Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 160709 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Diadra Annisa Setio Utami
"Latar belakang: Penyakit jantung rematik (PJR) merupakan salah satu penyebab kematian kardiovaskular pada anak yang dapat dicegah. Indonesia merupakan salah satu negara endemis PJR. Data mengenai kesintasan, perbaikan katup, dan faktor-faktor yang memengaruhi pada populasi anak masih terbatas.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesintasan dan perbaikan katup lima tahun setelah terdiagnosis pada anak dengan PJR serta faktor-faktor yang memengaruhi.
Metode: Penelitian ini merupakan studi prognostik dengan rancangan penelitian kohort retrospektif di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo menggunakan data rekam medis pasien yang terdiagnosis dengan PJR sebelum Desember 2018 dan diikuti selama lima tahun, paling akhir Desember 2023. Subjek yang diteliti adalah anak berusia kurang dari 18 tahun saat terdiagnosis dengan PJR. Faktor yang diteliti untuk kesintasan dan perbaikan katup adalah status gizi, kepatuhan profilaksis penisilin, kelas gagal jantung New York Heart Association (NYHA), fraksi ejeksi, derajat katup, jumlah katup, dan operasi katup.
Hasil: Sebanyak 100 anak yang terdiagnosis PJR dengan rerata usia 11,29 (8,42-14,16) tahun dan proporsi jenis kelamin 1:1 dimasukkan dalam analisis. Rerata pengamatan adalah 47,96 bulan (simpang baku 20 bulan). Keterlibatan katup terbanyak adalah regurgitasi mitral (32%). Sebagian besar pasien terdiagnosis dengan derajat katup berat (58%). Kesintasan 5 tahun didapatkan 90% dengan prediktor independen kematian yaitu fraksi ejeksi <55% saat terdiagnosis dengan HR 6,34 (IK95% 1,72-23,46; p = 0,006) dan kelas NYHA III-IV saat terdiagnosis dengan HR 5,33 (IK95% 1,05-27,11; p = 0,04). Proporsi anak dengan PJR yang mengalami perbaikan katup 5 tahun setelah terdiagnosis adalah 60% dengan faktor yang memengaruhi yaitu operasi katup dengan RR 1,40 (IK95% 1,05-1,88; p=0,02). Analisis subgrup pada subjek yang tidak operasi mendapatkan bahwa kelas NYHA I-II dan fraksi ejeksi >55% saat tediagnosis secara signifikan berpengaruh terhadap perbaikan katup dengan RR 3,05 (IK95% 1,33-7,03; p = 0,01) dan RR 1,62 (IK95% 1,28-2,04; p<0,01) secara berturut-turut. Kesimpulan: Kesintasan lima tahun anak dengan PJR adalah 90% dengan faktor yang memengaruhi yaitu fraksi ejeksi <55% dan kelas gagal jantung NYHA III-IV saat terdiagnosis. Sebanyak 60% subjek mengalami perbaikan katup dengan faktor yang memengaruhi adalah operasi katup.

Background: Rheumatic heart disease (RHD) is a major contributor of preventable cardiovascular disease in children. Indonesia is one of the most endemic countries with RHD. However, data on clinical outcomes and prognostic factors are still lacking.
Objective: This study aimed to evaluate the five year survival rate, proportion of valve improvement, and prognostic factors of both outcomes.
Method: We conducted a retrospective cohort study in Cipto Mangunkusumo Hospital which included patients aged below 18 years at diagnosis before December 2018. Subjects were followed for 5 years up to December 2023. Factors analyzed for both mortality and valve improvement were nutrition status, adherence to penicillin prophylaxis, New York Heart Association (NYHA) class, ejection fraction, valve severity, number of valve involved, and valve surgery.
Results: One hundred patients with RHD were included with mean age of 11.29 (8.42-14.16) years. The proportion of female : male was 1:1. Mean duration of follow up was 47.96 (SD 20) months). The majority of valve abnormality was mitral regurgitation (32%). As many as 58% were diagnosed with severe valve disease. Five year survival rate was 90%. Significant prognostic factors for mortality were ejection fraction <55% at diagnosis with HR 6.34 (95%CI 1.72-23.46; p=0.006) and NYHA class III-IV at diagnosis with HR 5.33 (95%CI 1,05-27.11; p=0.04. The proportion of subjects with valve improvement after 5 years was 60%. Multivariate analysis revealed that valve surgery was the only significant factor for valve improvement with RR 1.40 (95%CI 1.05-1.88; p=0.02). Subgroup analysis in subjects who did not undergo surgery showed that NYHA class I-II and ejection fraction >55% at diagnosis significantly affected valve improvement with RR 3,05 (95% CI 1,33-7,03; p = 0,01) dan RR 1,62 (95% CI 1,28-2,04; p<0,01)
Conclusion: The five year survival rate of children with RHD was 90%. Mortality predictors were ejection fraction <55% and NYHA class III-IV at diagnosis. Sixty percent of patients had valve improvement with valve surgery as a predictor.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Agnes Tri Harjaningrum
"ABSTRAK
Latar belakang:.Demam reumatik DR dan penyakit jantung reumatik PJR merupakan penyakit kronis yang berdampak terhadap fisik, psikososial, dan akademik. Penting menilai kualitas hidup anak DR dan PJR serta faktor-faktor yang memengaruhinya, untuk mengetahui prioritas masalah. Tujuan: Mengetahui gambaran kualitas hidup anak DR dan PJR serta faktor-faktor yang memengaruhinya. Metode: Studi potong lintang pada April-Agustus 2017, dengan subyek anak berusia 5-18 tahun. Data didapatkan secara consecutive sampling menggunakan kuesioner PedsQL trade; 3.0 modul jantung dan rekam medis retrospektif. Hasil: Kualitas hidup baik ditemukan pada 53 laporan anak dan 52 laporan orangtua subyek. Skor median laporan anak 79,70 29,7-100 , dan laporan orangtua 77,31 45,03-99,40 . Kepatuhan berobat merupakan kunci penyebab membaiknya kualitas hidup. Tidak ada faktor sosiodemografi yang berhubungan dengan kualitas hidup. Faktor klinis yang berhubungan dengan kualitas hidup adalah rute antibiotik. Anak DR dan PJR yang mendapat antibiotik intramuskuler, 3,2 kali laporan anak memiliki kemungkinan kualitas hidup lebih baik dibandingkan yang mendapatkan antibiotik oral p ABSTRACT
Background Rheumatic fever RF and rheumatic heart disease RHD are chronic diseases that affect physical, psychosocial, and academic. Assessment of quality of life in children with RF and RHD and the factors affecting it, is important to identify problems. Objective To identify quality of life in children with RF and RHD and the factors influencing it. Method A cross sectional study on RF and RHD patients aged 5 18 years old, using PedsQLTM 3.0 Cardiac Module questionnaire and retrospective medical records from April 2017 until August 2017. Result High quality of life was found in 53 child report and 52 parent report of subjects. Median score from children rsquo s reports and parents rsquo reports are, 79,70 29,7 100 , and 77,31 45,03 99,40 respectively. Compliance was the key to cause quality of life to increase. Clinical factors affecting quality of life included the route of antibiotic administration, and there were no sociodemographic factors. By child report, children with RF and RHD who received intramuscular antibiotics were 3.2 times more likely to have higher quality of life than children who received oral antibiotics p "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Sugiarno
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1996
T57272
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panjaitan, Fajar Hamonangan
"Latar belakang: Endokarditis infeksi (EI) adalah penyakit jantung yang memiliki angka kematian yang tinggi. Penyakit jantung rematik (PJR) telah ditemukan dapat meningkatkan kejadian EI. Selain itu, PJR dapat mempengaruhi perjalanan penyakit, mortalitas, serta morbiditas pasien EI.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan PJR dengan mortalitas dan morbiditas pasien EI. Penelitian ini juga menganalisis faktor-faktor yang dapat memprediksi luaran klinis pasien EI dengan PJR.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan menggunakan desain studi kohort retrospektif. Penelitian ini merekrut subjek pasien yang terdiagnosis EI pada periode 1 Januari 2013—31 Desember 2023. Analisis bivariat dan multivariat akan dilakukan untuk menilai hubungan PJR terhadap mortalitas dan morbiditas pasien EI.
Hasil: Penelitian ini merekrut 358 sampel pasien EI. Populasi pasien tanpa PJR ditemukan memiliki tingkat komorbiditas yang lebih tinggi. Namun, tidak ditemukan perbedaan bermakna tingkat mortalitas dan morbiditas pasien EI intraperawatan (p=0.740) dan pascaperawatan (p=0.092) pasien dengan dan tanpa PJR. Mortalitas intraperawatan pasien EI dengan PJR akibat etiologi jantung mencapai 40%. Penggunaan antibiotik inkomplit (OR=9.25; p=0.022), tidak dilakukan operasi (OR=12.32; p<0.001), dan kejadian sepsis (OR=9.25; p=0.022), ditemukan secara bermakna mempengaruhi mortalitas pasien EI dengan PJR.
Kesimpulan: Tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara PJR dengan kejadian mortalitas dan morbiditas intraperawatan serta mortalitas pascaperawatan pada pasien EI. Faktor berupa penggunaan antibiotik inkomplit tidak menjalani operasi, dan sepsis mempengaruhi mortalitas pasien EI dengan PJR.

Background: Infectious endocarditis (IE) is a heart disease with high mortality rate. Rheumatic heart disease (RHD) has been found to increase the incidence of IE. In addition, RHD can affect the course of the disease, mortality, and morbidity of IE patients.
Aim: This study aims to analyze the relationship between RHD and mortality and morbidity of IE patients. This study also analyzes factors that can predict clinical outcomes of IE patients with RHD.
Methods: This study is an observational analytical study using a retrospective cohort study design. This study recruited subjects diagnosed with IE in the period of January 1, 2013—December 31, 2023. Bivariate and multivariate analyses will be conducted to assess the relationship of RHD to mortality and morbidity of IE patients.
Results: This study sample recruited 358 IE patients. The patient population without RHD was found to have a higher level of comorbidity. However, there was no significant difference in the intra-hospital mortality and morbidity of IE patients (p=0.740) and post-hospital mortality (p=0.092) of patients with and without RHD. Intra-hospital mortality of IE patients with RHD due to cardiac etiology reached 40%. Incomplete antibiotic use (OR=9.25; p=0.022), no surgery (OR=12.32; p<0.001), and sepsis incidence (OR=9.25; p=0.022), were found to effectively affect the mortality of IE patients with RHD.
Conclusion: There was no significant association between RHD and the incidence of intra-hospital mortality and morbidity and post-hospital mortality in IE patients. Factors such as incomplete antibiotic use, no surgery, and sepsis affects the mortality of IE patients with RHD.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Habibah Nur Alawiah
"Penyakit Jantung Bawaan (PJB) sering dikaitkan dengan malnutrisi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang mengakibatkan peningkatan morbiditas dan mortalitas, penatalaksana yang tepat dapat menurunkan infeksi, lama rawat, bahkan kematian. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi kurang pada anak dengan PJB. Penelitian ini menggunakan observasional analitik dengan rancangan case control.  Sampel penelitian berjumlah 114 anak PJB di Rumah Sakit Jantung Jakarta periode Juli 2020 hingga Juni 2023. Uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara usia, jenis kelamin, riwayat BBLR, pemberian ASI eksklusif, jenis PJB dan penyakit penyerta terhadap status gizi kurang pada anak PJB, terdapat hubungan antara kelengkapan imunisasi dengan status gizi kurang pada anak PJB (p value <0,05). Simpulan: dari penelitian ini yaitu faktor nutrisi dan organik tidak berhubungan dengan status gizi kurang anak PJB. Oleh karena itu pelayanan perlu memberikan perhatian terkait status nutrisi dan imunisasi disamping masalah jantung.

Congenital Heart Disease (CHD) is often associated with malnutrition which is influenced by various factors resulting in increased morbidity and mortality, appropriate management can reduce infection, length of stay, and even death. This research was conducted to identify factors associated with malnutrition status in children with CHD. This study used an analytical observational with a case control design. The research sample consisted of 114 CHD children at the Jakarta Heart Hospital for the period July 2020 to June 2023. The result of this study showed that there was no relationship between age, gender, history of LBW, exclusive breastfeeding, type of CHD and comorbidities on malnutrition status in CHD children, there is a relationship between complete immunization and malnutrition status in CHD children (p value <0.05). Conclusion from this research, nutritional and organic factors are not related to the malnutrition status of CHD children. Therefore, services need to pay attention to nutritional status and immunization in addition to heart problems."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Fadhilah
"Latar Belakang : Penyakit jantung rematik (PJR) merupakan komplikasi paling serius dari demam rematik (DR). Penelitian terbaru telah menyoroti adanya inflamasi kronis yang ditandai tingginya kadar CRP, keterlibatan limfosit T serta sitokin inflamasi seperti TNF-α, IFN-γ dan IL-4. Obat yang memiliki efek anti inflamasi adalah penyekat HMG KoA reduktase, yang mampu menurunkan kadar TNF-α dan IFN-γ serta meningkatkan kadar IL-4.
Tujuan : Untuk membuktikan efek atorvastatin dalam menurunkan ekspresi gen TNF-α dan IFN-γ, serta meningkatkan ekspresi gen IL-4. Menilai hubungan antara penurunan ekspresi gen TNF-α dan IFN-γ dengan peningkatan ekspresi gen IL-4.
Metode : Penelitian ini merupakan studi eksperimental. Pasien dengan penyakit katup jantung dengan etiologi rematik yang akan menjalani tindakan perbaikan/penggantian katup diberikan perlakuan atorvastatin/plasebo 6 minggu sebelum operasi, dilakukan pemeriksaan ekspresi gen TNF-α, IFN-γ dan IL-4 pada jaringan katup dan Appendiks Atrium Kiri (AAK) yang dieksisi saat operasi, menggunakan alat Real Time PCR.
Hasil : Dari 53 responden, dengan rerata usia 35 tahun, 70% di antaranya adalah perempuan. 25 responden mendapatkan atorvastatin. Kelompok Atorvastatin memiliki ekspresi gen TNF-α di AAK yang lebih rendah dengan p 0,005 (95% CI 0,05-0,58), setelah disesuaikan dengan jenis kelamin dan fraksi ejeksi. Namun tidak terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik dari ekspresi gen IL-4 dan IFN-γ di AAK antara kedua kelompok responden, begitu pula dengan seluruh sitokin pada jaringan katup.
Kesimpulan : Pemberian atorvastatin dapat mengurangi inflamasi pada jaringan appendiks atrium kiri penderita penyakit jantung rematik yang ditandai dengan rendahnya ekspresi gen TNF-α namun tidak terbukti mengurangi inflamasi pada jaringan katup. Terdapat hubungan antara penurunan ekspresi gen TNF-α dan IFN-γ dengan peningkatan ekspresi gen IL-4.

Background : Rheumatic Heart Disease is the most troublesome complication of rheumatic fever. Recent trials emphasized ongoing chronic inflammation represented by CRP, TNF-α, IFN-γ and IL-4,. HMG CoA reductase inhibitor was agent with antiinflamatory effect, suppressing TNF-α and IFN-γ and increasing IL-4.
Objectives : This study was to prove the effect of atorvastatin in suppressing gene expression of TNF-α and IFN-γ, and also effect of atorvastatin in increasing gene expression of IL-4. Knowing correlation between suppressed TNF-α and IFN-γ gene expression and increased IL-4 gene expression.
Method : This study was designed as an experimental study. Patients with valvular dysfunction due to rheumatic process planned to underwent cardiac valves repair/replacement operation were given atorvastatin/placebo 6 weeks before. Gene expression method was used to check mRNA TNF-α, mRNA IFN-γ and mRNA IL-4 level from excised valves and Left Atrial Appendage (LAA).
Result : 53 patients were enrolled. Proportion of women was 70% and age average was 35 years old. Atorvastatin group had lower gene expression TNF-α level in LAA with p 0,005 (95% CI 0,05-0,58), after adjusted with gender and ejection fraction. But there were no differences of IL-4 and IFN-γ gene expression in LAA, either all inflammation cytokines in valves.
Conclusions : Atorvastatin reduced inflammation in LAA patients with Rheumatic Heart Disease by suppressing TNF-α gene expression but didn’t proved reducing inflammation in cardiac valves. There was correlation between supressed gene expression of TNF-α and IFN-γ with increased gene expression of IL-4 level.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T58546
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Srisadono Fauzi Adiprabowo
"Mortalitas pneumonia anak masih menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia hingga saat ini. Bayi dengan penyakit jantung bawaan pirau kiri kanan (PJB L-R) berisiko menderita pneumonia. Data mortalitas pneumonia pada PJB L-R dan faktor-faktor yang memengaruhi belum banyak diketahui. Penelitian kohort retrospektif ini membandingkan mortalitas pneumonia dengan PJB L-R dengan tanpa PJB. Sebanyak 129 subyek dengan rentang usia 1 bulan - 7 tahun dengan diagnosis primer pneumonia, 54 subyek dengan PJB L-R dan 75 subyek tanpa PJB. Proporsi mortalitas pneumonia dengan PJB L-R lebih banyak (57,1%) dan risiko mortalitas lebih besar (OR 2,35; IK 95% 1,06 sampai 5,18) dibandingkan pneumonia tanpa PJB. Status gizi kurang/buruk, pneumonia rekuren, dan pneumonia terkait rumah sakit (HAP) lebih banyak secara signifikan pada pneumonia dengan PJB L-R. Sedangkan, tingkat keparahan dan anemia tidak berbeda bermakna di kedua kelompok. Pneumonia dengan tingkat keparahan berat memengaruhi mortalitas secara bermakna (OR 3,24; IK95% 1,16 sampai 9,08). Pneumonia rekuren, status gizi kurang/buruk, status imunisasi tidak lengkap, anemia, dan HAP tidak terbukti berhubungan dengan mortalitas pneumonia dengan PJB L-R.

Childhood pneumonia is still a worldwide problem with high mortality. Infants with left to right shunt congenital heart disease (L-R CHD) are at risk of developing pneumonia. Pneumonias mortality in L-R CHD and its influencing factors are not well known. This retrospective cohort study analyzed mortality of pneumonia with L-R CHD with and without CHD. There were 129 subjects (age range of 1 month up to 7 years 11 months) with pneumonia as the primary diagnosis, consisting of 54 subjects with L-R CHD and 75 subjects without CHD. Mortality rate in children with L-R CHD was higher than those without CHD group (57.1%). The risk of mortality was greater (OR 2.35; 95% CI 1.06 to 5.18) compared to pneumonia without CHD. Moderate to severe malnutrition, recurrent pneumonia, and hospital acquired pneumonia (HAP) are significantly higher in L-R CHD group. Meanwhile, pneumonia severity and anemia were not significantly different in both groups. Severe pneumonia significantly affected mortality (OR 3.24; 95% CI 1.16 to 9.08). Recurrent pneumonia, moderate-to-severe malnutrition, incomplete immunization status, anemia, and HAP have not been proven to be associated with pneumonia mortality with L-R CHD."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Euis Habibah
"Pneumonia menjadi masalah kesehatan yang sering terjadi pada anak dengan penyakit jantung bawaan (PJB). Banyak faktor yang berhubungan dengan kejadian pneumonia diantaranya adalah: usia, jenis kelamin, berat badan lahir, status gizi, status imunisasi, jenis PJB, besarnya defect, pendidikan orang tua, dan status sosial ekonomi. Pneumonia meningkatkan mortalitas pada anak yang menderita PJB. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada anak yang menderita PJB. Desain yang digunakan adalah case control retrospektif dengan total sampel 180 rekam medis pasien anak. Hasil penelitian dengan regresi logistik didapatkan 4 variabel yang berhubungan signifikan dengan kejadian pneumonia pada anak yang menderita PJB yaitu usia, status gizi, jenis PJB dan besarnya defect. Edukasi dan pemantauan kondisi berdasarkan faktor yang berhubungan mendasari penanganan lebih dini untuk meningkatkan kelangsungan hidup pasien.

Pneumonia is a health problem that often occurs in children with congenital heart disease (CHD). Many factors are associated with the incidence of pneumonia, including: age, gender, birth weight, nutritional status, immunization status, type of CHD, magnitude of disability, parental education, and socio-economic status. Pneumonia increases mortality in children suffering from CHD. The purpose of this research was to identify factors associated with the incidence of pneumonia in children suffering from CHD. The design used was retrospective case control with a total sample of 180. Secondary data sources were from patient medical records. The results of research using logistic regression showed that 4 variables were significantly related to the incidence of pneumonia in children suffering from CHD, namely age, nutritional status, type of CHD and the amount of disability. Education and monitoring of conditions based on factors that regulate the implementation of earlier treatment to improve patient survival.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Komalasari
"Latar belakang: Bedah jantung terbuka pada anak merupakan pembedahan dengan tingkat stress respon yang tinggi. Salah satu komplikasi tersering adalah infeksi pascabedah yang berkaitan dengan hiperglikemia yang terjadi pascabedah dan diperberat oleh resistensi insulin yang terjadi akibat respon stress dan perubahan neurohormonal akibat pembedahan dan puasa. Salah satu cara yang dipikirkan dapat mengurangi resistensi insulin dan kadar gula darah pascabedah adalah pemberian karbohidrat oral prabedah. Beberapa penelitian telah membuktikkan pemberian karbohidrat oral prabedah dapat mengurangi respon stress tubuh akibat puasa dan mengurangi resistensi insulin pascabedah. Pemberian karbohidrat oral prabedah akan meningkatkan kadar insulin pada kadar tidak puasa sehingga menurunkan resistensi insulin yang terjadi pascabedah. Namun, belum ada penelitian pada bedah jantung terbuka pada anak.
Metode: Penelitian ini merupakan uji klinis acak tersamar tunggal untuk mengetahui efek pemberian karbohidrat oral prabedah dalam mengurangi resistensi insulin dan kadar gula darah pascabedah jantung terbuka pada anak. Terdapat 19 subjek pada masing-masing kelompok. Kedua kelompok menjalani puasa 6 jam prabedah, kelompok pertama mendapatkan maltodekstrin 12,5% dan kelompok kedua mendapatkan air putih hingga 2 jam prabedah. Dilakukan pengukuran HOMA-IR, kadar gula darah, procalcitonin dan pencatatan lama ventilasi mekanik. Hasil: Median kadar HOMA IR kelompok karbohidrat oral prabedah didapatkan selalu lebih tinggi dibandingkan kelompok air putih pada pengukuran saat prabedah, setelah induksi, dan 24 jam pascabedah, namun tidak bermakna secara statistik. Didapatkan perbedaan bermakna penggunaan ventilasi mekanik pada kelompok kontrol dibanding kelompok perlakuan (p=0,001). Kadar prokalsitonin 24 jam pascabedah didapatkan lebih tinggi pada kelompok kontrol (p=0,018). Simpulan: Karbohidrat oral prabedah dapat menurunkan infeksi dan lama penggunaan ventilasi mekanik pascabedah, namun tidak terbukti menurunkan resistensi insulin pascabedah.

Background: Open heart surgery in children causes metabolic stress and insulin resistance lead to postoperative complication such as infection and prolonged mechanical ventilation. These can be exacerbated by preoperative fasting. One of the measures to improve postoperative outcome is preoperative oral carbohydrate (OCH). Preoperative OCH changes the patient from a fasted state to a fed state and minimize insulin resistance. Many studies have evaluated the effect of preoperative oral carbohydrate on postoperative outcomes, but no study yet on open heart surgery in children. This study was designed to examine the effect of postoperative oral carbohydrate on postoperative insulin resistance, blood sugar level, and postoperative outcome including infection and mechanical ventilation time. Methods: 38 children undergoing elective cardiac surgery were randomly allocated into 2 groups. The control group receive water and the study group receive maltodextrin 12,5% 10 cc/kgBW 2 hours before induction. Blood glucose and HOMA-IR were measured before fasting, after induction, 6 hour and 24 hours postoperative. Procalcitonin as a marker for infection was measured 24 hours after surgery. Time for extubation was recorded.
Results: HOMA-IR in CHO group were higher than control group before fasting, after induction and 24 hours after surgery but not statistically different. Procalcitonin level was significantly lower in OCH group (23.1[0.66-212.8] vs 83.82[0.7-553] (p=0,0180). Patient from treatment group had shorter mechanical ventilation time 1380 [300-14000] vs 5460 [900-17200] (p=0,001).
Conclusion: Preoperative oral carbohydrate in children undergoing cardiac surgery reduce infection and length of mechanical ventilation postoperative. But does not decrease insulin resistance postoperative.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>