Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 72166 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Michael Bagus
"Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya masalah retensi anggota Baintelkam Polri yang cenderung keluar dari fungsi Baintelkam Polri. Untuk mengatasi masalah retensi ini, Baintelkam Polri menerapkan pembinaan karir yang ditujukan salah satunya untuk perawatan anggota. Namun permasalahannya, meskipun telah dilakukan pembinaan karir, retensi ini terjadi setiap tahunnya dari tahun 2017-2023. Oleh karena itu, diperlukan solusi yang tepat untuk mengatasi masalah ini. Sesuai kebutuhan tersebut, penelitian ini ditujukan untuk menganalisis tantangan dalam pembinaan karier terhadap kinerja Baintelkam Polri dan upaya mengeliminasinya.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori manajemen karir, teori kinerja, konsep pembinaan karir, konsep strategi, dan Perkap Polri No. 9 Tahun 2016 Tentang Sistem Pembinaan Karier Anggota Polri, serta Peraturan Kepolisian No 2 Tahun 2018 TentangPenilaian Kinerja. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian lapangan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat sejumlah masalah dan tantangan yang harus dihadapi dalam pembinaan karier Baintelkam Polri. Tantangan utama di aspek internal adalah menjaga keamanan dan kerahasiaan informasi intelijen di tengah perubahan dinamis dalam lingkungan global, dengan ancaman seperti teknologi terbaru, ancaman siber, dan tingkat stres yang tinggi karena tugas sensitif. Tantangan selanjutnya berasal dari aspek eksternal yang berasal dari masalah kerja sama, termasuk dengan lembaga lain, serta isu teknis dan keamanan informasi. Strategi dalam sistem pembinaan karir yang lebih baik untuk penguatan kinerja Baintelkam Polri, selama ini diterapkan dengan perencanaan karir, rotasi kerja, dan pemanfaatan teknologi.

This research is motivated by the problem of retention of Baintelkam Polri members who tend to leave the function of Baintelkam Polri. To overcome this retention problem, Baintelkam Polri implements career coaching, one of which is aimed at member maintenance. However, the problem is, even though career coaching has been carried out, this retention occurs every year from 2017-2023. Therefore, an appropriate solution is needed to overcome this problem. In accordance with these needs, this research is aimed at analyzing the challenges in career development regarding the performance of the National Police's Baintelkam and efforts to eliminate them.
The theories used in this research are career management theory, performance theory, career coaching concept, strategy concept, and Police Chief Regulation No. 9 of 2016 concerning the Career Development System for Police Members, as well as Police Regulation No. 2 of 2018 concerning Performance Assessment. This type of research is qualitative research with the method used in this research is the field research method.
The results of this research show that there are a number of problems and challenges that must be faced in career development for the National Police Security Agency. The main challenge in the internal aspect is maintaining the security and confidentiality of intelligence information amidst dynamic changes in the global environment, with threats such as the latest technology, cyber threats, and high levels of stress due to sensitive tasks. The next challenge comes from external aspects originating from cooperation problems, including with other institutions, as well as technical and information security issues. Strategies in a better career development system to strengthen the performance of the National Police's Security and Intelligence Agency have so far been implemented through career planning, job rotation and the use of technology.
"
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Kevin Ramadhan
"Pengembangan karir adalah kunci di dalam peningkatan kinerja. Hal ini karena pada hakikatnya, koordinasi dan pengelolaan SDM organisasi sangat penting dilakukan. Untuk mencapai tujuan tersebut, hal ini dapat dilakukan melalui manajemen karir. Persoalan yang ada di dalam bidang manajemen karir SDM Polri selanjutnnya yang tidak bisa dihindarkan adalah adanya kecenderungan antara individu dan organisasi yang memiliki posisi kekuasaan tertentu memiliki kecenderungan untuk menyalahgunakannya, yang mana hal ini terlihat pada kasus penyalahgunaan kewenangan jabatannya, yang mana hal ini dapat diamati pada kasus Irjen FS yang berupaya mengintervensi dan mengendalikan semua anggotanya untuk memanipulasi hasil penyidikan atas kematian Brigadir J. Pola pembinaan karir menuju SDM Polri yang Presisi ini juga penting digunakan untuk mengatasi adanya budaya code of silence, mengatasi masalah nepotisme dan mewujudkan model pembinaan karir SDM Polri yang ideal, khususnya yang pada pada proses penempatan SDM Polri yang lebih transparan, akuntabel agar mampu mencetak SDM Polri yang profesional.
Metode yang digunakan yaitu menggunakan pendekatan kualitatif. Teori dalam penelitian ini menggunakan konsep pembinaan karir, konsep presisi, konsep akuntabel, dan konsep profesional. Pola pembinaan karir pada SDM Polri yang telah menempuh studi di Luar Negeri tidak hanya didasarkan pada program pendidikan yang telah ditempuh semasa bangku pendidikan. Upaya menciptakan pola karir SDM Polri yang akuntabel dan profesional dapat dilakukan dengan merit system yang didasarkan pada penilaian standar komptensi dan indikator di organisasi Polri, dan diintegrasikan dengan teknnologi big data, untuk membuat sistem menciptakan pola karir SDM Polri yang Presisi dan menjadi lebih transparan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pola pembinaan karir pada SDM Polri yang telah menempuh studi di Luar Negeri tidak hanya didasarkan pada program pendidikan yang telah ditempuh semasa bangku pendidikan, tetapi cenderung berdasarkan pada komptensi dan dan indikator yang ditentukan oleh organisasi Polri seperti yang tertuang di dalam Perkap No. 5 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Assesment Center. Saran yang diberikan untuk mewujdukanSDM Polri yang Presisi adalah menerapkan merit system yang terintegrasi denganbig data dan membuat regulasi yang tetap terkait prosedur pelaksanaan pembinaankarir tersebut.

Career development is the key in improving performance. This is because in essence, the coordination and management of organizational human resources is very important. To achieve this goal, this can be done through career management. The next problem in the field of Polri HR career management that cannot be avoided is that there is a tendency between individuals and organizationswho have certain positions of power to have a tendency to abuse it, which can be seen in cases of abuse of authority in their positions, which can be observed in thecase of Inspector General FS who attempted to intervene and control all of its members to manipulate the results of the investigation into the death of Brigadier J. This pattern of career development towards precise Polri HR is also important to be used to overcome the existence of a culture of code of silence, overcome the problem of nepotism and create a career development model for Polri HR that is ideal, especially in the process of placing Polri human resources which is more transparent and accountable so that they are able to produce professional Polri human resources. The method used is using a qualitative approach. The theory in this study uses the concept of career development, the concept of precision, the concept of accountability, and the concept of professionalism. The pattern of career development for Polri human resources who have studied abroad is not only based on educational programs that have been taken during their studies. Efforts to create an accountable and professional Polri HR career pattern can be carried out with a merit system based on an assessment of competency standards and indicators within the Polri organization, and integrated with big data technology, to create a system for creating a career pattern for Polri HR that is precise and becomes more transparent.
The results of this study indicate that the pattern of career development for Polri human resources who have studied abroad is not only based on educational programs that have been taken during their studies, but tends to be based on competencies and indicators determined by the Polri organization as stipulated in the Perkap No. 5 of 2016 concerning Implementation of the Assessment Center. The advice given to create precise Polri human resources is to implement a merit system that is integrated with big data and make permanent regulations related to the procedure for implementing career development.
"
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rinda Susanti
"Angka turnover yang tinggi pada Generasi Y menjadi masalah serius bagi perusahaan. Perusahaan perlu cara yang berbeda untuk menghadapi Generasi Y karena mereka berbeda dari generasi sebelumnya. Penelitian ini menawarkan konstruk jangkar karir sebagai cara untuk memahami perbedaan perilaku kerja antara Generasi X dan Generasi Y. Jangkar karir adalah persepsi individu terhadap kebutuhan, nilai-nilai, dan bakat yang membentuk keputusan karirnya (Igbaria & Baroudi, 1993). Jangkar karir ini memberikan informasi yang relevan mengenai apa yang diinginkan seseorang dari karir mereka daripada konstruk lain. Terdapat dua generasi yang mendominasi tempat kerja saat ini yaitu Generasi X dan Generasi Y. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan jangkar karir pada karyawan Generasi X dan Generasi Y.
Jangkar karir terdiri dari sembilan dimensi. 303 subjek (Generasi X= 106 ; Generasi Y= 197) diperoleh dengan Career Orientation Inventory. Hasil analisis menggunakan independent sample t-tes menunjukkan bahwa Generasi Y memiliki skor lebih tinggi yang signifikan daripada Generasi X pada delapan dimensi jangkar karir yaitu geographic security, job security, managerial competence, autonomy, sense of service, pure challenge, entrepreneurship, dan lifestyle. Hanya pada satu dimensi yaitu technical competence Generasi Y tidak memiliki skor lebih tinggi yang signifikan daripada Generasi X.

High rate of turnover in Generation Y has ben a serious problem for companies. Companies need different ways to deal with Generation Y turnovers from the ways the currently do with the previous generations. This research offers career anchors as a way to understand differences in work behavior between Generation X dan Generation Y. Career anchors are individual's needs, values, and talents that give shape to career decision (Igbaria & Baroudi, 1993). Career anchors provide more relevant information than other constructs do about what an employees want from. There are two generations currently dominateing workplace, Generation X and Generation Y. This study aims to determine differences of career anchor between Generation X and Generation Y employees.
Career anchor consists of nine dimensions. 303 subjects (106 Generation Xs and 197 Generation Ys) filled out Career Orientation Inventory. Independent sample t-test analysis shows that Generation Ys significantly scored higher than Generation X in eight dimensions of career anchors including geographic security, job security, managerial competence, autonomy, sense of service, pure challenge, entrepreneurship, and lifestyle. Only in one dimension, technical competence, that Generation Y‟s did not significantly scored higher significantly than Generation X`s."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S58795
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Unggul Widiyo Saputro
"Perencanaan Pembinaan Narapidana merupakan suatu usaha yang mendahului tindakan menyeluruh dengan keterlibatan seluruh komponen yaitu petugas sebagai pembina dan narapidana sebagai yang dibina serta sarana / fasilitas yang dimiliki lembaga pemasyarakatan. Seiring dengan tuntutan yang ada di masyarakat maka lembaga pemasyarakatan hangs mampu membenkan pelayanan, pembinaan dan pembimbingan yang maksimal untuk menjaga keseimbangan kehidupan, baik bagi warga binaan, masyarakat sebagai korban dan masyarakat luas pada umunya. Penentuan rencana untuk pembinaan narapidana dipengaruhi pula oleh lingkungan internal dan lingkungan eksternal lembaga pemasyarakatan, masing-masing lingkungan dapat sebagai factor pendukung dan penghambat. Untuk itu dibutuhkan perencanaan yang komprehensif yaitu perencanaan strategis.
Oleh karenanya, penelitian ini bertujuan mengetahui proses perencanaan pelaksanaan dalam rangka kegiatan pembinaan narapidana di Lapas Purwakarta.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Data dikumpulkan melalui wawancara, pengamatan langsung dan daftar dokumen.
Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa proses perencanaan pelaksanaan pembinaan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Purwakarta yang dibuat dan disusun masih terkesan seadanya tanpa proses perencanaan yang seharusnya. Keterbatasan kemampuan terkait proses dan teknik-teknik perencanaan dari para pejabat struktural setingkat kepala seksi yang sekaligus pengambil keputusan dibidangnya masing-masing sebagai hambatan terbesar.
Melalui analisis SWOT (Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman), dapat diidentifikasi kekuatan dan kelemahan internal serta peluang dan ancaman eksternal. Proses lima bagian sebagai pengembangan stratetgi, dan terakhir sebagai langkah tindakan yang diambil adalah mengirimkan pejabat terkait untuk mengikuti pendidikan dan latihan manajerial perencanaan maupun teknis perencanaan, serta mengusulkan penempatan pegawai sesuai kriteria "job description?. Saran yang dapat disampaikan perlu dilakukan penataan ulang manajemen perencanaan secara terpadu dan meningkatkan pengendalian bagi pimpinan selaku penanggung jawab puncak manajemen organisasi.

The treatment planning of the prisoner is an effort that goes first before the whole action that involving the component in it that are the officer as the shepherd and the convict criminal as the object of it and all facility in it Along together with the society demand that a correctional institution must have maximal service, treatment and counseling to preserve the balance the life of the convict, the citizen as the victim and society. The determination of the planning program is depend on the external and internal environment of the correctional institution, each factor could be supporting or non supporting the planning program. To minimize the problem we must have a comprehensive planning that is a strategic planning.
That's way, the research is conducted to find the process of the realization treatment planning and the obstacle of this process.
The method that used in this research was a descriptive research with qualitative approach. The data is gathered trough the interview, direct observation, and from a list of document.
The result of the field research show that the process of the realization treatment planning program in Purwakarta correctional Institution that been made and arranged was still way beyond perfect because lack of planning process. Because the capacity limit that not capable enough to handle the job that related to the process and technical planning from the structural legal official in head section class, the problem is getting bigger and bigger. They are the biggest barrier in this program.
Trough the SWOT (strength, weakness, opportunity and threat) analyze, we can identify the internal strength and weakness and also the external opportunity and threat. These five process were part of the last development strategic, as a step to send the official to the trained and educate in matter managerial planning and technical planning, and the must be a relation between the employee posting and the job description. We advice that there must be re structuring managerial planning and leader controlling that responsible for the top management in organization.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T15178
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marchantia Andranita
"Penelitian ini melihat perbedaan fokus karir antara pekerja dewasa muda yang mengalami pindah kerja dan tidak pindah kerja di Jakarta dengan tinjauan teori tahapan karir Super. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan metode penelitian kuantitatif dan analisis dilakukan dengan independent sample t-test. Partisipan penelitian berjumlah 221 pekerja yang berada pada tahapan usia dewasa muda, bekerja di Jakarta, memiliki jenjang karir dan pernah atau tidak pernah mengalami pindah kerja. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat ukur fokus karir dewasa yang dimodifikasi dari alat ukur Adult Career Concern Inventory Short Form yang disusun oleh Perrone, Gordon, Fitch dan Civiletto (2003). Alat ukur ini digunakan untuk mengukur fokus mereka terhadap tahapan karir.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas partisipan berada pada tahapan maintenance. Hasil analisis independent sample t-test, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok yang pindah kerja dan tidak pindah kerja di tahapan exploration. Akan tetapi, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara dua kelompok tersebut pada tahapan establishment, maintenance dan disengagement.

This study describes the difference of career concern between young adulthood workers who have and haven`t the experience of turnover in Jakarta by using Super`s career stage theory. This is a descriptive research using a quantitative method with independent sample t-test as a statistical technique to analyze. The participants of this research were 221 of young adulthood workers who work in Jakarta, have a career path in their companies and had or never had turnover in their careers. The inventory of this research was Adult Career Concern Inventory (ACCI) which had been adapted from the same inventory constructed in 2003 by Perrone, Gordon, Fitch and Civiletto.
The result illustrates that most of the participants are in the maintenance stage. Meanwhile, based on the result of the independent sample t-test, there are differences between the group that has the experience of turnover and has not the experience of turnover in the exploration stage. In other side, there are no differences between two groups in the establishment stage, the maintenance stage and the disengagement stage."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
331.702 AND p
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sitorus, Roy Tulus Martin
"Didalam pelaksanaan pembinaan dewasa ini yang mana menganut prinsip community-based treatment, telah ditentukan program-program yang seharusnya dilaksanakan. Mengenal community-based treatment, berdasarkan sistem pemasyarakatan mengandung dua aspek dalam proses pembinaan. Aspek pembinaan yang institusional yang berlangsung didalam lingkungan bangunan-bangunan tempat penampungan pelanggar-pelanggar hukum dan aspek pembinaan yang non institusional yang berlangsung di tengah-tengah masyarakat. Konsep kepenjaraan - yang lama telah ditinggalkan dan beralih kepada pandangan yang lebih humanis yang semata-mata demi perbaikan diri pribadi seorang narapidana. Mereka diberikan pembinaan, agar kelak bila bebas nantinya mempunyai suatu kapasitas tenentu untuk bisa berintegrasi kembali ditengah-tengah masyarakat. Mereka yang dipidana, hukumannya sangat beragam. Jangka waktu pembinaan memainkan peranan penting didalam pelaksanaan pembinaan. Hal ini bisa menjadi suatu masalah bagi pengaplikasian dari community-based treatment (CBT).
Tidak semua narapidana akhirnya bisa mendapatkan keseluruhan program-program pembinaan tersebut, khususnya yang dihukum satu tahun kebawah. Keadaan yang menjadi awal dari semua permasalahan ini harus bisa dicarikan jalan keluarnya. Memang sejak masuk ke dalam penjara, para narapidana telah diberikan program pembinaan, tetapi hanya sebagian saja, sehingga disebut, hanya berorientasi saja kepada CBT. Padahal konsep CBT harus bisa benar-benar dijalankan sebagai tujuan reintegrasi. Didalam kenyataannya fasilitas yang ada, lebih banyak digunakan oleh mereka yang dihukum satu tahun keatas. Peraturan perundang-undangan sangat jelas sekali untuk pidana 1 (satu) tahun lebih, tetapi lemah untuk hukuman kurang dari 1 tahun. Para narapidana memiliki berbagai macam tipikal yang akan menjadi masalah, ketika mereka menerima pembinaan yang ada.

The treatment implementation for under one-year sentence Inmates. Nowadays, in implementing the treatment programs which is have a community-base treatment principle. that has been determined the programs which supposed to be implemented. Recognizing the community-based treatment, based-on its community system consist two aspects in treatment process. The institutional treatment aspect which is exist in the environment includes the shelters that placing the law-offenders and non-institutional treatment aspects which is exist in the community itself. The old / conventional correctional concept had been left and moving to humane point of view for improving an inmate personality. They have given treatment programs, so if they are being free someday, they will have a capacity to reintegrate in society. They, who has been sentenced, owning the variety of sentence. The period/term of treatment played an important role in implementing the treatment programs. This, can be a problem for the community-based treatment application.
Finally, not all the inmates has got its overall treatment programs, especially those who being under one year sentence. The condition has become the beginning of all this problems which should be solved. Thus, since they have been sentenced, the inmates had given a treatment programs. but they don't get all the treatment programs, so called, its only a CBT concept. Meanwhile, the CBT concept should be really to be implemented as a purpose of reintegration. In fact, the existing facility, has been used by they whose being above one year sentence. Although the procedure has been really clear for over one year sentenced but it's really weak/become a problem for unless of one year sentence. The inmates also have a character which is becoming a problem, when they has received an existing treatment programs. The function of treatment is to rehabilitate and to increasing the capacity. As an organization, correctional institution also have a barriers in reaching their objectives/goals, basically in terms of the official staffs. The above problems/things which is to identify as a problems- that starting in the sentence process (vonis) until the supervision and the treatment, finally should be looking for the right solution.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T15233
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Permatasari
"ABSTRAK
Karya ilmiah skripsi ini berisi mengenai analisa pengaruh kecerdasan emosional, indeks prestasi kumulatif, pendidikan non formal akuntansi, dan pengalaman kerja terhadap karir sebagai auditor di kantor akuntan publik. Data yang diperoleh dalam skripsi ini merupakan data primer yang diperoleh dari kuisioner yang disebarkan ke beberapa KAP yang berada di DKI Jakarta. Metode statistik yang digunakan adalah convenience sampling. Dalam skripsi ini uji kualitas data menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas. Sedangkan dalam pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan uji koefisien determinasi, uji F, dan uji t. Dilihat dari hasil uji linear berganda dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel kecerdasan emosional dan pengalaman kerja terhadap karir sebagai auditor.

ABSTRACT
This study paper contains the analysis of the influence of emotional intelligence, grade point average, non formal education of accounting, and work experience against carreer as an auditor in public accounting firm. Data obtained is a primary data from quesionnaries distributed to several public accounting firm in Jakarta. The statistical method is convenience sampling. This study, quality test data using validity and reliability test. Meanwhile, the hypothesis in this study using coefficient determination test, F test and t test. In conclusion of linear test result, there is significant influence of emotional intelligence, and work experience against carreer as an auditor in public accounting firm."
2015
S59476
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Namora Lumongga
Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011
361.06 LUB m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Sport psychology is not a new psychological field in Indonesia. Unfortunately there are only a few psychologists in Indonesia interested studying the subject seriously. The writer of this paper would like to share experience of working along closely with the athletes of Cilacap when they participated in Central Java Province Sports Week Event (PORPROV) in the year 2009. The writer did a series of psychological intervention program wich was started with needs analysis, capacity building, and some basic skills of mental management. These programs were held in groups and through individual counseling . The individual counseling and psychotherapy were delivered before the event and mental supports were given during the event. Based on the experience dealing with the athletes, the writer learned that : (1) techniques for self-control skills, such as positive - self-talk and positive screen were found adequate for the athletes emotion and mind management, (2) the counseling and psychotherapy programs recommended during the tournament were several single session modified techniques such as single session EMDR, single session CBT or solution focused therapy, combined with psychological stabilization practice (3) mental support would be more effective when given continuously together with physical and skill exercises which were suited to sport event typology in order to achieve maximum performance,(4) more sport psychologists were needed for a big number of athletes participated in the event."
150 PJIP 1:2 (2009)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
M.G. Yulistin P.
"Era globalisasi saat ini telah memberikan dampak positif dan negatif pada dunia usaha, termasuk bidang perbankan. Kegiatan usaha menjadi semakin kompetitif oleh karena itu perusahaan dituntut untuk meningkatkan kualitas dan mengelola sumber daya manusianya. Didalam organisasi terdapat proses mengembangkan individu, oleh karena itu dukungan dan bantuan pihak manajemen terhadap permasalahan yang dihadapi pegawai sangat dibutuhkan. PT.Bank Rakyat Indonesia (Persero) yang berdiri sejak tanggal 16 Desember 1895 di Purwokerto didirikan oleh Raden Aria Wirjaatmaja yang awal mulanya bernama De Poerwokerrosche Huip-en Spaarbank der Inlandsche Besmurs Ambrenaaren atau Bank Bantuan dan Simpanan Milik Pangreh Praja berkebangsaan Indonesia, dan pada tahun 1968 berubah menjadi Bank Rakyat Indonesia Sejak I Agustus 1992 berubah menjadi persero dengan nama PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero). PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) juga dituntut untuk mengelola sumber daya manusianya. Untuk mengelola sumber daya manusia yang begitu besar +/- 30.000 orang bukan mempakan hal yang mudah, keluhan dan masalah pegawai banyak yang belum terselesaikan. Masalah pegawai antara lain pegawai merasa tidak berkembang, atasan tidak menyampaikan informasi penting yang dibutuhkan pegawai, pegawai kurang berani mengemukakan pendapat pada atasan, dan masalah-masalah personal yang tidak Iangsung berkaitan dengan tugas namun apabila tidak terselesaikan bisa mengganggu kinerjanya. Tenaga kompeten yang tepat untuk membantu pegawai dalam mengatasi masalahnya adalah atasan pegawai yang bersangkutan karena atasan adalah orang yang setiap hari berhubungan kerja dengan bawahan sehingga atasan perlu memahami masalah-masalah yang dihadapi bawahannya.
Untuk mampu membantu pegawai dalam menyelesaikan masalahnya, atasan perlu dibekali pelatihan ketrampilan konseli. Pelatihan dilakukan oleh lembaga luar PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) yang mempunyai tenaga yang ahli dalam bidang konseling. Setelah pelatihan perlu dilakukan evaluasi setiap bulan sekali selama 3 bulan untuk mengetahui efektivitas pelatihan yaitu dari segi reaction, learning, behavior dan results. Mengingat jumlah alasan di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) cukup banyak yaitu +/- 6073 orang yang meliputi alasan yang berperan sebagai manajer puncak, madya dan pertama, maka pelatihan diprioritaskan untuk para atasan di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) tingkat manajer madya, karena tingkat manajer madya merupakan penghubung yang sangat penting antara tingkat manajemen puncak dan pertama sehingga ia harus mampu menciptakan keseimbangan antara runtutan atasan dengan kemampuan bawahannya, dan ketrampilan manusiawi yaitu ketrampilan untuk bekerja sama memahami dan memotivasi orang lain merupakan ketrampilan yang sangat penting yang dibutuhkan manajer madya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>