rawa Buntu Station. After carrying out the analysis, the results were obtained that the TOD planned area for Rawa Buntu Station did not meet existing standards and principles. Therefore, improvements are needed in several variables to maximize the TOD area of Rawa Buntu Station."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ryandika
"Populasi penduduk DKI Jakarta setiap tahunnya terus mengalami peningkatan sehingga mendorong terjadinya fenomena urban sprawl yaitu meluasnya kawasan perkotaan ke wilayah sekitar (Jabodetabek). Salah satu permasalahan yang timbul dari fenomena tersebut adalah kemacetan akibat masifnya penggunaan kendaraan pribadi. Untuk meningkatkan penggunaan angkutan umum massal, diperkenalkan sebuah konsep Transit Oriented Development (TOD) sebagai konsep pengembangan yang terpusat pada simpul transit salah satunya pada Stasiun KRL Depok Baru. Penelitian ini bertujuan untuk menilai dan menganalisis konsep TOD Stasiun Depok Baru sesuai dengan standar dan prinsip TOD. Instrumen penilaian yang digunakan untuk menganalisis adalah TOD Standard dari Institute for Transportation and Development Policy (ITDP) dan Indikator Kesiapan TOD (Iskandar et al., 2021). Dengan melakukan penilaian dan analisis, didapatkan hasil bahwa TOD Stasiun Depok Baru belum memenuhi semua aspek terdapat dalam TOD Standard dan Indikator Kesiapan TOD sehingga nilai yang didapatkan tidak maksimal. Perlu adanya perbaikan atau peningkatan pada beberapa aspek untuk mencapai fungsi TOD yang maksimal.

The population of DKI Jakarta continues to increase every year, causing the phenomenon of urban sprawl, or the expansion of urban areas into the surrounding area (Jabodetabek). One of the problems arising from this phenomenon is congestion due to the massive use of private vehicles. To increase the use of public transportation, a Transit-Oriented Development (TOD) concept was introduced as a development concept centered on transit nodes, one of which is located at the Depok Baru KRL Station. This study aims to assess and analyze the TOD concept at Depok Baru Station in accordance with TOD standards and principles. The assessment instrument used to analyze is the TOD Standard from the Institute for Transportation and Development Policy (ITDP) and the Readiness Indicators for Transit-Oriented Areas. An assessment and analysis found that the TOD of Depok Baru Station did not meet all the aspects contained in the TOD Standard and the TOD Readiness Indicator, so the value obtained was not optimal. There needs to be improvements in several aspects to achieve maximum TOD function."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ryandika
"Populasi penduduk DKI Jakarta setiap tahunnya terus mengalami peningkatan sehingga mendorong terjadinya fenomena urban sprawl yaitu meluasnya kawasan perkotaan ke wilayah sekitar (Jabodetabek). Salah satu permasalahan yang timbul dari fenomena tersebut adalah kemacetan akibat masifnya penggunaan kendaraan pribadi. Untuk meningkatkan penggunaan angkutan umum massal, diperkenalkan sebuah konsep Transit Oriented Development (TOD) sebagai konsep pengembangan yang terpusat pada simpul transit salah satunya pada Stasiun KRL Depok Baru. Penelitian ini bertujuan untuk menilai dan menganalisis konsep TOD Stasiun Depok Baru sesuai dengan standar dan prinsip TOD. Instrumen penilaian yang digunakan untuk menganalisis adalah TOD Standard dari Institute for Transportation and Development Policy (ITDP) dan Indikator Kesiapan TOD (Iskandar et al., 2021). Dengan melakukan penilaian dan analisis, didapatkan hasil bahwa TOD Stasiun Depok Baru belum memenuhi semua aspek terdapat dalam TOD Standard dan Indikator Kesiapan TOD sehingga nilai yang didapatkan tidak maksimal. Perlu adanya perbaikan atau peningkatan pada beberapa aspek untuk mencapai fungsi TOD yang maksimal.

The population of DKI Jakarta continues to increase every year, causing the phenomenon of urban sprawl, or the expansion of urban areas into the surrounding area (Jabodetabek). One of the problems arising from this phenomenon is congestion due to the massive use of private vehicles. To increase the use of public transportation, a Transit-Oriented Development (TOD) concept was introduced as a development concept centered on transit nodes, one of which is located at the Depok Baru KRL Station. This study aims to assess and analyze the TOD concept at Depok Baru Station in accordance with TOD standards and principles. The assessment instrument used to analyze is the TOD Standard from the Institute for Transportation and Development Policy (ITDP) and the Readiness Indicators for Transit-Oriented Areas. An assessment and analysis found that the TOD of Depok Baru Station did not meet all the aspects contained in the TOD Standard and the TOD Readiness Indicator, so the value obtained was not optimal. There needs to be improvements in several aspects to achieve maximum TOD function."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ray Fernando Tuahta
"Skripsi ini membahas tentang permasalahan antrian keluar Stasiun Bekasi. Antrian keluar yang diamati adalah antrian keluar pada jam sibuk sore yang terlihat sudah sangat panjang hingga mencapai jalur rel penglaju. Antrian ini diakibatkan adanya tundaan yang terjadi akibat oleh adanya waktu pelayanan mesin Gerbang Transaksi Otomatis. Analisis pada penelitian ini menggunakan teori antrian dan tingkat pelayanan agar dapat mengetahui kinerja dan kapasitas dari Gerbang Transaksi Otomatis terhadap jumlah penumpang yang keluar. Hasil dari analisis akan dibuat solusi permasalahan agar mampu meningkatkan tingkat pelayanan diantaranya, dengan adanya penambahan beberapa fasilitas antrian, modifikasi area antrian, dan penambahan pintu keluar di Stasiun Bekasi.

The purpose of this research is to analyse the problem of queueing at exit gate in Bekasi Station. The queue focused at exiting queue on evening peak hour which showed extremely long queue and reach the active railway. The queue caused by delay which happened by the service time at gate fares. This study is using queueing theory and level of service theory to identify the gatefares rsquo performances and capacity campared to the amount of passanger who want to leave Bekasi Station. The results of this study will make some solutions to increase the level of service of gate fares, such as adding extra queueing facilitites, modifying queueing area, and adding a new Gate in Bekasi Station."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67281
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>