Hadirin yang saya muliakan,
Pada kesempatan yang baik ini saya memilih topik "Hepatitis dan Permasalahannya Menjelang Tahun 2000" untuk disampaikan kepada para hadirin. Hal ini didasari oleh pertimbangan akan pentingnya penyakit tersebut. Saat ini hepatitis virus masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang amat besar di Indonesia, bahkan juga di sebagian besar penduduk dunia.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyadari betapa pentingnya masalah hepatitis. Berbagai pertemuan secara berkala selalu diadakan untuk membahas masalah ini, dalam rangka mencari cara yang tepat bagi usaha-usaha pencegahan.
Mengapa penyakit hepatitis demikian penting? Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
(1) Penyakit hepatitis virus telah menyerang lebih dari 2 miliar manusia.
(2) Penyakit ini menyebabkan morbiditas (kesakitan) dan mortalitas (kematian) pada penduduk yang diakibatkan oleh keadaan akut, maupun keadaan kronik (menahun) penyakit ini. (3) Hasil pengobatan bentuk kronik penyakit ini belum memuaskan. (4) Bentuk kronik penyakit ini dapat berkembang menjadi penyakit kanker hati. (5) Usaha pencegahan dapat dilakukan melalui vaksinasi dan penyuluhan yang terus-menerus.Hadirin yang terhormat,
Penyakit hepatitis sebenarnya sudah lama ditemukan. Hippocrates telah mengemukakan gambaran klinik ikterus epidemik ("epidemic jaundice”) yang manifestasinya masih tetap sama, sampai saat ini. Deskripsinya mengenai hepatitis fulminan (ganas) ternyata dramatik, namun akurat. Ia bahkan memberikan petunjuk diet khusus ditambah campuran air dan madu, yang merupakan nasihat yang masih bisa diterima sampai saat ini. Sangat menarik bahwa Hippocrates juga telah memikirkan konsep imunisasi.
Penelitian eksperimental pada manusia yang amat penting dalam riwayat hepatitis dikerjakan oleh Krugman pada tahun 1950 (5). Melalui penelitian ini diperlihatkan adanya dua macam hepatitis virus. Yang pertama adalah hepatitis yang ditularkan melalui oral (mulut) dengan masa inkubasi yang pendek, yang dikenal sebagai hepatitis infeksiosa atau hepatitis A. Yang kedua adalah hepatitis yang ditularkan melalui parenteral (suntikan) dan dengan masa inkubasi yang panjang, yang disebut hepatitis serum atau hepatitis B.
Hadirin yang terhormat,
Sejak penemuan antigen Australia atau yang kemudian lebih dikenal dengan nama "hepatitis B surface antigen" (HBsAg) oleh Blumberg dkk. pada permulaan tahun enam puluhan perkembangan pengetahuan mengenai hepatitis B telah berlangsung dengan sangat cepat (6). Dalam waktu yang relatif amat singkat, bermula dari satu antigen yang tidak diketahui asal serta arti pentingnya, ternyata telah menguak tabir virus hepatitis B mulai dari struktur, mekanisme pembentukan, cara penyebaran sampai kepada cara pembuatan vaksinnya.
Atas dasar penemuan yang sangat bersejarah tersebut dr.Blumberg mendapat hadiah Nobel pada tahun 1976. Sejak itu, publikasi mengenai hepatitis meningkat dengan pesat. Berbagai penemuan yang merupakan peristiwa penting dan menjadi tonggak sejarah dalam perkembangan hepatitis, bermunculan.
"Karsinoma hepatoseluler (KHS) merupakan karsinoma primer tersering pada sel hati. Sebagian besar KHS disebabkan oleh virus hepatitis B (VHB) dan virus hepatitis C (VHC) yang memiliki patogenesis yang berbeda dalam menyebabkan KHS. Alfa-fetoprotein (AFP) sebagai penanda tumor pada KHS dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya status infeksi. Berbagai penelitian sudah dilakukan untuk mengetahui pengaruh pengaruh jenis virus penyebab KHS dengan kadar AFP namun hasilnya sangat beragam. Berdasarkan hal tersebut dan ditambah dengan belum adanya penelitian serupa yang menggunakan data pasien di Indonesia maka penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kadar AFP pada pasien KHS terkait infeksi VHB terhadap VHC. Penelitian ini dilakukan dengan desain studi potong lintang menggunakan 199 data AFP pasien KHS yang terdiri dari 129 kasus KHS terkait VHB dan 70 kasus KHS terkait VHC. Dari penelitian ini didapatkan sebanyak 97% dan 87.3% pasien KHS terkait VHC dan VHB mengalami peningkatan kadar AFP secara berurutan. Nilai median kadar AFP pada pasien KHS terkait VHB adalah 419 IU/mL sedangkan pada pasien KHS terkait VHC sebesar 400 IU/mL. Perbedaan nilai tersebut memiliki nilai p = 0.97 dalam uji Mann-Whitney U sehingga disimpulan tidak ada perbedaan bermakna pada rerata kadar AFP antara pasien KHS terkait VHB dibanding dengan VHC.
Hepatocellular carcinoma (HCC) is the most primary common carcinoma in liver cells. Most HCC are caused by the hepatitis B virus and hepatitis C that have different pathogenesis in causing carcinoma. Alpha-fetoprotein as tumor marker in HCC is influenced by various factors, one of which is infection status. Various studies have been carried out to determine the influence of the types of viruses causing HCC with AFP levels but the results are very diverse. Based on this and coupled with the absence of similar studies using patient data in Indonesia, this study aims to compare AFP levels in HCC patients related to HBV and HCV. Using cross-sectional design, this study included 199 data of AFP in patient with HCC comprises of 129 cases of HCC related to HBV and 70 cases of HCC related to HCV. From this study, it was found that 97% and 87.3% of HCC patients related to HCV and HBV experienced an increase in AFP levels consecutively. The median value of AFP levels in HBV-related HCC patients was 419 IU / mL while in HCV-related HCC patients was 400 IU / mL. The difference in value has a p value = 0.97 in the Mann-Whitney U test thus it is concluded that there is no significant difference in AFP levels between HBV-related HCC patients compared with HCV-related HCC.
"