Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 207877 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nayla Kinanti Putri Wisnu
"Perubahan komposisi tubuh sering digunakan untuk menilai pengaruh pola makan pada tubuh. Pola makan yang tidak sehat secara langsung mempengaruhi kerentanan terhadap obesitas dan dengan demikian, terkena noncommunicable diseases (NCD) nantinya. Namun, masih belum diketahui apakah kualitas diet seperti Alternating Healthy Eating Index for pregnancy (AHEIP) dapat dikaitkan dengan kondisi tersebut pada wanita postpartum. Penelitian ini menyelidiki kualitas diet wanita postpartum di Jakarta dan menganalisis hubungannya dengan persentase lemak tubuh. Studi ini menggunakan data sekunder dari ‘BRAVE’ project oleh HNRC-IMERI FKUI yang melakukan studi cross-sectional pada populasi di Jakarta. Penelitian ini melibatkan 132 wanita yang sedang dalam periode 6 bulan setelah persalinan. Kualitas diet dinilai melalui pengumpulan kuesioner 24-hour food recall dan diikuti oleh kalkulasi skor AHEI-P. Sedangkan persentase lemak tubuh dihitung dengan rumus termodifikasi yang menggunakan hasil pengukuran ketebalan lipatan kulit subscapular, trisep, bisep, serta tinggi tubuh, dan lengkar lingan. Hubungan antara skor AHEI-P dan persentase lemak tubuh kami tentukan dengan melakukan analisis regresi linear berganda yang disesuaikan dengan faktor perancu. Skor AHEI-P dari 78% total subjek adalah <45, menunjukkan kualitas diet yang buruk. Sedangkan median dari persentase lemak tubuh adalah 31.3, dengan 90,2% dari total subjek memiliki persentase lemak tubuh yang normal. Melalui regresi linear berganda, tidak ditemukan adanya hubungan bermakna antara kedua variabel. Faktor perancu yang menunjukkan adanya hubungan signifikan dengan skor AHEI-P adalah BMI sebelum hamil (adj. β = 0.067; 95% CI = -0.081 – 0.216; p = 0.371). Kesimpulannya, penelitian ini mengungkapkan bahwa populasi subjek penelitian memiliki kualitas diet buruk dan persentase lemak tubuh yang sebagian besar normal. Selain itu, tidak ditemukan adanya hubungan antara kualitas diet dan persentase lemak tubuh. Temuan ini menekankan betapa pentingnya penerapan intervensi untuk pola.

Changes in body composition have often been used to assess the effects of diet. An unhealthy diet directly affects the likelihood of developing obesity and thus, acquiring noncommunicable diseases (NCDs). However, it remains unclear whether dietary quality such as Alternating Healthy Eating Index for pregnancy (AHEI-P) is associated with such conditions in postpartum women. We investigated the dietary quality of postpartum women in Jakarta and analysed how it associates with their body fat percentage. A cross-sectional study was done in Jakarta using secondary data from the ‘BRAVE’ project by HNRC-IMERI FKUI. This study included 132 women who were six months postpartum. Dietary quality was assessed through the collection of 24-hour food recall questionnaires and subsequent AHEI-P scoring. Meanwhile, skinfold thickness taken from the biceps, triceps, and subscapular area, along with body height and arm circumference was measured to calculate body fat percentage using a modified formula. Multiple linear regression analysis was performed to determine the association between AHEIP score and body fat percentage, adjusting for potential confounders. The AHEI-P scores of 78% of women were <45, indicating a poor-quality diet, while the median for body fat percentage was 31.3 with 90.2% of subjects having normal adiposity. Results from adjusted multiple linear regression showed an association between AHEI-P with pre-pregnancy BMI (adj. β = 0.067; 95% CI = -0.081 – 0.216; p = 0.371), but no association between AHEI-P with body fat percentage. In conclusion, dietary quality is poor and their body fat percentage is mostly normal, with no association found between AHEI-P score and body fat percentage. These findings underline how crucial it is for interventions for healthy eating to be implemented in order to improve postpartum women's dietary quality and thus lower their risk of developing NCDs later in life. However, further study is needed to confirm these results."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Cokorda Istri Agung Anggitaswari
"Background: Post-partum weight retention has been identified as an emerging public health issue that contributes to the obesity prevalence. Diet is one modifiable risk factor that can contribute to the occurrence of postpartum weight retention. By assessing the diet quality, researchers can identify the association between the diet quality and body weight and produce a proper guidelines for the society and decrease the prevalence of overweight-and obesity Methods: 129 Subject of this research are women (21-40 years old) in their 6-month postpartum period who lived in urban area of Jakarta and the data were taken by the primary umbrella reseach by Principle investigator and team member of BRAVE Project Saving Brains Grand Challenges Canada Human Nutrition Research Center Indonesia Medical Education and Research Institute. Anthropometry data were used to determine the BMI of the subject and data from the 24-Hour Recall were used to calculate the AHEI-P score. This research is a cross-sectional study that determine the association between the AHEI-P score using the Pearson correlation (bivariate analysis) and multivariate analysis using the multiple linear regression test. Results: Mean AHEI score of 129 subjects is 39.6 and mean BMI was 25.8 kg/m2. Bivariate analysis shown that AHEI-P score have a weak negative correlation (r= -0.119) with body mass index. Statistic test shown insignificant correlation between AHEI-P score and body mass index (p = 0.178). No association is observed even after adjustment in multivariate model (adjusted ß: -0.025, CI 95% -0.093 – 0.042 P: 0.462). Identified significant confounding factors which are smoking status (p =0.018) and pre-pregnancy BMI (p =0.000) Conclusion: Low AHEI-P score is observed in 6 months postpartum women in Jakarta, indicating a low quality diet. Insignificant association between AHEI-P score and BMI in 6 months postpartum women after multivariate adjustment.

Latar Belakang: Retensi berat setelah melahirkan sudah diidentifikasi sebagai salah satu isu kesehatan public yang berkontribusi kepada angka berat badan berlebih dan obesitas. Diet adalah salah satu faktor risiko yang bisa dimodifikasi dari retensi berat setelah melahirkan dan dengan melakukan penelitian mengenai asosiasi dari kualitas diet dengan indeks massa tubuh, panduan diet yang baik dan tepat guna bisa diciptakan untuk masyarakat agar dapat menurunkan prevalensi berat badan berlebih dan obesitas. Metode: Sebanyak 129 subjek yang berpartisipasi adalah wanita (21-40 tahun) pada periode 6 bulan setelah melahirkan yang tinggal di kota Jakarta dan data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari riset payung BRAVE Project Saving Brains Grand Challenges Canada Human Nutrition Research Center Indonesia Medical Education and Research Institute. Data antropometri digunakan untuk mengukur indeks massa tubuh dan hasil wawancara 24-hour recall digunakan untuk menghitung skor AHEI-P. Penelitian potongan melintang ini meneliti asosiasi antara skor AHEI-P dan indeks massa tubuh (analisis bivariat) menggunakan uji Pearson sedangkan analisis multivariat dilakukan dengan uji multiple linear regression untuk mengidentifikasi faktor perancu Hasil: Rata-rata skor AHEI-P dari 129 subjek adalah 39.6 dan rata-rata indeks massa tubuh adalah 25.8 kg/m2. Analisis bivariat menunjukan skor AHEI-P tidak memiliki korelasi dengan indeks massa tubuh (r= -0.119, p = 0.178). Tidak ada asosiasi diantara skor AHEI-P dan BMI setelah melakulan penyesuaian dengan test multiple linear regression (adjusted ß: -0.025, CI 95% -0.093 – 0.042 P: 0.462). Faktor perancu yang diidentifikasi melalui uji multiple linear regression adalah status merokok (p =0.018) dan indeks massa tubuh sebelum kehamilan (p =0.000) Kesimpulan: Skor AHEI-P yang rendah wanita di periode 6 bulan setelah melahirkan mengindikasih kualitas diet yang rendah. Tidak ada asosiasi yang dilihat diantara skor AHEI-P and indeks massa tubuh bahkan setelah penyesuaian multivariat."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Shiela Stefani
"ABSTRAK
Bifidobacterium, mikrobiota yang bermanfaat terhadap kesehatan, jumlahnya dipengaruhi oleh diet, genetik, dan usia. Makanan khas Minangkabau dan Sunda yang mengandung tinggi lemak, dan Healthy Eating Index HEI yang berhubungan kuat dengan asupan asam lemak jenuh dapat digunakan untuk mengukur kualitas diet. Penelitian potong lintang pada wanita 19-50 tahun dilakukan untuk menilai hubungan HEI dan asupan asam lemak jenuh dengan jumlah Bifidobacterium usus pada wanita keturunan Minangkabau dan Sunda. Data asupan diperoleh menggunakan 2-day repeated 24-hour food recall, pemeriksaan jumlah Bifidobacterium menggunakan real time quantitative Polymerase Chain Reaction. Tidak terdapat hubungan antara HEI dengan jumlah Bifidobacterium, namun cenderung terdapat hubungan antara asupan asam lemak jenuh dengan jumlah Bifidobacterium pada wanita keturunan Minangkabau dan Sunda setelah dikontrol dengan faktor pengganggu.

ABSTRACT
Bifidobacterium, the beneficial microbiota on human health, is influenced by various factors such as dietary intake. Minangkabau and Sundanese food are contain of high fat, and Healthy Eating Index HEI that is strongly associated with saturated fatty acid intake can be used to measure the quality of diet. A cross sectional study of women aged 19 50 years was conducted to assess the relationship between HEI and saturated fatty acids intake with intestinal Bifidobacterium in Minangkabau and Sundanese women. Dietary intake was assessed by 2 day repeated 24 hour food recall and Bifidobacterium was quantified using real time quantitative Polymerase Chain Reaction. There was no significant relationship between HEI with intestinal Bifidobacterium, but saturated fatty acids intake tend to have association with intestinal Bifidobacterium in Minangkabau and Sundanese women after adjustment for confounding factors."
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Setiawan Ananta Putera
"Gula darah puasa yang tidak normal merupakan suatu masalah yang serius dan dapat berujung ke penyakit Diabetes Mellitus. Penyakit ini sering ditemukan di Indonesia dan masih dibutuhkan sebuah metode untuk menilai risiko seseorang terkena Diabetes Mellitus yang cepat akurat dan mudah untuk dilakukan sehingga peneliti ingin mencari tahu apakah pengukuran persentase lemak tubuh menggunakan skinfold method memiliki hubungan dengan gula darah puasa. Pengambilan data berlangsung dari periode Juli 2018 hingga Agustus 2018. Kriteria inklusi mencakup responden-responden berumur 19-50 tahun yang secara sukarela mengikuti penelitian ini dan berasal dari sekitar Jakarta. Kriteria eksklusi mencakup perempuan yang sedang hamil, menyusui, dan menstruasi serta seluruh subjek yang sedang sakit atau sedang meminum obat rutin. Dari kriteria tersebut, didapatkan responden total dimana 126 orang dianalisis dari jumlah total sebanyak 277 orang. Sisa 151 responden tidak dianalisis karena tidak memiliki data lengkap untuk skinfold, gula darah puasa, dan asupan nutrisi.
Hasil analisis ditemukan bahwa persentase lemak tubuh yang diukur berkorelasi positif secara tidak signifikan dan lemah p=0,064, r=0,165. Setelah dianalisis lebih lanjut dan dilakukan penyesuaian terhadap usia, asupan karbohidrat dan kalori, serta jenis kelamin, ditemukan bahwa persentase lemak tubuh berhubungan secara signifikan sebesar 9,7 % terhadap gula darah puasa p=0,005, Adjusted b=0,542, 95 % CI=-0,167-0,917. Bila disimpulkan, terdapat hubungan yang bermakna antara persentase lemak tubuh dengan gula darah puasa namun diperlukan penelitian lanjut menggunakan ukuran sampel yang lebih besar sebelum dapat digunakan secara luas sebagai metode skrining gula darah puasa tidak normal.

Abnormal fasting blood glucose is one of the serious medical problems faced upon us that can lead to Diabetes Mellitus. This disease could be found commonly in Indonesia and it is still needed a fast, accurate, and easy to use method of to find the risk of someone having diabetes mellitus hence the author wanted to know whether measuring body fat percentage using skinfold thickness as a screening method is viable for predicting fasting blood glucose. Data is gathered starting from July 2018 until August 2018. Inclusion criterias are defined as volunteers with age ranged from 19-50 years old and are from Jakarta which mostly came from East Jakarta. Exclusion criteria includes women that are having their period, pregnant, or breastfeeding. Volunteers that are sick or taking routine medications are also excluded. The results were 126 people that are accepted for data analysis out of a total of 277 people. The rest of the volunteers were not analysed since they didnt account for the inclusion and exclusion criteria and some of them also didnt have data for either skinfold, fasting blood sugar, nor nutritional intake.
Results shows that a borderly significant positive correlation is present between body fat percentage and fasting blood glucose p=0.064, r=0.165. Further analysis and adjustments show that body fat percentage affects fasting blood glucose by 9.7 % when confounding variables were not accounted p=0.005, Adjusted b=0.542, 95 % CI=-0.167-0.917. Hence, it is found that an increase in body fat percentage may increase an amount of fasting blood glucose after adjustment for calorie and carbohydrate intake. Despite this result, a study with a larger sample size must be done before body fat percentage can be used as a comparative scale against fasting blood glucose.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Hasanah
"Pergeseran pola makan memiliki peran penting terhadap peningkatan penyakit kronis pada masyarakat. Namun, informasi mengenai apa yang orang makan saat ini sebagai suatu diet kompleks berdasarkan pedoman yang ada masih kurang.
Penelitian ini bertujuan untuk menilai hubungan antara kualitas diet dan persentase lemak tubuh sebagai faktor risiko dari banyak penyakit kronis pada orang dewasa di Jakarta Timur. Studi potong lintang ini adalah bagian dari studi human nutrition research center (HNRC) yang merekrut 152 orang dewasa sehat dengan menggunakan multistage cluster sampling pada lima kecamatan di Jakarta Timur. Kualitas diet diukur dengan menggunakan skor AHEI-2010 yang
diperoleh dari perhitungan recall 2 hari 24-hour recall. Persentase lemak tubuh
diukur menggunakan air displacement plethysmograph (BodPod®). Karakteristik subjek dinilai menggunakan kuesioner terstruktur. Selain itu, aktivitas fisik dinilai menggunakan international physical activity questionnaire-short form. Hubungan
antara kualitas makanan dan persentase lemak tubuh dianalisis menggunakan multiple linear regression. Mayoritas subjek adalah perempuan (52.6%) dan sebagian besar adalah dewasa muda (46.1%). Nilai rata-rata AHEI-2010 adalah
46.1±9.1. Median dari persentase lemak tubuh adalah 35.4 (23.8, 41.9) dan prevalensi orang dewasa yang mengalami obesitas adalah 64.5%. Tidak ada hubungan yang ditemukan antara skor AHEI-2010 dan persentase lemak tubuh (β -0.002, p = 0.980) setelah dilakukan penyesuaian terhadap jenis kelamin, status pernikahan, aktivitas fisik dan asupan energi. Kualitas makanan orang dewasa Indonesia tidak terkait dengan persentase lemak tubuh. Temuan ini menunjukkan bahwa kualitas diet yang dinilai dengan menggunakan AHEI-2010 mungkin tidak
cukup sensitif untuk memprediksi lemak tubuh orang dewasa Indonesia, karena konsumsi dari tiap komponennya yang kurang bervariasi
Dietary shifted plays an important role to the increased of chronic disease among population. However, information on what people eating as a complex diet according to the dietary guideline was lacking. This study aims to assess an association between diet quality and body fat percentage (%BF) as risk factor of
chronic diseases among adult in East Jakarta. This cross sectional study is part of human nutrition research center (HNRC) study which recruited 152 healthy adults
by using multistage cluster sampling in five sub districts of East Jakarta. Diet quality indicated by AHEI-2010 score was obtained from a calculation of two-
times 24 hour recall. While, %BF was measured using air displacement plethysmograph (BodPod). General characteristics were assessed using
structured questionnaire. Moreover, physical activity (PA) was assessed using international physical activity questionnaire-short form. The association between diet quality and body fat percent was analyzed using multiple linear regression. The majority of subjects are women (52.6%) and mostly are young adult (46.1%).
The mean score of AHEI-2010 was 46.1 (9.1). The median %BF was 35.4 (23.8,
41.9) and prevalence of adults who obese was 64.5%. There was no association found between AHEI-2010 score and %BF (β -0.002, p=0.980) after adjustment for sex, marital status, PA and energy intake. Dietary quality of Indonesian adults was not associated with body fat percentage. These findings suggest that diet quality indicated by AHEI-2010 might not sensitive enough to predict body fat of
Indonesian adults, as the consumption of its components was less varied"
Depok: Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gamila Alifah
"Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana praktik ‘makan sehat’ dimaknai dalam kehidupan sehari-hari dalam konteks pergeseran otoritas kesehatan dan pengetahuan, serta kaitannya dengan wacana healthism. Peneliti melihat bahwa studi-studi sebelumnya belum memberikan analisis lebih dalam mengenai bagaimana praktik makan sehat ini diinformasikan oleh logika healthism dalam konteks neoliberal, khususnya di tengah era digital yang diasumsikan telah mentransformasi akses masyarakat ke berbagai informasi dan saran. Penelitian ini berargumen bahwa praktik makan sehat di era digital dimaknai secara bervariasi dan changeable karena adanya pergeseran otoritas kesehatan sehingga berpengaruh dalam pengambilan keputusan kesehatan dan keterlibatan individu untuk mempraktikkan makan sehat dalam kehidupan sehari-hari. Temuan penelitian menunjukkan bahwa makna dan motivasi individu terhadap makan sehat didasarkan pada interpretasi yang longgar sehingga, secara bersamaan, setiap tindakan dalam praktik makan sehat mengandung unsur kepercayaan (trust) dan ketidakpastian (uncertainty). Individu yang ingin mempraktikkan makan sehat juga dihadapkan dengan banyak tantangan, antara lain godaan kuat dari makanan yang tidak sehat, kebutuhan untuk menavigasi informasi seputar makan sehat, serangkaian biaya dan pengorbanan yang terlibat dalam makan sehat, serta mitos 'special person’ dalam makan sehat. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang memungkinkan adanya penggalian lebih mendalam untuk mengungkap pemaknaan individu terkait makan sehat pada konteks di Indonesia. Metode kualitatif juga diharapkan dapat memberikan pemahaman tentang beberapa ketegangan sosiokultural yang dapat membatasi keterlibatan individu dengan makan sehat.

This study aims to explore how ‘healthy eating’ is perceived in everyday life in the context of transformation in authority, expertise, and knowledge around health, as well as discourses of healthism. The researcher observes that prior studies have not offered a more in-depth investigation of how neoliberal and healthist logic informs healthy eating practices, particularly in the midst of the digital era, which is thought to have transformed people's access to various information and recommendations. This study argues that healthy eating practices in the digital era are perceived in a variety of ways and are susceptible to change due to shifts in authorities around health that impact health decision-making and individual involvement in engaging in healthy eating in everyday life. Individual meanings and motives behind healthy eating are all based on a loose interpretation of facts, according to the research findings, so that every action in healthy eating practices has aspects of trust and uncertainty. Individuals who want to protect healthy eating also encounter many challenges, such as powerful temptations of and the strong desires for unhealthy foods; the need to navigate the varied information of healthy eating; the number of costs, resources, and sacrifices involved in healthy eating; as well as the myth of the ‘special person’ in healthy eating. A qualitative approach was used in this study, allowing for a more in-depth exploration of individual meanings associated with healthy eating in the Indonesian context. Qualitative methods are also expected to help identify some of the sociocultural strains that could impede individuals from engaging in healthy eating."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardesy Melizah Kurniati
"Bayi membutuhkan ASI sebagai makanan tunggal terbaik pada enam bulan pertama kehidupan. Lemak dalam ASI menyumbang bagian terbesar energi bayi yang dipengaruhi berbagai faktor, termasuk faktor ibu. Penelitian potong lintang ini dilaksanakan untuk mencari korelasi antara kadar lemak ASI dengan komposisi tubuh dan asupan energi dan zat gizi makro pada 48 orang ibu menyusui di RSIA Budi Kemuliaan Jakarta. Penelitian ini tidak menemukan adanya korelasi yang bermakna antara kadar lemak ASI dengan massa lemak tubuh, cairan tubuh total, massa otot, serta asupan energi, lemak, karbohidrat, protein, dan air.

The infant needs breast milk as the best sole food for the first sixth month of life. Breast milk fat content accounted for the largest part of infant energy that influenced by many factors, including maternal factor. This cross-sectional study was conducted to find correlation between the breast milk fat content and maternal body composition, and also energy and macronutrient intake among 48 nursing mothers in RSIA Budi Kemuliaan, Jakarta. This study did not find significant correlation between the fat content of breast milk and body fat, total body water, muscle mass, intake of energy, fat, carbohydrate, protein, and water."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T58650
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Danisya
"Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antara citra tubuh dengan kebiasaan makan pada remaja putri. Sampel sebanyak 100 responden remaja putri berusia antara 15-17 tahun yang merupakan siswi SMA Negeri 28 Jakarta ikut serta dalam penelitian ini. Data didapat dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari 3 bagian yaitu kuesioner data demografi, citra tubuh, dan kebiasaan makan. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa 52% dari remaja putri memiliki citra tubuh negatif dan 48% lainnya memiliki citra tubuh positif. Kebiasaan makan tidak sehat terjadi pada 51% remaja putri, sedangkan 49% memiliki kebiasaan makan yang sehat. Hasil analisa bivariat menunjukkan hasil bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara citra tubuh dan kebiasaan makan dengan nilai p= 0,017 (p<0,05).

The aim of the present study was to examine the relationship between body image and eating habit among adolescent girls. A sample of 100 girls aged 15-17 years old take parts in this study. Data was collected from adolescent girls at SMA N 28 Jakarta using structured questionnaire about demographic data, body image, and eating habits. Result showed that 52% of adolescent girls have negative body image and the other 48% have positive body image. The unhealthy eating habits occur to 51% of adolescent girls; meanwhile 49% of adolescent girls have healthy eating habits. After a bivariate analysis using a chi-square test, result shows that body image is a risk factor for eating habits with p value 0,017 (p<0,05)."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S43424
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Theresia Rosita
"Emotional Eating atau perilaku makan emosional merupakan perilaku meningkatkan konsumsi makanan sebagai respon terhadap emosi-emosi negatif, di mana emotional eating memiliki sifat obesogenic yang berkontribusi terhadap kenaikan berat badan dan obesitas. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013, ditemukan peningkatan angka kegemukan dan obesitas pada remaja setiap tahunnya, dengan angka prevalensi tertinggi berada di provinsi DKI Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perilaku emotional eating dengan indeks massa tubuh remaja, menggunakan desain cross sectional dengan sampel sebanyak 50 remaja berusia 15-18 tahun di SMA Charitas Jakarta.
Hasil diperoleh responden sebagian besar terdiri dari perempuan 54, berusia 16 tahun 52, serta berasal dari siswa kelas XI jurusan IPA 34 dan IPS 24, sebagian besar responden memiliki IMT/U dengan kategori normal 68, dan responden yang memiliki perilaku makan dengan kecenderungan emotional eating cukup tinggi 48. Variabel emotional eating dengan indeks massa tubuh siswa menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan p = 0,145; = 0,05.
Dapat disimpulkan melalui penelitian ini bahwa emotional eating tidak memiliki pengaruh yang dominan terhadap kondisi indeks massa tubuh siswa SMA Charitas Jakarta.

Emotional Eating is a behavior of increasing food consumption in response to negative emotions, where emotional eating has obesogenic traits that contribute to weight gain and obesity. Based on Riskesdas year of 2013,in each year has been found an increase in overweight and obesity rate in adolescents, with the highest prevalence rate in the province of DKI Jakarta.
This study aims to determine the relationship between emotional eating behavior with adolescent body mass index, using cross sectional design with a sample of 50 adolescents aged 15 18 years in Charitas Senior High School Jakarta.
The results of the study were mostly female 54, 16 years old 52, and came from grade XI students in science 34 and IPS 24 , most of them had BMI Age with normal category 68, and respondents who had eating behavior with emotional eating tendency was quite high 48. The emotional eating variable with student body mass index showed no significant relationship p 0,145 0,05.
It can be concluded through this research that emotional eating does not have a dominant influence on the body mass index condition of Charitas Senior High School Jakarta students.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karin Wiradarma
"Peningkatan berat badan selama hamil dan indeks massa tubuh (IMT) ibu laktasi yang berlebihan berhubungan dengan inflamasi kronis derajat rendah yang dapat menyebabkan dampak negatif bagi kesehatan ibu maupun bayi. Asupan nutrisi diketahui sebagai salah satu faktor utama yang mempengaruhi perubahan berat badan (BB), IMT, serta inflamasi pada ibu laktasi. Inflamasi kronis derajat rendah dapat diukur dengan high sensitivity C-Reactive Protein (hs-CRP), baik di serum maupun ASI. Selain dengan pemeriksaan laboratorium, status inflamasi juga dapat diprediksi oleh skor Dietary Inflammatory Index (DII), suatu alat yang dapat memprediksi potensi inflamasi diet individu.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara skor DII ibu laktasi dengan kadar hs-CRP serum dan ASI ibu 3-6 bulan post partum di Jakarta. Penelitian ini adalah studi potong lintang dengan menggunakan consecutive sampling yang melibatkan 71 subjek ibu laktasi 3-6 bulan post partum yang datang ke Puskesmas Cilincing dan Grogol Petamburan, Jakarta, pada bulan Februari-April 2019. Penilaian asupan nutrisi dilakukan dengan semi-kuantitatif Food Frequency Questionnaires, pemeriksaan antropometri meliputi BB prakehamilan, BB saat pengambilan data, dan tinggi badan, serta pengambilan sampel serum (dengan metode imunoturbidimetri) dan ASI (dengan metode ELISA) untuk pemeriksaan hs-CRP. Median CRP serum adalah 1,74 mg/L dan CRP ASI 6221,17 pg/mL, sementara rerata skor DII adalah 0,624. Ditemukan korelasi positif antara hs-CRP serum dan ASI (r = 0,269, p = 0,023), namun pada penelitian ini tidak didapati korelasi antara skor DII dengan kadar hs-CRP serum maupun ASI (r = -0,124, p = 0,301 dan r = 0,129, p = 0,283).

Excessive gestational weight gain (GWG) and body mass index (BMI) in lactating mothers are associated with chronic low-grade inflammation which can cause negative effects to mother and baby. Nutrient intake has been known as important factor to affect inflammation, which can be measured by high sensitivity Creactive protein (hs-CRP). Beside laboratory assesment, level of inlammation can be determined by Dietary Inflammatory Index (DII) score, a tool developed to predict inflammation potential in diet consumed.
This study aimed to examine the correlation between DII score with serum and breast milk hs-CRP in lactating mothers. A cross-sectional study was conducted by consecutively enrolling 71 lactating mothers, 3-6 months post-partum, age 20-35 years old, visiting Grogol Petamburan and Cilincing community health center on February-April 2019. Dietary assessment was conducted using semi-quantitative food frequency questionnaire. Anthropometric measurements included were pre-pregnancy weight, post-partum weight, and body height. Serum hs-CRP was measured by immunoturbidimetry method, and breast milk hs-CRP by ELISA method. Median of serum and breast milk CRP were 1,74 mg/L and 6221,17 pg/mL, respectively. Mean of DII score was 0,624. Positive correlation was found between serum and breast milk hs-CRP (r = 0,269, p = 0,023), but we can not find correlation between DII score with serum and breast milk hs-CRP (r = -0,124, p = 0,301 and r = 0,129, p = 0,283). There is no correlation between DII score with serum and breast milk hs-CRP.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>