Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 163424 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Christa Desire Gracia
"Latar belakang: Akne vulgaris (AV) adalah penyakit unit pilosebasea kronis tersering yang dapat menimbulkan dampak psikologis berat dan mengganggu kualitas hidup penderitanya. Penggunaan terapi ajuvan yaitu ekstraksi lesi akne yang dikombinasikan dengan terapi standar dapat memperbaiki kondisi klinis dan kualitas hidup penderita akne. Pengukuran kualitas hidup penting dilakukan untuk menilai keberhasilan terapi. Saat ini telah tersedia kuesioner kualitas hidup spesifik akne berbahasa Indonesia (Acne-QoL- INA) yang tervalidasi, namun belum pernah ada data mengenai perbandingan kualitas hidup antara terapi kombinasi dan terapi standar.
Metode: Studi uji klinis acak terkontrol tersamar tunggal ini dilakukan pada subjek akne vulgaris dewasa derajat sedang berdasarkan kriteria Lehmann yang dibagi ke dalam kelompok terapi kombinasi standar dan ekstraksi lesi akne (terapi kombinasi) serta terapi standar tanpa ekstraksi lesi akne (terapi standar). Skor kualitas hidup berdasarkan kuesioner Acne-QoL-INA dinilai pada baseline, minggu ke-4, dan minggu ke-8 setelah terapi. Selain itu, penilaian jumlah lesi dan derajat keparahan akne diukur pada setiap kunjungan oleh seorang evaluator secara tersamar melalui foto klinis.
Hasil: Sebanyak 40 subjek dengan median usia 24 tahun (18–48), 17,5% laki-laki dan 82,5% perempuan berpartisipasi dalam penelitian ini. Skor Acne-QoL-INA baseline untuk kelompok kombinasi dan kelompok terapi standar masing-masing adalah 41 (37,5– 57) dan 45,5 (37–63), meningkat menjadi 79 (67,5–94,5) dan 72,5 (59,25–98,5) pada minggu ke-8 namun tidak berbeda bermakna secara statistik antar kedua kelompok (p=0,602). Jumlah lesi baseline pada kedua kelompok masing-masing 35 dan 32, menurun menjadi 18 dan 13 pada minggu ke-8 (p<0,0001) dan perbaikan derajat keparahan menjadi akne ringan pada 100% subjek di minggu ke-8.
Kesimpulan: Tidak ada perbedaan dalam skor Acne-QoL-INA dan perbaikan klinis antara kelompok terapi kombinasi dan terapi standar pada pasien AV sedang. Namun, terapi kombinasi cenderung meningkatkan kualitas hidup dan pengurangan lesi lebih baik daripada terapi standar.

Background: Acne Vulagis (AV) is the most commom chronic disease of the pilosebaceous unit that can have a significant psychological impact and reduce the quality of life. The use of adjuvant therapy such as acne lesion extraction, in combination with standard therapy could better improve clinical outcomes and quality of life. Assessing quality of life is crucial to evaluate the success of therapy. Currently, there has been a validated acne-specific quality of life questionnaire in Indonesian (Acne-QoL-INA), but there is no existing data on the comparison of quality of life between combination therapy and standard therapy.
Method: This single-blinded randomized controlled study was conducted on adult subjects with moderate acne vulgaris based on Lehmann criteria, who were divided into combinations of standard therapy with acne lesion extraction (combination therapy) group, and standard therapy without acne lesion extraction (standard therapy) group. Quality of life score based on the Acne-QoL-INA questionnaire was assessed at the baseline, 4th, and 8th week after therapy. Additionally, the assessment of lesion number and acne grading is also measured at each visit by a blinded evaluator through clinical photos.
Results: A total of 40 subjects with a median age of 24 years old (18–48), comprising 17.5% males and 82.5% females, participated in this study. The baseline Acne-QoL-INA scores for the combination therapy and the standard therapy group were 41 (37.5–57) and 45.5 (37–63), respectively. These scores increased to 79 (67.5–94.5) and 72.5 (59.25– 98.5) at week 8 but did not show statistically significant differences between the two groups (p=0.602). The baseline lesion count in both groups was 35 and 32, respectively, and decreased to 18 and 13 at week 8 (p<0.0001), with an improvement in the severity to mild acne in 100% of subjects by week 8.
Conclusion: There was no difference in Acne-QoL-INA scores and clinical improvement between the combination therapy and standard therapy groups in moderate AV patients. However, combination therapy tended to improve the quality of life and lesion reduction better than standard therapy.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Acne vulgaris adalah kelainan folikuler umum yang mengenai folikel sebasea (folikel rambut) yang rentan dan sering ditemukan di daerah muka, Ieher dan badan bagian atas. Penanganan masalah acne vulgaris meliputi usaha untuk mencegah teijadinya erupsi (preventif) dan usaha untuk menghilangkan acne yang timbul (kuratif). Selain program pengobatan yang dilakukan, penderita juga harus memperhatikan hygiene kulit dan terapi diet yang menunjang proses penyembuhan.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui beberapa faktor yang berkontribusi pada penderita acne vulgaris untuk melakukan hygiene kulit dan terapi diet. Desain dan metodologi penelitian ini adalah deskriptif eksploratif dengan menggunakan uji tendensi sentral dengan sampel yang berjumlah 40 responden. Instrumen pen gumpulan data yang di gunakan adalah kuisioner.
Hasil penelitian ini didapatkan data sebagai berikut tingkat pengetahuan sebanyak 38,37% merupakan faktor dominan yang berkaitan dengan ketaatan penderita acne vulgaris untuk melakukan hygiene kulit dan terapi diet, faktor motivasi sebanyak 37,28% dan faktor support sistem sebanyak 24,35%. Beberapa hal yang direkomendasikan pada penelitian ini, yaitu sampel yang lebih representatif sehingga hasil yang diperoleh lebih mungkin untuk dilakukan generalisasi pada populasi yang lebih luas. Instrumen yang digunakan telah teruji validitas dan reabilitasnya serta perlu ditingkatkan pengetahuan dan informasi bagi para penderita acre vulgaris berupa modul-modul yang berkaitan dengan pengebatan, hygiene kulit dan terapi diet."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5195
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Clarissa Wiraputranto
"Latar Belakang: Akne vulgaris (AV) adalah peradangan kronik pilosebasea yang umum terjadi pada semua usia, terutama remaja dan dewasa muda serta dapat memengaruhi psikologis pasien. Tata laksana AV merupakan sebuah tantangan karena keberagaman dalam menentukan diagnosis dan pilihan terapi antar negara. Indonesia mempunyai beberapa pedoman tatalaksana AV yang mempunyai similaritas antara lain konsensus IAEM 2015, PPK Perdoski dan PPK RSCM di tahun 2017.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas terapi standar AV berdasarkan panduan praktik klinis di Indonesia.
Metode: Penelitian merupakan studi observasional analitik secara retrospektif di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo menggunakan rekam medis tahun 2017-2019. Sampel penelitian merupakan rekam medis pasien AV baru yang diikuti selama 3 bulan dan dengan metode total sampling. Data subjek yang diambil termasuk karakteristik sosiodemografi, karakteristik klinis, diagnosis, terapi berdasarkan PPK RSCM 2017, dan hasil terapi. Studi dan analisis dilakukan pada bulan April 2023 hingga Juli 2023.
Hasil: Terdapat 131 SP yang memenuhi kriteria, 63,4% AV sedang, 20,6% AV ringan, dan 16% AV berat. Sebagian besar SP (92,4%) mempunyai AV dengan awitan sebelum usia 25 tahun. Median lama sakit AV yaitu 48 bulan. Riwayat terapi AV sebelumnya ditemukan pada 58% SP dan riwayat konsumsi obat akne pada 16% SP. Faktor risiko terbanyak berupa riwayat AV pada orang tua. Terapi utama paling banyak digunakan yaitu kombinasi retinoic acid, benzoyl peroxide, antibiotik topikal dan antibiotik oral pada 22,2% SP. Terapi standar AV secara bermakna menurunkan median jumlah lesi noninflamasi (25 vs. 8; p<0,001), median jumlah lesi inflamasi (10 vs. 2; p<001), median jumlah lesi total (41 vs. 10; p<0,001) setelah 3 bulan terapi, dengan median penurunan ketiga jumlah lesi lebih dari 50%. Proporsi derajat keparahan AV berbeda secara bermakna pada 3 bulan (p<0,001), dimana AV ringan meningkat (20,6% vs 93,1%) dan AV sedang atau berat menurun (sedang = 63,6% vs. 6,1%; berat = 16% vs. 0,8%).
Kesimpulan: Terapi standar AV berdasarkan PPK di Indonesia efektif dalam mengurangi jumlah lesi noninflamasi, lesi inflamasi, dan lesi total, dan menurunkan derajat keparahan AV.

Background: Acne vulgaris is a prevalent chronic inflammation of the pilosebaceous unit affecting all ages, especially teenagers and young adults, and often leads to psychological impairment. Management of acne vulgaris has been challenging due to various diagnostic parameters and treatment options across nations. Several treatment guidelines are available in Indonesia, of which have similarities among one another, such as consensus by Indonesian Acne Expert Meeting in 2015 and clinical practice guidelines by the Indonesian Society of Dermatology and Venereology and by Dr. Cipto Mangunkusumo National Central General Hospital in 2017.
Objective: This study aims to investigate the effectiveness of standard therapy for acne based on the clinical practice guidelines in Indonesia
Methods: This is an analytical retrospective observational study using medical records from Dr. Cipto Mangunkusumo National Central General Hospital between 2017 – 2019. Research samples were medical records of new acne patients followed for 3 months by a total sampling technique. Extracted data included sociodemographic and clinical characteristics, diagnosis, and therapy based on the clinical practice guideline by Dr.Cipto Mangunkusumo National Central General Hospital in 2017 and the results. This study was conducted from April 2023 to July 2023.
Results: There were 131 subjects included, of which 63,4% were with moderate acne, 20,6% with mild acne, and 16% with severe acne. Most participants (92,4%) experienced acne for the first time before 25 years old. The median duration from the first occurrence of acne to the visit was 48 months. History of topical and oral acne therapy was found in 58% and 16% of participants, respectively. History of acne in parents was the most reported risk factor. Most subjects (22,2%) received a combination of retinoic acid, benzoyl peroxide, topical antibiotic, and oral antibiotic. Standard therapies significantly reduced the median of non-inflammatory lesions (25 vs. 8; p<0,001), inflammatory lesions (10 vs. 2; p<001), and total lesions (41 vs. 10; p<0,001) after a 3 month-therapy, with the median of reduction for all type of lesions over 50%. The proportion of acne severity differed significantly after three months (p<0,001), with an increasing proportion of mild acne (20,6% vs 93,1%) and decreasing percentage of moderate and severe acne (moderate = 63,6% vs. 6,1%; severe = 16% vs. 0,8%).
Conclusion: Standard therapy for acne vulgaris in clinical practice guidelines in Indonesia is effective for noninflammatory lesions, inflammatory lesions, and total lesions, as well as acne severity after 12 weeks.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tisya Ammalia
"Latar belakang: Kuesioner spesifik akne vulgaris AV berbahasa Indonesia yang valid dan reliabel hingga saat ini masih belum ada. Tujuan penelitian ini menilai validitas dan reliabilitas kuesioner Acne-Specific Quality of Life berbahasa IndonesIa Acne-QoL-INA pada pasien AV di Indonesia, sehingga dapat mempunyai alat untuk mengubah data subjektif yang didapat dari keluhan pasien menjadi data objektif yang dapat terukur.
Metode: Acne-QoL asli berbahasa Inggris diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan mengikuti pedoman adaptasi lintas budaya. Acne-QoL-INA diisi oleh 48 pasien AV rawat jalan di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Indonesia. Analisa validitas menggunakan validitas konstruksi, dilakukan dengan menghitung koefisien korelasi setiap pertanyaan dengan skor ranah dan total korelasi Pearson . Konsistensi internal menggunakan Cronbach untuk menganalisa reliabilitas.
Hasil: Usia pasien pada penelitian ini adalah 18 tahun hingga 43 tahun, dengan nilai median 24 tahun. Hasil uji validitas Acne-QoL-INA dengan nilai koefisien korelasi setiap pertanyaan dengan skor ranah adalah 0,47-0,922 serta setiap pertanyaan dengan skor total adalah 0,321-0,789. Hasil uji reliabilitas seluruh ranah Acne-QoL-INA diperoleh Cronbach sebesar 0,756.
Kesimpulan: Acne-QoL-INA merupakan instrumen yang valid dan reliabel untuk menilai kualitas hidup pasien AV di Indonesia.

Background: Until now, There is stil no specific questionnaire for acne vulgaris AV in Indonesian language that valid and reliable. The aim of this study to assess validity and reliability Acne Specific Quality of Life in Bahasa Indonesia Acne QoL INA with AV patien in Indonesia, so we can have the tools to change the subjective data obtained from the patient 39 s complaints into objective data that can be measurable.
Methods: Original English version Acne QoL was translated to Indonesian language according to cross cultural adaptation guideline. Acne QoL INA was administered by 48 patients with AV patient at Dr. Cipto Mangunkusumo hospital in Indonesia. Validity analysis used construct validity, by using item domain and item total score correlation coefficient Pearson correlation. Internal consistency using Cronbach were used for reliability analysis.
Result: Age of patient in this study range from 18 to 43 years median 24 years. Validity of Acne QoL INA with analysis item domain score correlation coefficient is 0,47 0,922 and item total score correlation coefficient is 0,321 0,789. Reliability of all domain of Acne QoL INA with Cronbach score is 0,756.
Conclusion: Acne QoL INA is a valid and reliable instrument for assessing the quality of life of AV patients in Indonesia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T55690
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Venessa
"Latar belakang: Akne vulgaris AV adalah penyakit inflamasi kronik yang ditandai adanya lesi polimorfik di area predileksi AV. Tatalaksana AV terdiri dari terapi standar dan terapi adjuvan. Salah satu terapi adjuvan yang selalu diberikan pada pasien AV adalah frekuensi cuci wajah AV. Sampai saat ini, rekomendasi frekuensi cuci wajah pasien dengan AV di negara tropis adalah berdasarkan rekomendasi umun dan pendapat ahli.
Tujuan: Mengetahui efektivitas frekuensi cuci wajah sebagai terapi adjuvan pada akne vulgaris derajat ringan dan sedang.
Metode: Uji klinis acak buta tunggal dilakukan terhadap mahasiswa AV di Klinik UI Makara pada bulan Mei hingga Juni 2018. Mahasiswa yang memenuhi kriteria penerimaan dan tidak memenuhui kriteria penolakan serta bersedia ikut dalam penelitian mendapat perlakuan berupa frekuensi cuci wajah 2 kali dan 3 kali per hari sesuai hasil randomisasi. Seluruh SP memperoleh terapi standar dan pembersih wajah yang sama. Jumlah lesi AV, kadar sebum, nilai TEWL, serta efek samping pada wajah SP akan dinilai selama 6 minggu dan evaluasi dilakukan pada minggu ke-3 dan minggu ke-6. Analisis hasil penelitian dilakukan dengan metode intention to treat.
Hasil: Diperoleh total 36 subjek penelitian. Pada penelitin ini terdapat 1 SP drop out yaitu SP pada kelompok cuci wajah 2 kali per hari. Efektivitas frekuensi cuci wajah 3 kali per hari tidak berbeda bermakna dengan 2 kali per hari dalam penurunan jumlah lesi AV dengan median 23 (0-62) dibandingkan 20 (0-37), p = 0,341. Tidak terdapat perbedaan bermakna antara frekuensi cuci wajah 3 kali dibandingkan 2 kali per hari dalam hal penurunan kadar sebum, peningkatan nilai TEWL dan efek samping yang terjadi.
Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan efektivitas frekuensi cuci wajah 3 kali per hari dibandingkan 2 kali per hari sebagai terapi adjuvan dalam hal penurunan jumlah lesi AV pada wajah mahasiswa AVR dan AVS yang mendapat terapi standar.

Background: Acne vulgaris (AV) is a chronic inflammatory disease characterized by polymorphic lesions in the predilection area. Management of AV consists of standard therapy and adjunctive therapy. One of the adjunctive therapies that must be given to AV patients is the frequency of face washing. Recently, the recommendation of face washing frequency for AV patients in tropical countries is based on the general recommendation and expert opinion.
Objective: To evaluate the effectiveness of face washing frequency as an adjuvant therapy on mild and moderate AV.
Methods: A single blind randomized clinical trial was conducted on AV students at UI Makara Clinic from May to June 2018. Students who met the criteria of acceptance and did not meet the criteria of rejection and were willing to join the study were treated 2 and 3 times per day according to randomization. All participants were given standard therapy and same cleanser. AV lesions counts, sebum level, TEWL scores, and side effects on participant face would be assessed within six weeks by evaluating at week-3 and week-6. The analysis of study result was done by intention-to-treat method.
Result: The total of 36 participants was recruited. In this study, there was 1 participant dropped out from the twice-per-day face washing group. There was no significant difference from the thrice-per-day and twice-per-day groups in terms of decreasing of total AV lesions with median 23 (0-62) versus 20 (0-37), p = 0,341. In addition, there was no significant difference in terms of decreasing sebum level, increasing of TEWL score, and adverse events.
Conclusion: There was no difference in effectiveness of face washing frequency 3 times per day compared to 2 times per day with regard to decrease AV lesions in the face of mild and moderate AV students receiving standard therapy. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Toni Sutono Hadimulyo
"ABSTRAK
Prevalensi kasus jerawat (acne vulgaris) 75-85% pada orang dewasa, terutama pada usia remaja, dan sering menjadi kronis. Etiopatologis jerawat multi-faktorial, antara lain disebabkan oleh stres oksidatif dan pengaruh hormon serta pola makan. Tujuan dari penelitian adalah untuk membuktikan bahwa ekstrak etanol kulit buah manggis (Garcinia mangostana L) yang mengandung senyawa aktif xanthones dengan aktivitas anti-oksidan, anti-bakteria dan anti-inflamasi, dapat menunjang terapi medis untuk jerawat. Uji klinis dilakukan secara acak, berpembanding dan tersamar ganda selama 3 minggu pada 94 subyek berjerawat ringan dan sedang, berumur 18-30 tahun yang tinggal di asrama agar relatif homogen. Parameter penelitian adalah derajat keparahan jerawat menurut kriteria Lehman dan kadar malondialdehid (MDA) di dalam darah subyek. Perlakuan dengan pemberian 400 mg ekstrak 3 kali sehari, bersamaan terapi standar dengan krim topikal asam retinoat 0,025% pada lesi jerawat di wajah pada malam hari. Keparahan jerawat berkurang tidak bermakna (p > 0.2) dan penurunan kadar MDA dalam plasma darah tidak bermakna (p = 0.49).

ABSTRACT
The prevalence of acne (acne vulgaris) is 75-85% in adults, especially in adolescence, and often becomes chronic. Etiopatology of acne is multi-factorial, partly due to the oxidative stress and the influence of hormones and diet. The purpose of this study is to prove that the ethanol extract of mangosteen rind (Garcinia mangostana L) containing xanthones with properties of anti-oxidant, anti-bacterial and anti-inflammatory, can support medical therapy for acne. A randomized, double-blind and controlled clinical trial done for 3 weeks in 94 subjects with mild and moderate acne, aged 18-30 years living in a dorm which is relatively homogeneous. Parameters of the study are the degree of severity of acne according to Lehman criteria and the levels of malondialdehyde (MDA) in the blood of the subjects. Intervention by administering 400 mg extract 3 times a day, along with standard therapy with topical cream of 0.025% retinoic acid applied in acne lesions on the face at night. Improvement of acne severity was not significant (p > 0.2) and decreased levels of MDA in blood plasma was not significant (p = 0.49)."
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Simarmata, Vini Onmaya
"Latar belakang. Akne vulgaris adalah kelainan kulit yang sering ditemukan dengan beragam pilihan terapi. Tujuan. Membandingkan penambahan fototerapi LED kombinasi sinar biru dan merah pada paduan terapi lini pertama dengan tanpa fototerapi pada akne vulgaris derajat sedang (AVS). Metode. Penelitian analitik dengan desain uji klinis acak terkontrol membandingkan dua sisi wajah (split-face). Subyek diberikan paduan terapi lini pertama. Sisi wajah fototerapi diberikan fototerapi LED kombinasi sinar biru dan merah satu kali per minggu selama empat minggu berturutan, sedangkan sisi wajah kontrol tanpa fototerapi. Hasil. Pada minggu ke-4 dan 8, efektivitas penambahan fototerapi berbeda bermakna dibandingkan dengan tanpa fototerapi pada lesi noninflamasi (54,42% dan 75,59%) maupun pada lesi inflamasi (75% dan 89,44%). Efek samping minimal dan bersifat sementara. Rasio inkremental efektivitas-biaya sebesar Rp. 19.447,- untuk mendapatkan perbedaan persentase penurunan jumlah lesi AVS 1% lebih besar. Kesimpulan. Penambahan fototerapi LED kombinasi sinar biru dan merah pada paduan terapi lini pertama AVS lebih efektif, aman, namun tidak memiliki efektivitas-biaya lebih baik dibandingkan dengan tanpa fototerapi.

Background. Acne vulgaris is a common disease with varied therapeutic regiments. Aim. To compare adjuvant of blue and red light combination light emitting diode (LED) phototherapy to first line therapy regiment with no phototherapy in moderate acne vulgaris patients. Method. This is an analytic study with randomized control trial design comparing both halfface (split-face). Subjects were given first line therapy regiment. Half-face was given blue and red light combination LED phototherapy once a week for four weeks, while the other half-face with no phototherapy. Result. Significant reductions achieved between phototherapy effectivities compared to no photo therapy at 4th and 8th weeks in noninflamed lesions (54,42% and 75,59%) as in inflamed lesions (75% and 89,44%). Side effects are minimal and temporary. Cost-effectiveness ratio is Rp. 19.447,- to gain more 1% percentage reduction in lesion count . Conclusion. Adjuvant of blue and red light combination LED phototherapy to first line therapy regiment is more effective, safe, but doesn't have better costeffectiveness compared with no phototherapy."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yenni Bahar
"ABSTRAK
Jerawat merupakan gangguan estetika pada kulit yang umumnya terjadi pada usia remaja
dengan gambaran klinis berupa adanya komedo, papul, pustul, dan nodul. Salah satu tanaman
rimpang yang dapat digunakan sebagai obat jerawat adalah rimpang kencur (Kaempferia
galanga L) karena mempunyai khasiat sebagai anti bakteri dan anti inflamasi. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antibakteri ektrak rimpang kencur terhadap
bakteri P.acne, mengetahui kestabilan fisik sediaan gel ektrak rimpang kencur, keamanannya,
dan manfaatnya sebagai gel anti jerawat derajat ringan dan sedang. Ekstraksi yang digunakan
dengan cara maserasi menggunakan etanol 96%. Uji aktifitas anti bakteri diamati pada
konsentrasi 0,75; 1,25; 1,75; 2,25%. Konsentrasi 0,75% mempunyai diameter zona hambat
11,5 mm pada media Brucella. Berdasarkan uji kestabilan fisik gel ekstrak rimpang kencur
mempunyai stabilitas fisik yang baik pada akhir penelitian, pH mengalami sedikit
penurunan,uji viskositas dan konsistensi tidak banyak mengalami perubahan, dan uji
keamanan pada 12 orang tidak mengalami alergi dan iritasi. Uji manfaat dilakukan pada 60
orang berjerawat ringan dan sedang dengan jenis lesi; komedo, papul, pustul, nodul.
Perlakuan terhadap 30 orang yang diberi gel ekstrak etanol rimpang kencur dan gel
klindamisin 1,2% diberikan pada 30 orang sebagai kontrol positip. Setelah dievaluasi selama
3 minggu, gel ekstrak etanol rimpang kencur memberikan perbaikan signifikan (p<0,01)
pada jerawat derajat ringan dan sedang.

ABSTRACT
Acne is a skin disorder that generally aesthetic occurs in adolescence with clinical
features such as the presence of comedones, papules, pustules, and nodules. One
of the rhizomes of plants that can be used as an acne medication is kencur
rhizome (Kaempferia galanga.L) because it has peculiar properties as an anti
bacterial and anti inflammatory. The purpose of this study was to know about the
anti bacterial activity of kencur rhizome extract the P acne bacteria,knowing the
physical stability from the preparation of kencur rhizome extract gel,safety,and
benefits as an anti acne gel in mild and moderate level. Extraction was maceration
using 96% ethanol.Antibacterial activity test performed at concentrations 0,75;
1,25; 1,75; 2,25%. Concentration of 0,75% has 11,5 mm in the inhibition zone of
Brucella media. Based on the physical stability test, kencur rhizome extract gel
has good physical stability at the end of the study. The level of pH as a slight
decrease,viscosity and consistency test has not the changed much of the gel safety
testing in 12 peoples do not showed allergies and irritation. The benefit test
conducted on 60 people with mild and moderate acne lesion types of comedones,
papules, pustules, nodules. The gel contain 0,75% extract of rhizome kencur and
1,2% clindamycin gel was applied in each 30 peoples who severe acne at face
showed, after 3 week evaluation the result showed that extract of rhizome kencur
provide a significan improvement (p<0,01) in mild and moderate acne."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
T39270
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Riani
"Latar belakang: Akne vulgaris (AV) merupakan kelainan kulit akibat peradangan kronik folikel pilosebasea yang sering dijumpai pada remaja dan dewasa muda. Pada pasien perempuan didapatkan prevalensi AV yang lebih tinggi dan dampak psikososial yang lebih berat. Beberapa studi meneliti terdapat hubungan antara peningkatan kadar homosistein dengan derajat keparahan AV, namun peran homosistein dalam patogenesis AV masih belum jelas. Kadar homosistein ditentukan oleh multifaktor sehingga temuan di Indonesia dapat berbeda dibandingkan penelitian terdahulu. Secara fisiologis, kadar homosistein pada perempuan lebih rendah dari laki-laki.
Tujuan: Mendapatkan data kadar homosistein plasma pada pasien perempuan dengan AV ringan (AVR), AV sedang (AVS), dan AV berat (AVB) serta mengetahui korelasi kadar homosistein plasma dengan berbagai derajat keparahan AV.
Metode: Studi potong lintang dilakukan terhadap 46 subjek penelitian (SP), direkrut secara consecutive sampling, yang terdiagnosis AV berdasarkan kriteria Lehmann pada bulan April-Juni 2019. Setiap SP akan diambil darahnya untuk dilakukan pemeriksaan kadar homosistein plasma dengan metode chemiluminescent microparticle immuno assay (CMIA).
Hasil: Pada pasien perempuan dengan AV didapatkan rerata kadar homosistein plasma kelompok AVR, AVS, dan AVB yaitu 7,39 (1,84) μmol/L, 7,14 (1,73) μmol/L, dan 6,95 (1,14) μmol/L. Terdapat korelasi negatif lemah yang tidak bermakna antara kadar homosistein plasma dengan derajat keparahan AV (r=-0,0964, p=0,524).
Kesimpulan: Kadar homosistein plasma ditemukan lebih rendah pada kelompok AVS dan AVB. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa semakin rendah kadar homosistein plasma, maka semakin berat derajat keparahan AV.

Background: Acne vulgaris (AV) is a skin disorder caused by chronic inflammation of pilosebaceus that is primarily found in adolescents and young adults. In female patient, there is a higher prevalence of AV and more severe psychosocial impact. Several studies have investigated association between the levels of serum homocysteine and severity of AV, but the role of homocysteine in AV is not clearly understood. Homocysteine levels are thought to be affected by varying factors, so it is assumed that homocysteine levels in Indonesian people will yield a different results. Physiologically, female has a lower homocysteine levels.
Objective: This study aims to know the levels of homocysteine plasma in female patients suffering from mild, moderate, and severe AV, also its correlation with the degree of AV severity.
Methods: This cross-sectional study included 46 subjects, recruited by consecutive sampling, who have been diagnosed with AV based on Lehmann criteria on April-June
2019. Blood sample will be taken from each subject to measure homocycsteine plasma levels by using chemiluminescent microparticle immuno assay method (CMIA).
Results: In female patients, the mean plasma homocycteine levels of mild, moderate, and severe groups were respectively 7,39 (1,84) μmol/L, 7,14 (1,73) μmol/L, and 6,95 (1,14) μmol/L. There was no significant corelation between plasma homocysteine levels and the degree of acne severity (r=-0,0964, p=0,524).
Conclusion: Levels of plasma homocysteine was found lower on moderate and severe AV groups. The lower the levels of plasma homocysteine, the more severe the the degree of acne severity.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>